Pengantar
Kepelbagaian yang dimaksudkan dalam Bab ini adalah kepelbagaian manusia baik menyangkut ras, etnis,
gender, agama maupun kelas sosial. Salah satu contoh nyata adalah bangsa dimana kita tinggal dan dilahirkan.
Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman budaya, suku, agama dan bahasa.
Uraian Materi
1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab
Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan.
Kepelbagaian dapat menjadi sarana bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup
sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk
membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia -
perbedaan etnis dan bahasa -- juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik.
Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan.
B.S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa
Allah justru tidak ingin manusia hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya
hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia menyebar dan mengisi seluruh dunia
ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa.
Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia
membangun identitasnya terlepas dari kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan
beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah dalam Kejadian 1:28
untuk
Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan
kekerasan satu sama lain?
Petrus berkata:“Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk
memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang
murni.” (1 Ptr. 3:15).
Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada
beberapa makna yang dalam:
1.Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaranYesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan
dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus”
di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan.
2.Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya
termasuk identitas sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis
dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu,
orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya.
3.Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan
cara yang beradab. Salah satu tanda dari cinta kasih adalah lemah lembut.
Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang dapat melakukan apa yang dikatakan oleh
Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika
bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas
melainkan melakukan tindakan yang dapat menunjukkan Kekristenan.
4.Kejadian 1:1-2:4
Menurut para ahli Kitab Suci, kisah penciptaan ini berasal dari kalangan para Imam. Ia lebih abstrak dan teologis
dibandingkan dengan kisah berikutnya, Kejadian 2:4-25. Pengarang kisah pertama ini bermaksud mengelompokkan
semua makhluk dengan cara yang ditinjau dari segi logika dapat memuaskan dan yang mencakup segala sesuatu
yang dijadikan Allah.
Dengan berpegang pada suatu bagan yang rapi tersusun, pengarang mengisahkan karya penciptaan dalam rangka
satu minggu. Karya Allah berakhir dengan beristirahat, sebagaimana orang beristirahat pada hari Sabat. Mula- mula
Allah menciptakan langit dan bumi, daratan, lautan barulah tumbuhan dan hewan. Allah telah menyiapkan tempat
untuk tumbuhan dan hewan bertumbuh, barulah tumbuhan dan hewan diciptakan. Pada hari terakhir Ia menciptakan
manusia untuk mewakili-Nya berkuasa atas segala ciptaan. Manusia menjadi mahkota ciptaan, sebagai makhluk
yang paling mulia karena diciptakan menurut gambar Allah.
Kisah penciptaan ini disusun berdasarkan ilmu pengetahuan yang amat primitif. Karenanya tidak dapat
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan modern. Tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan zaman penyusunannya
kisah ini menyajikan ajaran berupa penyataan mengenai Allah yang esa dan transenden, Allah yang ada sebelum
dunia dan yang menciptakan segala sesuatu.
Dosa umat di wilayah Sinear ialah keinginan untuk menguasai dunia dan nasib mereka terlepas dari Allah melalui
kesatuan organisatoris, kuasa, dan keberhasilan besar yang berpusat pada manusia. Tujuan ini berlandaskan
kesombongan dan pemberontakan terhadap Allah. Allah membinasakan usaha ini dengan memperbanyak bahasa
sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Peristiwa ini menjelaskan keanekaragaman bangsa
dan bahasa di dunia. Pada saat itu, umat manusia berbalik dari Allah kepada berhala, sihir, dan nujum. Peristiwa ini
sering dijadikan acuan seolah-olah Allah mengutuk manusia dengan menciptakan keragaman bangsa dan bahasa,
yang dihancurkan Allah adalah kesombongan manusia yang telah berbalik dari Allah dan lebih mengandalkan
kemampuannya sendiri.
5.Kejadian 11:1-9
Kisah mengenai Menara Babel berasal dari tradisi Yahwis. Dengan cara lain dari Kejadian 10:32 dan Kejadian 9:1
(di sana perbedaan bangsa-bangsa tampak sebagai pelaksanaan berkat Allah). Kisah ini menerangkan perbedaan
bangsa-bangsa dan bahasa. Perbedaan ini diartikan sebagai hukuman atas kesalahan mereka yang bersumber pada
keangkuhan hati (bdk. Kej. 11:4). Setelah manusia terserak ke seluruh penjuru bumi dengan berbagai kelompok
suku, bangsa dan bahasa, melalui Yesus Kristus semua bangsa dipersatukan. Hal itu terbukti pada hari Pentakosta
terjadi mukjizat ketika para rasul dan pengikut Yesus berbicara dalam berbagai bahasa.
