Anda di halaman 1dari 51

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

MARKUS
Philip Van Linden, CM

PENGANTAR

Injil Markus:
Salah Satu dari Empat Gambar mengenai Yesus
Sebagian besar pakar Perjanjian Baru masa kini secara umum menerima bahwa injil Markus adalah
Injil pertama yang ditulis dan bahwa Markus digunakan sebagai sumber oleh Matius dan Lukas
dalam menyusun Injil mereka. (Injil Yohanes rupanya berkembang dari tradisi yang tidak
mengetahui ketiga Injil yang lain). Tujuan Allah dalam mengilhami keempat penginjil bukan
pertama-tama untuk “menyimpan fakta” mengenai kehidupan Yesus di dunia, melainkan untuk
memenuhi kebutuhan umat dalam jemaat Kristen abad pertama yang baru saja terbentuk. Allah
memilih beberapa orang beriman Untuk mewartakan “kabar gembira” tentang Yesus dengan cara
sedemikian sehingga bermacam-macam kebutuhan rohani Gereja Perdana dapat terpenuhi.

Umat Kristen masa kini juga terdiri dari orang-orang dengan berbagai macam kebutuhan rohani
dan iman mereka dapat dibina oleh empat “gambaran Yesus” yang diilhami dari Markus, Matius,
Lukas, dan Yohanes. Ketika orang-orang Kristen memilih untuk berjumpa dengan Yesus menurut
Markus, mereka menemukan sisi dari Yesus yang paling sederhana dari keempatnya dan sangat
menantang! Mereka menemukan bahwa versi Markus mengenai kehidupan Yesus berpusat pada
kematian dan makna sengsaraNya. Ketika mereka membuka diri untuk terlibat dengan Yesus
seperti Markus menyajikanNya, mereka menyadari bahwa mereka juga diundang untuk
menemukan makna hidup dan kematian seperti Ia alami, yaitu dengan percaya sepenuhnya
kepada Allah dan dengan pengabdian penuh kasih terhadap kebutuhan orang lain.

Pandangan Sekilas mengenai Injil Markus


Rencana keseluruhan dan garis besar dari Injil Markus adalah sederhana dan melibatkan pembaca.
Sementara dramanya diungkapkan, para pembaca akan dilibatkan dalam misteri mengenai siapa
Yesus dan apa artinya menjadi pengikutNya. Injil berkembang secara perlahan-lahan dalam tiga
tahap.

 Dalam tahap pertama (bab 1-8), pembaca Markus dibawa ke dalam hubungan dengan
Penyembuh dan Pengkhotbah yang penuh kuasa, Yesus dari Nazaret. Selama tahap
pertama ini tampaknya tidak ada seorang pun yang memahami jati diri Yesus yang
sesungguhnya, bahkan juga para muridNya. Tiba-tiba dalam perjumpaan di Kaisarea Filipi,
apa yang pernah diisyaratkan mengenai Dia (misalnya 3:6: mereka ... bersekongkol... untuk
membunuh Dia) menjadi lebih jelas: Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
... dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (8:31). Dalam klimaks pertama dari Injilnya,
pembaca Markus juga belajar bahwa jalan Kristus adalah jalan orang-orang Kristen (8:34:
Setiap orang yang mau mengikut Aku ....). Jalan salib adalah juga jalan mereka!

 Tahap kedua dari Injil Markus (bab 9-15), perlahan-lahan menyingkapkan kepada sidang
pembaca makna konkret menjadi murid Kristen sejati. Hal ini secara bagus diringkas dalam
10:45 di mana Yesus berkata: Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani, dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.

1
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Dan ini justru apa yang terjadi dalam puncak kedua dari Injil, ketika Yesus mati demi
umatNya (bab 14-15).

 Akan tetapi, kematian Yesus bukanlah titik akhir. Tahap ketiga Injil Markus mulai dengan
pewartaan tentang kebangkitan Yesus dan tentang hal bahwa ia mendahului para murid ke
Galilea (16:6-7). Di tempat makam yang kosonglah para pembaca Markus menggantikan
tempat pengikut Yesus yang pertama dan menjadi ciri penting dalam drama Injilnya (16:8).
Pada akhir Injilnya, Markus menantang para pembacanya secara sangat dramatis untuk
menjawab Yesus dalam hidup mereka dengan iman, dan tidak dengan gemetaran dan
kekaguman dari para wanita di makam! Tahap ketiga Injil Markus dilanjutkan dalam
kehidupan Gereja sampai Kristus yang bangkit datang lagi.

Ciri dan Tema Injil Markus


Kisah Markus mengenai pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus menekankan tema-tema
tertentu yang sangat penting bagi Gereja Perdana. Penting juga bagi jemaat Kristen dari abad ini
untuk merenungkan:
1) kemanusiaan Yesus;
2) kepercayaan sebagai inti dan menjadi murid; dan
3) pelayanan terhadap orang lain sebagai jalan biasa untuk mengambil cawan dan salib
Kristus.

1) Dari empat gambaran Injil mengenai Yesus, gambaran Markus sangat bagus
mengungkapkan sisi kemanusiaan Yesus. Sementara Yesus menurut Markus menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk melaksanakan tindakan-tindakan kasih, yang mewahyukan
bahwa Ia adalah Anak Allah, Ia juga digambarkan sebagai Tuhan yang sangat manusiawi.
Hanya Markus yang menyimpan rincian yang menyingkapkan bagaimana Yesus bersikap
tajam (1:25), sangat susah dan sedih (3:5) atau marah (10:14) terhadap orang-orang di
sekitar Dia. Hanya Markus yang menambah rincian menyentuh pada cerita mengenai Yesus
membangkitkan anak perempuan Yairus: Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan
(5:43). Hanya Yesus menurut Markus yang memandang anak muda yang kaya dan menaruh
kasih kepadanya (10:21), sebelum Ia menantang dia untuk merelakan segalanya dan
mengikutiNya. Yesus menurut Markus kerap merasa kecewa menyaksikan para muridNya
tidak mampu memahami diriNya dan perutusanNya (misalnya 4:13; 8:14-21). Markus
menyingkapkan seorang Yesus yang secara tiba-tiba menjadi Anak Allah yang kuasa dan
seorang pribadi yang sangat manusiawi. Pembaca Markus akan merasa bahwa Yesus dari
Injil ini sangat mudah didekati karena Ia telah mengalami kehidupan seperti kehidupan
mereka, dengan segala kekecewaan dan kebanggaanNya, dengan semua kegembiraan dan
kesedihanNya.

2) Markus percaya bahwa tanda yang paling benar sebagai murid Yesus adalah percaya. Ia
menantang para pembacanya untuk percaya secara radikal kepada Tuhan yang bangkit
dengan cara yang sangat provokatif dengan melukiskan murid Yesus yang pertama sebagai
orang yang keras kepala bahkan buta. Yesus dari Markus mencari kepercayaan mengenai
siapakah Dia, tetapi para murid menjawab dengan kagum dan takut atas apa yang Ia
lakukan! Mereka melihat siapa Yesus dalam tahap yang satu (Mesias-Penebus, yang
memberi mereka makan, dalam 6:34-44 dan 8:1-10). Akan tetapi, mereka buta
terhadapNya pada tahap yang lain (Hamba Allah Yang Menderita, yang memberi mereka
hidup melalui kematian, dalam 10:35-45). Yesus yang dapat memberi penglihatan kepada

2
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
orang yang secara fisik buta (8:22-26; 10:46-52) tidak dapat memberikan penglihatan dan
pemahaman kepada pengikutNya yang paling akrab denganNya!

Kebutaan murid-murid Yesus adalah suatu benang merah yang tragis dari cerita-cerita
Markus. Namun, dalam menyajikannya dengan cara ini, Markus berharap bahwa pembaca
akan melihat secara lebih baik daripada para murid Yesus yang pertama. Ia berharap
bahwa mereka akan percaya kepada Yesus, tidak sebagai “Mesias yang menyembuhkan
segalanya”, melainkan sebagai seseorang yang kematianNya memberikan makna kepada
kehidupan dan penderitaan yang mereka alami.

3) Ciri terakhir dari gambaran Markus sangat berkaitan dengan Yesus manusia dan para murid
yang buta. Tantangan Yesus untuk percaya kepadaNya mengantar mereka pada cawan dan
salib. Dalam kehidupan harian yang konkret, cawan dan salib Yesus mempunyai bentuk
sebagai “hamba dari semua” dan melayani orang lain daripada dilayani oleh mereka (10:44
dst.). Meskipun Injil Markus tidak memberikan daftar panjang mengenai “bagaimana”
melayani Allah dan orang lain, para pembacanya tidak dapat menghindari model Yesus
sebagai hamba semua orang yang menderita. Mereka tahu bahwa mereka harus
memanfaatkan setiap kesempatan untuk melayani orang lain dalam kasih bila mereka ingin
menjadi pengikutNya.

Di Taman Getsemanilah tema-tema besar dari Injil Markus menjadi satu. Di sana dalam
sekaratNya, hati manusiawi Yesus sangat takut dan gentar (14:33). Seseorang yang
menantang muridNya untuk hanya percaya kepada Allah saja hampir putus asa: Ya Abba,
ya Bapa ... ambillah cawan ini dari pada-Ku. Namun, ketika para muridNya tertidur, Yesus
melanjutkan doaNya dalam iman: tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan
apa yang Engkau kehendaki (14:36). Setiap orang yang mencari makna dan kehidupan
kristiani dan menjadi murid dalam Injil Markus dapat kembali kepada kisah Getsemani
(14:32- 42) dan mendengar hal itu diringkas: “Serahkan dirimu kepada Mesias yang
menderita. Percayalah sebagaimana Ia percaya, meskipun Ia tidak dipercaya.
Bergabunglah dengan Dia dalam melayani kebutuhan saudara-saudara, bahkan sampai
kematian”.

Injil Markus dalam Liturgi


Selama berabad-abad, kebanyakan bacaan untuk Ekaristi hari Minggu dipilih dari Injil Matius.
Dengan pembaruan liturgi sesudah Konsili Vatikan Kedua, ada suatu penyusunan kembali dari Injil
yang diwartakan pada hari Minggu. Injil Markus menjadi “Injil Lingkaran B”, kebanyakan
dibacakan pada Minggu dari Januari sampai November setiap tiga tahun (1988, 1991, 1994 dst.).
Ekaristi sepanjang minggu menyajikan kisah Injil Markus secara lebih teratur, setiap hari selama
delapan minggu sebelum masa Prapaskah.

Maka, dengan terbuka terhadap liturgi sabda, orang-orang Kristen sekarang dapat mengalami
pribadi dan pesan dari Injil Markus secara teratur, dalam persatuan dengan mereka yang
mengambil bagian dalam liturgi Gereja. Bersama seluruh umat Allah, mereka diundang untuk
mengikuti Yesus menurut Markus dari baptisanNya dan pewartaanNya yang pertama (1:7-11 dan
1:14-20: Minggu Ketiga Masa Biasa) sampai hari-hari terakhirNya sebelum memasuki sengsaraNya
(13:24-32: Minggu Ketiga Puluh Tiga Masa Biasa). Pengalaman liturgi dari Injil Markus dapat sangat
berguna untuk membentuk hubungan Gereja dengan Yesus. Ini juga dapat dipergunakan setiap
minggu, bahkan setiap hari, dalam menanggapi panggilan untuk lebih terlibat dalam pelayanan
terhadap orang lain, yang merupakan ciri dari Injil Markus.

3
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

4
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Pengarang dan Zamannya: Masalah Mendesak
Menurut beberapa Bapa Gereja (misalnya Papias, tahun 135; Ireneus, tahun 200; dan Origenes,
tahun 250), “Injil menurut Markus” adalah karya dari teman sekerja dan penerjemah Petrus. Kisah
Para Rasul menghubungkan seorang yang bernama “Yohanes Markus” dengan Petrus (Kis 12:12)
dan Surat Pertama Petrus diakhiri dengan suatu seruan dari Petrus dan salam dari Markus, anakku
(1 Ptr 5:13). Kebanyakan pakar masa kini berpendapat bahwa tradisi dari pengaruh Petrus atas Injil
Markus adalah lebih bersifat praktis daripada historis, yaitu tradisi demikian menjamin Injil ini
dengan kewibawaan rasuli (“Itu disampaikan kepada Gereja melalui Markus dan Petrus!”), yang
demikian penting dalam tahun-tahun pembentukan Gereja. Dari Injil sendiri, hanya mungkin
mengidentifikasi pengarangnya sebagai seorang anggota Gereja dari generasi kedua yang
bersemangat, yang rupanya menulis sekitar kehancuran Yerusalem oleh tentara Roma tahun 70 M
(lih. secara khusus 13:1-23 sebagai petunjuk dari waktu itu).

Juga menjadi jelas jika orang membaca Injil Markus bahwa pesannya sesuatu yang mendesak.
Rupanya Markus dan umatnya termasuk bagian jemaat Gereja Perdana yang percaya bahwa Yesus
sebentar lagi datang kembali, seperti Ia katakan (9:1; 13:30-31). Agar bersiap-sedia bagi
kembaliNya yang penuh kemuliaan sebagai Anak Manusia datang dalam awan-awan, dan akan
mengumpulkan orang-orang pilihanNya (13:26-27), Markus mendesak orang-orang Kristen supaya
belajar dari Yesus tentang makna radikal menjadi murid sekarang ini, sepertinya tidak ada hari
esok.

Demikianlah Injil ini mulai dengan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah menurut Markus.

***

5
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

TAFSIR

“INILAH PERMULAAN ..“


Markus 1:1-45

Injil Markus mulai dengan suatu kalimat yang pendek dan padat. Dalam ayat yang mengandung
tema ini. Markus menyatakan kepercayaannya bahwa Yesus dari Nazaret, yang hidup di antara
bangsa Palestina selama sekitar tiga puluh tahun, menyembuhkan orang-orang yang sakit dan
mengajar mereka tentang kebaikan Allah, dan yang dihukum mati di antara para penjahat, adalah
benar-benar hidup sebagai Kristus yang bangkit, Anak Allah.

Markus, tidak seperti Matius dan Lukas, sama sekali tidak memberitakan mengenai masa kanak-
kanak Yesus; ia langsung memperkenalkan pembacanya dengan Yesus yang dewasa melalui
pendahuluNya, Yohanes Pembaptis. Pembaca Markus dengan cepat diantar kepada drama dari
pelayanan Yesus yang aktif. Mereka menyaksikan kuasa mengherankan dari Yesus dan konflik yang
merebak dengan mereka yang gagal memahami perutusan kehidupanNya. Drama yang mulai di
sini dalam bab 1 akan diungkapkan dalam misteri terakhir dari konflik dan kekuasaan, wafat dan
kebangkitan Yesus. Dalam Yesus yang disalibkan dan bangkit itulah, Markus dan pembacanya
menemukan sumber pengharapan dan kekuatan untuk hidup seperti Yesus.

1:1 Anak Allah.


Ayat pertama Markus yang ringkas dan padat berisikan lebih banyak dari yang ditemukan dengan
pembacaan sekilas. Lebih dari hanya sebuah judul, ayat ini memberitahukan ciri pusat dari Injil:
Yesus Kristus, Anak Allah. Karena hanya dalam satu ayat lain dalam Injil, seseorang mewartakan
bahwa Yesus adalah Anak Allah (perwira yang menghukum mati Dia, dalam 15:39). Ini
mempersiapkan pembaca Markus untuk mempertanyakan keyakinan iman mereka mengenai
Yesus dari Nazaret. Menurut Markus, tidak seorang pun memahami jati diri Yesus yang sebenarnya
meskipun hidup bersamaNya dan menyaksikan ajaranNya yang kuasa dan penyembuhanNya.
Dalam ayat pertama ini. Markus memberikan kepada sidang pembacanya kunci dari maksud dan
tujuan seluruh Injilnya: mengetahui Yesus sebagai Anak Allah adalah percaya bahwa Ia adalah
Mesias yang menderita, yang mati di salib, dan yang sekarang hidup sebagai Tuhan yang bangkit.
Yesus menurut Markus meminta para muridNya supaya mengikutiNya untuk hidup dengan
caraNya — jalan pelayanan penuh kasih, bahkan sampai pada kematian.

1:2-8 Yohanes menunjuk kepada Yesus.


Yohanes Pembaptis hanya mempunyai satu fungsi dalam Injil Markus: ia adalah seseorang yang
menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias. Ia menyerukan pertobatan kepada Allah melalui baptisan
dan pengampunan dosa, pakaian dan makanannya membuat ia seperti Elia baru (lih. 2 Raj 1:8)
yang diutus Allah “untuk mempersiapkan jalan Tuhan”. Yohanes mengakui bahwa seseorang yang
lebih kuasa akan segera datang sesudah dia. Meskipun Yesus akan dibaptis oleh Yohanes, jelaslah
bahwa bahkan Yohanes menyadari peranannya yang tidak begitu penting dalam drama Yesus.
Seperti disingkapkan dalam cerita Markus, ia akan mengemukakan Yohanes Pembaptis lagi dalam
6:14-26. Di sana, dengan kematiannya di tangan raja Herodes, Yohanes akan memenuhi
peranannya menunjuk kematian Yesus, persis seperti baptisnya dengan air menunjuk baptis Yesus
“dengan Roh Kudus”. Seluruh kehidupan dan kematian Yohanes, yang begitu berani, menunjuk
kepada Yesus dari Nazaret. Ia adalah model dari seorang saksi penuh mengenai Kristus bagi
pembaca Markus.

6
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

1:9-11 Allah menguatkan pewartaan Yohanes.


Apa yang ditunjukkan oleh pewartaan Yohanes diperkuat oleh Allah sendiri. Meskipun Yesus
datang dari Nazaret untuk dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan (Matius, Lukas, dan Yohanes
mengurangi peranan Yohanes dalam baptis Yesus), Markus membuatnya jelas bahwa Allah
sendirilah yang memberkati Yesus. Allah yang membelah langit dan mengutus Roh ke atas Yesus
dalam bentuk seekor merpati dan berkata: Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan. Demikianlah Allah turun ke atas orang Kristen dalam baptisan mereka, membuat
mereka anak-anak terkasih Allah. Jika pembaca mengikuti Anak, mereka akan belajar untuk
menyerupai Dia. Mereka melihat bagaimana Ia membiarkan Roh dari baptisNya mengantar Dia
untuk meminum piala kesengsaraan pada akhir hidup pelayananNya dan menafsirkan
kematianNya yang mengancam sebagai “baptis” kedua, yang akan dialami para muridNya (10:35-
45).

1:12-15 Perjalanan Yesus mulai.


Cerita Markus mengenai penggodaan di gurun jauh lebih singkat daripada cerita Matius dan Lukas.
Namun, singkatnya membuat maknanya semakin jelas. Roh memimpin Yesus ke padang gurun,
digoda, dan dicobai di sana oleh iblis selama empat puluh hari, seperti bangsa Israel dicobai
sebelum Dia. Yesus dilindungi oleh Allah melalui malaikatNya. Dua ayat Markus hanya menyatakan
bahwa Yesus telah lulus dari pencobaan ini dan siap untuk menjalani hidup yang singkat tetapi
menyelamatkan untuk melayani Allah dan manusia. Pengalaman penggodaan dan kelemahan
tidaklah asing bagi Anak Allah. Demikian Markus menceritakan kepada pembacanya bahwa Roh
yang melindungi Yesus adalah bersama mereka dalam kelemahan mereka, sama seperti Allah ada
bersamaNya dalam pengalaman padang gurun.

Dengan penahanan Yohanes (ay. 14), mulailah karya Yesus. “Injil Markus mengenai Yesus Kristus,
Anak Allah” mulai pada ayat 1. Sekarang “berita gembira Allah” mulai, ketika kata-kata Yesus yang
pertama terdengar: Waktunya telah genap (ay. 15). Ya, kata Markus, pemerintahan Allah yang
kuasa telah mulai dalam diri Yesus, yang merupakan kabar baik Allah dalam wujud pribadi.
Pemberitaan Yesus akan menggembirakan orang-orang Israel yang percaya dalam zamanNya.
Namun, Ia dengan segera menghubungkan berita baik dengan seruan yang sama pentingnya untuk
menjawab secara radikal: “Maka dari itu, bertobatlah dan percayalah kepada Injil Allah!” Dalam
kata-kata pemakluman yang singkat dalam pelayanan Yesus ini, Markus meringkas pesan Injil yang
diwartakan Yesus: kuasa Allah dapat dimiliki oleh mereka yang membuka dirinya terhadap Yesus
dan InjilNya sehubungan dengan jalan pelayanan yang penuh kasih.

1:16-20 Panggilan pengikut-pengikut yang pertama.


Yesus, yang baru saja mulai mewartakan Kerajaan Allah dan pertobatan, menghasilkan apa yang Ia
khotbahkan. Segera sesudah Yesus mengatakan: “Ikutlah Aku!” kepada Simon dan saudaranya,
Andreas, serta Yakobus dan Yohanes bersaudara, mereka meninggalkan keluarga dan pekerjaan
sebagai nelayan untuk mengikutiNya. Dalam adegan yang singkat tetapi mengharukan ini, Markus
menunjukkan betapa kuasa dan langsungnya panggilan Yesus untuk mengambil bagian dalam
perutusanNya. Ia juga mengangkat sebagai model bagi pembacanya jawaban yang segera dan
total dari keempatnya. Akan tetapi, jika pembaca Markus mau menangkap makna sepenuhnya dan
kisah ini, perlulah mereka menyadari bagaimana Simon (disebut Petrus oleh Yesus dalam 3:16),
Yakobus, dan Yohanes akan menjawab di tempat lain dalam Injil ini. (Andreas hanya disebutkan
sebanyak tiga kali: ketika ibu mertua Simon disembuhkan, 1:9; ketika Yesus menyebut namanya di
antara kedua belas, 3:18; dan ketika ia bersama Petrus, Yakobus, dan Yohanes berbicara dengan
Yesus mengenai akhir dan Bait Allah, 13:3).

7
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Keterlibatan pertama dari Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama Yesus hanyalah permulaan dari
perjalanan yang menggembirakan, tetapi juga yang menegangkan. Ketiganya akan merupakan
kelompok yang diizinkan Yesus untuk ikut mengalami empat pengalaman di mana Ia dengan
sangat jelas menyatakan kuasa dan tujuan kehidupanNya (yang menyembuhkan dan memberi
hidup dalam 1:29-31 dan 5:37-43; transfigurasi yang penuh kemuliaan dalam 9:2-13; pesan
mengenai waktu yang mendatang dalam 13:1-37). Pada waktu yang sama, mereka juga satu-
satunya yang dengan sangat serius salah paham mengenai Tuhannya dan gagal menunjukkan
persahabatan mereka dengan Yesus justru pada saat-saat yang gawat (Petrus di Kaisarea Filipi
dalam 8:27-33; Yakobus dan Yohanes berusaha menjadi “yang pertama” dalam 10:35-45;
ketiganya di Taman Zaitun dalam 14:32-42; penyangkalan Petrus dalam 15:66-72).

Jawaban yang segera dan penuh dari para murid di sini mengantar para pembaca Injil ke dalam
situasi tegang yang akan berkali-kali dialami seperti diungkapkan dalam perjalanan Yesus. Bagi
Markus, “mengikuti Yesus” dan bergabung dengan perutusanNya berarti melaksanakan perjalanan
yang memberikan kegembiraan hidup dan kebingungan yang luar biasa, mengalami kuasa yang
besar dan ketidakmampuan. Ini suatu undangan untuk memberi jawaban, “Ya, saya meninggalkan
segalanya dan mengikuti Engkau” tidak hanya dalam suatu pengalaman pertobatan yang radikal
tetapi juga terus-menerus sampai akhir.

1:21-28 Heran dan kagum akan pengajaran dan kuasaNya.


