Anda di halaman 1dari 12

KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN

Nama : Monica Zefanya

Kelas : XI Perhotelan 2
Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang
disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh
Allah sendiri yakni keluarga Adam Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus
ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel;
Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama yang
dibentuk oleh Allah. Selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga yang disebut keluarga
besar, yaitu persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak serta kakek, nenek, paman
dan bibi, dan lain-lain. Mereka beresal dari hubungan keluarga (kekerabatan) ayah maupun
keluarga (kekerabatan) ibu.Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan
anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut
Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.

Syarat pertama bagi setiap anggota keluarga Kristen adalah bahwa mereka semua
berupa orang Kristen, yakni memiliki hubungan sejati dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat mereka. Efesus 5:22-33 memberi pedoman bagi suami dan istri di dalam
keluarga Kristen. Sang suami harus mengasihi istrinya sama seperti Kristus mengasihi gereja,
dan sang istri harus menghormati suaminya dan secara sukarela tunduk terhadap
kepemimpinannya di dalam keluarga. Peran kepemimpinan suami harus dimulai dari
hubungan rohaninya secara pribadi dengan Allah, kemudian berlanjut pada pengajaran pada
istri dan anak-anaknya dalam materi Alkitab. Para ayah diperintah mengenai para anaknya
"didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4). Seorang ayah perlu
memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika tidak, ia "murtad dan lebih buruk dari orang yang
tidak beriman" (1 Timotius 5:8). Jadi, seorang pria yang tidak berusaha memenuhi kebutuhan
keluarganya tidak layak menjuluki dirinya Kristen. Ini bukan berarti bahwa seorang istri tidak
boleh membantu memenuhi kebutuhan keluarga — Amsal 31 menunjukkan bagaimana
seorang istri saleh dapat melakukannya — namun memenuhi kebutuhan keluarga bukanlah
tanggung-jawab utamanya; ialah tanggung-jawab sang suami.

Wanita diberikan kepada pria guna membantu suaminya (Kejadian 2:18-20) dan mengandung
anak. Suami dan istri dalam pernikahan Kristen harus saling setia seumur hidup. Allah
menyatakan nilai yang setara bagi pria dan wanita karena Ia telah menciptakan keduanya
menurut gambar dan rupa-Nya. Ini tidak berarti bahwa keduanya mempunyai peran yang
sama dalam kehidupan. Secara umum, wanita lebih terampil dalam memelihara dan
mengasuh anak kecil, sedangkan pria lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan dan
melindungi keluarganya. Jadi, meskipun secara status mereka setara, namun mereka
memainkan peran yang berbeda dalam keluarga Kristen.
Pernikahan Kristen, yang menjadi dasar dari keluarga Kristen, mengikuti pedoman alkitabiah
dalam hal hubungan seks. Alkitab mengecam pandangan kebudayaan yang menghalalkan
perceraian, hidup bersama sebelum menikah, dan pernikahan sesama jenis. Seksualitas yang
diungkapkan sesuai standar yang alkitabiah adalah ekspresi kasih dan komitmen yang teramat
indah. Di luar pernikahan, seks adalah dosa.
Para anak diberi dua tanggung-jawab utama dalam keluarga Kristen: menaati dan
menghormati orang tua mereka (Efesus 6:1-3). Menaati orang tua adalah kewajiban para anak
sampai mereka dewasa, namun menghormati orang tua adalah tanggung-jawab seumur hidup.
Allah menjanjikan berkat-Nya atas mereka yang menghormati orang tua.

Secara ideal, semua anggota keluarga Kristen berkomitmen pada Kristus dan untuk melayani-
Nya. Ketika sang suami, istri, dan anak semuanya memenuhi peran ilahi mereka, maka damai
dan keharmonisan menjadi citra rumah tangga mereka. Namun, jika kita mengusahakan
keluarga Kristen tanpa Kristus sebagai Kepalanya atau tanpa menaati prinsip alkitabiah yang
telah Tuhan sediakan, rumah tangga kita akan menderita.

Pentingnya peran keluarga :

1.Keluarga merupakan tempat pertama menjalani pertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi,
hubungan sosial, kasih dan rohani. Keluarga yang melalui seorang ayah dan seorang ibu yang
pertama memberikan perhatian, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh.

2.Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang
bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing dimana keluarga sebagai landasan
kehidupan anak dibangun dan dikembangkan.

