Anda di halaman 1dari 4

Materi Kompetensi dasar 2

MENGASIHI DAN MENGHASILKAN PERUBAHAN


(Hidup dalam kasih, kesetiaan dan keadilan)

(Ulangan 16:19-20 ; Maz. 106 : 3 ; Ams. 21:15, 29:4 ; Yes 56 :1 ; Yer 22:3; Mat. 23:23 ; Roma 3:25-26.; Yoh
15:11-14 ; Filipi 2:5-8. Gal. 5: 22)

A. Pengantar
Di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak sekali contoh tentang cinta kasih yang total, sehingga
demi cinta itu, orang yang memperlihatkannya tidak segan-segan untuk berkorban. Hal ini tampak jelas di
dalam kehidupan dan pengurbanan Tuhan Yesus seperti yang dapat kita temukan dalam Filipi 2:5-11.
B. Pemahaman tentang khesed dalam tradisi Yahudi Dalam bahasa Ibrani, kata “cinta kasih” diterjemahkan
menjadi khesed. Menurut sastra etika Yahudi, khesed atau cinta kasih adalah salah satu dari kebajikan yang
paling utama. Rabi Simon yang Adil mengajarkan demikian, “Dunia berlandaskan pada tiga hal, yaitu
Taurat, pelayanan kepada Allah, dan mencurahkah cinta kasih (khesed).” Dalam Talmud, salah satu kitab
tafsiran Taurat yang sangat penting dalam agama Yahudi, Rabi Simlai mengatakan, “Taurat dimulai
dengan khesed dan berakhir dengan khesed.” Dengan kata lain, keseluruhan Taurat dicirikan oleh khesed,
artinya, kehidupan yang ideal haruslah bertujuan untuk menciptakan perilaku yang diwarnai oleh kesetiaan
dan welas asih.
C. Cinta Kasih = Kesetiaan = Kesediaan untuk Berkorban.
Dalam pelajaran ini peserta didik diperkenalkan dengan beberapa contoh:
- Tentang pengorbanan diri seorang suami dan ayah bagi keluarganya (James Kim).
- Pengorbanan diri seorang pejuang hak asasi manusia bagi kelompoknya yang tertindas-Dr. Martin
Luther King, Jr-Cinta Kasih yang Mengubah dan Mendamaikan. Ia pernah berkata, “Kegelapan tidak
dapat mengusir kegelapan; hanya terang yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir
kebencian; hanya cinta kasih yang dapat melakukannya.”
- Cinta Kasih: Kekuatan yang Luar Biasa Cinta kasih adalah suatu kekuatan yang luar biasa dahsyatnya
(Yohanes 3:16).
- Cinta Kasih yang Memadamkan Api Permusuhan Dalam Roma 12:9-21, Rasul Paulus mengajarkan
apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu mengatasi kemarahan dengan kasih. Paulus mengatakan,
“Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat
demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:20-21).”
D. Penjelasan bahan Alkitab
- Pemahaman tentang khesed dalam tradisi Yahudi
Tema yang mendasari keseluruhan bahan pelajaran ini adalah “cinta”, atau “kasih”, atau seringkali
juga disebut menjadi satu kata “cinta kasih”. Dalam bahasa Ibrani kata “cinta kasih” diterjemahkan
menjadi khesed. Menurut sastra etika Yahudi, khesed atau cinta kasih adalah salah satu dari kebajikan
yang paling utama. Rabi Simon yang Adil mengajarkan demikian, “Dunia berlandaskan pada tiga hal,
yaitu Taurat, pelayanan kepada Allah, dan mencurahkah cinta kasih (khesed).” Dalam Talmud, salah
satu kitab tafsiran Taurat yang sangat penting dalam agama Yahudi, Rabi Simlai mengatakan, “Taurat
dimulai dengan khesed dan berakhir dengan khesed.” Dengan kata lain, keseluruhan Taurat dicirikan
oleh khesed, artinya, kehidupan yang ideal haruslah bertujuan untuk menciptakan perilaku yang
diwarnai oleh kesetiaan dan welas asih.
- Lukas 15:21-24
Dalam perumpamaan tentang “Anak yang Hilang” ini, digambarkan bagaimana cinta kasih seorang
ayah terhadap anaknya itu diperlihatkan tanpa syarat.
- Yohanes 3:16
Bahasan tentang “kasih tanpa syarat” itu dilanjutkan dengan pembahasan Yohanes 3:16. Ini adalah ayat
yang sangat dikenal oleh orang Kristen pada umumnya. Dalam ayat ini dikatakan bahwa kedatangan
Yesus Kristus adalah inisiatif Allah sendiri. Tidak ada syarat apapun yang dituntut Allah sebelum Ia
mengaruniakan Anak-Nya itu. Jadi, janji keselamatan itu sudah disediakan-Nya, dan sekarang terserah
kepada kita apakah kita mau menyambutnya atau tidak. Bila dibandingkan dengan kisah “Anak yang
Hilang” dalam bacaan di atas, maka kita dapat mengibaratkan bahwa sebetulnya sang ayah sudah
menyediakan hatinya untuk menyambut si bungsu kembali. Sekarang terserah, apakah si bungsu mau
pulang atau tidak.