Pembaca Markus tidak tahu apa yang diajarkan Yesus di rumah ibadat Kapernaum, tetapi mereka
tahu bagaimana Ia mengajar (“dengan kuasa”, ay. 22 dan 27) dan apa akibat dari pengajaranNya
yang kuasa (orang banyak “heran” dan “kagum”, ay. 22 dan 27; roh jahat ketakutan, ay. 26).
Pengulangan ungkapan “dengan kuasa” (terdapat dua kali dalam ay. 22 dan 27) menunjukkan
bahwa Markus menginginkan peristiwa pengajaran Yesus yang pertama dan tindakanNya yang
pertama yang penuh kuasa dilihat saling berkaitan. Ia tidak hanya berbicara dengan kuasa — Ia
juga bertindak dengan kuasa!

Pentinglah mengetahui bahwa bagi Markus dan orang-orang Kristen abad pertama “roh jahat” (ay.
23) dan “setan-setan” lain (lih. 1:32; 3:11, 15,22; 5:2 dll.) mewakili kekuasaan yang jahat dan
misterius yang berlawanan dengan Allah, kesehatan, dan kebaikan. Setan-setan itu dipikirkan
begitu cerdik sehingga mereka dapat tahu siapakah wakil dari kuasa Allah. Di sini, “roh jahat”
menyatakan Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah” (ay. 24) dan mencoba melawan perutusan
kebaikanNya. Kedua perintah Yesus lebih tajam dan lebih memaksa daripada tantangan dari roh
jahat. Kata-kata Yesus mengakibatkan apa yang Ia katakan: roh jahat meninggalkan orang itu,
berteriak untuk terakhir kali ketika ia keluar dengan kekalahan (ay. 26). Orang banyak “yang
keheranan” mengakui kewibawaan Guru itu, toh mereka tetap bertanya: Apa ini? (ay. 27).

Tujuan Markus di sini adalah untuk membuat pembacanya percaya kepada Tuhan mereka sebagai
Guru dan Penyembuh. Namun, penyebutan keheranan orang banyak (ay. 27) yang menyebabkan
nama baik Yesus tersebar ke seluruh Galilea (ay. 28) juga mempunyai tujuan lain. Justru jawaban
orang banyak yang heran (1:27 dan 5:20) dan kagum (2:12 dan 5:42) akan menyebabkan kekuatan
yang memusuhi berusaha menghancurkan Yesus (lih. 6:14-29, di mana Herodes terancam oleh
ketenaran Yesus dan berakhir dengan pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis). Markus
menginginkan pembacanya lebih dari hanya heran; ia menghendaki mereka juga waspada bila
Yesus menyatakan diri dengan cara yang tidak begitu mengharukan. “Apakah kamu juga akan
heran bila Yesus mulai mengajar bahwa Anak Manusia harus banyak menderita, dibuang oleh
para imam kepala, dihukum mati, dan bangkit pada hari ketiga kemudian (8:3 1)? Apakah kamu

8
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
akan mengakui Dia ketika Ia tergantung di salib, ditinggalkan oleh kebanyakan pengikut-
pengikutNya, yang heran akan tanda pertama dari kuasaNya?”

Para pengikut Yesus dapat mempunyai kepercayaan besar kepada Yesus sebagai pembuat
mukjizat. Namun, mereka yang ingin mengikuti “orang yang mengagumkan” harus juga menjalani
jalan yang Ia tapaki. Mereka harus menyangkal diri sendiri, mengangkat salib mereka, dan
mengikutiNya (8:34).

1:29-31 Ibu mertua Simon.


Dalam ayat 29, Markus menceritakan Yesus bergerak dengan cepat dari mukjizatNya yang
pertama yang penuh kuasa kepada mukjizat yang lain. Kunjungan kepada ibu mertua Simon yang
sakit menjadi tanda kedua bahwa Kerajaan Allah dalam keseluruhannya hadir dalam diriNya.
Dalam 1:25 Yesus menyembuhkan dengan satu perkataan; di sini Ia menyembuhkan dengan satu
sentuhan (1:31). SentuhanNya menyelamatkan sama seperti kata-kataNya. Kenyataan bahwa
penyembuhan si wanita adalah cepat dan total dijelaskan oleh penekanan Markus pada
bagaimana ia melanjutkan tugasnya menerima tamu dan menunggui mereka dalam ayat 31.

1:32-34 Mesias dan rahasiaNya.


Hari pertama pelayanan Yesus tidak berakhir dengan terbenamnya matahari. Malam itu “seluruh
kota” berkumpul di depanNya dengan orang-orang yang sakit dan kerasukan roh. Hari pertama
pewartaanNya dan penyembuhanNya telah memberikan pengharapan kepada mereka bahwa
Allah sedang bekerja di antara mereka. Sesudah Yesus menyembuhkan banyak orang, para
pembaca Markus pertama-tama mendengar ungkapan yang mengherankan: tidak
memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka (setan-setan) mengenal siapa Dia (ay.
34). Ini mengingatkan pembaca Markus akan kata “Diam!” dan 1:25 dan mempersiapkan mereka
untuk apa yang akan mereka dengar berkali-kali dalam Injil Markus (1:44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26;
8:30; 9:9). Markus mengemukakan Yesus sebagai yang sangat hati-hati membiarkan diriNya
dikenal sebagai pembuat mukjizat. Larangan ini disebut “rahasia Mesias”. Dengan menekankan
kerahasiaan mengenai jati diri Yesus sebagai Mesias, Markus berharap agar para pembacanya
umat Kristen akan menerima jati diri Yesus yang sesungguhnya, sesuai dengan kehendakNya,
dalam konteks seluruh hidup dan perutusanNya. Yesus menurut Markus akan menyingkapkan diri
sebagai Mesias dengan tanpa daya di salib. Orang-orang Kristen bebas untuk mewartakan Yesus
sebagai Mesias dan Tuhan mereka hanya bila mereka menerima jalan penderitaan bersama
dengan karya-karyaNya yang ajaib.

1:35-39 Kabar Baik tersebar.


Yesus bangun pagi-pagi benar dan berangkat ke padang gurun untuk berdoa sendirian (ay. 35)
karena Ia tahu bahwa orang banyak mencariNya hanya karena mukjizat-mukjizatNya. Mereka
telah salah paham terhadapNya, dan demikian Ia harus pergi ke desa-desa tetangga dan
melanjutkan pelayananNya berkhotbah dan menyembuhkan di seluruh Galilea (ay. 39). Simon
sendiri tidak dapat menahanNya dan juga tidak memahami ke mana jalan yang dituju Yesus.
Barangkali pembaca Markus, yang telah mengerti tujuan perjalanan, akan menikmati banyak dari
pengalaman doa di padang gurun dengan “Mesias yang mereka pahami secara salah”.

1:40-45 Orang kusta disembuhkan dan salah mengerti.


Penyembuhan orang kusta adalah suatu adegan yang menarik, penuh dengan kontras yang
mencolok. ini merupakan konklusi yang sesuai dari bab pertama Injil Markus. Mesias yang kuasa,
tetapi yang dipahami secara salah, didekati secara langsung oleh seseorang yang biasanya tidak
boleh berkontak dengan orang yang sehat. Kepercayaan orang yang terbuang ini terhadap Yesus

9
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
ditanggapi dengan belas kasih dan kuasa dari sabda dan sentuhanNya. Namun, kegembiraan orang
kusta atas kesembuhannya ditahan oleh larangan keras dari rahasia Mesias Yesus: Janganlah
engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun (ay. 44). Hanya imam boleh
mengerti hal itu karena hanya atas pernyataannya orang terbuang dapat masuk kembali ke dalam
masyarakat, yang sebelumnya harus ia jauhi karena penyakitnya.

Bukannya menaati kata-kata Yesus, orang itu menceritakan kepada siapa pun! Akibatnya,
perutusan Yesus terhalang seperti mulainya: Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke
dalam kota (ay. 45). Melalui kisah penutup bab pertama ini, Markus meminta semua pengikut
Kristus untuk menaati Yesus. Ia meminta mereka untuk menerima Yesus dengan serius seperti apa
adanya, pada tahap perjalananNya, dan pada waktuNya. Menjadi Kristen adalah menjawab kata-
kata Yesus dengan setia, entah kata-kata itu “Jadilah tahir” atau “Jangan menceritakan hal ini
kepada siapa pun!”

10
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
YESUS DALAM PERTENTANGAN
Markus 2:1 - 3:6

Dalam bab pertama Markus, penampilan Yesus sebagai Guru dan Penyembuh telah menarik
orang-orang sakit, kerasukan, dan yang menderita datang kepadaNya dari segala penjuru (1:45).
Sekarang, dalam bagian yang terdiri dari lima adegan yang saling berkaitan (2:1-3:6), kegiatan
Yesus demi mereka yang dalam penderitaan akan menarik perhatian yang kritis dan mengancam
dari para ahli kitab dan orang Farisi, yang untuk pertama kali muncul dalam Injil ini.

Drama Markus berlanjut untuk menggambarkan seorang Yesus yang kuasa, yang “ajaranNya
dengan kuasa” (1:27) tetap muncul dalam penyembuhan orang-orang sakit yang mengherankan.
Akan tetapi, sekarang ada sesuatu yang lebih. Sekarang menjadi jelas bahwa klaim Yesus untuk
mengampuni dosa (2:5) dan menjadi “Tuhan atas Sabat” (2:28) adalah penyebab dari konflik
terbuka dengan para pemimpin keagamaan zamanNya.

Sementara pembaca Markus berjalan bersama Yesus dari penyembuhan seorang lumpuh (2:1-12)
ke penyembuhan seorang yang mati sebelah tangannya (3:1-6), mereka akan merasa
bertambahnya tegangan. Mereka akan merasa bangga dan gembira oleh kasih Yesus yang begitu
kuasa dan lembut bagi orang-orang yang memerlukan dan yang tersisih. Mereka akan bangga
pada ajaran Guru mereka yang bijaksana, yang kadang-kadang akan membuat diam para bijak
mereka sendiri (3:4). Pada waktu yang sama, mereka akan merasakan adanya sisi-sisi dan tempat-
tempat hitam yang akan dituju oleh “karya-karya yang sukses”. Mereka akan merasa bahwa Anak
Manusia sudah berdiri pada bayang-bayang salib, bahkan sebelum Markus menjelaskannya dalam
3:6, di mana ia mengakhiri bagian ini: Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol
dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

2:1-12 “Anakku, dosamu diampuni/disembuhkan”.


Kembali ke Kapernaum, Yesus dikelilingi oleh sejumlah besar orang-orang lagi (ay. 2; lih. 1:33).
Ketika Ia berbicara kepada orang banyak, empat sahabat orang lumpuh menurunkan temannya itu
lewat atap sehingga ia dapat sedekat mungkin di hadapan Yesus untuk melihat Yesus dan
disembuhkan olehNya. Cara yang luar biasa ini, supaya dekat dengan Yesus, menekankan iman
dari para sahabat ini maupun juga kerumunan orang-orang yang mendengarkan Yesus. Yesus
menjawab tindakan iman ini tidak dengan menyembuhkan orang itu segera, tetapi dengan
mengadakan dialog pertama dengan para ahli kitab dan orang-orang Farisi yang mengawasiNya.
Ketika Yesus berkata: Hai anakku, dosamu sudah diampuni (ay. 5), sepertinya Ia mengatakan
“Allahlah yang mendekatimu”. Dalam Perjanjian Lama, hanya Allahlah yang dapat mengampuni
dosa; dan diharapkan Ia melakukan itu hanya pada akhir zaman. Maka, menjadi jelas mengapa
para ahli kitab menggerutu: Ia menghujat Allah (ay. 7) dan mengapa Yesus mengemukakan itu
secara terus terang. KlaimNya bahwa Ia dapat mengampuni dosa dengan lebih baik menyatakan
jati diriNya sebagai Anak Allah daripada mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan.

Menyadari suasana diam yang disebabkan oleh kata-kataNya yang mengampuni, Yesus
meneruskan untuk menunjukkan bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa
dengan memerintahkan orang itu untuk bangun dan berjalan, disaksikan oleh semua orang (ay. 8-
11). Dalam penutup mukjizat ini, Markus meminta para pembacanya untuk memuji Allah karena
kehadiranNya di tengah-tengah mereka sebagai Penyembuh yang mengampuni dosa, sama seperti
yang dilakukan orang banyak (ay. 12), meskipun di hadapan mereka yang tidak percaya.

11
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Menarik bahwa Markus telah memilih menghadirkan mukjizat ini dan ajaran mengenai kuasa
Yesus untuk mengampuni dosa sudah pada permulaan Injilnya. ini menunjukkan bahwa kebutuhan
untuk mengalami pengampunan Allah begitu penting bagi orang-orang Kristen pada abad pertama
seperti pada zaman sekarang. Pembaca Markus memuji Allah yang berkata dengan jelas seperti
juga sekarang ini: “Anak-anak-Ku, Aku mengampuni dosa-dosamu”.

2:13-22 Yesus dan Lewi; makan dan berpuasa.


Sesudah konflik dengan orang-orang Farisi mengenai perlakuanNya terhadap orang lumpuh, Yesus
meneruskan pengajaranNya kepada orang banyak dan mengumpulkan kelompok murid-muridNya
yang pertama (ay. 13). Ia memanggil seorang pemungut cukai, Lewi, yang dengan segera
meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti Dia (ay. 14). Menarik bahwa Yesus memilih para
pengikutNya dari antara mereka yang sederhana atau bahkan yang pekerjaannya tidak begitu
disukai (misalnya Lewi dibenci oleh kawan-kawannya karena ia bekerja sama dengan orang-orang
Roma dalam mengumpulkan pajak untuk kaisar. Pekerjaannya menempatkan dia di antara orang-
orang yang dikenal orang Yahudi sebagai pendosa).

Lebih mencolok lagi kenyataan bahwa Yesus pergi ke rumah Lewi untuk bergaul dengan “para
pendosa” lainnya (ay. 15). Ini menantang para ahli kitab yang bertanya: Mengapa Ia makan
bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa? (ay. 16). Guru Yahudi ini,
berbeda dengan orang-orang Farisi, mencari para pendosa supaya mengikutiNya. Ia bahkan makan
bersama mereka! Adegan seluruhnya berakhir dengan suatu pernyataan dari Yesus: Bukan orang
sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (ay. 17).

Dengan menceritakan situasi konflik kedua ini. Markus memberi semangat kepada sidang
pembacanya untuk memahami bahwa mengikuti Yesus berarti makanan mereka, terutama Ekaristi
mereka, harus mencakup orang-orang yang menyadari kelemahan mereka dan kebutuhan akan
penyembuhan. Ini berlawanan dengan setiap orang yang mungkin berpikir bahwa hanya mereka
yang “benar” boleh mengambil bagian dalam perjamuan. Memang, perjamuan yang dihadiri Yesus
sebagai orang yang benar adalah perjamuan di mana orang sakit dan para pendosa diterima
dengan baik. Berbeda sekali, Ekaristi adalah bagi mereka yang tampaknya “tidak termasuk” tetapi
memang senyatanya demikian!

Jika kebiasaan Yesus bersantap menantang gaya hidup para pemimpin Yahudi, demikian juga gaya
puasa para murid (ay. 18-22). Ketika dihadapkan pada pertanyaan mengapa para murid tidak
berpuasa (ay. 18), Yesus menjawab dengan pertanyaanNya sendiri: Dapatkah sahabat-sahabat
mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? (ay. 19). Dengan mengambil
gambaran dari Perjanjian Lama (perkawinan sering menggambarkan kehadiran Allah pada
umatNya dan puasa dilihat sebagai persiapan kedatangan Allah), Yesus menurut Markus
sepertinya mau mengatakan bahwa Kerajaan Allah sekarang hadir dalam diriNya. Kemudian Ia
meneruskan, begitu pengantin laki-laki “diambil” (menunjuk pada kematianNya), para tamu akan
berpuasa sampai Ia kembali dalam kemuliaanNya (ay. 20). Karena pembaca Markus menantikan
kedatangan Yesus yang kedua, mereka berpuasa dengan suatu pengharapan dan kegembiraan
dalam diriNya.

Para pembaca Markus sekarang ini boleh hidup dengan pengharapan yang menggembirakan
seperti diperlihatkan Markus kepada pembacanya yang pertama. Mereka juga dapat memahami
makna dari dua perumpamaan (kain baru ditambalkan pada kain lama, ay. 21; dan anggur baru
dimasukkan dalam tempat yang lama, ay. 22), yang dimaksudkan untuk mengajar bahwa seorang
pengikut Yesus yang sejati tidak berpuasa karena alasan yang salah. Kerajaan Allah sudah

12
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
didirikan. Bila orang-orang Kristen memilih untuk berpuasa, Markus mengatakan bahwa hal itu
untuk mendorong antisipasi mereka terhadap kegembiraan penuh dari perjamuan surgawi di
mana mereka akan ikut serta. Dalam Ekaristi, orang-orang Kristen sudah merayakan kehadiran
pengantin laki-laki bersama mereka dalam sakramen. Jika mereka berpuasa, mereka mewartakan
pengharapan dalam kepenuhan persatuan dengan Yesus yang akan datang.

2:23-28 Tuhan atas Sabat.


Kemudian Markus menceritakan suatu peristiwa khusus mengenai para murid Yesus yang
memetik bulir-bulir gandum ketika mereka berjalan bersama Dia pada hari Sabat. Lagi, reaksi
Yesus dan para pengikutNya menimbulkan kemarahan di antara orang Farisi. Menjawab protes
mereka, Yesus mengutip dari Kitab Suci bahwa bahkan Daud mengambil perkecualian dari hukum
demi pengikut-pengikutnya yang kelaparan (1 Sam 21:2-7). Yesus terus mewartakan bahwa Allah
menciptakan Sabat bagi manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat. Mereka yang mengikuti
Yesus harus menafsirkan seluruh hukum Yahudi dengan hidup menurut semangat hukum Allah,
yaitu berbelas kasih. Kelak dalam Injilnya, Markus akan menjelaskan bahwa seluruh hukum
diringkas dalam satu hukum Kristus, perintah ganda mengenai kasih. Jika seorang Kristen memilih
“mengasihi Allah dan sesama seperti dirinya sendiri”, orang ini akan berkenan kepada Tuhan
(12:28-34).

Kepentingan dari peristiwa Sabat ini dalam Injil Markus terletak dalam sifat singkat dan padat dari
ayat terakhir. Ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat,
Ia meringkas kewibawaanNya sendiri. Para pembaca Markus akan ingat bahwa seluruh bagian
mulai dengan Yesus berkata kepada orang banyak di Kapernaum, di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa (2:10). Apa yang terjadi berikutnya, pada hari Sabat yang sama (3:1-
6), akan menunjukkan bagaimana klaim dari Yesus mengalir dalam seluruh Injil. Orang-orang Farisi
akan berhenti berdebat dan mulai bersekongkol melawan Anak Manusia. Kematian sudah
direncanakan!

(Catatan mengenai gelar Anak Manusia:


Yesus tidak pernah menyebut diri sebagai Anak Allah dalam Injil Markus. Ia kerap kali
menyebut diri sebagai Anak Manusia. Sebutan ini, dari Daniel 7:13, harus dipahami sebagai
menunjuk kepada Penebus pada masa mendatang dari bangsa Israel. Markus
menggunakan sebutan Anak Manusia lebih untuk menunjuk pada cara yang digunakan
Penebus menyelamatkan bangsaNya, yaitu penderitaan dan kematianNya di salib. Tujuan
Markus menjadi lebih jelas jika pembaca mengingat bahwa kali berikutnya sebutan “Anak
Manusia” digunakan dalam 8:31, dalam nubuat jelas mengenai penderitaan dan kematian
Yesus.)

3:1-6 Tangan yang lumpuh dan persekongkolan.


Belas kasih Yesus terhadap orang dengan tangan yang lumpuh merupakan puncak dari bagian
yang mulai dengan penyembuhan orang lumpuh dalam 2:1-12. Sifat klimaksnya menjadi jelas jika
memperhatikan tiga hal.
1. Pertama, Markus menempatkan penyembuhan di rumah ibadat ini pada hari Sabat, segera
sesudah pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Penyembuhan adalah
bukti konkret pernyataan itu.
2. Kedua, suatu perubahan dramatis dari gaya cerita menjadi jelas jika orang membaca kisah
orang lumpuh sebelah tangan dalam hubungan dengan empat cerita yang mendahului. Di
sini, Yesus yang mengajukan pertanyaan provokatif: Manakah yang diperbolehkan pada
hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau

13
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
membunuh orang?, ay. 4, bukan orang Farisi seperti dalam 2:7, 16, 18, 24. Di sini, Yesus
marah terhadap mereka (ay. 5), bukannya mereka marah terhadap Dia. Nyatanya sekarang
mereka yang mengeluh tidak berkata apa-apa (ay. 4)!
3. Ketiga, sesudah Yesus menunjukkan kekuasaan yang penuh kasih dengan menyembuhkan
tangan orang itu, orang-orang Farisi mundur untuk bersekongkol bagaimana mereka dapat
membinasakan Yesus (ay. 6).

Markus menutup seri lima kisah konflik ini dengan catatan sederhana. Para pembacanya hanya
dapat melihat bahwa cara hidup Yesus mengantar kepada kematianNya (ay. 6). Mereka juga sadar,
Markus akan mengatakan bahwa hal yang sama juga akan menimpa mereka yang mengikuti “Anak
Manusia” (8:31-38).

Bagaimanapun juga, betapa ketegangan akan dialami pembaca Markus sementara mencoba
menghayati hidup Kristen, Yesus akan ada di situ demi mereka. Markus menjamin pembacanya
bahwa Yesus akan menjawab dengan bermurah hati sehubungan dengan iman mereka
terhadapNya (2:5) karena Ia telah datang bagi mereka yang membutuhkan (2:17), sebagai Tuhan
yang berbelas kasih atas hari Sabat (2:27 dan 3:4-5).

14
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
MERENUNGKAN MAKNA MENJADI MURID
Markus 3:7 - 35

Seorang pencerita yang baik melihatkan pembacanya dalam cerita-ceritanya dengan


mempergunakan bermacam-macam teknik, Seperti pengembangan, perbandingan, kontras,
gambaran yang hidup, dan lain-lain. Dalam dua bab yang pertama, Markus telah menunjukkan
bahwa ia adalah seorang pencerita yang baik. Ia mulai membuka sisi sifat kemanusiaan Yesus
dengan rincian-rincian tertentu yang tidak dimiliki Matius dan Lukas dalam cerita-cerita mereka
(misalnya, hanya Markus menggambarkan kemarahan dan kesedihan Yesus ketika menyembuhkan
orang yang mati sebelah tangan, 3:5). Ia telah menciptakan suatu ketegangan yang semakin
memuncak dalam dramanya dengan menempatkan lima drama pertentangan dalam 2:1-3:6
(mereka “bersekongkol untuk membunuh Dia”, 3:6), sesudah “kisah keberhasilan” dalam bab 1
(“orang-orang datang kepadaNya dari mana-mana”, 1:45).