3.Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di
dalam keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan yang terjadi karena ikatan kasih.

4.Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai kehidupan bagi setiap anggota
keluarga dan saling belajar hal yang dianggap baik bagi keluarga tersebut.

5.Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan sebaliknya merupakan tempat


penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan, misalnya,
hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak, dan masalah ekonomi.

Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis

 Untuk meneruskan keturunan.


 Memelihara dan membesarkan anak .
 Memelihara dan merawat anggota keluarga .

2.Fungsi psikologis

 Memberikan kasih sayang dan rasa aman .


 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .
 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .
 Memberikan identitas keluarga.

3.Fungsi sosialisasi
 Membina sosialisi pada anak.
 Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
 Meneruskan nilai-nilai budaya.

4.Fungsi ekonomi

 Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


 Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

5.Fungsi pendidikan

 Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk


perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
 Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Fungsi Keluarga Menurut Alkitab

Keluarga yang diingini Yesus bukanlah keluarga yang ingin mencari kepentingan diri sendiri.
Melainkan sebuah keluarga yang bisa hidup bersatu dengan rukun, saling mencintai satu
sama lain, dan mengetahui arti Paskah. Pernikahan harus dapat dijadikan sebagai satu
kesatuan untuk membangun persekutuan. Seperti yang tertulis, Matius 19:6 “Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia.” Selain pengertian keluarga, kita juga perlu mengetahui fungsi
keluarga Kristen. Diantaranya

1. Sebagai Perwakilan Tuhan dalam Mengelola Alam Semesta

Dunia beserta isinya telah disediakan oleh Tuhan kepada manusia. Manusia hanya dituntut
untuk menjaga dan mengelola alam semesta beserta isinya dengan baik. Dengan tujuan agar
bisa dirasakan oleh keturunan selanjutnya. Sebagai keluarga Kristiani, sikap menjaga alam
semesta harus kita ajarkan kepada anak-anak kita. Caranya dengan melakukan hal-hal kecil
terlebih dahulu, seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat sepele, namun
sangat bermanfaat untuk kelestarian alam semesta. Kejadian 1:28 Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak ;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-
burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

2. Sebagai Lembaga untuk Berekspresi

Ekspresi yang bisa ditunjukkan oleh keluarga sangatlah beranekaragam. Mulai dari cinta,
kasih, harapan, kesetiaan, dan sikap saling menghormati. Kelimanya harus bisa ditunjukkan
keluarga kepada anggota keluarga yang lainnya. Ekspresi tersebut bisa diwujudnyatakan
dengan cara berbagi dan saling mengasihi. Karena Yesus menghendaki kita untuk berbagi
dan tidak rakus atas harta duniawi.
Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu
saling mengasihi; sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-
murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

3. Sebagai Sarana Pendidikan yang Pertama dan Terutama

Fungsi lain dari keluarga sebagai iman Kristen ialah sebagai sarana pendidikan, terutama bagi
anak-anaknya. Anak yang tak pernah dididik untuk disiplin akan tumbuh menjadi anak yang
egois dan congkak. Ia tidak akan mendengarkan perkataan orang lain. Anak cenderung
melakukan sesuatu hal sesuai yang dikehendakinya dan mengabaikan perintah dari orang tua.

Saat anak melawan, orang tua tidak boleh langsung menghakimi anak. Melainkan diberi
peringatan terlebih dahulu. Peringatan ini terdiri dari tiga sesi, yaitu peringatan ringan,
sedang, dan berat. Jika anak melanggar ketiganya, maka orang tua boleh memberikan
hukuman. Hukuman yang diberikan harus disesuaikan dengan tindakan yang dilakukan anak.

Selain hukuman, Anda juga perlu memberikan pujian kepada si anak. Apalagi ketika ia
melakukan perbuatan baik dan taat pada aturan. Dengan demikian, si anak akan merasa
nyaman, dihargai, dan lebih tahu untuk menempatkan diri. Amsal 22:6 “Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.”

4. Sebagai Tempat untuk Menciptakan Suasana Sorga

Sorga bukanlah tempat yang diisi oleh barang-barang mewah. Melainkan sebuah tempat yang
sederhana, namun indah. Keindahannya tampak nyata dari kasih dan sukacita. Disini, orang
tua sebagai tempat utama untuk menyebarkan kasih dan sukacita tersebut. Caranya sangatlah
mudah yaitu menebarkan tawa dan senyum kepada anggota keluarga. Jika orang tua jarang
tersenyum kepada anaknya, otomatis akan berpengaruh terhadap sikap dan mental si anak.