- Roma 12:9-21
Surat Roma ditulis sebagai tulisan teologis yang sangat terinci, tajam, dan mendalam. Dapat dikatakan
bahwa ini adalah upaya teologis sistematis untuk merumuskan apa dan bagaimana iman Kristen itu.
Berkaitan dengan ini, baiklah kita mengingat kata-kata Augustinus, Bapa Gereja dari Hippo (354-430
M.) yang mengatakan bahwa “The measure of love is to love without measure”, atau “Ukuran cinta
kasih adalah mengasihi tanpa batas. Dalam bagian bacaan ini, Paulus menjelaskan bagaiman kasih
dalam iman Kristen itu dipraktikkan “tanpa batas”. Dari penjelasan Paulus ini tampak sangat
sederhana, “Kasih tanpa tindakan bukanlah kasih yang sejati.” Mark Reasoner, dosen di bidang Biblika
dari Universitas Bethel di St. Paul, Minnesotta, Amerika Serikat, mengatakan demikian, Dalam Roma
12:9-21 Paulus memberikan gagasan-gagasan yang sangat jelas tentang cinta kasih yang sejati. Sebagai
contoh, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang
menangis!” (12:15) atau “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam
perdamaian dengan semua orang!” (12:18). Gagasan lain yang sangat spesifik tentang kasih ditemukan
dalam kutipan dari Amsal 25:21-22, “ Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia
dahaga, berilah dia minum air. Sudah tentu saja, ini tidak berarti ikut serta dalam hubungan yang penuh
dengan kekerasan yang terjadi dalam suatu hubungan yang disfungsional. Ini berarti memikirkan dan
berusaha memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari orang lain, termasuk kebutuhan orang-orang
yang tidak menyukai kita. Tapi apa gunanya bila hasilnya adalah; “engkau akan menimbun bara api di
atas kepalanya,“ (Rm. 12:20; Ams. 25:22)? Mereka yang mempelajari teks ini berbeda pendapat
mengenai artinya: apakah ini berarti bahwa dengan berbuat baik kepada musuh kita akan
meningkatkan penghakiman Allah atas orang itu atau apakah itu berarti bahwa dengan melakukan yang
baik kita akan membantu orang itu bertobat. Tampaknya pengertian yang belakangan ini jauh lebih
mungkin, karena sesuai dengan tema yang mendalam dalam bagian ini yaitu bahwa kita tidak boleh
ikut serta dalam bentuk apapun dalam membalas kejahatan dalam hubungan pribadi kita dan cocok
dengan keseluruhan temanya bahwa kasih itu haruslah tulus. Kasih kita kepada musuh kita tidaklah
tulus jika kita termotivasi oleh gagasan bahwa setiap kebaikan yang ditunjukkan meningkatkan
hukuman Allah atas orang tersebut! Cinta sejati adalah tema yang terdalam pada bagian Surat Roma
ini. Pada tingkat permukaan, ada tema tentang yang baik dan jahat yang beroperasi di seluruh teks ini.
Perhatikanlah “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” segera mengikuti bagian pembukaannya
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” Kemudian tema tentang kebaikan dan kejahatan secara
eksplisit disebutkan pada akhir teksnya: "Jangan kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
kejahatan dengan kebaikan" (12:21). Hal ini menolong kita untuk memahami bahwa kasih yang sejati
itu tidak hanya bersikap baik kepada orang lain. Kasih sejati itu memiliki orientasi moral yang menuju
kepada kebaikan. Ketika kita menunjukkan kasih terhadap seseorang, maka kita bergerak mereka ke
arah kebaikan Tuhan. Mengasihi seseorang bukan hanya melayani kesukaan dan ketidaksukaan orang
itu. Sebaliknya, itu berarti bertindak terhadap mereka dengan cara menolong mereka untuk mengalami
lebih banyak kebaikan Allah.
- Filipi 2:5-11
Filipi 2:5-11 diduga adalah sebuah nyanyian yang kemungkinan sudah beredar di kalangan gereja-
gereja perdana pada waktu itu, dan Paulus mengutipnya sebagai upayanya untuk menjelaskan makna
kematian dan kebangkitan Yesus. Hanya karena kasih Kristus itulah maka terjadi perubahan yang luar
biasa di seluruh dunia dan seluruh alam ini. Sungguh sulit kita membayangkan bagaimana sebuah
gerakan kecil yang terdiri dari seorang guru dengan 12 murid-Nya ternyata telah menghasilkan
perubahan pemikiran dan kehidupan bermilyar-milyar manusia di seluruh dunia selama hampir 2000
tahun terakhir ini. Dan itu terjadi hanya karena Yesus Kristus menyatakan kasih-Nya bagi kita dan
karenanya menghasilkan perubahan yang sangat dahsyat.

