Disusun Oleh :
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah Budaya dalam
Kekristenan. Tujuan kami dalam menulis makalah ini dalam rangka untuk memenuh tugas
dalam mata kuliah Agama Kristen Protestan. Selain itu, kami berharap makalah ini juga dapat
berguna untuk kedepannya sebagai bahan bacaan dan bahan ajar.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Secara
khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Boimin Sirait,S.Th.,
M.A., M.Th selaku dosen pengampu pada mata kuliah Agama Protestan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5
BAB IV PENUTUP...................................................................................................12
A. KESIMPULAN..............................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan(culture) secara etimologis,kata itu berasal dari kata kerja latin colere,yang secara
harafiah menjuk pada agrikultur,yaitu mengelola tanah untuk menanam dan menumbuhkan
sesuatu. Secara lebih luas,kata itu juga di terapkan pada mengembangkan atau
membangkitkan sesuatu yang tidak berasal dari tanah,misalnya Equicultur yaitu peternakan
kuda,avicultur yaitu peternakan burung. Jadi kebudayaan digunakan untuk menjelaskan
segala sesuatu yang di usahakan untuk di capai oleh manusia.
Contoh kebudayaan yang sesuai dengan iman Kristen. Umat Kristen di Indonesia hidup
berdampingan dengan kebudayaan nenek moyang yang masih kental sampai saat ini. Karena
kebudayaan ini jauh ada sebelum Kristen masuk ke Tanah Air, mau tidak mau ajaran Kristen
harus menyesuaikan budaya yang ada di Indonesia. Namun jika tak sesuai, tidak masalah.
Mungkin ada banyak kebudayaan yang dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan iman
Kristen. Meski ada juga yang sesuai dengan iman Kristen dan dilaksanakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kebudayaan dipandang dari sudut alkitab?
2. Apa dosa dan pemberontakan kebudayaan terhdap kuasa Allah?
3. Bagaimana budaya yang harus dikembangkan di zaman modern ini?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui bagaimana kebudayaan dari sudut pandang Alkitab
2. Mengetahui dosa dan pemberontakan kebudayaan terhadap kuasa Allah
3. Mengetahui budaya yang harus dikembangkan di zaman modern
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Mengatur Kelahiran.
Dalam, nats ini disebut Beranak cuculah dan bertambahhanyak. Tuhan mengaruniakan
kemampuan dan potensi untuk menggandakan kehidupan manusia itu melalui prokreasi.
Disana tidak ada ketentuan jumlah anak cucu yang harus dilahirkan manusia, kecuali
bahwa manusia diberi Tuhan kebebasan untuk menggunakan berkatNya dalam rangka
melahirkan anak anak. Disinilah terletak mandat berbudaya itu, yakni budaya mengatur
kelahiran dan kelangsungan kehidupan manusia di atas bumi ini.
3. Menuhi Bumi
Prokreasi atau pelanjutan kelahiran bertujuan untuk memenuhi bumi Mandat memenuhi
bumi yang telah diterima oleh manusia sejak penciptaannya dan telah berlangsung ribuan
bahkan jutaan tahun hingga sekarang. Dari satu pasang manusia pertama telah berkembang
jutaan bahkan milliaran manusia di atas bumi ini dan telah mendiami hampir semua sisi
dari alam semesta ini. Dari luas bumi yang terdiri dari 510.065.000 km itu hanya 29% saja
atau 153.000.000 km daratan. Menurut perhitungan para akhli kependudukan dari luas
bumi yang kecil ini telah dipeuuhi penyebaran manusia sekitar 6 hingga 7 millyard orang
dengan assumsi pertambahan penduduk sekitar 75-100 juta pertahun schingga
dikhawatirkan akan seerra membuat bumi kita ini makin sesak olch pertambahan penduduk
sehingga semakin perlu usaha memperkecil angka pertambahan penduduk Ini juga
termasuk mandat budaya.
4. Menaklukkan Bumi.
Di dalam bumi terdapat berbagai dinamika atau kekuatan-kekuatanalam, baik yang bersifat
natural maupun yang supranatural. Yang tergplong kepada daya-daya alam natural antara
lain: ombak-ombak besar, angin, taufan, hujan, arus sungai, petir, cuaca, dan lain lain.
Sedangkan yang bersifat supernatural adalah kekuatan-kekuatan ghaib, dan daya-daya
yang di luar wewenang manusia Manusia diberi Tahan mandat menaklukkan dava-dava
5
alam. baik yang bersifat natural maupun supranatural. Untuk menaklukkan daya-daya
alame bersifat natural manusia harus menciptakan berbagai bentuk alat-alat manusia vang
saneat dibutuhkan. Untuk menaklukkan alam perairan manu menciptakan alat-alat mulai
dari perahu kecilhingga kapal-kapal raksasa super model ; ruang angkasa ditaklukkan
dengan pesawat-pesawat cuaca dan lain-lain manusia menciptakan menaklukkan hujan,
petir teknologi tepat guna. Semuanya itu adalah merupakan bagian budaya manusia.