Suasana sorga dalam keluarga dapat terwujud jika Allah juga diundang hadir didalamnya.
Caranya dengan rajin berdoa, agar keluarga dipenuhi dan dilimpahi oleh kepenuhan Allah
sendiri. Efesus 3:17-18 “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu
berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan
segala orang kudus dapat memahami, betapa lebar dan panjangnya dan tingginya dan
dalamnya kasih Kristus.”

5. Sebagai Dasar Iman Sumber Keselamatan

Jika salah satu anggota keluarga hidup di dalam Kristus, maka ia akan senantiasa menjadi
terang dalam keluarga tersebut. Terang tersebut nantinya akan menjadi kesaksian hidup yang
dapat dijadikan sebagai teladan dalam menjalankan hidup. Sehingga anggota keluarga juga
datang dan diselamatkan oleh Yesus Kristus. Kisah Para Rasul 16:31 “Jawab mereka:
Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu.”
Kebutuhan Keluarga Saat Ini

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, maka keluarga perlu dipelihara
dan dibina melalui : Kebutuhan Keluarga Saat Ini

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul Meier seorang psikiater
Kristen Amerika mengusulkan lima aspek yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan
sebuah keluarga, yaitu:
1. Kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus meningkat (1
Korintus 13:4-7). Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian,
perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang seharusnya
berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan secara fisik. Kasih itu harus
diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga
diaktualisasikan ketika menghadapi masalah, memikiul tugas dan tanggung jawab hidup.
Ketiadaan kasih diantara orang tua dapat dirasakan oleh anak, akibat selanjutnya adalah
menggangu pertumbuhan watak mereka.
2. Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan
orang tua bagi anak mereka. Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa
pembentukannya. Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti
pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Melalui disiplin anak
dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan pilihannya dalam kebaikan itu.
Disiplin orang tua bagi anak-anaknya juga berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui
pengajaran, percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa
orang tualah yang paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral
secara berulang-ulang dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam
pengenalan akan Tuhan (Baca: Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
3. Pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus dinyatakan dan
diterapkan orang tua. Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu
minggu atau beberapa hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melain terus menerus dan
konsisten. Penetapan aturan yang harus diikuti anak semestinya mempertimbangkan keadaan
dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa cara anak menanggapi aturan berbeda-beda
sesuai tingkat usia dan tahap perkembangan mereka.
4. Mendesaknya keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan,
sikap, penampilan dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan
pendidikan menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar, merasakan dan
meniru. Selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan dilihat,
seiring dengan perkembangan kognitifnya. Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku
yang buruk, ia memandang itu sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang
telah mengingatkan para orang tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar
tidak membawa anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh
dari atau menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
5. Peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan ketetapan
Allah bagi setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak
Tuhan, maka istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar keluarga dapat bertumbuh
dalam Tuhan. Inilah perannya sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya. Suami yang
takut akan Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di dalam keluarganya dinyatakan
akan berbahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam kehidupan istri, anak-anak dan
pekerjaannya. Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap keluarganya. Ia
mendemonstrasikan peran ini ketika berkata “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b). Peranan orang tua terutama, seorang suami
untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama
dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian banyak peranan suami dalam
Alkitab, dua hal yang paling menonjol, yaitu: 1) Peranan suami sebagai kepala rumah tangga.
(Efesus 5:22-29). Sebagai kepala rumah tangga suami adalah pemimpin keluarga dan
pengambil keputusan; pengayom bagi semua anggota keluarga; pelindung yang melindungi
dan bertanggung jawab; mendidik, menegor dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh
dan teladan yang baik bagi keluarga. 2) Peranan suami sebagai imam. Sebagai imam Ia harus
memimpin dan mengatur ibadah dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi
seluruh anggota keluarganya dan juga bagi dirinya sendiri.

