Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEOLOGI PL 2
Menantu Ideal

Studi Hermeneutik Terhadap Rut 1 Tentang Kesetiaan Rut


Kepada Mertuanya dan Implementasinya bagi Menantu
Zaman Sekarang.

Oleh:

Marcella Selianty Bungalele

2020164920

Kelas D Teologi

Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja

Tahun 2019
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur patut dipersembahkan kepada Sang Khalik,


atas kasih dan kemurahan-Nya sehingga penulis dimampukan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Sebagai makhluk sosial terkhusus dalam beragama, kita perlu


mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan teologi Alkitab
guna menambah wawasan dan memperluas cakrawala berfikir untuk benar-
benar memahami firman-Nya dan lalu mengimplemetasikannya. Dalam
makalah ini sedikit banyak diuraikan tentang kesetiaan seorang yang
bernama Rut yang dikisahkan dalam Kitab Rut. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tuntutan akademik dalam penyelesaian mata kuliah Teologi
Perjanjian Lama 2.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Olehnya


itu diharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca untuk
lebih menyempurnakan makalah ini.

Harapan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca


ataupun pendengar. Tuhan memberkati.

Makale, Desember 2019

Penulis
Daftar Isi

Halaman Sampul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................. iii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1

a. Latar Belakang ........................................................................................ 1


b. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
c. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

Bab 2 Pembahasan .............................................................................................. 3

a. Analisis Konteks Budaya ................................................................... 3


b. Analisis Tafsir ........................................................................................ 8

Bab 3 Penutup ...................................................................................................... 14

a. Kesimpulan ............................................................................................. 14

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesetiaan merupakan suatu poin penting dalam kehidupan
berelasi. Kesetiaan berarti ketaatan dan atau keteguhan hati. Di
berbagai tempat dan waktu kesetiaan banyak di perbincangkan.
Dalam Alkitab juga mengisahkan kesetiaan seorang yang bernama Rut
kepada mertuanya. Persoalan yang umum di kalangan masyarakat
saat ini ialah begitu jarang kita menjumpai relasi yang harmonis
antara mertua dan anak menantu. Pada umumnya hubungan itu
seringkali menimbulkan konflik dan perselisihan. Ibu mertua merasa
kehilangan kasih sayang secara utuh dari anak lelakinya karena
kehadiran seorang isteri. Orangtua merasa si isteri telah merebut
anaknya daripadanya. Persoalan semakin kompleks jika si menantu
belum memenuhi keinginannya untuk memiliki cucu.
Sebuah kisah yang terdapat dalam Kitab Rut menggambarkan
situasi yang berbeda. Dalam Kitab Rut ini terungkap kata hesed yang
mengarah pada kesetiaan. Sepanjang kitab Rut yang terdiri atas 4
pasal akan dibahas mengenai kesetiaan. Kitab Rut sendiri
penempatannya sesudah kitab Hakim-Hakim dikarenakan keduanya
menceritakan zaman yang sama, pun tradisi kuno menganggap kitab
ini berasal dari kitab Hakim-hakim. Kitab ini diberi nama Rut sebagai
tokoh utama di dalamnya.
Lebih lanjut makalah ini akan membahas bagaimana kesetiaan
Rut terhadap mertuanya melalui studi hermeneutik kitab Rut 1 dan
implikasinya bagi menantu zaman sekarang.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang tersebut diatas maka yang menjadi
rumusan masalahnya ialah: bagaimana kesetiaan Rut terhadap
mertuanya berdasarkan Rut 1 dan implikasinya bagi menantu zaman
sekarang.

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut diatas maka yang menjadi
tujuan penulisannya ialah: bagaimana kesetiaan Rut terhadap
mertuanya berdasarkan Rut 1 dan implikasinya bagi menantu zaman
sekarang.
BAB II

PEMBAHASAN

Kitab Rut terletak diantara Kitab Hakim-hakim dan Samuel. Kitab itu
dibuka dengan menyebut zaman para hakim sebagai latar peristiwa-
peristiwa dalam narasi (1:1), sekaligus mengaitkan kitab itu dengan kitab
sebelumnya. Dan kemudian kitab itu ditutup dengan menyebut Daud (4:22)
yang menjadi figur sentral dalam kitab selanjutnya. Maksud dari kitab Rut ini
yakni memberi keterangan mengenai keturunan Daud, yang berasal dari
seorang perempuan Moab (4:17). Relasi antara Israel dan orang Moab
kurang baik (Ulangan 23:3 dan Nehemia 13:1), hanya di masa dahulukala ada
relasi persaudaraan diantaranya (1 Sam. 22:3). Sehingga penulis kitab ini
yang hidup pada masa sesudah pembuangan di Babylon, dan yang dengan
sadar menghubungkan raja Daud dengan Rut, orang Moab itu, dengan
maksud untuk memprotes politik terhadap orang Moab, yang menurut
Ulangan dan Nehemia, tidak boleh masuk ke dalam jemaat Yehuda. 1 Tidak
diketahui dengan pasti siapa nama penulis kitab ini. Agaknya menggunakan
gaya bahasa Aram meskipun pada umumnya memakai bahasa Ibrani.
Menurut para ahli kitab ini ditulis antara zaman awal kerajaan sampai pada
zaman sesudah pembuangan di Babylon.2