Markus sebagai pencerita juga mempunyai pesan yang akan ia sampaikan dengan kisahnya
mengenai Yesus, dan demikian ia ingin memberikan kepada sidang pembacanya waktu untuk
merenungkan. Itulah sebabnya mengapa ia menyajikan suatu berita singkat di sini (3:7-12). Ini
tidak hanya menjumlahkan akibat daya tarik Yesus terhadap orang banyak (ay. 7-10), tetapi juga
mengingatkan pembacanya bahwa Yesus tidak mau jati diriNya sebagai Anak Allah diwartakan
dengan alasan yang salah (ay. 11-12; lih. tentang “rahasia” dalam 1:32-34). Markus berharap
bahwa istirahat untuk refleksi ini akan mempersiapkan pembacanya pada sisa perjalanan mereka
bersama Yesus. Perjalanan mereka dengan Dia kerap akan dibingungkan oleh “orang banyak”
yang mencari hanya sebagian dari apa yang diberikan Yesus dan orang Kristen (ay. 7-8). Perjalanan
itu akan dihalang-halangi oleh kekuatan-kekuatan yang mencoba membelokkan jalan menuju
pemenuhan dari perutusan Allah (ay. 11-12). Maka, Markus meringkas bagian dari kisah Yesus ini
dengan dua peristiwa (pemilihan kedua belas, ay. 13-19, dan pertentangan mengenai Beelzebul,
ay. 20-35), yang membantu pembacanya untuk memahami makna sesungguhnya dari kemuridan
kristiani.

3:13-19 Dipanggil dengan nama untuk bersama Yesus.


Ketika Markus menulis Injilnya tahun 70, kebanyakan mereka yang menjadi murid Yesus yang
pertama tidak lagi hidup untuk memimpin jemaat kristiani. Dalam cerita yang menuliskan
pemilihan murid pertama oleh Yesus, Markus menekankan bagi orang-orang Kristen pada
zamannya dua unsur penting dari kemuridan: “bersama Yesus” dan “diberi nama” olehNya.

Benih-benih pertama dari kemuridan Kristen yang ditekankan di sini adalah “bersama” dengan
Tuhan (ay. 14). Menjadi “murid” Yesus adalah menjadi “pelayan”, dan belajar padaNya perlu untuk
bersamaNya. Sejak dari sini dalam cerita Injil, Yesus akan selalu bersama dengan kedua belas.
Mereka akan belajar padaNya misteri Kerajaan Allah (dalam perumpamaan, 4:1-34). Mereka juga
akan menjumpai kesukaran-kesukaran dari jalanNya (bab 8-16, di mana Yesus memerinci jalan
salib dan akibat dari mengikuti Dia).

Kenyataan bahwa Markus menceritakan Yesus memilih para murid di atas gunung (ay. 13) tidak
hanya menunjukkan resminya saat itu, tetapi juga menunjuk kepada adegan lain dari Injil, ketika
para murid akan bersama dengan Yesus di puncak gunung yang lain, misalnya untuk menyaksikan
transfigurasi dalam 9:2-10 dan untuk melihat Dia dalam sekarat maut di Gunung Zaitun dalam
14:26-42. Pembaca Markus diminta untuk bersama Yesus dan belajar dari padaNya dalam
mengalami kemuliaan yang misterius dan sekarat yang menyakitkan.

15
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Unsur kedua dari kemuridan Kristen terletak dalam makna “diberi nama” oleh Yesus. Dalam
Kejadian, karena Allah telah “memberi nama” bumi dan langit dan semua ciptaan, mereka menjadi
milik Allah sendiri (Kej 1:3-10). Ketika Allah memberi perintah kepada Adam untuk memberi nama
kepada binatang-binatang, Adam mengambil bagian dari kuasa Allah atas mereka (Kej 2:20).
“Diberi nama” oleh Yesus berarti dimiliki olehNya, di bawah pengawasanNya. Ini juga berarti
bahwa mereka yang diberi nama olehNya akan mengambil bagian dalam kekuasaanNya (ay. 14-
15). Dalam cerita yang singkat ini, pembaca Markus dibaptis “dalam nama Yesus” mendengar
undangan untuk bersama Tuhan yang bangkit dan belajar padaNya bagaimana mengambil bagian
dalam perutusan dan kekuasaanNya.

3:20-35 Menjadi milik Allah dan melaksanakan kehendak Allah.


Begitu Yesus tunun dari gunung bersama dua belas muridNya, banyak orang di sekeliing Dia
sehingga Ia dan murid-muridNya tidak dapat makan (ay. 20). Pembaca Markus akan melihat
berbagai reaksi terhadap Yesus dan terhadap perutusanNya di antara orang-orang. KeluargaNya
“berdiri di luar”. Mereka datang untuk mencegah Dia berbuat terlalu banyak. Mereka menyangka
bahwa Ia “kurang waras” (ay. 21). Ahli kitab datang dari Yerusalem untuk melihat mengapa Yesus
menjadi begitu populer. Mereka mengatakan bahwa Ia “kerasukan Beelzebul” dan bahwa Ia
mengusir setan dengan pertolongan setan (ay. 22). Sesudah Yesus menjawab dengan cerdik dan
dengan berwibawa terhadap tuduhan itu (ay. 23-30), para pembaca Markus tahu manakah reaksi
yang benar terhadap Yesus. Mereka belajar bahwa dari semua yang mengerumuni Yesus, mereka
yang benar-benar dapat dianggap sebagai saudara laki-laki dan saudara perempuan adalah
mereka “yang melakukan kehendak Allah” (ay. 32-35). Yesus mengharapkan para pengikutNya
memiliki dedikasi yang sama terhadap kehendak Allah seperti Dia. Dedikasi demikian dapat
mengantar kepada pertengkaran dengan orang-orang seperti ahli kitab dari Yerusalem. Ia
tampaknya “kurang waras” bagi orang lain, bahkan juga bagi anggota keluarganya sendiri! Tetapi,
inilah artinya menjadi “keluarga” Yesus.

Jawaban Yesus terhadap tuduhan bahwa Ia kerasukan setan adalah singkat dan langsung. Dalam
dua perumpamaan mengenai kerajaan yang terpisah dan rumah yang terpisah (ay. 24-27), Ia
menunjukkan betapa itu menghancurkan diri bila Ia, yang mengusir setan dari orang-orang (3:11),
adalah kaki tangan setan! Yesus juga menunjuk bahwa satu-satunya dosa dari para penuduhNya
yang tak terampuni ialah menolak menerima kekuasaan dari Roh Kudus Allah yang bekerja dalam
diriNya (ay. 28-30). Yesus dirasuki oleh Roh Allah, dan juga mereka yang memilih melakukan
kehendak Allah.

16
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
RAHASIA KERAJAAN, KUASA YESUS
Markus 4:1-35

Bab 4 mulai dan berakhir dengan Yesus dalam sebuah perahu. Pembaca Markus akan mendengar
Ia mengajar kepada orang banyak “dalam perumpamaan-perumpamaan” mengenai Kerajaan
Allah. Khotbah ini akan diikuti oleh pewahyuan dari kuasa Yesus atas angin badai di laut. Yesus
tidak hanya berkhotbah mengenai kekuasaan Kerajaan Allah, tetapi Ia juga mempraktekkan apa
yang Ia khotbahkan!

4:1-20 Mengajar dalam perumpamaan.


Seorang pakar melukiskan apa itu perumpamaan dan bagaimana dimaksudkan untuk berfungsi di
zaman Yesus. “Yang paling sederhana, perumpamaan adalah suatu metafora atau persamaan
yang diambil dari alam atau kehidupan biasa, memikat pendengar oleh gambarannya yang hidup
dan aneh, dan membiarkan pikiran bertanya-tanya mengenai apa persis penerapannya”. Di sini
dalam bab 4, Markus menempatkan pembacanya bersentuhan dengan dunia perumpamaan dari
abad pertama. Mereka akan mendengar bagaimana Yesus menggunakan hal yang biasa menjadi
suatu cara baru mengundang para pendengarNya kepada pemikiran baru mengenai Allah dan
Kerajaan Allah. Akibatnya, perumpamaan-perumpamaan Yesus mengatakan bahwa cara Allah
bukanlah cara kita. Perumpamaan-perumpamaan itu mengundang kepada pertobatan.

Dalam perumpamaan pertama Yesus (ay. 3-8), pembaca Markus mendengar bahwa sesuatu yang
kecil, seperti benih (atau seperti jemaat Kristen yang kecil dari tahun 70) dapat berkembang (atau
tidak berkembang) dan menghasilkan (atau tidak menghasilkan) gandum yang banyak, tergantung
pada apakah tanahnya bagus (atau berkarang atau berduri atau mengeras). Suatu perumpamaan
yang bagus, dari hakikatnya, berakhir secara terbuka dan memberikan kepada pendengar pilihan
untuk menjawab dalam berbagai tingkat. Harapan Markus berkaitan dengan perumpamaan ini
adalah bahwa pembaca Kristennya akan menjawab: “Marilah kita menjadi tanah yang bagus!
Marilah kita mempunyai harapan besar, juga dalam saat-saat yang lemah sebagai jemaat yang
kecil! Kita menginginkan benih Allah menghasilkan seratus kali lipat dalam diri kita, seperti
dijanjikan Yesus!”

Perdebatan pribadi antara Yesus dan para muridNya (ay. 10-12) memberi kesan seolah-olah Yesus
tidak memberikan kepada orang banyak (“mereka yang ada di luar”, ay. 11) untuk memahami Dia
atau menjadi muridNya. Ini sangat aneh mengingat bahwa perumpamaan dimaksudkan untuk
mendorong pendengarnya supaya bertobat. Apa yang dimaksudkan dengan ayat 12 (diambil dari
Yes 6:9-10) adalah ini: Gereja Perdana tahu bahwa orang-orang tertentu telah mendengar
perkataan-perkataan Yesus dan telah menolakNya; mereka juga tahu bahwa orang-orang lain
(“kamu” para murid, dalam ay. 11) telah percaya kepadaNya. Maka, Markus menunjukkan bahwa
Yesus, seperti Yesaya sebelum Dia, menyampaikan pesan yang menyebabkan orang harus
mengambil sikap, atau berpihak kepadaNya atau melawan Dia. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus, kata Markus, dimaksudkan untuk membawa semua orang ke dalam Kerajaan Allah, tetapi
beberapa di antaranya memilih tetap tinggal “di luar”. Pembaca Markus dituntut untuk terbuka
terhadap sabda Allah. Mereka ditantang untuk membiarkan sabdaNya “masuk” ke dalam
hubungan iman yang mendalam dengan Tuhan mereka yang bangkit.

Meskipun perumpamaan Yesus yang pertama aslinya merupakan undangan yang terbuka untuk
terlibat secara radikal dengan Dia, penjelasan yang mengikutinya (dalam ay. 13-20) menjadi
aplikasi yang praktis, langsung dari rincian perumpamaan terhadap kehidupan orang Kristen
zaman Markus. Mendengarkan dengan saksama penjelasan ini, mereka dapat menjawab: “Ya,

17
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
kami memahami perumpamaan bagi zaman kami (ay. 13). Kami tahu bahwa benih itu adalah
sabda Allah (ay. 14). Akan tetapi, kami juga melihat bagaimana berbagai macam benih berbicara
mengenai orang-orang yang menjawab sabda itu secara berbeda-beda (ay. 13-20). Beberapa di
antara kami membiarkan diri disesatkan oleh iblis dari iman (ay. 15). Beberapa mengalami
tekanan dan penganiayaan membuyarkan kami (ay. 16-17). Lainnya berjuang untuk mendapat
uang dan barang-barang duniawi lainnya (ay. 18-19). Namun, kami ingin mendengarkan sabda,
meresapkannya dalam hati, dan menjadi pengikut Yesus yang setia (ay. 20).”

4:21-34 Mendengarkan sabda dalam perumpamaan-perumpamaan.


Sesudah perumpamaan mengenai benih dan penjelasannya, Markus menceritakan lima
perumpamaan lagi yang dimaksudkan untuk memampukan para pendengar meresapkan sabda
Yesus ke dalam hati dan memahaminya secara lebih mendalam. Dengan perumpamaan tentang
pelita (ay. 21), Markus mengisyaratkan kepada pembacanya supaya mereka mempertimbangkan
dengan seksama makna ajaran dan kehidupan Yesus secara mendalam bagi dirinya sebelum
mereka dapat membagikannya kepada orang lain (ay. 22-23). Ucapan yang menyerupai
perumpamaan mengenai “apa yang kamu ukurkan” (ay. 24) sangat menyerupai perumpamaan
yang mendahului mengenai pelita. Para pembaca Markus harus terus-menerus berkembang dalam
pemahaman mereka mengenai Yesus dalam dirinya sendiri, atau mereka akan kehilangan hal-hal
yang telah mereka miliki. Perumpamaan mengenai petani yang tidur (ay. 26-29) menghilangkan
anggapan dari mereka yang mengira bahwa mereka dapat mengendalikan kedatangan Kerajaan
Allah. Kata Markus: “Jalan Allah bukan jalan kita! Kita harus sabar dan membiarkan Allah menjadi
Allah!” Perumpamaan terakhir pada bab 4 juga mengenai benih yang paling kecil dari segala berih,
biji sesawi (ay. 30-32). Meskipun jemaat Kristen Perdana jumlahnya kecil, perumpamaan ini
menjamin pembaca Markus bahwa semua usaha mereka akan berbuah dalam Kerajaan Allah yang
berkembang jika mereka mau memahaminya (lih. ay. 33-34).

Markus meringkas bagaimana orang banyak “mendengar” perumpamaan Yesus: beberapa di


antaranya memperhatikan “dapat memahami” (ay. 33), sementara para murid memahami dengan
baik karena kepada murid-muridNya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri (ay. 34).
Dengan pengajaran khusus demikian, para murid Yesus tampaknya akan siap mengembangkan
kemuridan mereka. Adegan berikutnya mengenai badai merupakan bukti bahwa mereka belum
siap!

4:35-41 Yesus menenangkan badai dan menganjurkan supaya percaya.


Dalam kisah pertama ini (lih. 6:45-52 tentang cerita yang serupa), Yesus memberikan kesempatan
kepada para muridNya untuk menunjukkan bahwa mereka memahami siapa Dia sebenarnya.
Mereka telah mengetahui rahasia Kerajaan Allah (4:1-34) dan mereka telah bersamaNya ketika Ia
menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat (bab 1-3). Sekarang mereka bersamaNya di
tengah laut yang bergelora, dan Ia tertidur (ay. 38). Mereka mengira bahwa Ia tidak
mempedulikan mereka, sesudah semua yang mereka lihat Ia kerjakan bagi mereka yang
memerlukan. Sesudah menenangkan badai dengan sepatah kata: Diam! Tenanglah! (ay. 39) Yesus
berbicara kepada para muridNya (dan pembaca Markus) dan bertanya: Mengapa kamu begitu
takut? Mengapa kamu tidak percaya? (ay. 40). Jawaban para murid hanyalah: Siapa gerangan
orang ini? (ay. 41). Markus ingin pembaca Kristennya, dengan pengetahuan mereka mengenai
kehidupan Yesus seluruhnya, kematian, dan kebangkitan, yakin akan perlindunganNya dalam saat-
saat mereka yang penuh ketegangan dan kekacauan. Ia minta lebih dari “kekaguman besar” (ay.
41) waktu Yesus menenangkan badai. Ia menginginkan iman yang mendalam dari semua yang
berjuang untuk memahami makna dari hidup, kematian, dan kebangkitan Yesus dalam
pengalaman mereka sehari-hari mengenai hidup sebagai orang Kristen.

18
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

MUKJIZAT BERLANGSUNG TERUS


Markus 5:1-43

Para murid, para pemimpin Yahudi, dan orang banyak Yahudi telah melihat Yesus menenangkan
iblis dan laut. Mereka telah mendengar Ia berkhotbah mengenai pertobatan dan Kerajaan Allah.
Sesudah ini semua, para murid masih bertanya: Siapa gerangan orang ini? (4:41). Dengan mukjizat
pertama dalam bab 5, Markus telah membuat Yesus jauh melampaui batas-batas Yahudi untuk
melihat apakah orang-orang bukan Yahudi akan mengakui “siapa Dia” sebenarnya (dalam 5:1-20,
penyembuhan orang yang dirasuki iblis bertempat di wilayah Gerasa, daerah kafir, sebelah timur
Sungai Yordan). Ketika Yesus pulang dari perjumpaan yang mengherankan dengan orang bukan
Yahudi ini, Ia menjumpai iman yang semakin mendalam terhadap diriNya (dari seorang petugas
rumah ibadat Yahudi, Yairus, dalam 5:21-24 dan 35-43, dan dari seorang wanita sederhana yang
sakit di antara orang banyak, dalam 5:25-34). Rupanya sesudah tiga mukjizat ini para murid akan
memahami tujuan dari perutusanNya secara lebih baik. Namun, karena bab 5 berakhir dengan
pengungkapan supaya “merahasiakan” (Ia berpesan kepada mereka supaya jangan seorang pun
mengetahui hal itu, 5:43), pembaca Markus menyadari bahwa Yesus masih menginginkan para
pengikutNya melihat lebih banyak dalam diriNya daripada seorang pembuat mukjizat.

5:1-20 Yesus melampaui batas wilayah Yahudi: orang kerasukan dari Gerasa.
Lukisan Markus yang begitu hidup mengenai orang yang kerasukan, yang dengan keras berteriak-
teriak di sekitar kuburan dan kaki bukit dari wilayah Gerasa (ay. 1-5), menciptakan panggung
perjumpaan Yesus dengan orang itu (ay. 6-10). Bahkan sebelum Yesus mengusir roh jahat dari
orang itu (aneh bahwa setan dalam diri orang itu memintaNya supaya Yesus mengirim mereka
kepada kawanan babi, yang memang Ia kabulkan, ay. 11-13), orang yang kerasukan datang kepada
Yesus, bersembah sujud kepadaNya, hal yang hanya untuk Allah saja, dan mengakui Dia sebagai
Anak Allah (ay. 6- 7). Seperti orang kerasukan yang lain sebelum dia (lih. 1:24 dan 3:11), orang ini
mengetahui dan mewartakan apa yang tidak dilakukan oleh para murid dan orang-orang Yahudi:
Yesus adalah Anak Allah!

Ketika orang-orang dari desa-desa datang untuk melihat apakah cerita yang menyeramkan
mengenai kawanan babi itu benar, mereka menemukan orang yang dulu dikenal liar duduk, sudah
berpakaian dan sudah waras (ay. 14-15). Mereka rupanya juga melihat kawanan babi terjun ke
dalam laut. Tentu saja mereka penuh dengan ketakutan. Mereka tidak dapat membayangkan
kekuatan Yesus dan meminta Dia supaya meninggalkan daerah mereka, sebelum Ia mendatangkan
ketakutan yang lebih besar kepada mereka. Jelas lebih mudah bagi mereka untuk menangani
orang yang kerasukan setan daripada menangani seseorang yang mempunyai kuasa untuk
menyembuhkannya (ay. 16-17). Orang yang kerasukan, begitu lama diasingkan, dianiaya oleh
masyarakat, bertanya apakah ia boleh mengikuti Yesus (ay. 18). Meskipun Yesus tidak mengizinkan
ia mengikutiNya, Ia tidak memerintahkan untuk merahasiakan penyembuhannya, seperti yang
biasa Ia lakukan dengan mukjizat-mukjizatNya yang lain. Akibatnya, orang-orang bukan Yahudi di
wilayah Sepuluh Kota mendengar apa yang dilakukan oleh belas kasih Allah terhadapnya melalui
Yesus (ay. 19-20). Dengan mukjizat yang mengagumkan ini. Markus tidak hanya menunjukkan
perhatian Yesus kepada orang-orang yang tersisih, tetapi juga memberi latar belakang perutusan
Yesus di antara semua bangsa kafir.

Jemaat Markus yang terdiri dari orang Kristen Yahudi dan tobatan kafir sangat waspada ketika
Yesus memasuki tanah asing Gerasa (ay. 1). Mereka takut melihat bagaimana para gembala babi
(jelas orang kafir, karena pekerjaan ini terlarang bagi orang Yahudi) akan memberikan reaksi

19
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
kepada Yesus (ay. 11-17). Mereka akan melihat dalam kejadian ini cara Markus menggambarkan
langkah permulaan dalam peryebaran kekristenan di antara bangsa-bangsa kafir. Iman orang
Kristen di zaman Markus, yang terdiri dari baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, berakar pada
tindakan Yesus sendiri. Kekristenan tidak memiliki batas-batas wilayah, suku atau bangsa. Sabda
dan kuasa Yesus yang menyelamatkan ditujukan kepada semua umat Allah.

5:2 143 Yesus dan kaum wanita: hidup dan percaya.


Dalam Injil Markus, Yesus dikisahkan dengan wanita sebanyak sembilan kali. Di sini, dalam ayat 21-
43, pembaca Markus memasuki dua dari perjumpaan Yesus dengan kaum wanita (putri Yairus dan
wanita yang sakit pendarahan). Kedua cerita mulai dengan orang yang mencari Yesus, Penyembuh.
Kedua cerita berakhir dengan penyembuhan orang yang tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Cara Markus menggabungkan kedua cerita (permulaan cerita mengenai anak Yairus, cerita penuh
mengenai si wanita dan lanjutan cerita Yairus) menunjukkan bahwa Markus menginginkan para
pembacanya mendengar satu pesan dari kedua cerita itu: Jangan takut, percaya saja! (ay. 36).
Ayah anak kecil itu percaya, juga ketika ia mendengar bahwa anaknya sudah meninggal (ay. 35-
40). Ia diundang untuk menyaksikan sabda dan sentuhan Yesus yang menyembuhkan (ay. 27), dan
kemudian melihat anak kecil itu berjalan hidup (ay. 41-42). Wanita itu menunjukkan
kepercayaannya dengan menyentuh Yesus (ay. 27) dan dengan maju ke depan kendati ia
ketakutan (ay. 33). Ia mengalami bahwa imannya diberi hadiah kedamaian dan penyembuhan (ay.
34). Seperti Yairus dan si wanita. orang Kristen dari setiap zaman didesak oleh Markus untuk
mendekati Yesus dengan penuh kepercayaan dan keseriusan demi orang yang sakit dan yang
meninggal.

Kendati menceritakan kuasa Yesus yang mengherankan, Markus mengemukakan segi manusiawi
dari Yesus. Misalnya, orang yang mempunyai kuasa lebih daripada semua tabib pada zamanNya (Ia
menyembuhkan seorang wanita yang telab mengeluarkan banyak uang dan dua belas tahun pergi
kepada tabib-tabib, yang gagal menolongnya, ay. 26), tidak mengetahui siapa yang menyentuhNya
(ay. 30). Begitu pula dengan orang yang membangkitkan anak perempuan dari kematian (ay. 41)
juga peka terhadap kebutuhan anak itu akan makanan (ay. 43). Detail demikian membuat Yesus
menurut Markus sangat mudah didekati. Ia bukan manusia sempurna (misalnya, Ia tidak tahu
segalanya), tetapi Ia manusia sesungguhnya (perasaanNya peka). Para pembaca Markus dapat
percaya seperti mereka yang membutuhkan ketika Ia hidup di dunia ini. Ia peka terhadap
kebutuhan dari mereka yang mencari Dia.

Penting bahwa pembaca Markus memperhatikan rincian dalam bagian ini yang menuju kepada
puncak dari Injil. Petunjuk ini mengungkapkan keinginan Markus untuk mengajak pembacanya
berjalan bersama Yesus ke tempat-tempat perjalananNya. Misalnya, Petrus, Yakobus, dan Yohanes
yang menyaksikan bangkitnya anak perempuan yang mati, akan bertanya apa arti bangkit dari
antara orang mati (9:10). Begitu juga wanita yang takut dan gemetar dengan penyakit pendarahan
menunjuk kepada tiga wanita yang akan meninggalkan makam kosong “dengan ketakutan dan
keheranan”, demikian takutnya sehingga mereka tidak berkata kepada siapa pun (16:8). Hampir
tidak ada bagian dalam Injil Markus yang tidak memaksa sidang pembaca menarik kesimpulan.
Markus bertanya pada sidang pembacanya, pria dan wanita, untuk bersama Yesus sampai akhir.
Bahkan ketika kekacauan dan tragedi hidup menjatuhkan mereka, pembaca Markus diingatkan:
“Ketakutan tidak ada gunanya. Yang diperlukan adalah percaya kepada Tuhan, yang memberikan
kehidupan, juga dari kematian”.