HIDUP DALAM KESETIAAN

a. Pengertian kesetiaan
Kata setia dalam KBBI berarti berpegang teguh, tetap dan teguh hati, teguh dalam pendirian dan janji.
Kesetiaan artinya keteguhan hati, ketaatan dan kepatuhan. Kesetiaan digambarkan dalam bahasa Yunani,
pistis, yaitu bagian tabiat Allah (Mazmur 33:4; Ibrani 13: 5b). Kesetiaan dalam hal-hal kecil adalah ujian
karakter yang paling dapat dipercaya, seperti yang disebutkan dalam perumpamaan tentang talenta (Matius
25: 14-30)
b. Kesaksian Alkitab tentang kesetiaan
Kesetiaan digambarkan dalam bahasa Yunani, pistis, yaitu bagian tabiat Allah (Mazmur 33:4; Ibrani 13: 5b).
Kesetiaan dalam hal-hal kecil adalah ujian karakter yang paling dapat dipercaya, seperti yang disebutkan
dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25: 14-30)
Kesetiaan menurut alkitab di Perjanjian Lama Kesetiaan menurut alkitab di Perjanjian Baru
 Kokoh  Dapat dipercaya
 Tidak tergoyahkan  Taat
 Tidak berubah  Orang percaya
 Kebenaran  Mempercayai
 Tulus  Pasti
 Benar

c. Beberapa contoh kesetiaan dalam Alkitab:


1. Abraham
Abram adalah seorang yang kaya di Ur-Kasdim. Di sana orang-orang menyembah berhala. Tetapi
Tuhan memanggil Abram agar meninggalkan negeri kelahirannya. Dengan iman dia menaati perintah
Allah. Allah memimpin Abram ke Kanaan. Allah berjanji akan memberkati dan menjadikan keturunan
Abram menjadi sebuah bangsa yang besar. Dan Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham.
Abraham telah melewati ujian iman yang sulit, ketika dia menaati perintah Allah untuk
mempersembahkan anaknya Ishak, sebagai kurban persembahan kepada Allah.
2. Yakub
Dalam Kejadian 29: 13-28, ini mengisahkan pengalaman Yakub yang hidup di dalam pengasingan
setelah ia melarikan diri dari rumahnya dan keluarganya setelah mendapatkan ancaman akan dibunuh
oleh abangnya sendiri Esau. Esau sangat marah ketika mengetahui bahwa hak kesulungannya dicuri
adiknya lewat berkat Ishak. Padahal, sesungguhnya hak itu sudah dijualnya kepada Yakub ketika ia
lapar dan menukarkannya dengan semangkuk kacang merah. Kisah ini terjadi dalam keluarga yang
disfungsional. Artinya, kacau, tidak berfungsi dengan baik. Bayangkan, Ribka, istri Ishak, ibunda Esau
dan Yakub ikut terlibat di dalam rencana pencurian ini. Ribka-lah yang menyuruh Yakub menyiapkan
makanan kesukaan Ishak ayahnya, sementara Esau menjalankan perintah ayahnya untuk berburu dan
memasakkan masakan kesukaannya (baca Kejadian ps. 27). Ketika mengetahui bahwa Esau berniat
membunuh Yakub, Ribka juga yang menyuruh Yakub melarikan diri ke Haran, ke rumah Laban, sanak
keluarga Abraham. Pada bacaan ini giliran Yakub yang ditipu oleh Laban. Laban tidak memberikan
Rahel untuk dinikahi Yakub, melainkan Lea. Ketika Yakub menuntut Laban untuk menikahkan Rahel
dengannya, Laban menolaknya dengan alasan seorang adik tidak boleh menikah lebih dahulu daripada
kakaknya. Namun Laban menyatakan bersedia menyerahkan Rahel, asalkan Yakub mau bekerja tujuh
tahun lagi untuk Laban. Yakub menyetujui syarat itu dan setelah masa tujuh tahun berakhir, ia pun
mendapatkan Rahel. Apa yang kita temukan di sini adalah kisah tentang cinta kasih yang sangat luar
biasa kuatnya, sehingga Yakub bersedia bekerja selama 14 tahun hanya untuk mendapatkan Rahel.