A. Analisa Konteks Budaya

Kitab Rut tidak memiliki kesangsian mengenai tanggal kejadian-


kejadian yang ada di dalamnya karena semuanya berlangsung selama
periode Hakim-Hakim (1:1). Tetapi, perihal kapan tepatnya tidak ada
kepastian. Kemungkinan terjadi pada relatif bagian akhir periode tersebut,
mengingat Boas ditunjukkan sebagai kakek dari Daud. 3 Hal ini bisa terjadi
secara fleksibel, mengenai silsilah posisi Boas mungkin sudah digeser agak
1
J Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005), hal. 156
2
W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: taurat dan sejarah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), hal. 318
jauh dari Daud. Latar belakang kitab ini kurang lebih sama dengan Kitab
Hakim-Hakim.

Orang Moab memiliki kebiasaan perkawinan “anggan” serta kebiasaan


penebusan yang ditemukan dalam kitab Rut ini. Tentang Bangsa Moab, tanah
yang didiaminya itu dataran tinggi tepat sebelah Timur dari Laut Mati,
terutama separuh bagian Selatan. Mereka hidup berpindah-pindah sebagai
pengembala ternak, dan membentuk pemukiman agraris kecil-kecil, di sana
tidak dikenal kota-kota besar. Negeri ini merentang pada sekitar “Jalan Besar
Raja”, yang menjadi jalur penting perdagangan utara-selatan. Wilayah
tersebut terus didiami hampir pada seluruh periode yang diliput Perjanjian
Lama.

Moab adalah anak laki-laki Lot. Kaitan orang Moab dengan Israel bisa
dijelaskan melalui hasil hubungan inses antara Lot dengan putri tertuanya;
jadi hubungan antara orang Israel dan Moab itu jauh. 4 Terjadi perkawinan
dua orang bersaudara yang melanggar adat. Selama periode yang
digambarkan dalam Kitab Rut, hubungan antara kedua bangsa ini stabil.
Tetapi selanjutnya mengalami konflik yang terjadi berkali-kali. Hal itu bisa
dilihat pada inskripsi dari Mesa, raja Moab, yang menyatakan bermusuhan
dengan Raja Omri dan Ahab dalam abad kesembilan sM; permusuhan Yoram
(anak Ahab) dengan Mesa.

Mengenai agama, orang Moab hampir mirip dengan orang Kanaan.


Yang menjadi dewa mereka adalah Kemos, namun menyembah istri Kemos,
yakni Astar dan juga yang disebut Baal.5 Itu membuktikan terdapat
persamaan rasa beragama. Sekalipun berada dalam kesamaan rasa beragama
namun tetap memiliki perbedaan yang jauh seperti misalnya politeisme dan

3
David M. Howard, Kitab-Kitab Sejarah: dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2013), hal. 161
4
Ibid.
5
Ibid.
mempersembahkan manusia. Keberagamaan agama tidak membuat mereka
kemudian memiliki kepercayaan lebih dari satu Tuhan.

Dalam Kitab Rut ini yang paling banyak didiskusikan ialah mengenai
pranata “anggan” yang berarti perkawinan dengan janda yang telah mati
suaminya. Hal ini terdapat juga dalam kitab Ulangan 25:5-10. Mengapa hal
demikian terjadi? Dengan tujuan bahwa nama keturunan dari saudara yang
mati terus ditegakkan atau berlanjut, seperti yang dialami oleh Rut dan Boas.

Dari peristiwa tersebut kita bisa melihat bahwa kasus yang ada dalam
kitab Rut itu sebenarnya bukan perkawinan anggan yang diatur oleh Kitab
Ulangan. Karena jika diperhatikan dalam Kitab Rut tidak ditemukan
pengertian “melaksanakan kewajiban saudara ipar”.

