Anda di halaman 1dari 63

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

YOHANES
Neal M. Flanagan, OSM

PENGANTAR

Pengantar ini tidak dimaksudkan sebagai rangkuman teologi atau pemaparan berbagai persoalan
sekitar pengarang Injil dan hakikat jemaatnya. Bagian ini lebih merupakan upaya agar para
pembaca mempunyai kesempatan untuk mempelajari Injil Yohanes sebagai perjalanan untuk
suatu penemuan. Hanya pada akhir, sesudah pembaca memahami banyak apa yang dikatakan
oleh Yohanes sendiri, akan diusahakan sebuah rangkuman untuk mengumpulkan unsur-unsur
penting dalam Injil Yohanes ini.

Tafsir sendiri bukan studi ayat demi ayat, meskipun sejumlah ayat akan diperhatian. Tekanannya
lebih pada alur tema-tema Yohanes seperti disajikan pengarang kepada kita.

Para pakar tidak sependapat mengenai pembagian sastrawi seperti dikehendaki pengarang. Dalam
tafsir ini, pembagian yang dipilih adalah pembagian atas dua bagian: Kitab Tanda (bab 2-12) dan
Kitab Kemuliaan (bab 13-21), seperti dikemukakan oleh banyak pakar. Kitab Tanda akan dibagi
dalam tujuh episode tematis.

1
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

TAFSIR

A. PENGANTAR
Yohanes 1:1-51

Bab pertama Injil Yohanes dipergunakan sebagai pengantar untuk seluruh Injil, yang
memperkenalkan pembaca, baik pada teologi Yohanes, yakni apa yang ia percaya mengenai Allah
dan Yesus, maupun pada pelayanan Yesus. Pengantar ini berisikan prolog dan sejumlah kesaksian.

1:1-18 Prolog.
Prolog merupakan sesuatu seperti overture (pembukaan) sebuah komposisi musik. Kemungkinan
prolog ini disusun sesudah bagian utama Injil ditulis. Pengantar yang berisi delapan belas ayat ini
merupakan rangkuman apa yang akan diuraikan dalam seluruh Injil yang terdiri dari dua puluh
bab. Prolog ini mempunyai susunan dan isi yang khas. Susunannya sebagian dipengaruhi oleh
penyajian “kebijaksanaan yang dipersonifikasikan” dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama. Di situ,
seperti dalam Keb 9:9-12 atau Ams 8:22-36, dinyatakan bahwa kebijaksanaan, yang pada
permulaan bersama Allah, kemudian mengambil bagian dalam penciptaan, akan datang ke dunia,
dan memberi karunia kepada manusia. Perkembangan gagasan demikian terdapat juga dalam
prolog. Unsur lain yang menentukan susunannya adalah kebiasaan dalam bahasa Ibrani akan
paralelisme, yaitu pengulangan secara berurutan, dan kebiasaan akan paralel terbalik, yaitu
pengulangan dengan urutan terbalik.

Secara visual, prolog Yohanes berbentuk demikian:


1. Firman dengan Allah (ay. 1-2) 1. Anak di sisi Allah Bapa (ay. 18)
2. Peranan dalam ciptaan (ay.3) 2. Peranan dalam ciptaan kembali (ay. 17)
3. Anugerah kepada manusia ( ay. 4-5) 3. Anugerah kepada manusia (ay. 16)
4. Kesaksian Yohanes (ay. 6-8) 4. Kesaksian Yohanes (ay. 15)
5. Firman masuk ke dalam dunia (ay. 9-11) 5. Inkarnasi (ay. 14)
6. Melalui Firman kita menjadi anak-anak Allah (ay. 12-13).

Gerakan prolog berayun seperti tangkai bandul jam, masing-masing unsur yang ada di kiri sejajar
dengan unsur yang di kanan.