Hubungan, Kebersamaan, dan Tanggung Jawab dalam Keluarga

Bagaimanakah bentuk hubungan dalam keluarga? Bagimanakah bentuk hubungan antara


suami dan istri, orang tua dengan anak, dan anak dengan orang tua? Untuk mengetahui
bentuk hubungan ini dapat dilihat dalam Efesus 5:22-23; 6:1-4; Kolose 3:18-21. Berdasarkan
ayat-ayat tersebut bentuk hubungan dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya

2) Istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal

3) Orang tua mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak
membangkitkan amarah anak-anaknya

4) Anak-anak menghormati dan menaati orang tuanya.

Persekutuan bersama dalam keluarga bersifat dinamis dan harus dijaga


keharmonisannya. Untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga maka perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

1) Menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama di gereja lokal

2) Berdoa bersama-sama atau mezbah keluarga

3) Mengatur keuangan bersama-sama

4) membuat dan menetapkan rencana untuk masa depan bersama-sama

5) Biasakan makan bersama-sama

6) Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya.


Berdasarkan hubungan diatas setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab
masing-masing yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

1) Tanggung jawab suami terhadap istri antara lain: mengasihi dan menyayangi
istrinya; memelihara dan melindungi; menghargai dan menghormati; memimpin
seluruh anggota keluarga.

2) Tanggung jawab istri terhadap suami antara lain: Penolong, teman dan sahabat
bagi suaminya; merawat dan mengatur seisi rumah; rendah hati untuk tunduk pada
suami; dan memperhatikan kecantikan pribadi lebih dari kecantikan lahiriah.

3) Tanggung Jawab orang tua terhadap anak-anaknya antara lain: merencanakan masa
depan mereka; merawat dan memelihara mereka; mengasuh dan mencukupi
kebutuhan mereka; mengasihi mereka; mengajar, mendidik, dan membimbing
mereka; memberi teladan dan bersaksi bagi mereka.

4) Tanggung jawab anak terhadap orang tua antara lain: membantu orang tua dalam
memelihara seisi rumah; mengerjakan tugas-tugas yang diberikan orang tua; dan belajar
dibawah bimbingan orang tua.

Keluarga Kristen Sebagai Teladan dalam Perbuatan Baik

Semua anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik. Kenapa setiap orang Kristen wajib
berbuat baik? Karena Tuhan telah berbuat baik kepada kita terlebih dahulu. Dengan cara apa
Tuhan berbuat baik kepada manusia?

1) Karena Tuhan telah menciptakan alam semesta untuk dikelola manusia;

2) Karena Tuhan telah mencipta dan memberi kehidupan kepada kita;

3) Karena Tuhan telah menebus kita dari kuasa dosa;

4) Karena Tuhan telah menyediakan kehidupan yang kekal untuk kita.

Demikianlah perbuatan baik Tuhan yang Ia berikan kepada manusia. Hal inilah yang
menyebabkan setiap anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik dan menjadi teladan dalam
hal perbuatan baik ini.Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada siapapun, kapanpun,
dan dimanapun adalah sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah berbuat baik
kepada kita (Kolose 3:23). Perbuatan baik apapun yang kita lakukan bukanlah untuk
mendapat pujian tau penghargaan, melainkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Sebagai
contoh. Suami berbuat baik kepada istri dan anak-anaknya, istri berbuat baik kepada suami
dan anak-anaknya, anak-ana erbuat baik kepada orang tua dan saudara-saudaranya dan setiap
anggota keluarga Kristen berbuat baik kepada setiap orang. Tuhan Yesus berkata
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16)
Berikut beberapa ciri keluarga yang berkenan kepada Tuhan.

1. Keluarga yang memiliki pendirian.

Tantangan, pergumulan, masalah dan penderitaan semakin hari semakin berat. Tawaran-
tawaran yang menggiurkan yang ditawarkan oleh dunia ini menggoda keluarga untuk
menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Daya tarik jabatan, harta dan kekuasaan
menambah panjang pergumulan yang dihadapi oleh keluarga. Ditambah lagi dengan
kejahatan yang dari hari ke harai terus memperlihatkan eskalase yang begitu tinggi, tekanan
dan beban hidup ekonomi yang begitu berat melengkapi ujian hidup keluarga Kristen.

Di tengah situasi dan kondisi kehidupan dengan kompleksitas masalah seperti yang
dikemukakan di atas, keluarga-keluarga Kristen hidup dan mempertaruhkan iman, kasih dan
pengharapannya kepada Tuhan. Hanya keluarga Kristen yang memiliki pendirian yang
teguhlah yang akan keluar sebagai emas murni. Itulah tujuan dari setiap ujian yang dihadapi
oleh keluarga Kristen. rasul Petrus dalam suratnya menulis tentang hal itu demikian:
“Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi
nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan
diri-Nya” – 1 Petrus 1:7.