3. Sadrakh, Mesakh,  dan Abednego, kisah mereka bertiga ini diawali dengan mereka yang tidak mau
menyembah berhala dan memilih untuk tetap setia kepada Allah dan akhirnya mereka dimasukkan ke
dalam dapur api tetapi, karena kesetiaan mereka Allah membela mereka
4. Daniel, Sama dengan cerita Sadarakh, Mesakh, dan Abednego, Daniel tetap setia kepada Allah walau
pun sudah dimasukkan ke dalam goa singa Rasul Paulus, Rasul Paulus pernah dipenjara, disiksa, dan
didear hampir mati untuk memberitakan contoh kesetiaan dalam Alkitab kebenaran tetapi ia tetap setia
sampai garis akhirnya

d. Contoh-contoh tokoh Alkitab yang tidak setia :

 Raja Saul, Raja Saul terkenal dalam memimpin kerajaannya tetapi ia juga jatuh ke dalam dosa. Ia berdosa
karena tidak memusnahkan semua ternak dan menyimpan yang baik-baik dengan dalih untuk
dipersembahkan pada Tuhan
 Simon Petrus, Simon Petrus adalah salah satu murid Yesus yang menyangkal Yesus dengan tidak
mengakui kalau ia kenal dan murid Yesus
 Yudas Iskariot, Yudas Iskariot juga salah satu murid Yesus tetapi ia menjual Yesus dengan harga 30
perak

e. Contoh-contoh karakter Kristus salah satunya adalah setia dapat dilihat dari:


1. Tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri
Tetap lurus dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan, tidak mencari jalan lain untuk
menyelesaikan masalah. Ulangan 5:32-33, mengingatkan kita untuk melakukan semuanya itu
dengan setia, jangan contoh kesetiaan dalam Alkitab menyimpang ke kanan dan ke kiri agar lanjut
lanjut umur di negeri yang ditempati.
2. Bertahan sampai garis akhir
Ketaatan sampai akhir ini dimaksudkan adalah tidak hanya taat sebagian dan menunda waktu
untuk taat. Tuhan menghendaki anak-anaknya taat sampai akhir dengan tidak hanya sebagian atau
menundanya. Wahyu 2:10, mengingatkan kita untuk setia sampai mati agar kita memperoleh
mahkota kehidupan.

f. Kesetiaan yang keliru


Kesetiaan tidak selamanya baik atau indah. Ada kalanya kesetiaan bisa menjadi sesuatu yang buruk dan
negatif, khususnya bila kita disuruh setia sebagai tanda solidaritas kita kepada teman, meskipun kita tahu
bahwa teman itu salah. Berbagai kasus di kalangan remaja dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
adanya pemahaman tentang kesetiaan yang keliru ini.
Tawuran dianggap sebagai bentuk kesetiaan. Perkelahian dengan mengeroyok, dianggap sebagai bukti
kesetiaan. Kemauan untuk mengikuti ajakan teman untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang negatif
(minum dan mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, pergi ke tempat pelacuran, dan lain-lain.)
sudah tentu bukanlah bentuk kesetiaan yang dituntut Allah dari kita. Dengan kata lain, peserta didik harus
belajar mengamati dengan cermat, apa arti kesetiaan yang sebenarnya.