Isi kedelapan belas ayat ini berbicara mengenai pewahyuan Allah, mengenai bagaimana Ia
menjelaskan diriNya kepada kita. Itulah sebabnya pengarang memberi judul “Firman”. Hal ini
sangat serupa dengan pewahyuan. Sebagai manusia, kita menyatakan diri melalui apa yang kita
katakan dan, lebih lagi, melalui apa yang kita buat (bahasa tubuh). Demikian juga Allah, dari abad
ke abad, telah menawarkan pewahyuan diri melalui tindakan dan perkataan. Dalam prolog,
pewahyuan diri Allah tersebut digambarkan secara terperinci. Allah menyatakan diri melalui
penciptaan (ay. 2-5), juga melalui kata-kata dalam Perjanjian Lama (ay. 10-13), melalui
perjanjianNya, tulisan-tulisan Musa, para nabi dan sastra kebijaksanaan. Mereka yang membuka
mata dan percaya kepada pewahyuan lama ini menjadi anak-anak Allah dilahirkan ... dari Allah (ay.
12-13). Akhirnya, Allah mewahyukan diri paling utama melalui inkarnasi Firman, di mana
kemuliaan Allah, kehadiranNya, diwahyukan sebagai suatu tanda kasihNya yang terus-menerus
(ay. 14). (Teks Yunani menyatakan bahwa Firman “telah memasang kemahNya” di antara kita,
suatu petunjuk jelas tentang kehadiran Allah dalam Perjanjian Lama dalam Tabut Perjanjian
selama pengembaraan Musa dan Israel di padang gurun). Terhadap Firman yang menjadi manusia
2
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
ini, Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian, suatu kesaksian yang memulai pernyataan Yesus
secara historis, di mana Bapa diwahyukan secara penuh dan dalam kepenuhanNya, jemaat
kristiani, telah mengambil bagian. Prolog berakhir dengan ayunan bandul ke sebelah kanan, sejajar
dengan permulaan madah. Firman, yang bernama Yesus Kristus (ay. 17) adalah Anak, Anak
Tunggal, yang ada di pangkuan Bapa (ay. 18) dan menyatakanNya kepada mereka yang terbuka
terhadap terang dan kebenaran.

Seperti dapat diihat, penjelasan tentang isi prolog ini dapat mengabaikan ayat 6-8, yang berisi
pernyataan permulaan mengenai Yohanes Pembaptis, dan dengan demikian, ayat 9-13 dapat
ditafsirkan sebagai pra-inkarnasi, yang lebih menunjuk kepada pewahyuan dalam Perjanjian Lama
daripada petunjuk tentang kehadiran Yesus secara historis di dunia. Maka, kiranya dapat dikatakan
bahwa ayat 6-8 dalam bagian ini dikemukakan untuk memberikan keseimbangan pada pernyataan
Yohanes Pembaptis di bagian kanan (ay. 15). Penempatan ayat 6-8 di situ bukan demi penegasan
pemikiran teologis, melainkan hanya demi alasan artistik.

Akibatnya, ayat 1-18 adalah madah yang artistik, yang meringkas gagasan utama teologi Yohanes:
Yesus dari Nazaret adalah penyataan Allah yang tertinggi, penafsir Allah, eksegetNya. Sebagai
Allah sendiri (ay. 1, 18), Ia tidak hanya menjadi pengantara Allah dengan kita, Ia menjadi
pengantaraNya. Ia adalah kebijaksanaan Allah yang mengucapkan Firman Allah yang terakhir
mengenai diriNya sendiri.

Kesaksian-kesaksian.
Bagian kedua bab 1 berisikan seluruh daftar saksi yang, satu demi satu, memberi kesaksian
mengenai Yesus kepada pendengar Yohanes. Seperti pendengar dalam sebuah sandiwara, yang
melalui acara yang tercetak menerima informasi mengenai para pelaku, demikian juga ayat-ayat
ini dalam Yohanes memungkinkan pembaca atau pendengar memahaminya sebagai drama kisah
kehidupan Yesus yang sedang dimainkan. Sejak permulaan mereka diberi tahu siapa dan apa Yesus
itu. Kesaksian-kesaksian itu adalah sebagai berikut:

Hari pertama (ay. 19-28).


Saksi: Yohanes Pembaptis kepada para imam dan Lewi.
Kesaksian: Yohanes bukan Kristus, juga bukan Elia yang diharapkan (Mal 4:5, ataupun nabi dalam
Ul 18:15, 18, melainkan suara yang berseru-seru di padang gurun. Yohanes sendiri merasa tidak
pantas untuk melepaskan tali kasut Dia yang akan datang sesudahnya).

Hari kedua (pada keesokan harinya, ay. 29-34).


Saksi:Yohanes Pembaptis ketika melihat Yesus.
Kesaksian: Yesus adalah Anak Domba Allah yang memikul dosa-dosa dunia; Ia yang lebih tinggi
daripada Yohanes, yang di atasNya Roh Kudus turun dan yang membaptis dengan Roh; Ia yang
dipilih Allah.