20
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
MENGENAI ROTI DAN KEBUTAAN
Markus 6:1 - 8:26

Dalam bab 1 sampai 5, Markus menyoroti mukjizat dan kuasa Yesus atas kekuatan kosmis: atas
setan, angin taufan dan badai, atas penyakit dan kematian. Ia juga memberi tahu pembacanya
bahwa jawaban yang selayaknya dari orang Kristen terhadap kekuasaan Yesus adalah percaya
kepadaNya, bukan takut atau gemetar (4:40 dan 5:36). Dalam bab 6 sampai 8, Markus akan
meneruskan gambarannya mengenai Yesus yang kuasa. Namun, ia akan menekankan lebih lagi
betapa butanya murid-murid Yesus terhadap makna dari kuasa Yesus (6: 52 dan 8:14-21).

Pembaca Markus juga akan mengetahui suatu tekanan baru dalam bab-bab I, yaitu roti. Dalam bab
6 sampai 8, Markus akan berkali-kali menghubungkan roti dengan kurangnya kepercayaan para
murid terhadap Yesus. Perlahan-lahan menjadi jelas bahwa Markus mengisyaratkan kepada orang-
orang Kristen bahwa mereka akan mengetahui makna Yesus yang sejati bagi diri mereka hanya bila
mereka menyadari apa artinya mereka menerima Ekaristi. Ekaristi memperingati persatuan
mereka dengan Tuhan yang bangkit, yang datang kepada kemuliaanNya melalui sengsara dan
kematianNya. Melalui “roti dan kebutaan”, bahwa Yesus menurut Markus membimbing para
pengikutNya ke separo tujuan dan puncak pertama dari Injil, yaitu pewahyuan oleh Yesus kepada
Petrus dan para murid bahwa jalan kepada kemuliaanNya (dan kemuliaan mereka) yang terakhir
adalah lewat jalan kesengsaraan dan kematian (8:27-38).

6:1-6 Ia terlalu banyak bagi mereka di Nazaret ... dan mereka bagi Dial
Para murid Yesus ada bersama Dia ketika Ia mengajar banyak orang di rumah ibadat di tanah
asalnya, Nazaret. Sementara banyak pembaca Markus tertarik pada bagian ini karena ada
penyebutan kepada “saudara laki-laki dan saudara perempuan” Yesus (ay. 3), perhatian Markus
sendiri terletak di tempat lain. (Karena ajaran Gereja mengenai keperawanan Maria, penyebutan
saudara laki-laki dan perempuan Yesus menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Namun, baik bagian
ini maupun 3:31-35, di mana saudara laki-laki dan perempuanNya disebutkan, mengatakan
sesuatu mengenai keperawanan Maria atau keluarga sedarah dari Yesus, karena di zaman Markus
“saudara laki-laki dan perempuan” dapat berarti keponakan, saudara-saudari tiri, maupun saudara
sedarah.)

Markus melanjutkan cerita mengenai penolakan orang-orang sekota Yesus dengan alasan khusus:
untuk mempersiapkan suatu peralihan penting dan kontras mengejutkan pada tahap ini dari
dramanya. Bagian ini merupakan peralihan karena menjembatani mukjizat Yesus yang terbesar
(membangkitkan anak perempuan dari kematian) dengan pemberian kuasa menyembuhkan
kepada para muridNya (6:7-13). Kontras mengejutkan bukan terletak pada penolakan oleh orang
sekotaNya (Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, ay. 4),
melainkan dalam ketidakmampuanNya di tengah-tengah mereka: Ia tidak dapat mengadakan satu
mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang ... Ia merasa heran atas
ketidakpercayaan mereka (ay. 5-6a). Sampai titik ini, orang-orang selalu heran dan takut akan
kehadiran Yesus. Di sini Yesus heran terhadap mereka dan terhadap ketidakpercayaan yang Ia
temui di Nazaret. Pembaca Markus, tidak peduli bagaimana akrabnya mereka dengan Yesus, dapat
menilai kedalam dari iman mereka terhadapNya untuk memungkinkan Dia efektif seperti Ia
kehendaki di tengah-tengah mereka.

21
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
6:7-13 Para rasul diutus untuk mewartakan dan mengusir roh jahat.
Ditolak oleh orang-orangNya sendiri, Yesus mengajar di tempat lain dan mengutus para muridNya
dengan perintah dan kekuasaan khusus. Para pembaca akan ingat bahwa Markus telah dengan
hati-hati mempersiapkan saat penting ini ketika Yesus mengutus para rasul. Pertama, ia
menceritakan Yesus memanggil mereka secara pribadi (1:16-20). Kemudian Ia memilih khusus dua
belas supaya menemani Dia (3:13- 19). Kelompok Dua Belas, diajar oleh Yesus dan hadir
bersamaNya ketika Ia menyembuhkan banyak orang dari penyakit dan roh jahat (bab 3-5),
sekarang telah siap menjadi “orang yang diutus” (kata Yunani apostolos berarti “utusan”).

Perintah khusus untuk mengusir roh jahat (ay. 7) diiringi dengan rincian lebih lanjut mengenai
pakaian yang harus dibawa, di mana harus tinggal, dan apa yang harus dilakukan bilamana ditolak
(ay. 8-11). Petunjuk rinci ini merupakan arahan bagi Gereja Perdana mengenai perlunya bergerak
dengan cepat dan bergantung kepada pemeliharaan Allah. Apakah orang-orang Kristen tahun 70
mempercayakan diri kepada Allah seperti dilakukan kedua belas rasul terhadap Yesus? Apakah
misi khusus bagi para rasul masa kini sewaktu membaca Injil Markus? Satu hal tampaknya jelas:
Markus meminta kepada semua pembacanya untuk memperhatikan dengan penuh doa
bagaimana menyeimbangkan tindakan mereka dalam membangun Kerajaan Allah dengan
kepercayaan mereka kepada keterlibatan Allah yang penuh kasih dalam hidup mereka.

6:14-29 Raja Herodes, Yohanes Pembaptis, dan Yesus.


Cerita yang cukup panjang mengenai kematian Yohanes rupanya mengganggu kelancaran cerita
Markus mengenai Yesus. Namun, rupanya Markus menyajikan cerita itu di sini untuk
mempersiapkan pembacanya bagi kematian Yesus, sama seperti penampakan Yohanes pertama
kali dalam Injil mempersiapkan kedatangan Yesus di atas panggung (1:2-11). Jika membaca dengan
seksama, akan didapati bagaimana kematian Yohanes sungguh meramalkan kematian Yesus
sendiri. Perhatikan kata-kata kunci! Meskipun Herodes salah mengenai Yohanes “bangkit kembali”
(ay. 16), Yesus memang benar akan bangkit (16:6-8). Seperti Herodias (ay. 19), para imam agung
ingin membunuh Yesus tetapi harus mencari jalan tipuan mengingat reaksi orang banyak (11:18
dan 14:1-2). Seperti Herodes (ay. 20), Pilatus memerintahkan Yesus dihukum mati meskipun Ia
tidak mengetahui kejahatan apa yang telah dibuat Yesus (15:14).

Akhirnya, seperti para murid Yohanes (ay. 29), seorang pengikut Yesus akan mengambil
jenazahNya dan “meletakkan jenazah di sebuah makam” (lih. 15:46). Kata-kata kunci demikian
menunjukkan bahwa Markus ingin pembacanya melihat nasib Tuhan mereka di hadapan
pendahuluNya, Yohanes. Markus juga menghendaki agar pembacanya seperti Yohanes,
mempersiapkan orang lain untuk mengalami Yesus dalam hidup dan kematian mereka, bahwa
orang akan mencampuradukkan mereka dengan Yesus juga. Herodes mengira bahwa Yesus adalah
Yohanes yang datang dan hidup kembali. Apakah orang lain akan mengira Yesus datang dan hidup
kembali bila mereka menyaksikan kehidupan jemaat Kristen dari Markus, dulu dan sekarang?

6:30-52 Orang banyak, roti, dan berjalan di atas air.


Cerita pendek dalam 6:30-33 dimaksudkan untuk “membulatkan” perutusan Kelompok Dua Belas
(dalam 6:7-13). Ini juga mempersiapkan pembaca Markus untuk memahami sisa bab 6, yang
menggambarkan dua pernyataan jati diri Yesus yang saling berhubungan dan mengagumkan, jati
diri sebagai Tuhan mereka:
 Pertama, sebagai seseorang yang memberi makan rakyatNya dengan berlimpah (dengan
roti, 6:34-44);
 Kedua, sebagai seseorang yang ada bersama mereka dalam konflik serius dari kehidupan
mereka (angin badai di laut, 6:45-52).

22
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Meskipun para rasul membutuhkan waktu sendirian bersama Yesus (ay. 31), Ia menanggapi
terlebih dulu kebutuhan lebih besar dari orang banyak yang telah menemukan tempat pelarian
mereka (ay. 33). Mukjizat pertama dari roti (6: 34-44) memperlihatkan kepada Markus dan Gereja
Perdana bahwa Yesus sama kuasa dan kasihNya seperti Allah dari Keluaran 16, yang memberikan
manna kepada umatNya yang mengembara di padang gurun. Ketika Yesus menaruh belas kasihan
kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala (ay. 34), Ia, bagi
pembaca Markus, menjadi Gembala Yang Baik dari Yehezkiel 34, membimbing kawanannya yang
kekurangan dan mengajar mereka secara berlimpah (ay. 34). Kaitan dengan Perjanjian Lama
mengingatkan pembaca Markus akan penyelenggaraan Allah di masa lalu. Namun, ketika Yesus
menurut Markus mengarahkan pandanganNya ke langit dan mengucapkan berkat, memecah roti,
dan memberikannya kepada para murid supaya dibagikan kepada orang banyak (ay. 41), jemaat
Markus menjadi sadar mengenai pengalaman mereka dengan Tuhan masa kini dalam Ekaristi.
Rincian dari pelayanan Yesus dulu bagi umat yang kelaparan dialami sekarang, ketika pengikutNya
yang membutuhkan datang kepadaNya untuk diberi makan. Pembaca Markus mengambil bagian
dalam kelimpahan sisa-sisa roti (ay. 43). Allah memberi makan kepada umatNya dalam Ekaristi.

Segera sesudah perbanyakan roti, Markus memperlihatkan babak kedua, di mana Yesus
menenangkan laut yang bergelora demi para murid yang ketakutan (6:45-52; ingat 3:35-41). Ketika
angin mulai menerpa perahu, Yesus datang berjalan kepada mereka di atas air (ay. 48; dalam 4:38,
Yesus ada dalam perahu bersama mereka, tetapi tertidur). Yesus yang meneduhkan laut dan para
murid (ay. 50-5 1) akan menjadi tanda lebih lanjut bagi Markus dan pembacanya bahwa Yesus
adalah Tuhan mereka dalam penciptaan. Hanya Allah dapat mengusai lautan (misalnya Kej 1:1-10).
Hanya AKULAH AKU mempunyai kekuatan untuk membelah Laut Merah bagi umat Ibrani (Kel 3:14
dan 14:21). Bahkan ungkapan aneh dalam bahasa Ibrani: Ia hendak melewati mereka (ay. 48) akan
menunjuk kepada jati diri Yesus sebagai Tuhan. (Dalam Kel 33:22, Allah menempatkan Musa
dalam lubang karang dan menutupi dia dengan tanganNya sampai Ia lewat. Ini untuk menghalangi
Musa jangan sampai mellhat wajah Allah yang dalam Perjanjian Lama berarti mati). Meskipun
Yesus bermaksud melewati mereka, Ia mewahyukan cara baru dari Allah yang melindungi umat
terpilih: Ia datang untuk bersama mereka yang takut. Ia menenangkan mereka dengan kataNya:
AKULAH AKU!

Mukjizat roti dan berjalan di atas air tampaknya cukup untuk meyakinkan setiap orang bahwa
Allah sekali lagi hadir di antara umat dalam pribadi Yesus. Namun, ketika Markus mengatakan
bahwa hati para murid keras (ay. 52), tampaknya ia mencari sesuatu lebih dari pembacanya. Ia
berharap bahwa mereka akan menanyakan tingkat keakraban mereka dengan Tuhan yang bangkit.
Dalam zaman mereka yang keras, sekitar empat puluh tahun sesudah kematian dan kebangkitan
Yesus, apakah perkataan Yesus (Jangan takut!) akan cukup bagi mereka? Atau, apakah ketakutan
dari para murid pertama tetap ada dalam jemaat Kristen? Markus berharap bahwa pembacanya
akan memahami makna dari semua kejadian, termasuk kematian Yesus yang hina, bila mereka
memahami lebih mengenai roti. Ia berharap bahwa ketakutan mereka akan terurai bila, waktu
Ekaristi, mereka memahami penderitaan mereka dalam cahaya pengurbanan Yesus bagi mereka
dan bagi semua umatNya.

6:53-56 Sentuhan yang menyembuhkan.


Bab 6 diakhiri dengan berita singkat bahwa semua orang yang menjamahNya (menyentuh
jubahNya) menjadi sembuh (ay. 56). Betapa kontrasnya! Orang banyak (dari ay. 53-56) berlari
kepada Yesus setiap kali Ia tampak. Namun, para murid, mereka yang paling dekat dengan Dia,
“sama sekali heran ... hati mereka keras” (lih. ay. 51-52). Orang banyak yang antusias sangat

23
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
kontras dengan orang-orang Farisi yang memusuhi yang berkumpul sekitar dan melawan Yesus
dalam bab 7. Bagian singkat ini membantu pembaca Markus, yang ingin akrab dengan para murid
Yesus, memusatkan iman mereka kepada satu-satunya yang sentuhanNya dapat menyembuhkan
mereka dari kekerasan hati mereka.

7:1-23 Konflik mengenai makan roti dan melayani Allah.


Sesudah Markus menunjukkan bagaimana berhasilnya misi Yesus dalam menyembuhkan di antara
orang banyak (6:53-56), ia mengingatkan pembacanya mengenai beratnya awan yang
menggantung dalam seluruh drama Injilnya. Ia sekarang menceritakan rincian konflik tajam antara
Yesus dengan orang Farisi mengenai masalah apa dan bagaimana makan dengan baik. Ini
merupakan konflik seperti yang pernah diceritakan dalam 2:1-3:6, yang akan menyebabkan
persekongkolan orang-orang Farisi, bagaimana mereka dapat “menghukum mati Dia” (3:6).

Apa yang diajarkan Yesus dalam bagian ini sama pentingnya bagi pembaca Markus masa kini
seperti pada tahun 70 M. Yesus, dikemukakan Markus di sini sebagai seorang Rabi Yahudi yang
cerdik, menanggapi tantangan orang-orang Farisi mengenai cara para murid mempersiapkan
makanan (tidak sesuai dengan peraturan tradisional di antara mereka, ay. 2-5) kepada suatu
penyajian luas tentang penafsiran mereka atas hukum Allah “hanya dibibir” (mengutip Yes 29:13
dalam ay. 6-7). Ia melanjutkan dengan contoh kedua mengenai kesalehan palsu mereka, tradisi
kurban, yang menyangkal pemeliharaan orang tua oleh anak-anak mereka (ay. 9-13).

Akhirnya, Yesus mengungkapkan prinsip yang tidak kenal waktu, bahwa bukannya apa atau
bagaimana orang makan yang dapat membuat seseorang bersih atau najis. Apa yang dari dalam
pribadi seseoranglah yang membuat seorang bersih atau kotor (ay. 15). Kemudian, karena
perkataan Yesus tidak cukup jelas, Markus membuat Yesus menjelaskan kata-kataNya yang kuasa
kepada para murid. Barang-barang di luar, seperti makanan yang dimakan orang, tidak membuat
seseorang najis. Akan tetapi, tindakan seseorang, yang diinspirasikan dari dalam, dapat
menunjukkan apabila seseorang tidak hidup sesuai dengan hukum Allah (lih. dalam ay. 17-23).
Markus berharap agar pembacanya akan melihat berbagai cara mereka hidup dalam hubungannya
dengan orang lain untuk melihat apakah mereka mengabdi Allah “dari dalam” (dengan seluruh
pribadinya) atau hanya “dibibir” (dengan ketaatan semu kepada tradisi).

Mengapa Markus menekankan konflik berat di sini sama pentingnya dengan pesan yang ada di
dalamnya. Bagian konflik ini menyertai rangkaian cerita enam mukjizat (yang terjadi sesudah
memberi makan kepada banyak orang, berjalan di atas air, dan penyembuhan banyak orang;
diikuti oleh penyembuhan seorang anak Kanaan; penyembuhan orang bisu-tuli dan pemberian
makan kedua kepada orang banyak).

Markus tampaknya mempunyai paling sedikit dua alasan untuk melakukan hal itu.
 Pertama, ini mempertinggi ketegangan dari drama ini, dengan mengisyaratkan bahwa
setiap orang yang telah memilih mengikuti Yesus sebagai Penyembuh akan terlibat dalam
banyak konflik demi Injil, barangkali bahkan dengan para pemimpin agama dan struktur.

 Kedua, bagian konflik ini membangun tema lambatnya para murid percaya, karena mereka
membutuhkan pengajaran khusus lagi (di sini dalam ay. 17), seperti dulu (dalam 4:10.34).
Demikian Markus menantang para pemimpin Kristen di antara pembacanya untuk
mengevaluasi kembali cara mereka memahami dan menjalankan tradisi Kristen yang
dipercayakan kepada mereka.

24
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

7:24-37 Wanita bukan Yahudi, orang yang disembuhkan, dan penyebaran berita.
Dua cerita mukjizat yang mengakhiri bab 7 dihubungkan dengan tema kesukaan Markus, yaitu
keinginan Yesus untuk menyembunyikan kemesiasanNya (lih. penjelasan dalam 1:32-34). Sebelum
menyembuhkan anak perempuan dari Siro-Fenisia, Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau
bahwa ada orang yang mengetahuinya (ay. 24). Sesudah menyembuhkan orang bisu tuli, Yesus
berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun
juga (ay. 36). Tentu saja orang-orang tidak mengenalNya. Mereka menyebarkan berita tentang
kuasa penyembuhanNya (ay. 24. 36-37). Akan tetapi, meskipun Markus dengan setia menceritakan
kehebatan yang dilakukan Yesus, tema rahasianya tidak mengizinkan para pembacanya lupa
bahwa kemuliaan dan jati diri sesungguhnya dari Tuhan mereka hanya dinyatakan secara penuh
dalam kematian yang Ia jalani demi mereka.

Perempuan dari Siro-Fenisia yang meminta Yesus menyembuhkan anaknya yang kerasukan roh
sejak permulaan sudah mempunyai batu sandungan. Ia seorang wanita dan bukan Yahudi. Tidak
mengherankan bahwa ia merangkak di kaki Guru laki-laki Yahudi, memohon pertolongan
kepadaNya (ay. 25-26). Pembaca Markus dari abad pertama tidak begitu terkejut akan kata-kata
kasar yang diucapkan Yesus untuk menolak memberikan kepada orang kafir (anjing) apa-apa yang
menjadi hak orang-orang Yahudi (anak-anak tuan rumah). Mereka toh akan heran bahwa Yesus
mengizinkan wanita kafir berkeras pada permintaannya dan bahkan mempermainkan kata-
kataNya untuk memperoleh apa yang ia inginkan: Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja
juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak (ay. 28). Ketegarannya memaksa Yesus
untuk membuat perkecualian dari peraturan (yaitu lebih dulu memperhatikan umatnya sendiri,
baru kemudian orang lain, ay. 27). Ia menyembuhkan anak perempuan yang kerasukan itu dengan
sepatah kata sebagai hadiah bagi ketegaran dari iman ibunya terhadapNya (ay. 29).

Pembaca Markus akan mendengar dalam cerita ini beberapa ajakan untuk bertindak:
 Pertama, untuk meniru ketegaran wanita itu, juga ketika masalahnya menjadi tanpa
pengharapan;
 Kedua, untuk meniru Yesus “yang melanggar hukum” demi “orang luar”; dan
 Ketiga, untuk memeriksa keterbukaan mereka terhadap mereka yang mempunyai
kepercayaan lain, terutama orang-orang Yahudi, “anak-anak tuan rumah” yang pertama.

Cerita orang bisu-tuli adalah seperti pintu yang bergerak ke belakang dan ke depan. Ke belakang,
kepada cerita wanita Siro-Fenisia, karena orang bisu-tuli juga berasal dari bagian Palestina yang
bukan Yahudi (ay. 31). Ke depan, ke bab berikut, cerita mengenai orang buta (8:22-26), yang
sangat sejajar dengan penyembuhan ini. Baik orang bisu-tuli maupun orang buta dibawa oleh
orang lain kepada Yesus (ay. 32; 8:22). Dua kali Yesus membawa orang itu pergi dari orang banyak
(ay. 33; 8:23) dan menyentuh mereka, menggunakan ludah untuk menyembuhkan mereka (ay. 33-
35 dan 8:23,25).

Paralel yang mencolok ini menjelaskan bahwa Markus ingin agar kedua penyembuhan dibaca
secara berdampingan. Dengan cara ini, pembaca Markus tidak akan salah mengakui bahwa Yesus
adalah Mesias yang dijanjikan oleh Yesaya jauh sebelumnya ketika ia berkata: Pada waktu itu
mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka (Yes 35:5-6; lih.
Mrk 7:37). Namun, dengan unsur paralel terakhir dalam dua cerita (permintaan Yesus untuk
merahasiakan dalam 7:36 dan 8:26), Markus meminta kepada pembacanya untuk mengingat
kutipan lain dari Yesaya, yang telah dipenuhi oleh Yesus dengan kehidupan dan kematianNya:
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? ... Ia dihina dan dihindari orang, seorang

25
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang
menutup mukanya terhadap dia ... tertikam oleh karena pemberontakan kita, diri diremukkan oleh
karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (Yes 53:1-5).

Yesus, bagi Markus, adalah pemenuhan sempurna dari semua nubuat Yesaya. Ia adalah Mesias
yang dijanjikan, yang menyembuhkan orang bisu, orang tuli dan buta. Ia juga seorang yang tak
bersalah yang menderita untuk umatNya. Bagi Markus dan pembacanya, Yesus adalah seseorang
yang mengatakan: “Ikutilah jalan-Ku. Peliharalah umat-Ku, sampai tak ada yang sakit atau
menderita di antara mereka di dunia ini. Akan tetapi, ketahuilah bahwa dalam pelayanan
penyembuhan terhadap orang lain kamu akan mengalami rasa sakit yang sama yang Kualami
dalam membuatmu bahagia. Bersamalah dengan Aku, Aku akan memberi makanan yang kamu
butuhkan” (lih. 8:1-10, yang berikut).

8:1-10 Yesus memberi makan kepada orang banyak lagi.


Kali kedua bahwa Yesus yang penuh belas kasih memberi makan kepada orang banyak yang
kelaparan (8:1-9; ingat 6:34-44) adalah gambaran lain dari Ekaristi (14:22-26), begitu penting bagi
Markus dan jemaatnya. Beberapa pembaca mungkin berpendapat bahwa ini adalah laporan dari
pemberian makan yang kedua (perhatikan bahwa banyak perbedaan dari pemberian makan yang
pertama, misalnya jumlah orangnya, rotinya, tempatnya, dan lain-lain.)

Yang lain beranggapan, mungkin ini versi kedua dari kejadian yang sama, dengan menunjuk
banyaknya persamaan-persamaan dalam dua cerita, misalnya Yesus merasa berbelaskasihan, kata-
kata dan gerakan yang sama yang Ia pergunakan, garis besar tindakan, dan lain-lain. Mereka juga
menunjuk pada pertanyaan para murid dalam 8:4 dan percaya bahwa hal itu tak ada artinya jika
para murid baru saja melihat Yesus memberi makan kepada lima ribu orang dengan lima roti
dalam bab 6.

Apa pun jalan keluarnya dari perdebatan ini. Jelas sekali bahwa Markus memasukkan kedua cerita
pemberian makan ini untuk meyakinkan anggota kafir dan jemaatnya bahwa mereka sejak semula
disambut baik dalam menerima Ekaristi. Perhatikan bahwa Yesus masih berada di wilayah kafir
pada saat ini, 7:24, 31, dan 8:10. Juga ungkapan dalam ayat 3: ada yang datang dari jauh, yang
merupakan cara orang Kristen Perdana berbicara mengenai tobatan dari bangsa kafir.

Demikian Markus mengemukakan bahwa Yesus adalah Pemberi roti, siap untuk memuaskan para
pengikutNya yang kelaparan apa pun latar belakang mereka. Ia juga mengisyaratkan bahwa
Ekaristi Kristen adalah tempat untuk membentuk komunitas Kristen, di mana orang-orang dari
berbagai latar belakang menjadi satu dalam Tuhan, yang memberikan roti kepada semua secara
berkelimpahan.

Apakah pembaca pertama Markus perlu mendengar bahwa Ekaristi dimaksudkan untuk
mengumpulkan bermacam-macam kelompok dari jemaat bersama-sama? Apakah pembaca Injil
Markus sekarang ini memerlukan pesan yang sama, sebagai umat dari berbagai Gereja Kristen
berjuang untuk menjadi satu lagi baik dalam ibadat maupun dalam pelayanan?

Barangkali Markus ingin semua pembacanya mendengar Yesus mengatakan: “Sekarang hati-Ku
tergerak oleh belas kasihan terhadapmu. Kamu haus akan persatuan. Aku ingin kamu menjadi satu
tubuh dan satu semangat di dalam-Ku”.

26
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

8:11-13 Zaman ini menuntut tanda.


Perjumpaan singkat dengan orang-orang Farisi sedikit lebih dari hanya kalimat peralihan. Ini
menghubungkan pemberian makan kedua (8:1-10) dengan adegan Yesus bersama para murid
dalam perahu, menanyakan kepada mereka delapan kali untuk mencoba memahami siapakah Ia
sesungguhnya (8:14-21). Kalimat peralihan kecil ini dimaksudkan untuk meningkatkan lebih lanjut
ketegangan hubungan antara Yesus dengan orang Farisi. Ini penuh dengan emosi dan ketegangan.
Dalam versi Matius (Mat 12:38-42), Yesus memberikan suatu jawaban yang jelas dan meyakinkan
kepada permintaan orang Farisi akan sebuah tanda: mereka akan diberi tanda dari “tanda Yunus”,
yang melambangkan Yesus selama tiga hari di dalam makam sebelum kebangkitanNya. Di sini,
dalam versi Markus, Yesus hanya “mengeluh di dalam hati” (lih. ay. 12). Ia meninggalkan mereka,
tanpa memenuhi keinginan mereka dengan kata atau tindakan mengenal “tanda dari surga”.

Dengan cara ini Markus menggambarkan seorang Yesus yang begitu manusiawi, sama seperti para
pembacanya, bahwa mereka dapat menemukan dalam diriNya rasa frustrasi dengan para
pemimpin agama pada zamanNya, sama seperti mereka mengenal Dia dalam belas kasihanNya
bagi orang banyak yang kelaparan dalam bagian sebelumnya. Yesus menurut Markus adalah sama
seperti mereka dalam segala hal. Mereka hendaknya juga seperti Dia dalam segala hal, bahkan
juga dalam konflik yang penuh frustrasi dengan para pemimpin agama yang tak percaya pada
zaman mereka.

8:14-21 Yesus mencari pengakuan dan pengertian.


Dalam dua peristiwa sebelumnya di laut (4:35-41 dan 6:45-52), Yesus mewahyukan diri sebagai
Tuhan atas lautan, dan dalam ke dua kasus hati para muridNya “menjadi keras” (lih. 6:52). Sekali
lagi di danau bersama mereka, Yesus menginginkan mereka melihat siapa Dia. Kali ini Ia
memerintahkan mereka supaya tetap membuka mata dan tidak seperti “ragi orang Farisi dan ragi
Herodes yang buruk” (lih. ay. 15). Orang-orang yang terakhir ini melihat Yesus sebagai pembuat
mukjizat yang populer yang mengancam kewibawaan mereka sebagai pemimpin agama dan politik
dari rakyat. Karena para murid lupa membawa bekal roti, mereka tidak mengetahui maksud Yesus
dengan ragi orang Farisi (ay. 14 dan 16).

Akibatnya dengan delapan pertanyaan keras berturut-turut, Yesus meyakinkan para pengikutNya
bahwa mereka salah memahami diriNya, sama seperti orang-orang Farisi (ay. 17). Mereka yang
bersamaNya ketika Ia menyembuhkan orang bisu-tuli (7:3 1- 37) mempunyai telinga tetapi tidak
mendengar (ay. 18). Mereka yang menyaksikan pemberian makan kepada banyak orang (bab 6
dan 8) “tetap tidak mengerti” bahwa hanya Ia yang dapat memberi makan cukup kepada mereka
(ay. 21).

Ketika Yesus bertanya berapa banyak roti yang tersisa (ay. 20), ini menandai penyebutan roti yang
ketujuh belas dalam bab 6 dan 8 dan untuk kali terakhir sampai adegan Perjamuan Akhir dalam
14:22. Ketika akhir bagian “roti dan kebutaan” dari Injil ini semakin mendekat, Markus berharap
bahwa pembacanya akan memeriksa penilaian mereka atas perayaan Ekaristi dalam jemaat
Kristen. Ia juga mengundang mereka untuk melihat, mendengar, dan memahami banyak cara
Tuhan mereka untuk terlibat dalam kehidupan mereka.

27
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
8:22-26 Seorang buta melihat dengan sempurna, secara perlahan-lahan.
Sampai sekarang kenyataan bahwa Yesus menyembuhkan orang lain tidaklah istimewa bagi
pembaca Markus. Namun, bagi mereka yang mengikuti perkembangan dari benang merah drama
Injil sampai sekarang, ini suatu penyembuhan istimewa. Menjadi demikian karena hal ini adalah
orang buta pertama yang disembuhkan. Ia juga disembuhkan “setapak demi setapak”, persis
sebelum bagian di mana Petrus dan para murid mulai mengetahui cara Yesus harus pergi (ay. 27-
28). Rincian yang khusus ini menyebabkan pembaca Markus merealisasikan bahwa orang buta
dalam bab 8 lebih dari hanya orang perseorangan yang disembuhkan Yesus pada tahun 30 M. Ia
adalah lambang dari para murid pertama dan semua murid Yesus, yang memerlukan sentuhan
yang menyembuhkan. Pembaca Markus telah mulai melihat secara lebih jelas. Apakah mereka
juga siap bersama Yesus dalam perjalananNya?

28
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
JALAN YESUS MENJADI LEBIH JELAS
Markus 8:27 - 10:52

Dalam delapan bab pertama dari Injilnya, Markus telah menggambarkan orang-orang sekitar
Yesus, baik sahabat maupun musuh, seperti orang buta terhadap makna sejati dan karya-karyaNya
yang mengagumkan (sembilan belas mukjizat diakhiri dengan 8:21: Masihkah kamu belum
mengerti?). Apa yang berikut adalah dua setengah bab yang dirakit secara ketat, diikat bersama
oleh cerita orang buta (8:22-26) dan kisah orang buta kedua yang akan berakhir dengan orang
yang disembuhkan mengikuti Yesus “di perjalanan” ke Yerusalem, tujuan dan akhir dari
perjalananNya (10:52 dan 11:1). Di antara dua ”akhir kitab” cerita tentang orang buta, Markus
menempatkan tiga nubuat kesengsaraan Yesus, masing-masing diikuti oleh kurangnya daya
tangkap para murid.

Sementara bab-bab ini terungkap, terungkap pula pernyataan Yesus tentang diriNya sendiri
sebagai seseorang yang akan bangkit dari kematian. Akan tetapi, para murid tidak memahami.
Barangkali yang paling penting yang terjadi dalam bab-bab ini adalah cara di mana Markus
membuat dialog dan cerita mukjizat sebagai kesempatan untuk “memberikan pengajaran”
mengenai makna dari kehidupan Kristen dan tuntutannya yang radikal. Demikian, mukjizat-
mukjizat dalam paro pertama Injil diganti dengan ajaran yang keras pada paro ke dua.

Jika ada suatu seruan umum yang akan didengar para pembaca, seruan itu ialah supaya seperti
anak-anak kecil dalam melayani orang lain. Kata-kata “anak kecil” dan “hamba” banyak terdapat
dalam bab-bab ini seperti “roti” dan “kebutaan” banyak terdapat dalam bab 6-8. Barangkali
dengan cerita mengenai orang buta disembuhkan (akhir bab 10), mereka yang mendengar ajaran
Yesus akhirnya akan melihat pribadi yang mereka ikuti dan tugas yang ikut mereka pikul adalah
radikal tetapi sederhana, melelahkan tetapi mengubah, tidak mungkin bagi mereka sendiri tetapi
mungkin bagi Tuhan. Ia adalah jalan pelayanan dan pemberian diri yang menyerahkan hidupNya
bagi orang lain.

8:27-9:1 Pewahyuan tentang jalan Mesias dan pengikutNya.


Sementara pembaca Markus mendekati Kaisarea Fiipi bersama Yesus dan para muridNya (ay. 27),
mereka mencapai puncak pertama dari drama dalam Injil Markus. Puncak yang kedua adalah
cerita kesengsaraan, bab 15-16. Sampai sekarang, Markus telah mewahyukan siapa Yesus dalam
perbuatan-perbuatan ajaib yang Ia lakukan. Bersama dengan pewahyuan ini, Markus juga
menceritakan keberatan Yesus bahwa orang-orang percaya kepadaNya hanya karena mukjizat-
mukjizatNya. Ingat “rahasia” dalam 8:26; 7:6; 5:43; dst. Kisah Kaisarea Filipi ini merupakan pusat
dari masalah ini. Yesus sekarang berkata dengan jelas bahwa jalanNya adalah jalan penderitaan.
Jalan Mesias adalah jalan salib.

Markus, Matius, dan Lukas menceritakan kisah ini. Namun, jika dalam Injil Matius pergakuan iman
Petrus diberi hadiah “kunci Kerajaan Surga” (Mat 16:19), dalam Markus hanya diceritakan bahwa
Petrus dilarang untuk mengatakan kepada siapa pun bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 30). Markus
mengetahui apa yang dimaksudkan Petrus dengan Mesias, yaitu “Pembebas yang kuasa dari
Allah”. Markus juga mengetahui bahwa Yesus memahami sebutan ini secara lain, yaitu bahwa Ia
adalah Anak manusia (yang) harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak…. dibunuh dan
bangkit sesudah tiga hari (ay. 31).

29
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Cerita diteruskan untuk menunjukkan bahwa Petrus dan para murid tidak siap untuk hal ini.
Mereka menginginkan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari kesakitan, bukan
seseorang yang mengalami kesakitan dan kematian sendiri! Akibatnya, Petrus memarahi Yesus (ay.
32), sedang Yesus juga memarahi Petrus bahkan mengusirnya seolah-olah ia sendiri adalah iblis
(ay. 33). Ketika Markus mengalihkan perhatian dari Petrus kepada orang banyak dan para murid
(ay. 34), para pembaca mengetahui bahwa mereka juga harus mengambil bagian dari perjuangan
para murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Yesus bukan seseorang yang “akan
membereskan segalanya dengan cepat”, seperti mereka harapkan. Mereka dapat mendengar Ia
berbicara secara langsung kepada mereka: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (ay. 34).

Pembaca sekarang ini bahkan menganggap sukar untuk memahami pernyataan yang begitu
mutlak dan radikal, yang mengikuti: Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya .. (ay. 35); Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (ay.
37). Ya, kata Markus, mereka yang menyebut diri pengikut Yesus harus kehilangan hidupnya bagi
Yesus dan bagi Injil (ay. 35). Demikian Markus mendesak para pembacanya sampai ke ujung: atau
mereka menyerahkan diri dalam kepercayaan kepada Mesias yang menderita yang mereka ikuti,
atau mereka membuka diri terhadap prospek yang mengerikan dengan mendengar penghakiman
yang tidak menyenangkan: Anak manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak
dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus (ay. 38).

Meskipun pembaca Markus tahun 70 M bukan mereka yang ada di situ tahun 30 M (9:1),
tantanganNya yang mendesak masih tetap ditujukan kepada mereka, karena “Kerajaan Allah telah
datang dalam kekuasaan” dapat terjadi pada setiap waktu. Begitu pula, meskipun pembaca
Markus dari abad ini tidak mengambil bagian dalam pengharapan akan kedatangan kembali Yesus
yang mendesak dalam kemuliaan dan penghakiman, urgensi dari seluruh bagian Injil ini
menantang bagi setiap orang Kristen dan bagi Gereja. Jika pembaca Markus menerima Yesus
secara serius, bagaimana mereka dapat menghayati sekarang ini hidup sebagai orang Kristen
secara lebih radikal? Bagaimana mereka dapat mengemukakan nilai-nilai Injil di tengah-tengah
dunia mereka sekarang ini? Yesus menurut Markus akan menjawab pertanyaan ini dengan cara
yang konkret dalam bab 9 dan 10. Untuk sekarang, Markus membiarkan pembacanya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sebelum ia membawa mereka naik ke gunung tinggi
bersama Petrus, Yakobus, dan Yohanes (9:2-8).

9:2-13 Pewahyuan kemuliaan (dan penderitaan).


Tampaknya Markus mengetahui bahwa pembacanya akan kelelahan sesudah perjumpaan di
Kaisarea Filipi, karena itu ia menyambungnya enam hari kemudian dengan salah satu peristiwa
yang menyegarkan — transfigurasi (berganti rupa). Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan
Yohanes naik ke gunung bersamaNya. Ketiganya juga Ia ajak sewaktu membangkitkan anak
perempuan Yairus dalam 5:37-40. Ketiganya dapat menyaksikan sekilas kemuliaan Yesus (ay. 3).
Ketika mereka melihat Dia sedang berbicara dengan Elia dan Musa, mereka terkesan bahwa Yesus
adalah pemenuhan dari para nabi (Elia) dan semua hukum (Musa).

Petrus ingin melestarikan saat yang menggembirakan itu dan menahan Yesus, Elia, dan Musa
bersama mereka di situ (ay. 5). Namun, Markus tidak mengizinkan para pembacanya tinggal lebih
lama di atas gunung daripada Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Suara Allah dan awan mengulangi
apa yang pernah dikatakan pada saat pembaptisan Yesus: Inilah anak yang Kukasihi, dengarkanlah
Dia (ay. 7). Para pembaca Markus tidak perlu berpikir keras untuk ingat apa yang telah dikatakan
Yesus kepada mereka supaya didengarkan (8:34-9:1). Istirahat yang menyegarkan di atas gunung

30
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
ini berakhir. Sekilas kemuliaan yang dirasakan oleh orang Kristen adalah nyata, tetapi menurut
Markus mereka diberi demikian supaya orang Kristen dapat berjalan bersamaNya, dan hanya
bersamaNya (ay. 8).

Kesegaran yang diterima Petrus, Yakobus, dan Yohanes di atas gunung tampaknya mempesonakan
seperti diceritakan Markus mengenai percakapan mereka dengan Yesus sewaktu turun dari
gunung (ay. 9-13). Yesus tahu, kata Markus, bahwa mereka akan mengalami kesukaran menerima
kenyataan bahwa Ia harus menderita dan mati sebelum bangkit dari kematian. Akibatnya, Ia
mengatakan kepada mereka supaya mereka atau orang lain jangan sampai terlalu gembira
mengenai kemuliaan transfigurasi sampai sesudah Ia bangkit dari kematian (ay. 9). Mereka
menanyakan mengenai peranan Elia dalam membangun kembali umat Allah, yang dijawab oleh
Yesus dengan pertanyaan mengenai peranan dari Anak Manusia yang menderita (ay. 12).
Kemudian, Ia menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa Elia sudah datang dan
memenuhi peranannya (1 Raj 19:2-10; Yesus juga menyebut Yohanes Pembaptis sebagai “Elia”).
Petrus, Yakobus, dan Yohanes serta para pembaca Markus tinggal menjawab pertanyaan Yesus
yang belum dijawab: Bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak manusia, bahwa Ia
akan banyak menderita dan akan dihinakan? (ay. 12).

9:14-29 “Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”


Penyembuhan orang yang kerasukan ini salah satu dari cerita mukjizat yang terpanjang dalam Injil
Markus (hanya pengusiran roh jahat dalam 5:1-20 adalah lebih panjang). Ini juga adalah cerita
yang sangat rinci yang menjadi agak berbelit karena pengulangan beberapa rincian (misalnya ay.
22: ayah anak itu berkata kepada Yesus mengenai doa yang sudah ia katakan dalam ay. 18; orang
banyak berkumpul dua kali dalam ay. 15 dan 25). Kendati panjang dan rinci, ada suatu pesan yang
jelas dan sederhana yang ingin disampaikan oleh Markus: segalanya mungkin bagi orang yang
percaya (ay. 23). Dan, kepercayaan diperdalam oleh doa (ay. 29).

Meskipun Yesus adalah yang menyembuhkan anak itu (ay. 25-27), pengakuan iman dari si ayahlah
yang ditekankan oleh Markus kepada sidang pembacanya supaya ditiru. Meskipun dalam keadaan
yang hampir tanpa harapan, ketika doa dan kepercayaan tampaknya tidak ada gunanya, Yesus
mengundang para pengikutNya untuk melangkah lebih jauh dan berdoa seperti ayah anak itu: Aku
percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini! (ay. 24). Barangkali pembaca Injil yang jeli akan
mendengar gema pesan Yesus (misalnya: Jangan takut, percaya saja!, dalam 5:36; Benar, Tuhan.
Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak, dalam
7:28), yang mengajak supaya lebih besar percaya kepadaNya. Tema yang sama akan diteruskan
dalam bab berikut, di mana kepercayaan yang total dari anak-anak kecil menjadi model dan apa
yang dibutuhkan supaya dapat mengambil bagian dalam Kerajaan Allah (9:35-37 dan 10:13-16).

9:30-32 Nubuat kedua (atau ketiga) dari kematian dan kebangkitan.


Para murid Yesus tidak dapat mengusir roh jahat dan anak kecil (9:18) karena kurangnya
kepercayaan di antara orang-orang (9:19) dan karena mereka kurang berdoa (9:29). Apakah
mengherankan bila para murid gagal memahami nubuat Yesus yang kedua mengenai sengsara dan
kematianNya (ay. 31-32)? Markus mencatat bahwa “mereka takut untuk bertanya sesuatu
kepadaNya” mengenai nubuat ini (ay. 32) mungkin dapat membantu sidang pembaca memahami
kenyataan bahwa para murid meninggalkan Yesus dalam sengsara dan kematianNya. Ini juga
dapat memberikan dorongan kepada pembaca untuk beristirahat, membiarkan rasa takutnya, dan
kemudian mengungkapkan kepercayaannya dalam doa kepada Allah.

31
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
9:33-50 Beberapa tuntutan radikal mengenal kemuridan.
Masing-masing penginjil menceritakan ajaran-ajaran Yesus yang menanggapi kebutuhan para
pembacanya. Di sini kita melihat beberapa masalah yang menurut Markus akan dihadapi
jemaatnya:
1) Ambisi di antara mereka (ay. 33-37);
2) Iri hati dan tidak toleran terhadap orang lain (ay. 38-4 1); dan
3) Memberi sandungan kepada orang lain (ay. 42-48).

Masalah pertama, kejahatan ambisi, adalah hal yang besar bagi Markus sebagai gembala dan
jemaatnya. (Ini menjadi lebih jelas dalam bab 10 di mana nubuat penderitaan yang ketiga diikuti
oleh peringatan lain melawan ambisi, 10:35-45). Betapa ambisinya murid-murid Yesus! Mereka
bertengkar mengenai siapa yang paling besar di antara mereka (9:33-34), bukannya mencoba
memahami makna dari nubuat kesengsaraan Guru mereka (9:32)! ,Jawaban dari Yesus (dan
Markus) langsung dan sederhana: “menjadi besar” di antara pengikut Yesus berarti menjadi
hamba yang rendah hati, bukan “orang pertama” yang sombong (ay. 35). Dalam ayat 36-37, Yesus
mengemukakan diriNya dan anak kecil sebagai model dari keterbukaan terhadap orang lain:
Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Betapa
kontrasnya hal ini dengan sikap mereka terhadap orang lain (dalam ay. 38-42)!

Perhatian kedua Markus adalah sikap sombong dan iri hati, yang ditunjukkan ketika Yohanes dan
murid-murid yang lain mencoba menutup kemungkinan “yang bukan anggota” melaksanakan
pelayanan dalam nama Yesus (ay. 38). Yesus menuntut para murid agar toleran dan terbuka
terhadap orang lain yang mempunyai kehendak baik: bekerja dalam nama Yesus memberikan
anugerah kepada siapa pun yang “tidak melawan kita!” (lih. ay. 40-41).

Perhatian ketiga adalah bahaya menyebabkan sandungan bagi orang lain (ay. 42), yang ditanggapi
Yesus dengan tegas, dengan gambaran tradisional dari api yang tak terpadamkan di neraka (ay. 43-
48). Supaya dapat menghindari api itu, para murid Yesus harus sangat hati-hati agar tidak
memberikan contoh buruk terhadap siapa pun. Maka, lebih baik tangan atau kakinya dipotong dan
masuk surga daripada memberikan sandungan kepada orang lain dan dicampakkan ke dalam
neraka!

Markus menutup bagian tuntutan dari Injilnya dengan suatu kiasan campuran yang kuat. Yesus
meminta supaya para muridNya dibersihkan (“digarami” oleh api dari ay. 49) sehingga mereka
damai di dalam hati dan damai dengan orang lain (garam yang asin, yang berguna dari ay. 50).
Demikian ia mengajukan tuntutan kepada para murid, pembaca pada tahun 70, dan kita sekarang
ini. Pembaca harus merefleksikan semangat Injil dalam dirinya. Mereka hendaknya mencabut akar
kejahatan dan ambisi, iri hati dan sandungan begitu ada dalam hati mereka.

10:1-12 Orang Farisi bertanya mengenai perceraian, dan jawaban Yesus.


Sesudah berjalan ke selatan dari Kapernaum (lih. 9:33), akhirnya Yesus sampai ke wilayah Yudea
dalam perjalanan naik ke Yerusalem (10:32). Di Yudea, Yesus melanjutkan khotbahNya (mulai
8:34-38 dan 9:33-50). Namun, dalam bab 10 rupanya ada maksud dari Markus untuk membangun
suatu pola dan irama tertentu, yang secara setahap mencapai puncak dari lnjilnya. Susunan
Markus terdiri dari tiga bagian di sana Yesus berjumpa dengan sifat-sifat perseorangan (orang
Farisi ay. 2; anak muda ay. 17; serta Yakobus dan Yohanes ay. 35).

32
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Kemudian Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk mengajar kedua belas
muridNya sendirian (ay. 10, ay. 23, dan ay. 41). Ketiga bagian yang sama ini secara ritmis seimbang
dalam menggambarkan ”model” untuk ditiru murid-murid Kristen (anak-anak dalam ay. 13-16;
Yesus sendiri dalam ay. 32-34; dan orang buta dalam ay. 46-52).