Tradisi ini dikaitkan pada puing-puing salah satu menara tinggi yang bertingkat-tingkat (ziggurat) sebagaimana
dahulu banyak didirikan di Mesopotamia sebagai lambang gunung suci dan tempat istirahat dewa. Para pembangun
menganggap menara semacam itu sebagai sarana untuk bertemu dengan dewa mereka. Tetapi tradisi Yahwis
mengartikan usaha itu sebagai bukti kesombongan manusia yang ingin menjadi sama seperti Allah. Arti kata Babel
diterangkan dengan kata dasar bil yang berarti: mengacau-balaukan. Tetapi sebenarnya kata Babel berarti: “pintu
gerbang allah” (Bab-el, atau:Bab-ilu).
Keberagaman suku, budaya, agama dan bahasa ini bisa menjadi nilai tambah bagi keindahan suatu bangsa,
membawa dampak atau pengaruh dalam kehidupan. Misalnya, perbedaan suku bangsa dan agama akan
mempengaruhi kebiasaan maupun interaksi antar sesama manusia. Tak jarang keberagaman melahirkan potensi
konlik dalam hubungan antar sesama manusia. Indonesia adalah negara yang majemuk yang penduduknya terdiri
dari beragam suku, agama, budaya maupun kelas sosial.
Narasi Alkitab tentang Menara Babel (Kej. 11:1-9) yang menceritakan bagaimana Allah mengaacaukan bahasa
manusia sehingga mereka tercerai berai sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-
olah keberagaman merupakan kutukan Allah.
Peristiwa Babel tidak dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara
Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah
sang Pencipta.
“memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang pada waktu itu.
Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 11:1-9 khususnya ayat empat,
delapan dan sembilan. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan
dalam rencana Allah dan bukan kutukan.
Dosa dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan. Keberagaman manusia tidak
ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan
dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama
sendiri telah menggeser peran Allah sebagai pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah
dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing.
Setelah melihat video diatas, muncul sebuah pertanyaan kepada kita, bagaimana cara agar kita dapat hidup
berdampingan dengan masyarakat multikultural ?
Beberapa cara orang dari beragam budaya dan latar belakang bisa hidup bersama secara damai adalah:
•• Saling bekerja sama untuk fokus pada nilai-nilai kehidupan dan budaya.
•• Bersikap sebagai teman terhadap orang lain yang berbeda dengan hati yang tulus, simpati dan niat baik.
•• Membiarkan perilaku yang layak, ketulusan dan kebaikan menjadi sifat kita kedua dalam hidup.
•• Tidak menghina budaya dan ras yang berbeda dengannya juga tokoh-tokoh yang disucikan oleh agama lain.
•• Negara harus menghindari kebijakan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri. Misalnya, kebijakan
imigrasi yang menghambat orang-orang yang berbeda keyakinan.
•• Menunjukkan rasa hormat, cinta, pengertian dan toleransi terhadap semua manusia terlepas dari perbedaan ras dan
agama.
Orang-orang muda dapat berkontribusi untuk terciptanya dinamisasi dan harmonisasi dengan masyarakat
multikultural:
•• Mempromosikan integrasi budaya antara kita sendiri, misalnya, belajar bahasa dan budaya orang lain.
•• Membentuk diri menjadi kelompok-kelompok yang fokus pada isu global yang misalnya, advokasi tentang HIV /
AIDS, perdagangan anak atau tenaga kerja.
•• Tidak berprasangka pada orang yang berbeda suku, bangsa, ras, agama sebagaimana yang ditanamkan oleh orang
tua.
•• Memiliki pengasihan dan simpati pada orang lain tanpa memandang orang lain sebagai pihak yang lemah
sedangkan diri kita adalah yang kuat.
•• Menghargai dan memahami orang lain dalam kelemahan dan kekuatannya.
•• Memperdalam semangat pengampunan dan cinta pada sesama tanpa syarat.
•• Memiliki sahabat pena dari berbagai belahan dunia untuk memungkinkan pertukaran isu spektakuler dan kejadian
di lingkungan kita yang berbeda.