Hari ketiga (pada keesokan harinya, ay. 35-39).


Saksi: Yohanes Pembaptis kepada dua muridnya, yang pergi kepada Yesus sekitar jam 4 siang.
Kesaksian: Lihat Anak Domba Allah (ay. 36). (lni dapat menunjuk kepada domba Paskah dan/atau
Hamba yang menderita dalam Yes 53:7, yang membisu di hadapan para pencukurnya).

Hari keempat (?) (ay. 40-42).


Saksi: Andreas kepada Simon.
Kesaksian: Kami telah menemukan Mesias (ay. 41).

3
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Hari kelima (pada keesokan harinya, ay. 43-5 1).


Saksi: Filipus kepada Natanael.
Kesaksian: Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi (ay. 45).

Hari keenam
Saksi: Natanael.
Kesaksian: Engkau adalah Anak Allah, Engkau Raja orang Israel (ay. 49).

Hari ketujuh (pada hari ketiga, 2:1-11).


Saksi: Mukjizat Yesus di Kana.
Kesaksian: ... dan dengan itu Ia menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya
kepadaNya (ay. 2:11).

Pengarang tampaknya memberi kerangka artistik pada minggu pertama dalam kabar gembira
Kristen mengenai penciptaan kembali, untuk mengingatkan Minggu pertama kisah penciptaan
dalam Kitab Kejadian. Kejadian dan Injil Yohanes mulai dengan ungkapan yang sama: Pada
mulanya ... (ay. 1). Kesamaan ini kiranya disengaja. Urutan hari-hari dalam Yohanes jelas ditandai
kecuali hari keempat, di mana ada keterangan yang sebenarnya tidak begitu perlu mengenai
kedua murid pergi kepada Yesus pada jam 4 sore dan tinggal bersamaNya (ay. 39); keterangan
tersebut bermaksud mengatakan bahwa mereka menginap bersamaNya.

Mengapa Yohanes menyebut jam 4 sore?


Minggu pertama penciptaan kembali ini diakhiri dengan mukjizat di Kana, yang menjadi
manifestasi pertama bahwa dalam Yesus hadirlah kemuliaan Allah, kehadiran ilahiNya. Pada hari
ketiga, dalam 2:1, juga mengingatkan kita pada manifestasi kemuliaan Allah yang akan datang,
yakni dalam kebangkitan Yesus.

Seri kesaksian ini dapat menjadi sumber kekaburan dan kesukaran bagi mereka yang membaca
Injil Markus, di mana pemahaman para murid terhadap Yesus hanya sampai pada tahap ragu-ragu,
takut-takut, tidak sempurna, dan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Tampaknya, Yohanes
mempunyai gambaran yang berbeda dibandingkan dengan gambaran Markus. Pada akhir bab 1,
rupanya para murid Yohanes tahu mengenai segala hal yang perlu diketahui mengenai Yesus,
bahkan juga keallahanNya.

Dalam hal ini kiranya kita harus mengatakan bahwa Yohanes tidak bermaksud memberikan suatu
penyajian historis mengenai perkembangan iman para murid. Ia mempunyai tujuan lain dalam
pikirannya. Ia ingin menekankan pernyataan-pernyataan kristologis ini dalam pikiran para
pendengarnya pada tahap-tahap permulaan penyajian dramatisnya; maka dari itu, para pelakunya
muncul dalam adegan-adegan singkat secara berurutan yang melampaui informasi yang
diperlukan.

Kesaksian-kesaksian tersebut menunjukkan bahwa perhatian utama Injil adalah kristologi. Melalui
prosedur ini, Yohanes juga ingin menunjukkan proses perkembangan jemaatnya dalam
pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkaran Yohanes Pembaptis kepada
pribadi besar Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah, Yang Dipilih Allah,
Mesias, Anak Allah, dan Raja Israel. Yesus adalah pemenuhan pengharapan Perjanjian Lama.

4
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Ada tujuan lain yang mau dicapai oleh Yohanes, seorang kreatif yang genius. Daftar tokoh dalam
periode tujuh hari pertama tampaknya mau memberi ciri unsur-unsur dasariah jemaat Kristen.
Mereka muncul berurutan:
1) Yohanes Pembaptis, pendahulu penciptaan baru, peranan utamanya adalah memberi
kesaksian;
2) Penebus;
3) para murid yang mendengar, mengikuti, mencari dan tinggal;
4) Petrus, batu karang;
5) para misionaris seperti Andreas, Filipus yang menyebarkan kabar gembira;
6) Natanael, orang Israel sejati, yang tidak mempunyai kesalahan, yang mempelajari hukum di
bawah pohon ara, seperti dikatakan oleh tradisi Yahudi.

