Anda di halaman 1dari 5

Mapel : PAK & Budi Pekerti

Kelas/ Semester : XI/ Gasal


Sekolah : SMK BHAKTI MULIA WONOGIRI
Pengajar : Alvian Crisnha Sulistianto, S.Th

Langkah-langkah belajar:
1) Berdoalah sebelum mulai belajar!
2) Bukalah Alkitabmu dan bacalah renungan firman Tuhan yang Gurumu berikan!
3) Selain ringkasan materi yang diberikan oleh gurumu, persiapkan juga Buku Paket sebagai
pendamping belajar!
4) Kerjakan setiap tugas ataupun latihan soal yang gurumu berikan, jangan menunda-nunda
ataupun menumpuk terlalu banyak tugas untuk dikerjakan, karena hal itu justru akan
membebani diri kalian!
5) Selamat belajar!

RENUNGAN

TANGGUNGJAWAB ANAK TERHADAP ORANGTUA

Sampai sejauh manakah tanggungjawab seorang anak terhadapa orang tuanya?


Tentu kita mendapat jawaban yang variatif. Dan semua jawaban tentu sangat tepat,
oleh karena Sejak kecil, anak-anak harus diajar untuk bertanggungjawab kepada orang
tuannya. Tentu tanggungjawab yg dimaksud adalah anak-anak diajar sejak dini untuk
menghormati orang tua mereka. Hal ini ditegaskan oleh Tuhan sendiri melalui
Alkitab. Hukum taurat mengajarkan;
"Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan
Allahmu kepadamu" (Keluaran 20:12). Sebenarnya apakah makna "hormat" di sini?
1. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orangtua. Di dalam hukum
Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang Israel untuk menjatuhkan
sanksi berat-kematian-kepada anak yang mengutuki orangtuanya, "Apabila ada
seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia
telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya
sendiri" (Imamat 20:9).
2. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orangtua.
Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan akan
persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orangtua (Matius
15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes
untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini
memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk bertanggung jawab
memelihara kelangsungan hidup orangtua kita.
Namun anak juga harus memahami batas hormat kepada orangtua sebab perintah ini
diberikan bukan tanpa batas.
1. Kendati anak harus patuh kepada orangtua namun kepatuhan kita tidak boleh
melebihi kepatuhan kepada Tuhan sendiri. Firman Tuhan mengingatkan,
"Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-
Ku . . ." (Matius 10:37).
2. Walaupun keluarga jasmaniah adalah penting namun bagi Tuhan terpenting
adalah keluarga rohaniah. Pada waktu Tuhan tengah mengajar, ibu dan saudara
Tuhan Yesus datang mengunjungi-Nya. Tuhan menegaskan, "Siapakah ibu-Ku dan
siapakah saudara-saudara-Ku? . . . Sebab siapa pun yang melakukan kehendak
bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku . . . dialah ibu-Ku" (Matius 12:46-50).
3. Tanggung jawab kepada orangtua lebih bersifat fisik ketimbang emosional. Anak
berkewajiban memelihara kelangsungan hidup orangtua di masa orangtua tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhannya. Namun anak tidak berkewajiban membuat
orangtua senang secara membabi buta; menyenangkan orangtua mempunyai
batasnya. Firman Tuhan mencatat, "Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya
berkata kepada-Nya, 'Tuhan, izinkanlah aku pergi terlebih dahulu menguburkan
ayahku.' Tetapi Yesus berkata kepadanya, 'Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang
mati menguburkan orang-orang mati mereka' " (Matius 8:21-22).
4. Setelah anak menikah, anak harus mengutamakan keluarga sendiri tanpa harus
melepaskan tanggung jawabnya sebagai anak kepada orangtua. Itu sebabnya
Tuhan berfirman, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging"
(Kejadian 2:24). Harus ada sebuah tindak pemisahan dan prioritas sehingga
keluarga yang baru dapat berdiri dengan mandiri.

Butuh kedewasaan orang tua untuk memahami perintah dan prinsip Alkitab,
sehingga tidak memaksakan anak untuk mengikuti kehendak dan keinginan hati orang
tuanya. Ada pula orang tua justru membebani anak-anaknya dengan tuntutan dan
banyak permintaan, yang berhubungan atau berkaitan dengan financial. Akibatnya
banyak rumahtangga anak-anak berantakan akibat campur tangan orang tua.
Biarkanlah anak-anak bertumbuh dewasa didalam tumahtangga mereka masing-masing
berdasarkan perintah Alkitab. Orang tua boleh menolong ketika anak-anak
memintanya. Sebaliknya juga orang tua tidak boleh meminta atau menuntut anak-
anaknya untuk memenuhi keinginan atau kehendak orang tua diluar kemampuan anak-
anaknya.
B
BAAB
BVVI
I
T
Taan
nggg
guun
nggj
jaaw
waab
bkku
ut te
errh
haad
daap
p
k
keel
luua
arrg
gaa
(Kejadian 4:1-16; Keluaran 20:12; Lukas 2:41-52)

Anak dalam Keluarga


Dalam pernikahan, anak merupakan tanda utama dari cinta kasih yang
saling berbalas dari suami-istri. Anak merupakan anugerah utama bagi keluarga
Kristen. Hal ini merupakan penyempurnaan dari Trinitas Segitiga Cinta yang ada
dalam lingkaran keluarga yang intim. Trinitas segitiga cinta adalah adanya kaitan
erat tiga elemen dalam keluarga yang diikat karena cinta kasih, yaitu bapak, ibu,
dan anak. Anak-anak akan dirawat dan dipenuhi kebutuhannya agar dapat
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dewasa dalam iman kepada
Tuhan.
Meskipun demikian, jangan menganggap suami-istri Kristen yang tidak
memiliki anak adalah orang yang berdosa dan tidak diberkati. Ingatlah, Tuhan
Yesus dan rasul Paulus juga tidak menikah atau berkeluarga. Tetapi hidup mereka
justru diberikan untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Hidup tanpa
pasangan dan tidak mempunyai anak secara kristiani bisa menjadi hidup yang
indah, keberkatan, dan berguna bagi sesama.