B. Analisis Tafsir

Ayat 4. wayyis’u lahem nasim mo’abiyyot: “lalu keduanya memperistri


perempuan Moab”. (1:3, wayyamat ... wattisa’er: kemudian ... mati
meninggalkan). Tahun pertama di Moab, Elimelek meninggal.6

Ayat 6. wattaqam hi’ wekaloteha: “kemudian ia berkemas bersama


kedua menantunya”. Pronomina resumtif hi’ mewakili Naomi sebagai subjek
penentu tindakan yang digambarkan verba. Kebrangkatan mereka bertiga
atas inisatif Naomi, subjek aktif verba-verba itu.7

Ayat 8b “Kiranya TUHAN menunjukkan kasih-Nya kepadamu” : ya’as


yhwh ‘immaken hesed. Hesed selalu konkret dalam konteks hubungan baik,
berupa tindakan yang berasal dari sikap memelihara dan meningkatkan
hidup. Dalam konteks relasi personal, hesed tertuju pada atau diharapkan
datang dari pihak lain, atau kedua belah pihak saling menunjukkannya. 8
Kasih pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan kinyatakan kepada keluarga Naomi
dan dinyatakan jua oleh Rut.
6
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal.4
7
Ibid., hal. 5
8
Ibid., hal.8
Ayat 9. “kamu mendapat tumpuan hidup, masing-masing di rumah
suamimu” : umese’na menuha ‘issa bet ‘isah. Gagasan pokok menuha ialah
tempat beristirahat. Menuha terkait dengan rumah atau rumah tangga. Dalam
masyarakat patriarkat pernikahan bagi perempuan merupakan suatu
perkara besar, yang membuat ketenangannya terjamin.9

Ayat 10. ‘kami mau pulang bersamamu kepada bangsamu”: ki-iitak


nasub le’ammek. ki di sini agaknya demonstratif sehingga tidak perlu
diterjemahkan. Preposisi ‘ittak sebelum verba bermaksud menegaskan. Ayat
11. lamma “untuk apa”. Partikel tanya lamma menandai pertanyaan retoris
yang mencela kekerasan sikap mereka untuk tetap ikut Naomi meski tidak
ada kebaikannya bagi mereka. Ayat 13. ki-mar-li me’od mikem: “hidupku jauh
lebih getir dari hidupmu”. Ayat 14. wattissena qolan wattibkena ‘od: “mereka
masih menangis keras”. Mereka sudah menangis (1:9) dan masih menangis.
Posisi ‘od menegaskan kelanjutan itu10.

Ayat 16. ‘el ‘aser telki ... uba’aser talinu: “ke mana pun engkau pergi ...
di mana pun engkau tinggal”. Arti umum verba lin adalah bermalam, namun
di sini artinya lebih daripada itu. Rut mau tinggal bersama Naomi di mana
saja sebagai bagian dari totalitas komitmennya. 11 Ini menunjukkan adanya
relasi kedekatan dan ketergantungan menantu-mertua yang amat jarang di
temui.

Ayat 17. ko ya’ase yhwh li eko yosip ki hammawet yaprid beni ubeneka:
“kiranya TUHAN menghukum aku dengan berat, bahkan lebih lagi, jika ada
yang memisahkan aku darimu kecuali maut”. Rut bersumpah bahwa hanya
mautlah yang dapat memisahkan mereka berdua. Jika Rut melanggar sumpah
itu, ia siap dihukum seberat-beratnya. Ayat 19. haz’ot no’omi: “ini Naomi!”
Partikel ha di sini tidak berfungsi sebagai kata tanya, tetapi sebagai kata seru
karena gembira, artinya mereka tidak mengenali Naomi lagi. Ayat 20: ki-
9
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 8
10
Ibid., hal. 9-10
11
Ibid.
hemar sadday li me’id: “sebab Yang Mahakuasa telah membuat hidupku amat
getir”. Ayat 22. hassaba missede mo’ab: yang turut kembali dari daerah
Moab”. Rut sudah tak bersuami. Di Betlehem, ia tak mempunyai keluarga
kecuali Naomi. Oleh karena itu, identitas sang mertua sebagai orang yang
kembali dari Moab juga melekat pada diri Rut. Rut dikenal sebagai orang
yang kembali bersama Naomi dari Moab (2:6), pulang ke tanah air jadi bagian
dari bangsa Israel.12 Kembalinya Rut bersama Naomi ke Yehuda menjadi
tanda kasih dan kesetiaan seorang menantu terhadap mertua. Ia bahkan rela
meninggalkan keluarganya demi pergi bersama dengan ibu dari suaminya
yang telah meninggal.