Yosua dan keluarganya memiliki pendirian yang teguh dan tidak tergoyahkan. Meskipun
orang Israel (yang berjumlah lebih kurang 2 juta orang) akan menyembah berhala, tetapi
Yosua sekeluarga (yang hanya beberapa orang) tidak akan ikut-ikutan. Walaupun Yousa
sekeluarga menoritas di tengah-tengah mayoritas yang hidupnya menyimpang dari kebenaran
firman Tuhan, Yosua sekeluarga tetap tampil beda. Identitas mereka tidak abu-abu tetapi jelas
yaitu hidup mereka hanya mau menyembah kepada Yahweh Elohim – TUHAN Allah yang
hidup dan berkuasa. Fokus ibadah dan penyembahan Yosua sekeluarga hanya kepada Allah.

Hal itu dibuktikan oleh Yosua dengan sebuah pernyataan dan sikap iman yang tegas dengan
mengatakan demikian: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya
nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya
kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” –
Yousa 24:15. Sebagai pemimpin Israel, Yosua tidak memaksakan kehendak rohaninya
kepada keluarga-keluarga Israel. Yosua memperhadapkan kepada mereka sebuah pilihan
(choice) dan sebuah keputusan (decision) untuk keluarga-keluarga Israel putuskan sendiri
berkaitan dengan kehidupan rohani mereka. Beribadah kepada berhala-berhala atau kepada
Yahweh Elohim – TUHAN Allah itulah hal penting yang diperhadapkan Yosua kepada
keluarga-keluarga Israel. Pilihan dan keputusan ada ditangan setiap keluarga Israel. Pilihan
dan keputusan rohani akan menentukan perjalanan hidup keluarga-keluarga Israel
selanjutnya.

Yosua sekeluarga dan sebagai pemimpin dalam keluarga, ia sudah memilih dan memutuskan
bahwa ia dan seluruh keluarganya hanya mau menyembah, dan menjadikan Yahweh pusat
hidup dan fokus penyembahan satu-satunya dan tidak menyembah kepada allah yang lain.
Yosua mengajarkan kepada kita sebagai keluarga supaya kita memiliki pendirian rohani yang
benar. Jika kita tahu bahwa menyembah berhala, menyembah kepada roh-roh leluhur adalah
salah, maka kita harus tegas untuk tidak terlibat di dalam praktek-praktek peribadahan yang
terlarang itu. Jika kita tahu bahwa tidak berkenan kepada Tuhan untuk meminta pertolongan
kepada para normal, dukun dan sejenisnya, maka kita tidak usah terlibat dalm praktek-
praktek yang demikian. Milikilah pendirian iman yang kuat kepada Tuhan, walaupun kita
minoritas, tetapi iman kepada Tuhan membuat kita akan keluar sebagai pemenang. Itulah ciri
pertama dari keluarga yang berkenan kepada Tuhan.

2. Keluarga yang menjaga kesatuan.

Meskipun Yosua adalah pemimpin sebuah bangsa, tetapi dalam keluarga dia tidak bertindak
otoriter; dia memiliki sikap egaliter. Dia menjaga dan memperlihatkan kesatuan keluarganya.
Kesatuan dalam keluarga Allah tidak hanya kesatuan secara jasmaniah (tidak boleh bercerai),
tetapi juga kesatuan secara rohaniah (menjalankan keluarga dalam kebenaran).

Keluarga yang menjaga kesatuan menunjuk kepada keluarga yang hidup dalam kerukunan,
keharmonisan dan selaras dengan firman Tuhan. Pemazmur mengumandangkan sebuah
mazmur yang menjelaskan bahwa sesungguhnya di kesatuan itu ada berkat, dikatakan
demikian: “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila
saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala
meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun
gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN
memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” – Mazmur 133:1-3. Hanya dalam
keluarga yang bersatu dan yang menjaga kesatuan itulah yang akan mengalami pertolongan
dan pemberkatan dari Tuhan. Ada kehidupan di dalamnya dan bukan kematian. Keluarga
yang bersatu dan yang menjaga kesatuanlah yang akan dipakai Tuhan untuk menjadi sarana
berkat-Nya bagi orang lain.