Perjumpaan pertama dari bab 10 berhubungan dengan masalah kesetiaan dan kedua pasangan
dalam hubungan perkawinan (ay. 1-12). Gereja Perdana hati-hati dalam mengemukakan sikap-
sikap Yesus mengenai masalah-masalah penting dalam kehidupan sehari-hari. Di sini Markus
mengemukakan tradisi kuno tentang sikap Yesus terhadap perkawinan dan perceraian (ay. 6-9).
Sementara para nabi mengizinkan menceraikan istri dalam keadaan tertentu, Yesus mengajar
bahwa hal itu tidak diizinkan “memisahkan apa yang sudah dipersatukan oleh Allah”,
menggunakan Kej 1:27 dan 2:24 sebagai otoritas untuk interpretasiNya itu. Dengan kata lain,
tradisi Yesus menjelaskan bahwa tidak diizinkan bagi seorang suami menceraikan istrinya. Sesudah
Yesus berbicara secara sendirian dengan keduabelas murid (ay. 10), Markus mengemukakan apa
yang merupakan adaptasi tertua dari kata-kata Yesus bagi jemaat Kristen, yaitu bila seorang suami
atau istri menceraikan pasangannya, ia tidak diperbolehkan menikah lagi tanpa dianggap sebagai
pezinah (ay. 11-12).

Dalam beberapa ayat ini, para pembaca Injil Markus masa kini dapat melihat perjuangan Gereja
Perdana dalam salah satu masalah yang sangat peka dalam Gereja dan masyarakat masa itu -
makna kesetiaan dalam hubungan perkawinan -. Inti pesan Injil Markus dalam hal ini adalah
tuntutan Yesus kepada suami-istri untuk hidup dan kesetiaan serta persatuan selamanya sampai
mati. Pada waktu yang sama, menyadari kenyataan hidup yang keras, Injil kuno ini tampaknya
mengizinkan perpisahan (namun tanpa menikah lagi) dan suami-istri yang tidak dapat lagi
mencintai satu sama lain. (Injil Matius dalam 19:9 menambah “klausul perkecualian” lain, yang
menunjukkan betapa pentingnya masalah ini dalam jemaat Matius). Jadi, ada beberapa orang
yang menginginkan Yesus menuntut untuk terus setia selamanya. Ada juga yang mau
menyesuaikan, seperti dilakukan oleh Gereja Perdana, dengan kebutuhan dan perasaan mereka
yang tidak dapat lagi hidup dengan pasangannya.

10:13-16 Anak sebagai model: kepercayaan penuh.


Barangkali ajaran Yesus mengenai kesetiaan dalam perkawinan mengilhami Markus untuk
mengikuti bagian ini (10:1-12) dengan gambaran mengenai anak (ay. 13-16). Markus
mengemukakan dalam ayat-ayat ini bahwa hanya kepercayaan seperti anak ini akan
memungkinkan orang Kristen menghayati tuntutan Yesus dalam hidup sehari-hari yang konkret,
dalam keluarga dan di tempat lain. Sekali lagi para murid tampaknya ingin menghindari
mendengarkan keheranan. Mereka memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada
Yesus (ay. 13). Sebaliknya, perasaan manusia Yesus bangkit memarahi para murid. Hanya Markus
yang mencatat kemarahan Yesus kepada para murid dan sentuhan lembutNya kepada anak-anak
(ay. 14 dan 16).

Ketika Yesus mengatakan bahwa hanya mereka yang terbuka dan sederhana seperti anak-anak
yang memiliki Kerajaan Allah (ay. 14-15), ia mengundang para pembacanya untuk menggali lebih
dalam ke dalam realisasi dan kelemahan manusiawi mereka sendiri. Hanya dengan demikianlah
kekuatan Allah dan Bapa hidup dalam diri mereka. Sikap menerima secara positif kelemahan
sendiri dan kekuatan Allah menarik pembaca Markus lebih dekat kepada pengalaman memiliki
Kerajaan Allah yang dibangun dalam hati mereka. Seperti akan dikatakan Yesus dalam bagian Injil
berikut: Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala
sesuatu adalah mungkin bagi Allah (10:27).

33
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

10:17-31 Orang kaya bertanya mengenal kehidupan kekal; Yesus memandangnya dengan kasih.
Dalam versi Matius mengenai perjumpaan ini, Yesus berkata kepada orang kaya:
Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin .. (Mat 19:2 1). Dalam cerita Markus, tidak ada “jikalau”. Orang yang ingin
mengikuti Yesus harus merelakan semua yang ia miliki, memberikan hasilnya kepada orang miskin,
dan kemudian mengikutiNya (ay. 21). Betapa besar tuntutan Yesus menurut Markus di sini! Di sini,
ada seorang murid yang bersemangat, yang memberi harapan, yang telah menaati semua perintah
sejak masa kecilnya (ay. 20). Ia menginginkan kehidupan kekal (ay. 17). Yesus memandangnya
dengan penuh kasih, tetapi tuntutanNya mengatasi kemampuannya (lih. ay. 22: Mendengar
perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih ...).

Yesus berpaling kepada para muridNya dan memberikan penjelasan kepada mereka bahwa
mempunyai banyak kekayaan hampir tidak dapat disesuaikan dengan memiliki Kerajaan Allah (ay.
23-25). Hal ini mengejutkan para murid (ay. 26) dan barangkali juga mengherankan pembaca
Markus. Markus menuntut kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya: Sebab segala sesuatu
adalah mungkin bagi Allah (ay. 27; ingat model anak dalam 10:13-16). Namun, jawaban yang
menantang tidak memuaskan hati Petrus, seperti juga tidak memuaskan hati orang-orang Kristen
zaman Markus, yang sudah meninggalkan begitu banyak hal untuk mengikuti Yesus (ay. 28). Dalam
ayat 29-31, Markus meyakinkan para pembacanya bahwa seseorang yang meninggalkan segalanya
atau semua orang, sehingga dapat mengikuti Yesus, akan menerima seratus kali dari anggota
keluarga dan kekayaan dalam hidup ini, sementara mewarisi hidup kekal di kemudian hari.
Pembaca Markus juga akan mengajari bahwa mereka yang meninggalkan segalanya demi Yesus
juga akan menerima penganiayaan, ayat 30. Yesus mengingatkan mereka bahwa mereka berada
dalam bayang-bayang salib.

Di dunia sekarang ini, seperti juga pada zaman Yesus dan Markus, rasa aman dalam kekayaan dan
uang akan menarik orang menjauh dari ketergantungan terhadap Allah sebagai sumber sejati dari
kehidupan mereka, sekarang dan kelak. Seperti orang dalam Injil, semua orang Kristen dipanggil
untuk menjadi murid secara radikal. Mengikuti Yesus berarti pergi dan menjual segala yang
dimiliki. Demi Yesus berarti demi orang miskin. Orang dalam kisah Injil itu menginginkan
kehidupan kekal. Jalan orang Kristen menuju kehidupan kekal adalah menjadi miskin. Jalan Yesus
adalah bersandar hanya kepada Allah, bagiNya segala sesuatu mungkin.

10:32-34 “Hamba Yang Menderita” menubuatkan nasibNya untuk ketiga kalinya.


Markus menceritakan nubuat Yesus yang ketiga dan yang terakhir mengenai kematian dan
kebangkitanNya, dengan beberapa rincian yang tidak terdapat dalam nubuat yang terdahulu. Hal
itu akan terjadi di Yerusalem; orang-orang kafir akan mengolok-olok Dia, meludahi Diri, dan
mencambuki Dia sebelum membunuhNya (ay. 33-34). Ketika masa akhir Yesus mendekat, semakin
jelas Ia mengidentifikasi diri dengan Hamba Yang Menderita dari Yesaya, yang akan
menyembuhkan bangsaNya dengan bilur-bilurNya, kesengsaraan dan perlakuan kasar yang akan Ia
derita demi mereka (Yes 53:1-7).

Cara yang digunakan Markus untuk melukiskan adegan untuk nubuat ketiga ini mencolok: Yesus
dan murid-muridNya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan (ay. 32).
Yesus mengetahui ke mana Ia mendahului mereka dan apa yang menantiNya di Yerusalem. Akan
tetapi, para murid mengikuti “dengan keheranan” dan orang banyak merasa ketakutan. Dalam hal
ini pembaca mungkin bertanya-tanya apa akibat nubuat ini bagi para muridNya, terlebih ketika
dua dari kedua belas rasul (Yohanes dan Yakobus) menunjukkan bahwa mereka sama sekali salah

34
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
mengerti mengenai apa yang Ia katakan (lih. 10:35-45). Markus mengharapkan bahwa drama
Injilnya yang belum terungkap akan memberi efek lebih bagi sidang pembacanya. Ia berharap agar
mereka dengan sadar memilih untuk mencontoh hidup Yesus, Hamba Yang Menderita, yang
berjalan mendahului mereka.

10:35-45 Yakobus dan Yohanes meminta kehormatan; Yesus memberi mereka salib.
Permintaan Yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam
kemuliaanNya merupakan bagian adegan terakhir sebelum Yesus sampai di Yerusalem, tempat
kematianNya. Tampaknya hampir tidak mungkin bahwa kedua murid ini dapat mengajukan
permintaan yang begitu ambisius dan tidak layak sesudah Yesus melukiskan cara penderitaanNya
begitu jelas, sejak 8:31! Matius sedikit menyembunyikan Yakobus dan Yohanes dengan
mempersilakan ibu mereka yang mengajukan permintaan, Mat 20:20.

Yesus menjawab permintaan mereka dengan suatu pertanyaan tantangan: Dapatkah kamu
meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima? (ay.
38). Karena “cawan” dan “baptis” adalah bahasa simbolis bagi kesengsaraan dan kematian Yesus
yang akan datang, jelaslah bahwa Yesus menantang Yakobus dan Yohanes untuk menganggap
serius apa artinya mengikuti Dia dalam kemuliaan. Kemudian dalam jawaban mereka yang begitu
bersemangat: Kami dapat (ay. 39), Yesus menjawab: Kamu akan mengambil bagian dalam cawan,
baptis, dan kematianKu. Akan tetapi, BapaKulah yang memberikan kedudukan dalam kemuliaan!
(ay. 39-40).

Demikian Yesus mengakhiri percakapan sehingga Yakobus dan Yohanes mendapat jawaban
mendalam atas permintaan mereka yang begitu ambisius. Jawabannya tidak hanya “ya” atau
“tidak”, melainkan suatu tantangan:.”Barangkali Bapa akan memberi kedudukan bagimu, jika
kamu dengan sukarela mengangkat salibKu, menerima cawan dan baptisanKu”. Siapa di antara
pembaca Markus pada tahun 70 M atau masa sekarang sangat ingin “menapaki semua jalan”
bersama Yesus?

Ayat 41 adalah ayat peralihan yang digunakan Markus untuk membuat orang-orang Kristen
semakin mendalami wawancara tadi. Pembaca, seperti juga kesepuluh murid yang lain, mungkin
menjadi marah mendengar permintaan Yakobus dan Yohanes yang begitu lancang. Namun, Yesus
memanggil semua pengikutNya dan berkata: “ini bukan satu-satunya peristiwa di mana orang-
orang Kristen menunjukkan cinta diri, sikap yang non-kristiani. Barang siapa ingin mengikuti Anak
Manusia, harus meninggalkan nilai-nilai non-Injil demikian” (ay. 42). Menjadi Kristen adalah
menjadi hamba, seperti Yesus (ay. 45). Menjadi yang pertama dan terbesar adalah melayani
kebutuhan semua orang, seperti dilakukan Yesus (ay. 44). Itulah jalan kemuliaan bagi seorang
murid Yesus menurut Markus!

Karena adegan ini menggambarkan Yakobus dan Yohanes, dua murid Yesus yang paling disayang
(mereka boleh menyaksikan transfigurasi, 9:2-9; dan mereka akan bersama Dia di Taman Zaitun,
14:32-42), pesan Markus di sini sangat relevan bagi siapa pun yang menduduki fungsi
kepemimpinan dalam Gereja. ini adalah “kepemimpinan yang melayani”, yang dikemukakan oleh
Markus. Menjadi pemimpin Gereja berarti menjadi yang pertama “meminum cawan”, melayani
kebutuhan saudara-saudaranya, apa pun yang mereka butuhkan. Jika panggilan ini terlalu radikal
atau balikan hampir mustahil untuk dipenuhi, Markus mengemukakan contoh seseorang yang lain
- pengemis Bartimeus dalam ayat 46-52 - yang ada dalam keadaan hampir putus asa.

35
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
10:46-52 Model dari orang buta: “Aku ingin melihat!”
Penyembuhan Bartimeus yang buta menutup bagian yang banyak menuntut ini dari drama Injil
Markus, sama seperti penyembuhan orang buta yang lain (8:22-26) menutup bab 6-8 (“roti” dan
“kebutaan”). Berlawanan dengan orang buta pertama yang dibawa kepada Yesus oleh orang lain
(8:22), Bartimeus berteriak atas inisiatifnya sendiri: Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku! (ay. 47).
Sebutan terhadap Yesus, “Anak Daud”, menunjukkan bahwa pengemis buta ini sebenarnya
melihat dengan lebih jelas siapa Yesus, melebihi para murid dan orang banyak yang selalu
bersama Dia! Meskipun beberapa orang mencoba membuat dia diam (ay. 48), keteguhannya
menang. Yesus memerintahkan para murid agar membawa dia lebih dekat (ay. 49). Bartimeus
menjawab dengan semangat besar dan datang kepada Yesus. Ia menjadi satu-satunya orang
dalam Injil Markus yang menyebut Yesus “Rabuni (Guru)”. Cara khusus menyebut Yesus demikian
hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru dan dalam Yoh 20:16, ketika Maria Magdalena
berjumpa dengan Yesus yang bangkit dekat makam kosong.

Dalam Injil Matius, cerita yang paralel berbicara mengenai dua orang buta yang meminta tolong
kepada Yesus; dan Yesus tergerak oleh belas kasihan, menyentuh mata mereka (Mat 20:33-34). Di
sini, dalam versi Markus, Yesus tidak memerlukan menyentuh Bartimeus. Ia bahkan tidak perlu
mengatakan imanmu telah menyelamatkan engkau (seperti Lukas dalam 18:42), karena seruan
dan tindakan Bartimeus mengungkapkan imannya yang dalam. Yesus adalah Gurunya! ini
mengungkapkan iman yang sangat dalam yang ingin dikemukakan Markus kepada sidang
pembaca.

Ketika orang buta itu segera dapat melihat lagi dan mulai mengikuti Yesus “dalam perjalananNya”
(ay. 42), Markus berpindah secara halus ke bagian berikut dari Injilnya (yaitu akhir dari perjalanan,
Yerusalem dan Kalvari, bab 11-15). Namun, lebih penting ia mengemukakan kepada jemaatnya
pengharapan dan contoh yang memberi semangat dari murid-murid Yesus, karena ungkapan
“mengikuti Dia dalam perjalanan” adalah rumusan lain dari “menjadi murid”. Sesudah Markus
mengemukakan ajaran Yesus yang sangat sulit mengenai sikap orang Kristen terhadap perceraian,
kekayaan, dan ambisi (bab 10), kisah mukjizat ini menjadi upaya Markus untuk memanggil sidang
pembacanya supaya menapaki jalan salib: “Jangan takut. Bangunlah! Ia memanggil kamu!”

36
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
KE YERUSALEM
Markus 11:1 - 13:37

Bagian Injil Markus ini mulai dengan masukNya Yesus ke Yerusalem (11:1-11) dan berakhir dengan
wejangan panjang mengenai Bait Allah Yerusalem dan “akhir zaman” (13:1-37). Dalam tiga bab ini
pembaca Markus akan mengalami terlibat dengan Yesus dalam sejumlah peristiwa yang
mengawali pengkhianatan terhadapNya, kesengsaraan, dan kematian di Yerusalem (bab 14-15).
Hampir semua adegan dalam bab 11 sampai 13 adalah perdebatan Yesus dengan berbagai
pemimpin keagamaan di Yerusalem mengenai masalah-masalah doa dan kesalehan (11:12-25 dan
12:28-44); kehidupan sesudah kematian (12:18-27); pajak untuk kaisar (12:13- 17); dan kuasa
Yesus atas hal-hal semacam itu (11:27-33). Rentetan konflik ini akan mengingatkan pembaca
Markus mengenai konflik pada permulaan Injil (2:1-3:6), yang berakhir dengan persekongkolan
orang-orang Farisi dan Herodian mengenai bagaimana mereka akan membunuh Yesus (3:6). Kali
ini persekongkolan tersebut mengantar kepada penangkapan dan kematianNya (14:43-52 dan
15:21-26).

Dalam memilih berbagai adegan untuk tiga bab yang kritis ini Markus membuat pembacanya tidak
ragu lagi mengenai dasar dari kemuridan mereka: mereka percaya kepada Tuhan (11:22), dan
mereka harus menjabarkan kepercayaan itu dengan tindakan mengasihi sesama seperti diri sendiri
(12:31).

Model mereka ada dua:


1) ahli Taurat yang jujur dari 12:28-34; dan
2) janda yang miskin, yang kepercayaannya kepada Allah yang melimpah mendorongnya
untuk memberikan “dari kemiskinannya semua yang ia miiki, seluruh harta bendanya”
(12:44).

11:1-11 Yesus masuk Yerusalem.


Cerita Markus mengenai masukNya Yesus ke Yerusalem dengan meriah berfungsi seperti
transfigurasi yang terjadi dulu (9:2-8). Ini suatu saat lain yang menggembirakan pada “jalan” Yesus
yang panjang dan penuh penderitaan serta berakhir dengan kematian. Karena Yerusalem adalah
kota suci Allah, dan karena rincian kedatangan Yesus di kota itu (ay. 7-10) menunjuk kepada
kedatangan Penyelamat - Nabi Israel - (misalnya: Lihat, rajamu datang kepadamu mengendarai
seekor keledai, seekor keledai beban yang muda, Za 9:9), pembaca Markus tidak akan dapat
melupakan hubungan yang mencolok: Yesus adalah Penyelamat yang lama diharapkan oleh Israel!
Mereka hendaknya bergabung dengan orang banyak dan berteriak: “Hosana! Kerajaan Allah dan
Daud leluhur kami telah mulai dengan kedatangan Yesus!”

Namun, karena Yerusalem juga kota kematian bagi Yesus, Markus dengan cepat meringkas
antusiasme sekitar kedatangan Yesus (Nuansa ini dalam Injil Markus akan menjadi jelas jika
ceritanya dibandingkan dengan versi Matius, yang mengisahkan: orang banyak yang sangat besar
jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan ..., Mat 21:8; dan gemparlah seluruh kota itu, Mat
21:10). Akibatnya, cara Markus mengemukakan kisahnya memungkinkan pembacanya untuk
bersukacita atas pemerintahan Tuhan yang bangkit atas mereka untuk melupakan pengorbanan
menjadi muridNya, yaitu bahwa mereka harus menyangkal diri sendiri, memanggul salib, dan
mengikuti jejakNya (8:34).

37
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Kegembiraan masuk Yerusalem telah datang dan kemudian menghilang. Sesudah menginap di
Betania bersama kedua belas murid, Yesus kembali ke kota untuk hari-hari terakhir dan adegan
terakhir dari drama Injil (11:11-12),

11:12-25 Kutukan terhadap pohon ara dan pembersihan Bait Allah.


Dibaca sekilas, cerita Yesus dengan pohon ara (ay. 12-14 dan 20-2 1) merupakan cerita yang paling
aneh dalam Injil. Tidaklah sesuai dengan sifat Yesus untuk mengutuk pohon ara hanya karena tidak
menghasilkan buah. Lagi pula, jika Markus memasukkan rincian bahwa “waktu itu bukan saatnya
berbuah” (ay. 13), Yesus tampak lebih tidak masuk akal lagi, dan kejadian itu menjadi lebih sukar
dipahami.

Dua kunci diperlukan untuk menguraikan cerita yang aneh ini.


 Pertama, pembaca Markus hendaknya ingat bahwa pohon ara adalah gambaran yang lazim
dalam Perjanjian Lama untuk Israel, misalnya Hos 9:10. Maka, kutukan Yesus terhadap
pohon itu melambangkan kemarahanNya terhadap bangsa Israel. Akan tetapi, mengapa
Yesus mengutuk Israel pada saat drama Injil ini? Ingat bahwa orang-orang baru saja
menyambutNya dengan meriah di Yerusalem!

 Kunci kedua untuk memahami bagian ini adalah konteksnya yang langsung, yang
mengungkapkan kemarahan Yesus yang mengusir para pedagang dan pembeli dari
halaman Bait Allah. Mereka telah mengotori apa yang dimaksudkan sebagai “rumah
sembahyang untuk segala bangsa diubah menjadi sarang penyamun” (ay. 17, mengutip
Yes 56:7).

Akibatnya, pembaca Markus dapat melihat mengapa ia menggabungkan kutukan pohon ara
dengan pembersihan Bait Allah. Pohon ara yang kering (ay. 21) melambangkan sisi tak berbuahnya
ibadat Bait Allah bangsa Yahudi di zaman Yesus.

Bagian ini mungkin menantang pembaca Markus untuk mengevaluasi kedalaman iman mereka.
Berlawanan dengan upacara lahiriah dari Bait Allah lama, Markus mengharapkan bahwa mereka
hendaknya memiliki iman yang dalam terhadap Allah, yang dapat memindahkan gunung-gunung
(ay. 22-23). Dalam ayat 23-24, Yesus menggunakan bahasa yang berlebihan untuk mengatakan
bahwa berkat iman dan doa umatNya akan dapat melakukan hal-hal yang tampaknya mustahil,
maupun juga menerima apa yang mereka minta dalam doa. Ingat gambaran yang berlebihan
semacam ini dalam 10:25: Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum daripada seorang
kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Yesus dan Gereja Perdana yakin terhadap kuasa doa yang tak terbatas. Tampaknya satu-satunya
hal yang tidak dapat diharapkan oleh pembaca Markus dalam doa adalah dibebaskan dari ambil
bagian dalam jalan penderitaan Tuhan. Misalnya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap
orang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa
ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan,
ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada jaman yang akan
datang ia akan menerima hidup yang kekal (10:29-30).

38
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Markus menutup gambaran mengenai kesalehan sejati Yesus dengan mengatakan bahwa barang
siapa berdoa untuk pengampunan bagi mereka yang telah menghina mereka sebagai balasan akan
diampuni oleh Bapa di surga (ay. 25). Meskipun Markus tidak memuat Doa Bapa Kami dalam
Injilnya, seperti Matius dan Lukas, kisah kecil ini mengemukakan sikap yang diharapkan dari anak-
anak dalam hidup mereka dan dalam doa mereka.

11:27-33 Kewibawaan dipersoalkan: konflik!


Para imam kepala dan ahli kitab, yang mencari jalan untuk menghancurkan Yesus sesudah Ia
membersihkan Bait Allah (11:18), menanyai Dia, “dengan kuasa siapakah” Ia mengajar dan
berbuat seperti itu (ay. 28). Ini bukan pertanyaan sederhana yang diajukan seorang guru kepada
yang lain. Ini suatu tantangan yang serius, yang pertama dari sejumlah tantangan yang akan
dihadapi Yesus dari para pemimpin agama zamanNya (11:27-12:44).