Kitab Rut juga sebagai sebuah kisah cinta, membawa kita pada ingatan
bahwa sekalipun masa Hakim-hakim yang di dalamnya terdapat kesedihan
yang berlangsung secara terus-menerus karena Israel yang murtad, tetapi
kemudian di waktu-waktu berikutnya di tempat yang lain masih ada orang-
orang yang dengan sungguh mengasihi Tuhan dan sesamanya. 13 Kitab Rut
mengisahkan tentang kesetiaan Rut terhadap mertuanya, Naomi. Seperti
yang telah disinggung sebelumnya bahwa Rut ialah seorang Moab yang
menikah dengan anak lelaki Elimelekh, seorang Yehuda dari Betlehem. Ketika
itu terjadi bencana kelaparan di Yehuda Elimelekh bersama dengan isterinya,
Naomi pindah ke Moab. Selanjutnya dikisahkan bahwa Elimelekh mati dan
meninggalkan dua anak laki-laki yakni Mahlon dan Kilyon. Keduanya
memperisteri perempuan Moab yaitu Rut dan Orpa. Ketika Mahlon dan
Kilyon meninggal tersisa Naomi bersama dengan kedua menantunya. Naomi
meminta kedua menantunya itu untuk kembali ke keluarga mereka masing-
masing dan Naomi kembali ke Yehuda karena bencana kelaparan sudah
berakhir, namun keduanya berat hati. Ayat 8a “Pergilah, pulanglah masing-
masing ke rumah ibunya”: ‘issa lebet ‘immah. Dalam Bilangan 30:16
dinyatakan bahwa sebelum menikah, seorang gadis berada di bawah
12
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 14
13
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2012). Hal. 85
kekuasaan ayahnya. Dalam masyarakat patriarkat, perempuan yang
menjanda itu harus kembali pada ayahnya. Dalam teks dikatakan “ke rumah
ibunya” tidak berarti bahwa ayahnya telah meninggal sehingga yang disebut
ialah ibunya, namun pernyataan ini lebih melihat peran penting ibu dalam
pernikahan anak.14 Naomi memerintahkan kepada mereka untuk tidak
mengikuti ia kembali ke Yehuda karena Naomi mengharapkan kebahagiaan
bagi mereka dengan cara menikah lagi. Naomi menyadari bahwa ia tidak lagi
bisa memberikan anak kepada kedua menantunya untuk dijadikan suami.
Namun, hal tersebut tidak dihiraukan menantunya.

C. Implikasi

Kitab Rut mengetengahkan kisah tentang kelaparan, kematian, dan


kesetiaan terhadap mertua. Kelaparan adalah seituasi yang tidak
menyenangkan di Israel.15 Kisah keluarga Naomi ini merupakan sejarah yang
cukup menyayat hati dimana kala itu terjadi bencana kelaparan di negerinya
yang kemudian membuat mereka keluar dari Betlehem, Yehuda ke Moab.
Moab adalah suatu negeri yang tidak bersahabat dengan Israel. Ketika suami
dan anaknya meninggal, ia tidak lagi mempunyai siapa-siapa yang akan
mendukungnya selain kedua menantunya. Kemudian Naomi bermaksud
pulang ke Yehuda karena terdengar kabar tentang kecukupan bahan pangan
di sana (ay. 6)16. Naomi lalu memberi perintah agar menantuya kembali
kepada ibunya, mereka berdua menolak. Tetapi pun pada akhirnya Orpa
memutuskan untuk kembali kepada ibunya, dan Rut tetap bersikeras untuk
ikut dengan Naomi, mertuanya. Penolakan tersebut memberikan gambaran
betapa besar kasih dan kesetiaannya kepada mertuanya meski suaminya
telah tiada. Rut meninggalkan ibunya, keluarganya untuk bersama dengan

14
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 8
15
Peniel C. D. Maiaweng, “Membangun Teologi Kitab Rut”, Jurnal Prosiding Seminar
Teologi Kitab Rut, 2016, hal.2
16
David M. Howard, Kitab-Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2013), hal. 167
Naomi, sebagaimana dalam Alkitab dikatakan bahwa seorang laki-laki akan
meninggalkan orangtuanya dan bersatu dengan isterinya.

Sekalipun sudah ada yang menemani Naomi dalam kesedihannya, ia


masih tetap bersedih. Itulah sebabnya ketika ia kembali ke Yehuda dan
disambut oleh orang-orang disana ia justru ingin dipanggil “Mara” yang
artinya “pahit”, karena kedukaan dan kesedihan yang masih menggumpal di
hatinya. Tetapi peristiwa itu menjadi pintu pengharapan dan berkat bahwa
akan datang musim penuaian jelai, sebagai tanda kasih Allah.