HIDUP DALAM KEADILAN

Dalam bahasa Yunani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru), istilah yang dipakai untuk keadilan
adalah dikaiosune (Newman, 2002:4). Istilah ini meliputi beberapa arti, yakni: adil, tulus, benar, tidak
salah. Sementara, dalam bahasa Ibrani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama), istilah yang dipakai adalah
misypat yang berarti: hukum atau keputusan dan tsedaqa yang berarti kebenaran (Beaker dan Sitompul,
1997:40, 51). Secara hakiki, adil pada diri sendiri adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebagai kewajiban
yang telah menjadi haknya dalam hubungannya dengan hidup. Itu berarti, adil adalah: sesuai dengan
haknya, tidak lebih dan tidak kurang. Keadilan harus dihubungkan dengan kemanusiaan, yakni wajib
memenuhi kepentingan sendiri sekaligus kepentingan orang lain sebagai sesama. Oleh sebab itu, keadilan
harus selalu memerhatikan kepentingan dari dua pihak yang berlainan, tidak hanya satu pihak. Apabila
keadilan hanya memerhatikan kepentingan sepihak, kehidupan bersama dapat dipastikan tidak akan damai,
bahkan semakin rapuh. Keadilan sesungguhnya mempunyai perspektif mengatur dan menertibkan
kehidupan seseorang (2 Samuel 15:4; Mazmur 82:3). Dalam keadilan termaktub kewajiban untuk peduli
bagi kepentingan pihak lain secara individual ataupun kolektif (Hakim-hakim 5:11), agar komunitas
menjadi damai.
Keadilan yang dihubungkan dengan keluarga memiliki potensi pengembangan yang sangat besar.
Karena di dalam keluarga seseorang menjadi apa yang telah diajarkan dan dibentuk dalam keluarganya.
Jika seseorang diajarkan tentang keadilan dalam keluarga, maka orang tersebut akan membawa pribadi adil
ke luar di masyarakat. Sikap atau tindakan yang dianggap adil adalah penyerahan diri secara total kepada
Tuhan Allah. Dalam hal ini, keadilan selalu berimplikasi pada beberapa prinsip, yakni: kesejahteraan,
kecukupan, kesetaraan, personalitas dan persaudaraan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut,
keadilan juga memerlukan kasih. Seringkali keadilan berkaitan erat, bahkan dapat menjadi realita sebab-
akibat terhadap timbulnya perdamaian. Bila dalam persekutuan terdapat ketidakadilan, maka akibatnya
seringkali sulit diadakan perdamaian.
Ulangan 16:19-20 Jangan memutarbalikan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah
menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikan perkataan
orang-orang benar. 20 semata-mata keadilan yang harus kau kejar, supaya engkau hidup dan memiliki
negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu.
Keadilan harus sejalan dengan kebenaran. Dengan keadilan di dalam kebenaran kita akan mampu
menyatakan kehendak Tuhan. Putih tetap putih, hitam tetap hitam bukan putih dicampur hitam sehingga
menjadi abu-abu. Menjadi keadilan yang abu- abu atau kebenaran yang abu-abu. Keadilan juga dikaitkan
dengan kerendahan hati untuk menjadi pelaku dan penerima keadilan sehingga tidak ada yang merasa
tertindas dan menjadi penindas. Keadilan yang terutama hendaknya dilakukan dalam takut akan Tuhan.
Sehingga siapapun kita, dalam tanggungjawab yang Tuhan percayakan baik dalam keluarga, jemaat dan
masyarakat; baik pemimpin dan yang dipimpin kita harus melakukan kehendak Tuhan bukan kehendak
kita. Dan kita akan merampas hak dari Tuhan sebagai hakim yang adil. Maz. 85:10-14; 1Tim.6:11-12;
Bicara soal keadilan banyak menyentuh kehidupan pribadi, keluarga, berjemaat dan bermasyarakat. Bicara
soal keadilan melibatkan pelaku dan penerima keadilan. Bicara keadilan juga menyangkut ukuran,
timbangan, dan terpenting keadilan diingatkan, dicatat dalam Alkitab; baik dalam Perjanjian lama maupun
perjanjian Baru. Karena itu keadilan sangat perlu diperhatikan. Karena melakukan keadilan sanggat
berkaitan tidak hanya hubungan dengan sesama manusia tetapi juga dengan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai