TEOLOGI PL 2
Menantu Ideal
Oleh:
2020164920
Kelas D Teologi
Tahun 2019
Kata Pengantar
Penulis
Daftar Isi
a. Kesimpulan ............................................................................................. 14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesetiaan merupakan suatu poin penting dalam kehidupan
berelasi. Kesetiaan berarti ketaatan dan atau keteguhan hati. Di
berbagai tempat dan waktu kesetiaan banyak di perbincangkan.
Dalam Alkitab juga mengisahkan kesetiaan seorang yang bernama Rut
kepada mertuanya. Persoalan yang umum di kalangan masyarakat
saat ini ialah begitu jarang kita menjumpai relasi yang harmonis
antara mertua dan anak menantu. Pada umumnya hubungan itu
seringkali menimbulkan konflik dan perselisihan. Ibu mertua merasa
kehilangan kasih sayang secara utuh dari anak lelakinya karena
kehadiran seorang isteri. Orangtua merasa si isteri telah merebut
anaknya daripadanya. Persoalan semakin kompleks jika si menantu
belum memenuhi keinginannya untuk memiliki cucu.
Sebuah kisah yang terdapat dalam Kitab Rut menggambarkan
situasi yang berbeda. Dalam Kitab Rut ini terungkap kata hesed yang
mengarah pada kesetiaan. Sepanjang kitab Rut yang terdiri atas 4
pasal akan dibahas mengenai kesetiaan. Kitab Rut sendiri
penempatannya sesudah kitab Hakim-Hakim dikarenakan keduanya
menceritakan zaman yang sama, pun tradisi kuno menganggap kitab
ini berasal dari kitab Hakim-hakim. Kitab ini diberi nama Rut sebagai
tokoh utama di dalamnya.
Lebih lanjut makalah ini akan membahas bagaimana kesetiaan
Rut terhadap mertuanya melalui studi hermeneutik kitab Rut 1 dan
implikasinya bagi menantu zaman sekarang.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang tersebut diatas maka yang menjadi
rumusan masalahnya ialah: bagaimana kesetiaan Rut terhadap
mertuanya berdasarkan Rut 1 dan implikasinya bagi menantu zaman
sekarang.
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut diatas maka yang menjadi
tujuan penulisannya ialah: bagaimana kesetiaan Rut terhadap
mertuanya berdasarkan Rut 1 dan implikasinya bagi menantu zaman
sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Kitab Rut terletak diantara Kitab Hakim-hakim dan Samuel. Kitab itu
dibuka dengan menyebut zaman para hakim sebagai latar peristiwa-
peristiwa dalam narasi (1:1), sekaligus mengaitkan kitab itu dengan kitab
sebelumnya. Dan kemudian kitab itu ditutup dengan menyebut Daud (4:22)
yang menjadi figur sentral dalam kitab selanjutnya. Maksud dari kitab Rut ini
yakni memberi keterangan mengenai keturunan Daud, yang berasal dari
seorang perempuan Moab (4:17). Relasi antara Israel dan orang Moab
kurang baik (Ulangan 23:3 dan Nehemia 13:1), hanya di masa dahulukala ada
relasi persaudaraan diantaranya (1 Sam. 22:3). Sehingga penulis kitab ini
yang hidup pada masa sesudah pembuangan di Babylon, dan yang dengan
sadar menghubungkan raja Daud dengan Rut, orang Moab itu, dengan
maksud untuk memprotes politik terhadap orang Moab, yang menurut
Ulangan dan Nehemia, tidak boleh masuk ke dalam jemaat Yehuda. 1 Tidak
diketahui dengan pasti siapa nama penulis kitab ini. Agaknya menggunakan
gaya bahasa Aram meskipun pada umumnya memakai bahasa Ibrani.