Pembaca Markus akan mengetahui bagaimana setiap konflik berakhir dengan kemenangan Yesus
dengan membungkam para lawanNya, para ahli dalam hukum Yahudi dan para ahli kitab. Di sini,
misalnya dalam ayat 29-33, Yesus menanggapi pertanyaan mereka mengenai kekuasaanNya dan
mengubahnya menjadi pertanyaan cerdik mengenai kuasa Yohanes Pembaptis (ay. 30). Karena
para ahli kitab khawatir apa yang akan dikatakan oleh orang lain, sahabat atau musuh Yohanes
mengenai jawaban mereka (ay. 31-32), mereka terpaksa mengakui: Kami tidak tahu (ay. 33). Apa
yang mulai sebagai ancaman terhadap kewibawaan Yesus berakhir sebagai suatu contoh betapa
kecil kuasa dan keberanian para musuhNya. Markus menginginkan pembacanya memiliki rasa
bangga terhadap kebijaksanaan yang mendalam dari Guru mereka, Yesus. Ia mungkin juga akan
mengajukan pertanyaan cerdik kepada sidang pembaca bagaimana mereka mempergunakan
kuasa dalam Gereja atau bagaimana mereka berani menantang cara orang lain mempergunakan
kuasa untuk melawan mereka.

12:1-12 Perumpamaan pokok anggur: batu yang dibuang adalah batu penjuru.
Untuk pertama kali sejak bab 4 Markus mempersilakan Yesus berbicara kepada mereka dalam
perumpamaan (ay. 1), yaitu dalam perumpamaan mengenai kebun anggur dan petani-penyewa
yang jahat (ay. 1-8). Ini adalah perumpamaan terakhir dalam kisah Markus, dan alangkah bagusnya
perumpamaan ini. Dengan demikian, Markus mengantisipasi tindakan terakhir dari seluruh drama
Injil, karena penolakan anak dari pemilik (ay. 8) mengisyaratkan penyaliban Yesus, dan reaksi dari
pemilik (ay. 9-11) menunjuk kepada kebangkitan, sewaktu Allah membalaskan kematian Yesus.

Orang-orang Kristen zaman Markus akan memahami berbagai unsur dan pesan mendalam dari
perumpamaan ini sejelas seperti dipahami para ahli kitab dan imam kepala yang dituju dengan
perumpamaan ini. Mereka menyadari bahwa Ia menujukan perumpamaan itu kepada mereka (ay.
12). Pemeliharaan kebun anggur (bangsa Israel) diserahkan oleh Allah kepada para pemimpin
umat Yahudi (petani). Mereka memperlakukan anak (Yesus) sekejam (ay. 6-8) seperti mereka
memperlakukan para nabi sebelum Dia dalam Perjanjian Lama (ay. 2-5). Karena mereka
melakukan itu, mereka tidak lagi mempunyai otoritas terhadap umat Allah yang baru. Otoritas itu
sekarang ada di pihak para pemimpin Gereja Perdana (ay. 9).

Markus menyampaikan pesan yang sama ketika ia mempersilakan Yesus mengutip Mzm 118.
Hanya gambaran kuncinya berubah, yaitu “anak” menjadi ”batu penjuru” (ay. 10-11). Ketika
Markus mempersiapkan pembacanya untuk menghadapi kematian Yesus, ia menjelaskan di mana
letak kesalahan kematian Yesus — para pemimpin Yahudi. Ia juga menantang para pemimpin
Kristen untuk memeriksa hubungan mereka dengan Kristus, “batu penjuru”. Bagi mereka,

39
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
perumpamaan ini adalah bahan untuk permenungan serius mengenai bagaimana mereka menjaga
Gereja yang diserahkan ke tangan mereka oleh Tuhan yang bangkit.

12:13-27 Mengenai pajak kepada kaisar dan kepada Allah yang hidup.
Markus bergerak dari perumpamaan terakhir ini kepada dua konflik Yesus dengan para pemimpin
Yahudi. Perdebatan pertama mengenai pajak yang harus dibayar kepada kaisar (ay. 13-17) dan
kedua berkaitan dengan kepercayaan akan kebangkitan dan kehidupan sesudah kematian (ay. 18-
27). Para pembaca Markus akan menemukan pola yang sama dalam kedua perdebatan. Pertama,
para pemimpin mendekati Yesus dengan suatu pertanyaan cerdik, jelas mencoba “untuk menjebak
Dia dalam pembicaraanNya” (ay. 13). Orang-orang Farisi dan kaum Herodian bertanya, apakah
baik membayar pajak kepada kaisar Roma atau apakah itu bertentangan dengan hukum Musa (ay.
14). Kemudian orang-orang Saduki, yang dikenal karena tidak percaya kepada kebangkitan,
bertanya suatu pertanyaan hukum dan bersifat sinis mengenai hubungan perkawinan sesudah
kebangkitan (ay. 23).

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, Yesus menunjukkan suatu kebijaksanaan yang


menyingkapkan akal mereka yang hendak menjebak Dia. Ia mengemukakan kemunafikan mereka
dalam suatu kasus (ay. 15) dan menunjukkan pemahaman mereka yang sempit tentang Kitab Suci
di kasus lain (ay. 24). Orang Yahudi yang baik (dan juga orang Kristen pembaca Markus)
diharapkan untuk membayar “pajak” yang harus dibayarkan kepada pembesar sipil dan
“memberikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah” (ay. 17). Orang-orang Yahudi
(dan Kristen) yang benar-benar memahami Kitab Suci mereka tentunya tahu bahwa “Allah
Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub” bukanlah “Allah dari orang mati melainkan orang yang hidup”
(ay. 26-27). Akibat dari dua perjumpaan itu ialah bahwa pembaca Markus yang pertama, seperti
mereka yang terlibat dengan Yesus, akan “kagum” terhadap kebijaksanaan Yesus (ay. 17) dan akan
ketaatanNya kepada BapaNya, Allah yang hidup. Tetapi, Markus menghendaki lebih daripada
kekaguman — ia menghendaki orang-orang Kristen meniru Tuhan mereka dengan menjadi rasul-
rasul yang berani pada kebenaran dan kehidupan sendiri. Bagaimana mereka menjadi rasul-rasul
demikian tergantung pada situasinya. Namun, peristiwa berikut dapat memberikan contoh
konkret yang dapat diikuti.

12:28-34 Ahli kitab yang dekat dengan Kerajaan Allah.


Sesudah pertanyaan-pertanyaan yang menjerumuskan daripara tua-tua dan ahli kitab, sangat
menarik Yesus berkata bahwa seorang ahli kitab tidak jauh dari Kerajaan Allah (ay. 34). Dengan
memperhatikan pembicaraan mengenai hukum manakah yang paling utama (ay. 28), pembaca
Markus dapat dengan mudah menemukan kejujuran dari ahli kitab dan usahanya yang sopan
untuk memahami dasar dari ajaran Yesus. Yesus menjawab pertanyaan ini dengan doa Shema
yang tradisional, yang didoakan oleh setiap orang Israel dua kali sehari: Dengarlah, hai orang
lsrael, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (ay. 29). Karena Tuhan adalah Esa, Yesus dan Shema
melanjutkan, hendaknya orang seluruhnya (hati, jiwa, budi, dan kekuatan) mengasihi Allah (ay.
30). Yesus kemudian menambahkan perintah kedua: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri (ay. 31). Akibatnya, Ia membuat perintah yang pertama menjadi perintah yang ganda
(Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini, ay. 31).

Ahli kitab itu menghargai jawaban Yesus. Ia melihat bagaimana Yesus menggabungkan dua
perintah yang diberikan kepada orang Israel oleh Musa (UI 6:2 dan Im 19:18). Ia juga mendengar
jawaban Yesus lebih daripada yang dikatakan Yesus! Ia mendengar di dalamnya gema dari para
nabi yang menjelaskan bahwa kasih, bukanlah kurban, itulah yang dikehendaki Allah dari semua
orang (ay. 33, mengutip Hos 6:6).

40
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Pembaca Markus mengetahui bagaimana benarnya si ahli kitab karena mereka mengetahui bahwa
Yesus mempraktekkan apa yang Ia ajarkan. Ia telah mengasihi Allah dan sesama sampai mati.
KurbanNya adalah kasih! Ketika mereka meninggalkan orang banyak, yang tidak berani lagi
menanyakan sesuatu kepada Yesus (ay. 34), pembaca Markus mungkin bertanya kepada diri
sendiri seberapa jauh kasih mereka terhadap Allah dinyatakan oleh kasih mereka kepada sesama.
Mereka mungkin bertanya bagaimana ibadat kurban dan liturgis mereka bagi orang lain. Laporan
Markus mengenai perjumpaan ini menantang orang Kristen untuk menyerupai Yesus dan juga
menyerupai ahli kitab ini, yang mempunyai pandangan demikian dalam terhadap Kerajaan Allah.
ini juga mempersiapkan mereka pada dua peristiwa terakhir dalam bab 12, yang akan
mempertentangkan kesalehan berlimpah dari seorang janda dengan doa kosong dan ahli-ahli kitab
(12:38-44).

12:35-37 Yesus adalah Tuhan dari Daud dan Anak Allah.


Sampai sekarang dalam bab 12, para ahli kitab mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang
menantang kepada Yesus. Sekarang Ia bertanya kepada mereka satu pertanyaan: Bagaimana ahli-
ahli Taurat dapat mengatakan bahwa Mesias adalah Anak Daud (ay. 35), jika Daud sendiri (dalam
Mzm 110:1) menyebut Mesias sebagai Tuannya (ay. 37)? Para pembaca Markus tahu bahwa Yesus
adalah Mesias mereka. Mereka juga tahu bahwa Ia adalah keturunan Daud. Namun, Markus
menghendaki pembacanya mengakui lebih, yaitu bahwa Yesus adalah Anak Allah. Sementara
orang menghukum mati Yesus karena Ia menyebut diri sebagai Anak dari Yang Terpuji (14:61-64).
Bagaimana pembaca Markus akan memperbarui komitmen mereka kepada Tuhan mereka, yang
juga Tuhan dari Daud dan Anak Allah?

12:38-44 Janda miskin menunjukkan kepada para ahli kitab makna dari agama.
Terakhir kali Markus menghadirkan Yesus di dalam Bait Allah adalah salah satu peristiwa yang
paling dramatis dari seluruh Injilnya. Yesus pertama-tama mengingatkan orang-orang supaya
berjaga-jaga terhadap para ahli kitab, yang berdoa panjang dan keras supaya dilihat dan dihormati
sebagai “orang-orang suci” (ay. 38-39). Pada saat yang sama, karena mereka menelan rumah
janda-janda (ay. 40), mereka menunjukkan betapa kosonglah doa mereka. Mereka juga tidak
menaati perintah khusus yang diberikan kepada nenek moyang mereka oleh Musa: Janganlah
kautindas atau kautekan seorang orang asing... Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu
tindas (Kel 22:21-22).

Pada cerita tentang kemunafikan ini, Markus menambahkan suatu gambaran yang mengharukan
dari janda miskin (ay. 41-44). Lihatlah dia, kata Yesus. Ia memasukkan uang sedikit ke dalam kotak
derma daripada orang-orang kaya (ay. 42). Akan tetapi, ia, dan kemiskinannya telah memberikan
semua yang dimilikinya, seluruh nafkahnya (ay. 44). Pengorbanannya yang tak berarti sama sekali
tergantung kepada Allah. Demikian janda itu menjadi contoh iman bagi pembaca Markus. Jika
mereka meniru imannya yang murah dan penuh penyerahan diri mereka juga meniru Yesus, yang
juga memberikan hidupNya bagi banyak orang (bab 14-15)!

13:1-4 Akhir Bait Allah dan akhir dari “hal-hal ini”.


Ketika Yesus dan para murid meninggalkan halaman Bait Allah, Yesus menubuatkan: Tidak satu
batu pun (dari bangunan besar ini) akan dibiarkan terletak di atas yang lain (ay. 2). Mereka
menanggapi pernyataan Yesus yang mengherankan dengan pertanyaan penting: Katakanlah
kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi, dan apakah tandanya, kalau semuanya itu (yaitu
dunia) akan sampai kepada kesudahannya (ay. 4). Para pembaca Markus sekarang mungkin tidak

41
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
melihat bagaimana pertanyaan para murid mengenai akhir dunia secara logis mengikuti nubuat
Yesus mengenai akhir dari Bait Allah.

Namun, mereka akan mengetahui hubungannya jika dua kejadian itu dijelaskan:
1) Gereja Perdana melihat kehancuran Yerusalem sebagai tanda mendesak dari akhir dunia
yang sudah di ambang pintu; dan
2) orang-orang Kristen Perdana yang dituju oleh Injil Markus telah menyaksikan kehancuran
Yerusalem itu (tahun 70 M oleh tentara Roma). Latar belakang sejarah demikian akan
membantu pembaca masa kini untuk memahami bab yang penting ini.

Juga sangat membantu para pembaca Markus untuk menyadari jenis sastra khusus yang akan
mereka hadapi dalam bab 13. Semua perkataan Yesus mengenai “akhir zaman” dan tanda-tanda
yang menyertainya termasuk dalam jenis sastra dari abad pertama yang dikenal sebagai
“apokaliptik”. Dalam Gereja Perdana, tulisan apokaliptik digunakan untuk menyampaikan
pengharapan kepada orang-orang yang ketakutan dengan menyingkapkan bagaimana Allah akan
menyelamatkan secara definitif orang-orang yang percaya dari semua kekuatan jahat pada akhir
zaman. Sastra apokaliptik merupakan bagian yang kecil (dalam jumlah), tetapi sangat penting
(dalam arti) bagi Injil Kristen. Tulisan demikian banyak terdapat dalam jemaat-jemaat tertentu
dalam Perjanjian Lama, yang mengharapkan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka
dari penjajahan asing. Lihat, misalnya, Kitab Daniel bab 7-12, yang ditulis sekitar tahun 150 SM,
yang menggambarkan kedatangan Anak Manusia dengan gaya yang mirip seperti dijumpai dalam
Injil Markus ini. Lihat juga tulisan-tulisan Perjanjian Baru seperti Mat 24-25; Luk 21; 1 Tes 4-5, dan
Kitab Wahyu, yang mencerminkan keyakinan Gereja Perdana mengenai ketidakhadiran Tuhan dan
pengharapan atas kembaliNya dalam kemuliaan.

Dalam bab 13 ini, Markus menyampaikan kepada jemaatnya pemikiran penuh pengharapan dan
Gereja Perdana atas kembaliNya Yesus. Di sini Markus melukiskan sikap-sikap yang hendaknya
diambil sidang pembacanya dalam waktu antara kebangkitan dan kedatangan Kristus kembali.

13:5-23 Orang Kristen hendaknya siap sedia dan bertahan sampai “akhir zaman”.
Markus memulai wejangan apokaliptik Yesus dengan suatu bagian (ay. 5-23) yang memberi contoh
dengan bagus sekali dua jalan di mana bahasa apokaliptik dimaksudkan demi menggerakkan
pembacanya untuk menjawab dan bertindak.

 Pertama, ungkapan peringatan yang memulai dan mengakhiri bagian ini (Waspadalah
supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!, ay. 5; dan Hati-hatilah kamu!, ay. 23)
memberi tanda kepada sidang pembaca supaya siaga menanggapi pengajar-pengajar palsu
di tengah-tengah mereka (yang datang memakai nama-Ku, ay. 6; dan mesias-mesias palsu
dan nabi-nabi palsu, ay. 22), yang mengatakan bahwa akhir zaman sudah datang karena
adanya tanda-tanda tertentu (misalnya, peperangan, ay. 7; gempa bumi, ay. 8,
penganiayaan, ay. 9-13). Jawaban yang harus diberikan orang Kristen, kata Markus, ialah
janganlah kamu gelisah (ay. 7), tetapi bertahan. Markus memberi dorongan pembacanya
untuk memandang ketahanan mereka dalam saat-saat ketegangan sebagai tanda positif
dari Roh Kudus Allah yang melindungi ada bersama mereka sampai akhir (ay. 9 dan 11).
Lebih penting lagi, Markus meminta supaya pembacanya siaga untuk menyebarkan kabar
gembira mengenai Yesus kepada semua bangsa (ay. 10), karena hanya jika karya misioner
itu terlaksana, dapatlah akhir zaman sungguh-sungguh datang.

42
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
 Sifat kedua yang mencirikan wejangan apokaliptik adalah bahwa beberapa peristiwa yang
sudah mulai terjadi (di masa lalu dan masa kini) dimaksudkan sebagai bagian dari kejadian
di masa mendatang. Cara menulis demikian dimaksudkan untuk meyakinkan sidang
pembaca mengenai dapat dipercayanya bagian dari pesan itu yang benar-benar
merupakan hal yang akan datang. Misalnya, pembaca Markus dapat mengatakan, “Ya,
beberapa keluarga telah terpecah dan terbagi-bagi karena anggotanya memilih mengikuti
Yesus” (ay. 12-13). Mereka dapat juga berkata, “Pembinasa keji yaitu berhala Roma telah
berdiri di tempat yang tidak sepatutnya di tempat Bait Allah dulu ada” (ay. 14). Pada waktu
yang sama, apa yang paling penting adalah bahwa mereka menyadari bahwa Tuhan akan
melindungi orang-orang yang percaya jika masa akhir sungguh-sungguh datang, waktu
penderitaan dipersingkat demi mereka yang telah Ia pilih (ay. 20). Kenyataannya, kata
Markus, tanda yang paling dapat dipercaya dan akhir zaman hampir tiba, yaitu kembalinya
dengan mulia Anak Manusia (digambarkan dalam ay. 24-27).

Dalam hubungan dengan sifat-sifat tulisan apokaliptik, pembaca bab 13 dapat mengalami
mendesaknya penantian Gereja Perdana bagi kembaliNya Tuhan (ay. 15-19). Mereka juga dapat
mendengar undangan Markus untuk menyingkirkan perhitungan tak berguna mengenai akhir
dunia, supaya hidup dengan bersemangat di waktu kini sebagai utusan Injil Yesus yang selalu siap
sedia.

13:24-27 Kedatangan Anak Manusia yang memberi penghiburan.


Sementara tulisan apokaliptik dikenal dengan gambaran-gambaran yang gelap mengenai
percobaan, kekacauan, dan huru-hara di langit (ay. 24-25), ada juga sinar penghiburan pada inti
dari semua ini yang mengalahkan kegelapan. Penghiburan itu berbentuk Anak Manusia yang
mulia, Yesus, yang datang di awan-awan untuk mengumpulkan orang-orang pilihan dan yang setia
dari segala penjuru dunia (ay. 26-27).

Markus meminjam gambaran mengenai pembebasan Allah dan janji-janji Perjanjian Lama seperti
dari nabi Daniel (Dan 7:13-14). Pembaca Markus masa kini, maupun juga pembaca pertama,
mungkin akan terhibur oleh janji Allah mengenai kemenangan akhir atas kesukaran atau
kegelapan apa pun juga yang meliputi mereka dan dunia mereka. Didorong oleh visiun yang penuh
pengharapan demikian, mereka dapat menerima dengan lebih siap tanggung jawab mereka untuk
menjadi sinar penghiburan bagi mereka yang belum mengalami sisi pengharapan dari janji-janji
Injil.

13:28-37 “Kita tidak tahu kapan, tetapi itu dekat, maka berjaga-jagalah!”
Sama meyakinkan seperti nubuat-nubuat Yesus yang lain yang segera akan terjadi (kematian dan
kebangkitanNya, kehancuran Yerusalem, percobaan yang akan dialami para pengikutNya),
demikian juga Ia akan datang lagi dalam kemuliaan untuk menyelamatkan orang-orang pilihanNya.

Pesan yang menggembirakan dari 13:3-27 ini diakhiri dengan perintah Yesus kepada para
pengikutNya yang setia: “Akhir zaman sudah mendekat dan akan segera terjadi. Kamu akan
melihat tanda-tanda dari akhir (ay. 29) sama jelasnya dengan bila kamu melihat datangnya musim
panas pada daun-daun yang bersemi di batang pohon ara (ay. 28)”.

Tetapi, demikian Yesus menekankan, tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu
hendaknya hati-hatilah dan berjaga-jagalah! (ay. 32-33). Lihatlah sekelilingmu seperti penjaga
pintu (ay. 35-35). Jangan sampai kamu didapati tidur (ay. 36), tetapi berjaga-jagalah! (ay. 37).

43
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Bab 23 yang bernada apokaliptik ini diakhiri dengan tantangan tegas Markus kepada pembacanya
(tidak hanya bagi Petrus, Yakobus, dan Yohanes atau Andreas dari ay. 3). Ia meminta mereka
supaya bertahan dalam iman, bahkan juga dalam saat-saat penderitaan demi Injil. Hendaknya jelas
bagi pembaca Markus bahwa tugas merekalah untuk menjadi rasul-rasul Injil yang siap sedia pada
saat ini, karena Anak Manusia mempercayakan hal itu dalam tangan mereka sampai kembaliNya
dalam kemuliaan.

44
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
ANAK MANUSIA DIHUKUM MATI DAN BANGKIT PADA HARI KETIGA
Markus 14:1 - 16:8

Kisah yang banyak dikenal mengenai kematian dan kebangkitan Yesus adalah puncak dari Injil
Markus. Segalanya ditujukan kepada tiga bab ini, dan Markus menceritakan kisah sengsaranya
sedemikian sehingga banyak tema kunci dari Injil sekarang dipersatukan. Misalnya, para murid
tetap gagal memiliki pandangan yang jelas atau kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan yang
mereka ikuti. Mereka semua tersebar di taman ketika salah seorang dari mereka mengkhianati
Yesus kepada para pembunuhNya dengan sebuah ciuman (14:43.52). Begitu juga, pembaca yang
jeli akan melihat betapa pentingnya kiasan roti dan cawan (dikembangkan dalam bab 6-8 dan 10)
dikumpulkan dalam kisah Ekaristi yang mengawali kesedihan Yesus di Taman Zaitun (14:22-26).
Tema ketiga yang berkembang dari bab-bab yang terdahulu adalah identifikasi Yesus sebagai Anak
Manusia Yang Menderita, mencapai puncaknya pada kaki salib, ketika perwira Roma menjelaskan
kematian Yesus: Sungguh, orang ini adalah Anak Allah (15:39).

Mulai sekarang pembaca Markus menantikan perkembangan yang terjadi dalam bab-bab penutup.
Kisah sengsara dari Markus juga mengejutkan pembacanya dengan suatu akhir yang tiba-tiba
(16:8). Ketika para wanita meninggalkan makam dan tidak mengatakan apa-apa kepada orang lain
karena mereka ketakutan (16:8), pembaca Markus dipersilakan melengkapi kisah ini dengan
refleksi dan jawaban mereka sendiri. Mengapa Markus mengakhiri Injilnya dengan cara aneh
demikian? Kapan para wanita dapat mengatasi ketakutan dan keterkejutan mereka dan
melaksanakan perintah yang diberikan kepada mereka oleh anak muda dalam makam (16:7)?
Bagaimana mengenai keraguan pembaca untuk menjadi pewarta ajaran Yesus yang berani?

Sementara pembaca Markus menyadari bahwa kebanyakan nubuat Yesus menjadi kenyataan, ada
dua yang belum terlaksana.
 Pertama, apakah Yesus pernah menampakkan diri di Galilea kepada para murid, seperti
pernah Ia janjikan (14:28)? (Pembaca tahu bahwa hal itu terjadi, tetapi tidak dari cerita
Markus.)
 Kedua, apakahYesus akan memenuhi janjiNya datang kembali dalam awan-awan dengan
segala kekuasaan dan kemuliaanNya. dan akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya ..
dari ujung bumi sampai ke ujung langit seperti la janjikan (13:26-27)? Ini jelas belum
terjadi!

Akhir dari injil Markus seperti permulaan dari sesuatu yang lain. Seolah-olah Markus mengatakan
bahwa Injil belum selesai. Kenyataannya, akhir Injil Markus meninggalkan para pembaca dengan
realisasi bahwa mereka harus menutup Injil dengan menghayati nilai-nilainya. Apa yang rupanya
permulaan dari kisah Markus mengenai kehidupan masa lalu dari Yesus Kristus, Anak Allah (1:1)
berakhir dengan undangan dramatis bahwa semua pembacanya hendaknya menjadi peniru yang
setia dari Yesus, hamba Anak Manusia (10:45), pada saat ini, sampai Ia datang lagi untuk
mendirikan Kerajaan Allah dalam kekuasaan (8:38 dan 9:1)!