Tanggung Jawab Anak


Sikap hormat kepada orang tua merupakan salah satu tugas moral yang
harus dilakukan oleh anak sepanjang hidupnya. Sejak masa Perjanjian Lama
sampai Perjanjian Baru, sikap ini ditekankan dalam Alkitab sebagai perintah yang
harus dilakukan. Hubungan orang tua dan anak yang paling ideal dapat kita lihat
pelajari dari kehidupan keluarga Tuhan Yesus (Luk. 2:41-52).
Terdapat empat aspek yang perlu dipahami, yaitu: perkembangan kognitif,
moral-etika, ego, dan iman.
a. Perkembangan kognitif
Pada usia ini remaja memasuki tahapan kematangan intelek. Remaja mampu
berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinan sendiri, yaitu memasuki
dunia ide-ide. Remaja bisa memecahkan masalah secara sistematis, tidak
hanya meniru orang lain. Remaja bisa berpikir reflektif, mengevaluasi
pemikiran, melakukan imajinasi ideal, dan berpikir abstrak
b. Perkembangan moral-etika
Pada usia ini, penekanannya adalah siapa yang memegang kekuasaan,
mereka perlu dihormati. Remaja mulai senang menegakkan hukum dan
disiplin, gemar memperhatikan kewajiban yang harus dilakukan dan
memperhatikan tata kehidupan sosial serta kepentingan keamanan diri.
Remaja menghormati orang yang memelihara aturan masyarakat.
c. Perkembangan ego
Remaja berada dalam situasi di mana di satu sisi ingin memiliki identitas
pribadi, namun di sisi lain ingin menyisikan rasa kekaburan identitas. Remaja
mulai belajar memberikan loyalitas terhadap suatu kelompok yang menjadi
bagian identitas (kelompok teman, ideologi, dan kekristenan yang dianut).
d. Perkembangan iman
Pada usia ini, remaja membentuk sikap terhadap hidup melalui apa yang
dipercayai oleh keluarga sendiri menuju pandangan di luar diri dan keluarga.
Seringkali bagi remaja, Allah adalah pribadi yang paling berperan dalam
hidupnya. Allah menjadi sahabat yang paling karib dan memahami
kehidupan remaja.

Taat Pada Perintah Tuhan: Menghormati Orang Tua


Salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan dalam kitab Keluaran 20:1-17 adalah
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan
Tuhan, Allahmu, kepadamu.” (Kel. 20:12). Yang dimaksud dengan “hormat”
adalah
a. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di dalam
hukum Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang Israel untuk
menjatuhkan sanksi berat, yaitu kematian kepada anak yang mengutuki
orang tuanya, “Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau
ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya,
maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri” (Im. 20:9).
b. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang
tua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah
Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan
orang tua (Mat. 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia
meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yoh. 19:26-27).
c. Hormat berarti menghargai dan mengakui kewibawaan orang tua, yaitu
dengan mengakui bahwa orang tua ditugaskan oleh Tuhan untuk menjadi
pendidik anak. Memahami aspirasi orang tua, melihat motivasi positif di
belakang nasihat dan larangan mereka, memaklumi kelemahan mereka, serta
mengakui keunggulan mereka.

Penjelasan Bahan Alkitab


1. Kejadian 4:1-16 Kain dan Habel adalah anak-anak Adam dan Hawa. Kain
bekerja sebagai petani, dan Habel menjadi gembala.
2. Keluaran 20:12 Ayah, ibu, nenek, dan kakek, mereka adalah orang tua yang
harusnya dikasihi dan dihormati terlepas dari kekurangan-kekurangan mereka.
Di atas segalanya, kasih merupakan inti dasar kekristenan yang harus berlaku
unconditional atau tanpa syarat.
3. Lukas 2:41-52 Teks dalam Lukas ini mengisahkan keluarga Tuhan Yesus yang
pergi ke Yerusalem dalam rangka merayakan hari raya di bait Allah. Tuhan
Yesus menghormati kedua orang tuanya dengan cara mengikuti perintah
orang tua untuk hadir dalam perayaan di bait Allah. Walaupun masih belia
(berumur 12 tahun), Ia telah ditanamkan sikap takut akan Allah yang berbuah
dalam perilakuNya sejak dini.
TUGAS
1. Belajar dari Alkitab:
Bacalah Keluaran 20:12, kemudian jawablah pertanyaan berikut!
a. Apa kehendak Tuhan dalam ayat tersebut?
b. Mengapa anak-anak dalam keluarga harus menghormati orang
tuannya?
c. Apa yang kamu pelajari setelah membaca ayat ini?
d. Bagaimana realita yang kamu jumpai di sekitarmu bila dihubungkan
dengan ayat ini?

2. Janjiku
Buatlah komitmen/janji kepada diri kamu sendiri untuk menghormati
orang tua kamu sesuai dengan firman Tuhan!

Anda mungkin juga menyukai