Menurut para ahli kitab ini ditulis antara zaman awal kerajaan sampai pada
zaman sesudah pembuangan di Babylon.2
Moab adalah anak laki-laki Lot. Kaitan orang Moab dengan Israel bisa
dijelaskan melalui hasil hubungan inses antara Lot dengan putri tertuanya;
jadi hubungan antara orang Israel dan Moab itu jauh. 4 Terjadi perkawinan
dua orang bersaudara yang melanggar adat. Selama periode yang
digambarkan dalam Kitab Rut, hubungan antara kedua bangsa ini stabil.
Tetapi selanjutnya mengalami konflik yang terjadi berkali-kali. Hal itu bisa
dilihat pada inskripsi dari Mesa, raja Moab, yang menyatakan bermusuhan
dengan Raja Omri dan Ahab dalam abad kesembilan sM; permusuhan Yoram
(anak Ahab) dengan Mesa.
3
David M. Howard, Kitab-Kitab Sejarah: dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2013), hal. 161
4
Ibid.
5
Ibid.
mempersembahkan manusia. Keberagamaan agama tidak membuat mereka
kemudian memiliki kepercayaan lebih dari satu Tuhan.
Dalam Kitab Rut ini yang paling banyak didiskusikan ialah mengenai
pranata “anggan” yang berarti perkawinan dengan janda yang telah mati
suaminya. Hal ini terdapat juga dalam kitab Ulangan 25:5-10. Mengapa hal
demikian terjadi? Dengan tujuan bahwa nama keturunan dari saudara yang
mati terus ditegakkan atau berlanjut, seperti yang dialami oleh Rut dan Boas.
Dari peristiwa tersebut kita bisa melihat bahwa kasus yang ada dalam
kitab Rut itu sebenarnya bukan perkawinan anggan yang diatur oleh Kitab
Ulangan. Karena jika diperhatikan dalam Kitab Rut tidak ditemukan
pengertian “melaksanakan kewajiban saudara ipar”.
B. Analisis Tafsir
Ayat 16. ‘el ‘aser telki ... uba’aser talinu: “ke mana pun engkau pergi ...
di mana pun engkau tinggal”. Arti umum verba lin adalah bermalam, namun
di sini artinya lebih daripada itu. Rut mau tinggal bersama Naomi di mana
saja sebagai bagian dari totalitas komitmennya. 11 Ini menunjukkan adanya
relasi kedekatan dan ketergantungan menantu-mertua yang amat jarang di
temui.
Ayat 17. ko ya’ase yhwh li eko yosip ki hammawet yaprid beni ubeneka:
“kiranya TUHAN menghukum aku dengan berat, bahkan lebih lagi, jika ada
yang memisahkan aku darimu kecuali maut”. Rut bersumpah bahwa hanya
mautlah yang dapat memisahkan mereka berdua. Jika Rut melanggar sumpah
itu, ia siap dihukum seberat-beratnya. Ayat 19. haz’ot no’omi: “ini Naomi!”
Partikel ha di sini tidak berfungsi sebagai kata tanya, tetapi sebagai kata seru
karena gembira, artinya mereka tidak mengenali Naomi lagi. Ayat 20: ki-
9
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 8
10
Ibid., hal. 9-10
11
Ibid.
hemar sadday li me’id: “sebab Yang Mahakuasa telah membuat hidupku amat
getir”. Ayat 22. hassaba missede mo’ab: yang turut kembali dari daerah
Moab”. Rut sudah tak bersuami. Di Betlehem, ia tak mempunyai keluarga
kecuali Naomi. Oleh karena itu, identitas sang mertua sebagai orang yang
kembali dari Moab juga melekat pada diri Rut. Rut dikenal sebagai orang
yang kembali bersama Naomi dari Moab (2:6), pulang ke tanah air jadi bagian
dari bangsa Israel.12 Kembalinya Rut bersama Naomi ke Yehuda menjadi
tanda kasih dan kesetiaan seorang menantu terhadap mertua. Ia bahkan rela
meninggalkan keluarganya demi pergi bersama dengan ibu dari suaminya
yang telah meninggal.
Kitab Rut juga sebagai sebuah kisah cinta, membawa kita pada ingatan
bahwa sekalipun masa Hakim-hakim yang di dalamnya terdapat kesedihan
yang berlangsung secara terus-menerus karena Israel yang murtad, tetapi
kemudian di waktu-waktu berikutnya di tempat yang lain masih ada orang-
orang yang dengan sungguh mengasihi Tuhan dan sesamanya. 13 Kitab Rut
mengisahkan tentang kesetiaan Rut terhadap mertuanya, Naomi. Seperti
yang telah disinggung sebelumnya bahwa Rut ialah seorang Moab yang
menikah dengan anak lelaki Elimelekh, seorang Yehuda dari Betlehem. Ketika
itu terjadi bencana kelaparan di Yehuda Elimelekh bersama dengan isterinya,
Naomi pindah ke Moab. Selanjutnya dikisahkan bahwa Elimelekh mati dan
meninggalkan dua anak laki-laki yakni Mahlon dan Kilyon. Keduanya
memperisteri perempuan Moab yaitu Rut dan Orpa. Ketika Mahlon dan
Kilyon meninggal tersisa Naomi bersama dengan kedua menantunya. Naomi
meminta kedua menantunya itu untuk kembali ke keluarga mereka masing-
masing dan Naomi kembali ke Yehuda karena bencana kelaparan sudah
berakhir, namun keduanya berat hati. Ayat 8a “Pergilah, pulanglah masing-
masing ke rumah ibunya”: ‘issa lebet ‘immah. Dalam Bilangan 30:16
dinyatakan bahwa sebelum menikah, seorang gadis berada di bawah
12
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 14
13
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2012). Hal. 85
kekuasaan ayahnya. Dalam masyarakat patriarkat, perempuan yang
menjanda itu harus kembali pada ayahnya. Dalam teks dikatakan “ke rumah
ibunya” tidak berarti bahwa ayahnya telah meninggal sehingga yang disebut
ialah ibunya, namun pernyataan ini lebih melihat peran penting ibu dalam
pernikahan anak.14 Naomi memerintahkan kepada mereka untuk tidak
mengikuti ia kembali ke Yehuda karena Naomi mengharapkan kebahagiaan
bagi mereka dengan cara menikah lagi. Naomi menyadari bahwa ia tidak lagi
bisa memberikan anak kepada kedua menantunya untuk dijadikan suami.
Namun, hal tersebut tidak dihiraukan menantunya.
C. Implikasi
14
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 8
15
Peniel C. D. Maiaweng, “Membangun Teologi Kitab Rut”, Jurnal Prosiding Seminar
Teologi Kitab Rut, 2016, hal.2
16
David M. Howard, Kitab-Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2013), hal. 167
Naomi, sebagaimana dalam Alkitab dikatakan bahwa seorang laki-laki akan
meninggalkan orangtuanya dan bersatu dengan isterinya.
17
Shintia Maria Kapojos, Hengki Wijaya., “Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, volume 2, nomor 2, Juli 2018,
hal. 101
Terjadinya peristiwa kematian, kelaparan yang menimpa keluarga
Naomi bersama menantunya itu diijinkan oleh Allah terjadi untuk
menggenapi rencana-Nya di masa mendatang. 18 Allah selalu memiliki
rancangan damai sejahtera bagi umat-Nya. Melalui peristiwa itu, Naomi
mendapatkan pengasihan Allah melalui kehadiran Rut. Pun Rut melalui kisah
haru dan menyesakkan tersebut mulai mengenal Allah. Mestinya kesetiaan
Rut menjadi teladan bagi kehidupan umat Kristiani sekarang ini dalam
menjalin relasi antar menantu dan mertua. Bagaimana mengasihi mertua
selayaknya mengasihi orang tua kandung, menyatakan karya dan kasih Allah
dalam berelasi dengan sesama.
Bab III
18
Shintia Maria Kapojos, Hengki Wijaya., “Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, volume 2, nomor 2, Juli 2018,
hal. 103
Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Alkitab
J Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 2005.
W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: taurat dan sejarah, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 2004.
Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2009.