Kisah Rut memberi gambaran menantu yang ideal. Kesetiaannya


kepada mertuanya, Naomi membawa dia pergi ke Yehuda dan menjadi
seorang pemungut jelai di sebuah ladang gandum milik Boas yang pada
akhirnya menjadi suaminya. Rut terlihat begitu amat totalitas. Rut
menyatakan kesiapannya untuk menjadikan bangsa Naomi menjadi
bangsanya, Allah Naomi menjadi Allahnya jua. Rut dengan berani melibatkan
Tuhan dalam komitmen yang telah ia nyatakan (1:17). Rut berketetapan hati
bahwa tidak ada apapun yang dapat memisahkan ia dengan Naomi selain
daripada maut (1:18). Ia mengikatkan dirinya seumur hidup dengan Naomi,
tetap bersatu dengannya apapun yang terjadi. 17 Ia benar-benar menyatakan
kesiapannya untuk mengganti identitasnya dan mengenakan identitas yang
baru. Atas kesetiaan dan kepercayaannya, ia mengalami hidup baru yang
terus dipeliharakan oleh Tuhan. Demikian halnya dengan kita sebagai
seorang yang percaya kita juga telah, sedang dan akan terus mengalami
pemeliharaan Tuhan. Ia telah menyatakan karya penyelamatanNya melalui
pengorbanan Yesus Kristus, sehingga kita hendaknya terus bertekun dalam
ketaatan dan kesetiaan. Hidup baru telah kita terima di dalam Kristus, itu
berarti kehidupan kelam kita tinggalkan.

17
Shintia Maria Kapojos, Hengki Wijaya., “Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, volume 2, nomor 2, Juli 2018,
hal. 101
Terjadinya peristiwa kematian, kelaparan yang menimpa keluarga
Naomi bersama menantunya itu diijinkan oleh Allah terjadi untuk
menggenapi rencana-Nya di masa mendatang. 18 Allah selalu memiliki
rancangan damai sejahtera bagi umat-Nya. Melalui peristiwa itu, Naomi
mendapatkan pengasihan Allah melalui kehadiran Rut. Pun Rut melalui kisah
haru dan menyesakkan tersebut mulai mengenal Allah. Mestinya kesetiaan
Rut menjadi teladan bagi kehidupan umat Kristiani sekarang ini dalam
menjalin relasi antar menantu dan mertua. Bagaimana mengasihi mertua
selayaknya mengasihi orang tua kandung, menyatakan karya dan kasih Allah
dalam berelasi dengan sesama.

Bab III

18
Shintia Maria Kapojos, Hengki Wijaya., “Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, volume 2, nomor 2, Juli 2018,
hal. 103
Penutup

Kesimpulan

Karya Allah dinyatakan melalui berbagai peristiwa yang terjadi.


Peristiwa pahit yang dialami oleh Naomi atas bencana kelaparan yang
dialami di negerinya, bahkan sampai pada kehilangan suami dan kedua
anaknya membuat ia bersedih. Namun melalui peristiwa itu Allah memiliki
maksud tertentu dengan menghadirkan Rut. Kesetiaan Allah dinyatakan
melalui kehadiran Rut yang juga dengan setia mengikuti Naomi. Kesetiaan
Rut membuat ia mengalami hidup baru dimana ia bisa mengenal Allah.
Dahulu, yang ia sembah adalah dewa Kamos, kini setelah bersama Naomi ia
memutuskan untuk mengambil komitmen secara utuh. Bahwa bangsa Naomi
ialah bangsanya, dan Allah naomi ialah Allahnya jua. Pada akhirnya kepahitan
Naomi menjadi kebahagiaan ketika Rut hadir karena dipeliharanya ia sampai
tua, bahkan kepadanya diberikan cucu dari perkawinan Rut dan Boas.
Kesetiaan Allah memelihara umat dinyatakan-Nya melalui kesetiaan Rut dan
di dalamnya terdapat karya penyelamatan ketika Rut telah menerima Allah
sebagai Allahnya yang hidup.

Daftar Pustaka
Alkitab
J Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 2005.
W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: taurat dan sejarah, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 2004.

David M. Howard, Kitab-Kitab Sejarah: dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum


Mas), 2013.

Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2009.

Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum


Mas), 2012.

Peniel C. D. Maiaweng, “Membangun Teologi Kitab Rut”, Jurnal Prosiding


Seminar Teologi Kitab Rut, 2016
Shintia Maria Kapojos, Hengki Wijaya., “Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, volume 2,
nomor 2, Juli 2018,

Anda mungkin juga menyukai