14:1-11 Persiapan untuk kematian dan pemakaman Yesus.


Ayat-ayat pertama kisah sengsara merupakan panggung dan nada emosional untuk yang
berikutnya. Sementara imam agung takut menangkap Yesus karena mungkin akan timbul
keributan di antara rakyat (ay. 2), salah seorang dari kedua belas murid membuatnya gampang
dengan menyerahkan Dia. Dengan demikian, tindakan itu mengubah ketakutan mereka dengan
antisipasi yang menggembirakan (ay. 10-11). Di tengah persekongkolan dan perencanaan untuk
kematian Yesus, Markus menempatkan cerita dari wanita di Betania (ay. 3-9), yang tindakan

45
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
penghormatannya bagi Yesus “akan diceritakan untuk memperingatinya di mana kabar gembira
diwartakan di seluruh dunia”.

Khas sekali, mereka yang bersama Dia tidak memahami apa yang sedang terjadi sekitar mereka.
Mereka gagal melihat bahwa tindakan wanita ini dengan mengurapi Yesus adalah antisipasi
pemakaman Yesus (ay. 8). Tujuan mereka adalah baik (uangnya dapat diberikan kepada orang
miskin, ay. 5), tetapi keramahan mereka terhadap si wanita (ay. 4-5) menunjukkan bahwa mereka
tidak memahami makna tindakan simbolis itu. Hal itu akan mengingatkan mereka terhadap
kenyataan penderitaan Yesus! Markus tidak mau pembacanya salah mengenai hal ini. Memelihara
orang miskin adalah bagian penting dari mengikuti Yesus (ingat tuntutan terhadap orang kaya
dalam 10:21). Akan tetapi, para pengikut Yesus juga harus memilih semua yang tercakup dalam
pengertian menjadi murid, bahkan sampai mereka harus menyerahkan hidupnya demi pelayanan
kebutuhan semua orang, dalam meneladan Anak Manusia yang menderita (10:44-45).

14:12-26 Yesus mempersiapkan diri: Ekaristi Paskah.


Yesus yang masuk secara meriah ke kota Yerusalem diawali dengan suatu nubuat menarik bahwa
para murid akan menemukan “seekor keledai yang belum pernah dipergunakan” (11:2-7). Nubuat
yang serupa juga mengawali Perjamuan Paskah yang akan dirayakan Yesus bersama murid-
muridNya (lih. 14:12-16). Situasi yang mengherankan demikian mempersiapkan para pembaca
Markus untuk mengambil bagian khusus dalam kisah Yesus.

Perjamuan Paskah Yahudi merayakan pembebasan mereka dari Mesir. (Tuhan akan menjalani
Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat arah pada ambang atas dari pada kedua tiang pintu
itu, maka Tuhan akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk kedalam
rumahmu untuk menulahi, Kel 12:23). Ketika Perjamuan Paskah Yesus bersama para murid mulai,
seorang murid yang (sampai sekarang) tidak dikenal secara simbolis ditunjuk sebagai seseorang
yang akan mengkhianati Yesus dan secara ironis pembebasan baru bagi umat Allah (ay. 17-21).

Persiapan yang demikian dramatis mengantar kepada cerita Markus mengenai Perjamuan Ekaristi
Pertama (ay. 22-25), yang merupakan pusat dari kehidupan jemaat Kristen dulu maupun sekarang.
Jelas bahwa Markus dengan setia menyampaikan tradisi dari Gereja Perdana bahwa Ekaristi orang
Kristen adalah Perjamuan Paskah yang baru. Kematian dan kebangkitan Yesus yang
menyelamatkan adalah cara yang baru dan sempurna dari Allah untuk membebaskan semua
orang. Orang Kristen mengambil bagian dalam perjanjian baru dalam tubuh dan darah Kristus jika
mereka mengambil bagian dalam roti dan cawan Ekaristi! Pada saat yang sama, Markus
mempergunakan kesempatan Ekaristi Pertama itu untuk melengkapi tema khusus yang telah ia
kembangkan mengenai kebutaan para murid. (Roti tidak disebut lagi sejak bab 6-8, di mana para
murid tidak melihat makna mendalam dari mukjizat-mukjizat Yesus, terutama “roti”; cawan tidak
disebut lagi sejak 10:35-45, ketika Yesus menjelaskan hubungannya yang erat dengan
kematianNya). Maka, Markus memberitahukan pembacanya bahwa mereka yang ingin mengambil
bagian dalam cawan Ekaristi Yesus (sekarang dan dalam perjamuan surgawi, ay. 25) harus lebih
dulu mengambil bagian secara penuh dalam pelayanan Yesus yang penuh penderitaan (10:45a:
Anak Manusia .. datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani). Mereka harus
mengambil bagian secara aktif dalam perutusan Yesus di dunia, yang meliputi pencurahan hidup
mereka bagi banyak orang (ay. 24), selalu dalam persatuan erat dengan Dia (10:45b: Anak
Manusia . datang .. untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang).

46
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
14:27-31 “Domba-domba akan tersebar.”
Sesudah Yesus dan para murid sampai di Bukit Zaitun (ay. 26), Ia memberikan tiga nubuat lagi:
1) domba-domba (para murid) akan tersebar waktu kematianNya (ay. 27);
2) begitu bangkit, Yesus akan mendahului mereka pergi ke Galilea (ay. 28); dan
3) Petrus akan mengkhianati Dia tiga kali sebelum ayam berkokok dua kali (ay. 30).

Kendati protes Petrus dan yang lain, pembaca Markus mengetahui bahwa dua dari tiga nubuat ini
sebentar lagi akan terpenuhi. Para murid akan lari meninggalkan Yesus (ay. 50), dan Petrus akan
menyangkal Dia (ay. 66-72). Namun, nubuat mengenai melihat Dia di Galilea tetap tidak terpenuhi,
juga meskipun Injil Markus diakhiri (16:8). Markus menantang para pembacanya untuk
merenungkan makna dari nubuat yang tak terpenuhi ini ketika mereka memasuki taman bersama
Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yohanes (ay. 32).

14:32-42 Pengalaman di taman: model dari iman yang mendalam.


Cerita Markus mengenai penderitaan Yesus di Taman Zaitun sebenarnya dua adegan dalam satu
kisah.
1. Dalam adegan yang pertama (ay. 33-36), pembaca Markus mendapat keistimewaan untuk
menyaksikan kemanusiaan Yesus, ketika Ia diliputi oleh ketakutan dan kesedihan
menghadapi kematianNya yang di ambang pintu (yaitu cawan, ay. 36). Mereka juga
mengenal ketika menerima kehendak terakhir dari BapaNya sebagai tindakan akhir dari
kemanusiaanNya, yaitu pilihan untuk memberikan hidup bagi Bapa dan semua orang.

2. Adegan kedua (ay. 37-42) memusatkan perhatian pembaca kepada para murid yang
tertidur ketika Yesus berjuang dalam doa. Markus mengharapkan agar pembacanya
menghadapi kehidupan dan memilih bersifat manusiawi seperti Yesus, tidak seperti para
murid. Kedalaman dari pilihan Yesus untuk mengambil cawan dapat dipahami, secara
ironis, hanya oleh pembaca Markus tertentu, yaitu mereka yang datang tanpa
pengharapan, seperti Yesus di taman, dapat mengenal Dia. Markus berharap agar Yesus
menjadi bagi mereka suatu model yang realistis dari kepercayaan dan kasih dalam “saat-
saat” yang penuh penderitaan (ay. 41) sebagai orang Kristen.

14:43-52 Pengkhianatan dan penangkapan.


Segera sesudah Yesus memutuskan untuk menyerahkan diri kepada kehendak Bapa (ay. 36),
bagian cerita lain dari kisah sengsara secara cepat dimulai. Sesudah Yesus dikhianati dengan
sebuah ciuman oleh Yudas (ay. 44-45), Ia ditangkap dan dibawa pergi seolah-olah penjahat besar
(ay. 48). Markus menjelaskan, dalam ayat 49, bahwa penangkapan Yesus yang tak bersalah,
seperti pengalaman penderitaanNya yang lain, adalah sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama
mengenai cara Mesias dan Israel akan diperlakukan oleh bangsaNya sendiri.

Tiga detail lainnya dalam bagian ini mengemukakan bagaimana tak berperhatiannya para murid
Yesus terhadap apa yang terjadi. Salah seorang dari mereka mengira dapat menghentikan
kekerasan dengan kekerasan (ay. 47). Lainnya meninggalkan Dia sendirian (ay. 50). Bahkan anak
muda yang mengikuti, “tidak berpakaian apa-apa selain kain lenan”, melarikan diri segera sesudah
musuh Yesus mencoba menangkap dia (ay. 51-52). Rincian-rincian dari kisah Markus ini
dimaksudkan tidak hanya untuk mengingatkan pembacanya “bagaimana semuanya terjadi”,
tetapi juga untuk mendorong mereka bertanya pada diri sendiri sejauh mana mereka akan
bersama Yesus dan nilai-nilai Injil dalam situasi mereka yang sulit.

47
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
14:53-65 Pengadilan dan keputusan hukuman mati.
Apa yang dinamakan pengadilan Yesus adalah penuh dengan tuduhan palsu melawan Dia.
Menjawab kesaksian-kesaksian demikian, Yesus diam dan tidak menjawab apa-apa (ay. 61).
Tuduhan imam besar (ay. 64) muncul ketika “yang berdiam diri” mengakui bahwa Ia adalah
Mesias, Anak dari Yang Terpuji, yang akan duduk bersama Allah di surga, dan yang akan datang di
tengah-tengah awan-awan di langit sebagai hakim pada hari akhir (ay. 62). Ironis bahwa tidak ada
satu pun kesaksian palsu yang dapat membuktikan bahwa Yesus bersalah (ay. 55). Hanyalah ketika
Ia mengatakan kebenaran mengenai diriNya, maka Ia dihukum mati (ay. 62-64)! Jelas pembaca
Markus akan bangga terhadap ketabahan Tuhan mereka menghadapi pengadilan yang begitu
merendahkan dan cercaan serta cemoohan yang menyertainya (ay. 65). Akan tetapi, apakah
mereka akan lebih setia kepadaNya daripada Petrus ketika iman mereka dicobai secara berat?

14:66-72 Petrus mengkhianati Yesus tiga kali.


Seperti telah dinubuatkan Yesus (14:27), semua muridNya meninggalkan Dia di taman dan
melarikan diri (14:50). Sebagaimana juga telah Ia nubuatkan (14:30), Petrus menyangkal Dia tiga
kali (ay. 66-72). Namun, air mata Petrus (ay. 72) yang menyatakan penyesalan dan kesedihannya
menyemangati pembaca Markus yang mungkin kadang-kadang tidak setia dalam mengikuti Yesus.
Mereka mengetahui bahwa orang yang menyangkal Tuhannya tiga kali akan mengalami belas
kasih pengampunan Allah dan menjadi rasul Gereja Perdana yang terbesar di antara orang-orang
Yahudi (Gal 2:8) sesudah kebangkitan. Lewat air mata Petrus, Markus menyajikan pengharapan
kepada setiap orang Kristen yang tidak begitu kuat dan teguh. Tidak pernah terlambat bagi mereka
untuk berkata dengan air mata penyesalan: “Aku bersama Yesus dari Nazaret!”

15: 1-15 Imam Besar dan Pilatus menyerahkan “Raja orang Yahudi”.
Jelas dari permulaan bagian ini (15:1: Pagi-pagi benar) betapa takutnya para imam Yahudi bekerja
sama dengan pejabat Roma, Pilatus, dalam menghukum Yesus. Imam besar sebelumnya telah
bertanya kepada Yesus, dalam istilah Yahudi, apakah Ia adalah Mesias, Anak dari Yang Terpuji.
Sekarang orang Romawi itu bertanya, dengan bahasa politik, apakah Yesus raja orang Yahudi
(15:2). Yesus menerima sebutan yang diberikan kepadaNya oleh Pilatus (15:2), yang sama dengan
mengatakan “bersalah” atas tuduhan mengadakan pemberontakan. (Tidak ada raja dalam wilayah
Romawi selain kaisar!)

Meskipun demikian, Pilatus mengerti tuduhan-tuduhan terhadap Yesus (15:10: Ia (Pilatus)


memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki). Ia
berusaha untuk membebaskan Yesus, bukannya Barabas, tetapi para imam mempengaruhi orang
banyak untuk meminta supaya Barabas dibebaskan (ay. 11). Pilatus akhirnya ingin memuaskan hati
orang banyak yang meminta kematian Yesus: Salibkanlah Dia! (ay. 11-15). Dengan berbuat
demikian, Pilatus memainkan peranannya secara pengecut dalam drama Injil. Meskipun yakin
bahwa Yesus tidak bersalah, ia tunduk pada tekanan dan menyerahkan Dia supaya dicambuk dan
disalibkan. Maka, Yesus mulai minum dari “cawan” kesengsaraan.

15:20-32 Klimaks: mereka mencemooh dan menyalibkan Dia.


Sekali lagi, sesudah “pengadilan” yang menunjukkan betapa tidak bersalahnya Yesus, terjadilah
peristiwa yang mengerikan. Sesudah Yesus dicambuk (ay. 15), Ia diberi pakaian “ungu” dan
“dimahkotai” duri oleh serdadu Roma yang mengejek dengan menyebut Dia raja orang Yahudi (ay.
16-20). Kendati Ia menerima banyak penghinaan, Yesus tetap diam. Di sini, pembaca Markus jelas
mengenal pemenuhan nubuat Yesaya mengenai Mesias: “Aku memberi punggungku kepada
orang-orang yang memukul aku .... Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan
diludahi (Yes 50:6)”.

48
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Klimaks dari drama Markus adalah penyaliban Yesus. Pembaca Markus akan melihat bahwa
beberapa detail yang dikenal tidak ditemukan ketika membaca kisah Markus mengenai jalan salib.
Misalnya, para wanita Yerusalem yang meratap (Luk 23:27-31) tidak menjumpai Dia di perjalanan.
Begitu juga dua orang yang disalibkan bersama Dia ikut dengan orang-orang yang lewat dalam
mencemooh Yesus (ay. 27-32), tidak seperti yang dituliskan Lukas dalam percakapan antara Yesus
dan “penjahat yang baik” (Luk 23:40-43). Akibatnya, pembaca Markus menghadapi gambaran
yang keras. Tuhan mereka bergantung sendirian di salib, dicemooh, dan diejek oleh orang-orang
yang mau Ia selamatkan.

Salah satu cemoohan (ay. 32: Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat
dan percaya) bagi Markus menjadi suatu tantangan berat kepada iman para pembacanya.
Akankah mereka percaya kepada Yesus justru karena Ia tidak turun dari salib? Dapatkah mereka
melihat makna penderitaan mereka yang tak jelas dalam terang penderitaan Mesias dan Raja
mereka? Dapatkah mereka melihat nilai positif dan menyelamatkan dari penderitaan mereka
seperti Paulus: “... aku ... menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan
Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat (Kol 1:24)”?

15:33-41 Dalam kematianNya, Yesus dilihat sebagai Anak Allah.


Pembaca Markus sekarang bersama Yesus dalam saat-saat Ia mempersiapkan seluruh hidupNya.
Bersama para muridNya yang ”buta”, mereka telah berjalan bersama Yesus ketika Ia memberikan
hidup dan kuasa yang menyembuhkan kepada orang lain (bab 1-8). Mereka telah belajar apa yang
perlu untuk menjadi murid yang sejati (bab 9-13). Apa yang diperlukan bagi mereka sekarang ialah
bersama Dia sampai akhir!

Dalam kegelapan kematian Yesuslah (ay. 33) para pembaca Markus melihat sinar terang. Di
situlah, di kaki salib, mereka mendengar seruan Tuhan mereka: “Allahku, Allahku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku”? (ay. 34). Markus tidak ingin para pembacanya salah menangkap
seruan Yesus, seperti orang-orang yang hadir waktu itu, yang mengira bahwa Yesus berseru
kepada Elia untuk minta bantuan (ay. 35-36). Ia ingin agar mereka mengenal, dalam kata-kata
Yesus yang terakhir dan dalam kematianNya, tindakan akhir penyerahan diri seutuhnya dan
percaya. Seperti pemazmur yang pertama kali mengeluarkan seruan ini (Mzm 22:2), Yesus yakin
bahwa Allah akan mendengarkan Dia Mzm 22:25) dan akan memberikan Dia hidup, justru karena
Ia menderita dan mati demi cinta dan ketaatan! Siapa yang akan pernah percaya bahwa hidup
akan muncul dari kematian? Sekarang Markus ingin agar pembacanya mempercayai bahwa hal itu
benar, tidak hanya bagi Yesus tetapi juga bagi setiap orang yang mau mengikuti jejakNya. Siapa
mengira bahwa seorang perwira kafir adalah yang pertama mengakui bahwa Yesus adalah “Anak
Allah”? Sekarang Markus meminta para pembacanya untuk melihat Anak Allah yang hidup paling
jelas dalam kematianNya yang sangat hina dan penuh kasih, seperti dilakukan perwira kafir itu.

15:42-47 Yesus dimakamkan oleh Yusuf dari Arimatea.


Mendekati akhir pelayanan Yesus di Yerusalem, Ia telah berjumpa dengan seorang ahli kitab yang
tidak jauh dari Kerajaan Allah (12:28-34). Bagi pembaca Markus, jawaban ahli kitab yang begitu
tulus terhadap Yesus adalah lebih asli daripada jawaban para murid Yesus sendiri. Sekali lagi dalam
adegan pemakaman, bukannya murid Yesus yang menanggapi dengan bagus, melainkan Yusuf dari
Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka (15:43). Ia cukup berani melakukan
pemakaman terhormat bagi Yesus (ay. 43-46). Demikian, bahkan dalam menceritakan pemakaman
Yesus, Markus mendorong para pembacanya untuk mempunyai iman lebih dalam daripada para
muridNya yang pertama. Pertanyaan Pilatus apakah Yesus benar-benar sudah mati (ay. 44)

49
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
merupakan detail yang penting bagi Markus. Tuntutan supaya segalanya tuntas mempersiapkan
pembaca Markus untuk mengalami suatu pembalikan mengejutkan dari seluruh Injil: pewartaan
anak muda di makam, yaitu Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu.
Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia (16:6).

16:1-8 Akhir adalah permulaan! Pergilah dan wartakanlah bahwa Ia telah bangkit!
Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut (16:8). Demikianlah
bagaimana para wanita menanggapi berita mengherankan mengenai kebangkitan Yesus. Demikian
juga bagaimana Markus mengakhiri Injilnya. Umumnya para ahli sependapat bahwa ayat 9-20
ditambahkan pada Injil Markus di kemudian hari oleh mereka yang tidak dapat percaya bahwa
Markus mengakhiri Injilnya demikian!

Dengan mengakhiri secara demikian, Markus sebenarnya mengundang para pembacanya untuk
masuk dan menggantikan kedudukan para wanita di makam yang kosong. Para wanita gagal
menyampaikan pesan yang mereka terima dari utusan Allah (anak muda berpakaian jubah putih.
ay. 5). Markus ingin agar para muridnya, pria dan wanita, menyebarkan kabar gembira bahwa
Allah mendatangkan hidup dari kematian dengan membangkitkan Yesus dari kematian (ay. 6-7). Ia
ingin mereka melakukannya tanpa takut atau terkejut seperti ketiga wanita dalam makam (ay. 8).

Pembaca Markus mungkin bertanya bagaimana mereka dapat menjadi lebih baik daripada para
wanita dan pria yang ada bersama Yesus selama hidupNya di dunia, dan di makam kosong.

Markus barangkali akan menjawab begini:


“Untukmulah Injil ini ditulis! Bertahanlah sebagai pengikut Yesus yang setia seperti telah kusajikan
kepadamu. KebangkitanNya bukanlah akhir segalanya. Ia telah mendahului engkau sebagai
Mesias Pelayan. Sekarang kamu harus menjaga mereka yang sungguh-sungguh kekurangan
sampai Ia datang kembali. Ia telah memberikan makna kepada kesengsaraan dan telah membawa
kehidupan dari kematian. Percayalah kepadaNya yang memberikan hidupNya kepada mereka
yang tanpa pengharapan. Apa pun yang kamu lakukan, biarlah orang lain mengetahui dari kata-
katamu yang memberi semangat dan hidup yang disemangati oleh pelayanan, bahwa kamu telah
mendengar panggilan Tuhan, bahwa kamu telah memilih jalanNya sampai kamu melihat Dia
seperti Ia janjikan.”

50
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
TIGA “AKHIR” INJIL
Markus 16:9-20

Meskipun umumnya hampir semua pakar Kitab Suci sepakat bahwa Markus mempunyai maksud
tertentu dalam mengakhiri Injilnya secara tiba-tiba dalam 16:8, tetapi tidak selamanya demikian.
Orang-orang Kristen abad pertama atau kedua berusaha “melengkapi” drama Injil dengan
menambah bagian-bagian yang mereka pikir tentu akan ditambahkan Markus sendiri.

Penutup tambahan pertama, yang disebut Penutup Panjang (ay. 9-20), termasuk penampakan
Yesus yang bangkit kepada Maria Magdalena dan para murid. Penampakan ini dimaksudkan untuk
memberikan ilham kepada Gereja Perdana yang misioner untuk “pergi ke seluruh dunia dan
mewartakan Injil kepada segala makhluk” (lih. ay. 15). Para misionaris Gereja hendaknya jangan
takut karena Tuhan yang bangkit (ay. 19) bersama mereka dalam pewartaan (ay. 20) dan akan
menguatkan pesan mereka dengan tanda-tanda khusus dari kuasa dan perlindunganNya (ay. 17-
18). Para pembaca yang jeli akan melihat beberapa tema dalam ayat-ayat ini tidak seperti apa
yang telah kita lihat dalam bagian Injil Markus yang lain. Mereka juga akan mengenal di dalamnya
gema dari adegan-adegan yang cukup dikenal dari Injil-Injil lain dikumpulkan bersama untuk
melengkapi akhir tiba-tiba Injil Markus (misalnya: Maria Magdalena bertemu dengan Yesus
sendirian dalam Yoh 20:11-18; penampakan kepada dua murid mengingatkan penampakan di
Emaus dalam Lukas 24:13-35; dan perutusan “untuk pergi ke seluruh dunia untuk mengajar”
mengingatkan akhir Injil Matius 28:16-20.

Apa yang disebut Penutup Pendek, jika dibaca langsung sesudah 16:8, adalah usaha lain dari
Gereja Perdana untuk mengakhiri Injil Markus lebih halus. Ini membalikkan ketakutan dan
diamnya para wanita di makam dan menunjukkan bagaimana berita kebangkitan diwartakan
melalui “perkumpulan Petrus”

Penutup Lebih Bebas ditambahkan pada Penutup Panjang pada abad kelima. Bagian ini muncul
antara ayat 14 dan 15 dan memberi alasan ketidakpercayaan dan kekerasan hati para murid
seperti terdapat dalam 16:14.

Meskipun Gereja mengakui ”tambahan-tambahan akhir” ini sebagai inklusi yang berharga pada
teks yang diilhamkan, tidak ada satu pun yang mengesankan seperti akhir dari Markus sendiri.
Akhir Markus yang tiba-tiba membiarkan para pembacanya untuk “melengkapi” Injil Markus ini
dalam hidup mereka.

ooOOOooo

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru


Editor : Dianne Bergant, CSA – Robert J. Karris, OFM
Penerjemah : A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia
LBI – Kanisius 2002

51

Anda mungkin juga menyukai