6. Mengusahai
mengusahai di sini lebih tepat berkonotasi mengubah, mengerjakan mengusahakan atau
memelihara kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam alam semesta. Dalam hal ini
manusia berusaha mengembangkan kemampuannya mengolah dan mengusahai segala
milik kepunyaan Tuhan yang ada dalam seluruh alam semesta dan jagat raga. Pengusahaan
terhadap alam semesta yang sudah dilaksanakan mulai dari Adam dan Hawa di Taman
Eden (Firdaus hingga keturunannya yang kita maksudkan dengan mandat berbudaya.
Alkitab mencatat bahwa Kain dan Habil merupakan orang-orang pertama yang merintis
pengembangan pertanian dan peternakan (Kejadian 4:1-16) di samping itu Kain yang
dicatat Alkitab orang yang pertama mendirikan sebuah kota bernama kota Henok, menurut
nama anaknya (Kej 4:17). Selanjutnya Kain nelahickan Henok Henuk melahirkan Irad,
Irad memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael dan Metusael
memperanakkan Lamech Dari istri pertamanya bernama Ada, Lamech memperanakkan
Yabal, dialah yang menjadi bapak orang yang mendiami kemah (perumahan) dan
pemeliharaan ternak, sedangkan adiknya bernama Yubal dialah yang menjadi bapak semua
orang yang memainkan kecapi dan suling, Dari istri kalua Zila lahir Tubal-Kain bapak
semus rukang tembaga dan tukang besi.
- sikap dominasi
Dalam perjalanan sejarah kehidupan Kristen ditemukan juga adanya sikap dominasi
(penguasaan) gereja terhadap kebudayaan ini. Contoh yang paling jelas kita temukan pada
agama Roma Katolik dan sejarah kebudayaan gereja Roma Katolik. Pandangan gereja
Katolik Roma ini dibentuk oleh pemikiran Thomas dan aquino. Yang terpenting dari
pandangan mereka adalah adanya perbedaan antara ordo Naturalis (tata tertib alamiah atau
tata tertib kodrati). Karena dosa turunan, maka manusia kehilangan anugerah Supra
alamiah. Akibatnya keselarasan di dalam tabiatnya terganggu. Tetapi hakikat tabiat
manusia we nya tidak menjadi rusak oleh dosa. Menurut Thomas, manusia telah dapat
memelihara kebajikan dan kecakapan kecakapan dibidang kodrati. Tetapi tujuan hidup
manusia itu tidak terletak pada orde Naturalis kebudayaan, melainkan pada orde Supra
7
Naturalis anugerah.
-sikap dualistic
Yakni sikap orang Kristen yang serba dua terhadap kebudayaan. Ada orang Kristen yang
hendak memisahkan antara Iman dan kebudayaan. Menurut aliran ini: kebudayaan adalah
hasil usaha manusia yang berdosa. Tetapi kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh
dihindari. Kita harus menuntut kebudayaan dan di dalam usaha di bidang kebudayaan itu
kita hanya dapat menyumbangkan ke Fasihkan kita. Tetapi kepercayaan kepada kerajaan
Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus adalah lepas dari pada kebudayaan.
Sikap dualistis ini kerapkali kita jumpai dalam kenyataan hidup. Juga dalam kehidupan
masyarakat Kristen di Indonesia, terutama di kalangan mereka yang berkecimpung dalam
pekerjaan yang ada hubungannya dengan budaya, dan pada mereka para cerdik pandai.
Perda mereka tampak lah pemisah yang jelas antara Iman dan kebudayaan. Di satu pihak
mereka menerima seluruh kebudayaan modern serta seluruh perwujudannya. Tetapi di
dalam pihak lain mereka tidak ingin melepaskan kepercayaannya kepada Kristus. Tetapi
Iman dan kebudayaan itu dalam hidupnya merupakan dua lapangan yang terpisah dan yang
tidak saling mempengaruhi.
- pengudusan
Ada golongan Kristen yang tidak menyetujui ke empat empat pendirian di atas. Mereka
tidak menganjurkan menyingkir kan atau menyerahkan terhadap kebudayaan, mereka tidak
mau Tunduk kepada budaya yang dipaksakan oleh gereja, atau tidak mau menolak
kebudayaan yang memang sudah hidup di tengah tengah kehidupan sehari-hari. Selain itu
mereka juga tidak mau memisahkan secara tajam antara Iman dan kebudayaan. Tetapi
mereka mempertahankan paham pengudusan kebudayaan. Oleh Iman dan rahmat Allah
mereka menerima budaya dan segala unsur unsur nya dibawa pengudusan roh Allah.
Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga. Demikian juga Roh Kudus,
Dia melanjutkan pekerjaan dan mengingatkan semua yang telah dikatakan Yesus kepada
murid-muridNya (Yohannes 14:26). Dapat dikatakan kerja bukan saja hanya soal tugas,
tanggung jawab atau. budaya manusia semata-mata, tetapi merupakan hakekat, keberadaan
manusia.Jadi manusia, bukan manusia kalau tidak hidup dalam kerja.
3. Budaya bijaksana
- berhikmat berarti bertuhan
Dari uraian di atas cukup jelas bagi kita bahwa perkataan hokmah atau hikmat atau
bijaksana Batak: bisuk, hapistaran, parbinctoan, hapantason bukan hanya menunjuk kepada
orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Kecerdasan dan akal budi manusia tetapi juga
kerohanian (sipiritualitas) yang baik, kejujuran, kerendahan hati dan hubungan yang baik
dengan Allah. Dengan demikian orang yang berhikmat (Batak: nabisuk.) tidak hanya
sekedar berilmupengetahuan, cerdas, cakap, pintar dan menguasai keahlian, tetapi Tuhan
yang juga dianugerahi oleh Tuhan sipiritualitas yang baik, rendah hati, taat, takut akan
Tuhan, jujur dan teladan dalam hal iman. Ini sangat penting bagi kita, sebab ukuran orang
yang berhikmat itu bukanlah ilmu pengetahuan atau kecerdasan berfikir semata-mata,
tetapi juga mencakup hidup kerohanian (sipiritualitas) yang baik di hadapan Tuhan dan
masyarakat. Tanpa sipiritualitas yang baik dan benar, maka semua ilmu, kepintaran,
kecakapan, dan segala bentuk kecerdasan yang dimilikinya akan berjalan timpang, berat
sebelah dan menyimpang dari kehendak Allah. Itu sebabnya tidak jarang, dan bahkan
banyak orang yang pintar dan cerdas tetapi koruptor, penipu, penjahat, berbuat mesum dan
terlibat tindakan kriminal. Donald C. Stamps (Editor Umum) merumuskan pandangannya
demikian: Berhikmat berarti hidup dan berfikir sesuai dengan kebenaran, jalan dan pola
Allah. Berhikmat artinya, mendekati seluruh kehidupan dari sudut pandangan Allah,
percaya bahwa segala sesuatu yang dikatakan Allah itu benar, dan merupakan satu-satunya
standard hidup yang layak.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Iman Kristen harus dapat memberikan interpretasi yang tepat kepada Firman Tuhan dan juga
memberikan interpretasi kepada dunia populer. Iman Kristen tidak perlu anti terhadap budaya
populer. Sebaiknya Iman Kristen harus dapat menafsirkan budaya populer tersebut dengan
baik dalam terang penafsiran Firman Tuhan yang benar. Selain itu, Kekristenan juga harus
dapat memperlihatkan sebuah praksis kehidupan yang mencerminkan inti Iman tersebut,
karena pola pikir budaya populer yang lebih menekankan pada praktis ketimbang teologis.
Sikap praktis harus terlebih dahulu diletakkan di atas suatu prinsip teologis yang ketat.
Manusia diberikan mandat oleh Allah, maka ini memiliki paling tidak dua makna penting yaitu
manusia harus mengerjakan dan memelihara mandat Allah dan harus
mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Manusia dengan setia dan dalam anugrahNya
melakukan mandat itu dengan rasa ta’at kepada Allah, Sang pemberi mandat. Dengan
dilakukannya mandat yang telah diberikan Allah kepada manusia agar manusia tidak
menyeleweng dengan kebudayaan sekarang yang menjadi aspek penting dalam
kehidupan manusia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Tanuwidjaja, S., & Udau, S. (2020). Iman Kristen Dan Kebudayaan. Jurnal Teologi
Kontekstual Indonesia, 1(1), 1-14.
Bukit, P. (2019). Pandangan Kristen Tentang Kebudayaan Dan Adat Istiadat Di Dalamnya.
SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen), 2(1), 1-15.
LOLA, James A. Iman Kristen Dan Budaya Popular. Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen, 2019,
1.1: 101- 121.
http://repository.uin-malang.ac.id/1421/1/1590-4076-1-PB.pdf
https://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/viewFile/1616/PDF
https://rec.or.id/bagaimana-menyikapi-orang-yang-agnostik-terhadap-agama/
13