Yosua tahu betul dampak positif yang dihasilkan ketika keluarga hidup dalam kesatuan. Di
sisi lain, Yosua juga tahu persis dampak negative yang ditimbulkan ketika keluarga tidak
hidup dalam kesatuan. Berdasarkan latar belakang pemahaman yang demikianlah sehingga
Yosua berkomitmen untuk menjaga kesatuan dalam keluarganya. Kesatuan di sini bukan
berarti menghilangkan atau menafikan perbedaan dan hak asasi masing-masing anggota
keluarga untuk berpendapat. Yosua memimpin keluarganya dengan benar dan mengajarkan
nilai-nilai positif dan keuntungan yang diperoleh ketika mereka bersatu. Artinya, mereka
bukan saja bersatu secara fisik, tetapi juga kesatuan hati, kesatuan roh dan kesatuan tujuan
serta kesatuan rohani.

Keluarga Kristen patut mengikuti cara Yosua memimpin kelurganya untuk hidup dalam
kesatuan. Banyak keluarga Kristen yang terpecah-belah, tidak bersatu dan tidak dalam relasi
yang harmonis. Masing-masing mempertahankan egonya, sehingga keluarga hidup dalam
kebencian dan dendam serta tidak mau mengampuni satu dengan yang lainnya. Secara
teologis, keluarga yang hidup dalam konflik akan kehilangan damai sejahtera, kehilangan
berkat dan tidak bisa menjadi alat berkat bagi orang lain. Oleh karena itu, bila kita ingin
supaya menjadi keluarga yang berkenan kepada Tuhan, peliharalah kesatuan karena di dalam
keluarga yang bersatulah Tuhan memerintahkan berkat dan kehidupan ke dalam keluarga
untuk selama-lamanya.

3. Keluarga yang melayani Tuhan.

Yosua sekeluarga memilih untuk beribadah (ibdu: to work, to serve) kepada Tuhan.

Konsep penyembahan berhala, manusia menjadi pusat ibadah. Berhala dimunculkan untuk
memenuhi keinginan manusia. Itu sebabnya Tuhan sangat murka kepada penyembahan
berhala. Karena cara penyembahan demikian mematikan hidup manusia karena terputus dari
sumber kehidupan yaitu Allah sendiri. Makanya salah satu perintah Allah dalam sepuluh
perintah Tuhan ialah melarang manusia untuk menyembah berhala. Musa menulis perintah
Tuhan itu demikian: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan
keempat dari orang-orang yang membenci Aku” – Keluaran 20:3-5. Penyembahan berhala
membuat manusia menyimpang dari kehendak Allah. Penyembahan berhala membuat
manusia melayani Iblis dan roh-roh jahat. Penyembahan berhala melukai hati Tuhan.
Penyembahan berhala membangkitkan kemarahan Tuhan yang luar biasa.

Konsep penyembahan yang benar, Tuhan menjadi sentral dalam ibadah. Sosok Tuhan
“muncul” bukan untuk memenuhi kemauan manusia, tetapi untuk menerima pengagungan.
Tuhan dipuji dan disembah karena Dialah sang khalik, sang pemilik, penguasa tertinggi.
Allah adalah pencipta, sumber hidup dan keselamatan manusia berdosa. Karena itu, sudah
sepantasnyalah keluarga-keluarga Kristen melayani Dia Raja di atas segala raja dan Tuan di
atas segala yang dipertuan.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius berkaitan penyembahan kepada Tuhan menulis
demikian: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman
yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah
engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. Di hadapan Allah yang memberikan
hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar
yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini,
dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan
yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-
satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-
Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin” – 1 Timotius 6:11-16.
Keluarga yang berkenan kepada Tuhan adalah keluarga yang memiliki pendirian iman yang
teguh di tengah kompleksitas masalah yang dialami dan dihadapi. Keluarga yang berkenan
kepada Tuhan adalah keluarga yang senantiasa berusaha menjaga kesatuan. Dan keluarga
yang berkenan kepada Tuhan adalah keluarga yang menyerahkan dirinya kepada Tuhan
untuk melayani Dia dan hidup bagi-Nya serta memberikan pengagungan, penghormatan dan
pemuliaan hanya kepada Tuhan saja.

Anda mungkin juga menyukai