DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 11
GROUP/SEM : G/IV
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Dasar Teologis Kebersamaan Dalam Masyarakat"
dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PAK MASAYARAKAT
MAJEMUK. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang masyarakat majemuk bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Wilson Simanjuntak M.Pd.K. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….5
DAFTAS PUSTAKA…………………………………………………………………..12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah menciptakan manusia dengan kemampuan akali dan intuisinya untuk secara
aktif berpengatahuan. Pengetahuan diperoleh dari sebuah proses aktif mencari tahu,
belajar dan refleksi. Dengan pengetahuan yang bersumber dari Allah manusia dapat
mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang harus dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman Cara Memahami Kompleksitas Kemajemukan?
2. Bagaimana Penjelasan Masyarakat Majemuk dan Masalah-Masalahnya?
3. Apa itu Gereja dan Kemajemukan?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Cara Memahami Kompleksitas Kemajemukan
2. Untuk Mengetahui Penjelasan Masyarakat Majemuk dan Masalah-Masalah
3. Untuk Mengetahui Gereja dan Kemajemukan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar pijakan dari pluralisme adalah semua agama adalah baik dan pluralisme
membawa dampak yang baik kepada pluralitas dimana pluralisme menciptakan
kedamaian dan persatuan. Yewangoe melihat bahwa pluralisme membuang jauh-jauh
sikap fanatisme buta yang tidak melihat da kekurangan pada kita atau ada kelebihan
pada orang lain.28Jika kemajemukan seperti ini menjadi konteks PAK, maka fungsi
5
mengajar dan pengembangan spiritualitas mau tidak mau harus berangkat dari
pemahamanyang benarmengenai kemajemukan itu sendiri yang kemudian
pemahaman yang benar itu dirumuskan sebagai paradigma dalam praksis PAK.
Dengan demikian, PAK sekali lagi akan benar-benar berangkat dari konteks.
Menyebut kata ‘masyarakat’ berarti kita berurusan dengan sebuah objek kajian
ilmu kemasyarakatan atau sosiologi. Bila dihubungkan dengan fokus buku ini, yaitu
PAK maka dapat diartikan, sosiologi sebagai ilmu dipakai untuk membantu dalam
memahami apa yang menjadi konteks PAK, yaitu masyarakat majemuk. Pada bagian
ini, akan dibahas konteks masyarakat majemuk, kaitan dengan realitas kemajemukan
dan masalah-masalahnya. Ada masalah-masalah yang bersumber dari persoalan
teologis-doktrinal tapi ia berdampak padarelasi sosiologis atau kultural. Sebaliknya
demikian, ada masalah sosiologis tapi ia memiliki implikasi teologis.
1. Eksklusivisme
6
sendiri; syak.31Prasangka adalah anggapan dan opini atau bahkan kesimpulan
negatif sebelum mengetahui hal yang sebenarnya. Dalam hal relasi antar
kelompok, prasangka dapat menyebabkan stigma dansaling tuduh sesat atau
kafir. Relasi antar kelompok menjadi rusak karena adanya prasangka yang
3. Beban-beban Sejarah
7
dengna iman kristen ditolak dan dilawan, sedangkan yang tidak dianggap
bertentangan diterima dan dipergunakan.”39Namun sebenarnya, dalam prakteknya,
menurut survei itu, yang dilakukan oleh gereja adalah ‘mengisi’ adat dengan Injil.
Artinya, bagaimanapun kekristenan diyakini lebih unggul dan lebih benar dari unsur-
unsur adat.
8
c. Model Mutualitas memahami bahwa kehadiran Allah berlaku
untuk semua agama. Dialog dipahami sebagai cara untuk
menyapa agama-agama lain.
d. Model Penerimaan, pada satu pihak menerima kenyataan
adanya perbedaan hal-hal tertentu pada semua agama, namun di
lain pihak dialog adalah sebagai sarana untuk saling belajar
mengenai perbedaan masing-masing. Pada hal ini, Knitter
berbicara teologi agama-agama yang pluralistik-korelasional.
2. Gereja dan Kemajemukan Suku, Budaya, Ras
9
a. Kecenderungan untuk mengutamakan ‘keesaan rohani dalam Kristus,
dan karena itu enggan membahas hal-hal yang menjurus pada penyatuan
secara struktural-organisatoris.
b. Kecenderungan untuk mengutamakan keesaan struktural-organisasi, dan
karena itu kurang sabar terhadap segala perbedaan dan sikap
mempertahankan identitas diri masing-masing.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Jika ada salah kata atau tata bahasa kami minta maaf dan kami menerima
komentar yang membangun terhadap makalah kami yang kurang lengkap.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ranting, Dr. Djoys Anneke, M.Th . ( 2017 ) . Pendidikan Agama Kristen Dalam Kehidupan
Masyarakat Majemuk . Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Book .
12