Dengan ini, unsur-unsur yang membentuk jemaat dikumpulkan. Drama pun dimulai.

Penyebutan yang tak disangka dan yang agak kabur dalam ayat 51 mengenai penglihatan tentang
para malaikat yang naik turun di hadapan anak manusia mengisyaratkan fungsi Yesus sebagai
pemersatu. Seperti para malaikat di tangga Yakub (Kej 28:12), Ia akan mempersatukan yang di atas
dan yang di bawah, yang ilahi dan yang duniawi.

5
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
B. KITAB TANDA
Yohanes 2:1 - 12:50

Pengarang mulai pada tahap ini dengan apa yang disebut “Kitab Tanda”. Tahap ini bergerak dalam
bentuk cerita dan wejangan dalam tujuh episode, atau tema yang terpisah-pisah, dan melalui
tujuh mukjizat. Ungkapan Yohanes mengenai mukjizat-tanda ini sangat jelas: mukjizat-mukjizat
adalah “tanda” yang menunjuk kepada kenyataan teologis yang mendalam. Kenyataan mendalam
yang dimaksud kerap kali, tetapi tidak selalu, diketahui dalam wejangan. Bahan dalam kesebelas
bab tampaknya diatur ke dalam tema-tema pokok yang kita sebut “episode”.

EPISODE I
PERMULAAN BARU
2:1- 4:42

Dalam bagian ini Yohanes akan menyajikan empat cerita berbeda


 Kana,
 Bait Allah,
 Nikodemus,
 Perempuan Samaria

Yang masing-masing akan menekankan kebaruan yang dibawa Yesus ke dunia. Pesan dasariah
bagian ini sama dengan apa yang dikatakan Paulus dalam 2 Kor 5:17: Yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang. Injil Yohanes dalam banyak arti adalah Kejadian Kristen,
kisah penciptaan kembali.

2:1-12 Tanda di Kana.


Dengan cerita ini, yang bertempat di kota kecil Kana, sebelah utara Galilea, Yohanes memulai
teologi-tandanya: Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea sebagai yang pertama dari tanda-
tandaNya (ay. 11). Pertanyaan, seperti selalu diajukan dalam Yohanes, adalah apakah makna
tanda di sini? Dalam hal ini makna tanda tersebut bermacam-macam, tetapi semuanya berpusat
pada satu pokok: kedatangan zaman baru Mesias melalui Yesus.

Apa yang diubah dalam cerita ini bukan hanya air, melainkan air untuk upacara pembasuhan dari
Perjanjian Lama. Air ini diubah tidak hanya menjadi anggur dengan mutu yang tinggi dan dalam
jumlah yang besar (enam tempayan, masing-masing lima belas sampai dua puluh galon). Anggur
yang begitu melimpah kerap kali merupakan kiasan profetis untuk datangnya zaman Mesias (Ams
9:13-14; Yl 3: 18). Lambang itu juga muncul dalam zaman Yesus jika kita membaca dalam 2 Barukh
29: “.. pada setiap anggur akan ada seribu cahang, dan di setiap cabang ada seribu tandan, dan
setiap tanda ada seribu buah anggur, dan setiap anggur menghasilkan satu kor (120 galon)
anggur ... karena merekalah yang akan datang pada zaman akhir”.

Karenanya, bagi Yohanes, perubahan air Perjanjian Lama ke dalam anggur Mesias menjadi
lambang atau tanda perubahan dari hal yang lama ke yang baru. Zaman Mesias sudah datang.
Pesta melambangkan perjamuan mesianis.

Dan, mempelai mesianis yang memberi anggur adalah Yesus sendiri (3:29). Penyebutan saat
kematian Yesus dalam ayat 4 dapat berarti bahwa Yohanes menginginkan para pendengarNya
berpikir juga tentang anggur mesianis yang akan menjadi akibat dan Sakramen Ekaristi dari wafat
Yesus.

6
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Pada ayat 4: Mau apakah engkau daripadaKu, ibu (baca: perempuan)? Saat-Ku belum tiba, sangat
sulit dijelaskan. Jika ayat ini dihilangkan, maka kisahnya menjadi lancar. Jika dibiarkan, seperti
tertera dalam teks, dan kita membaca bahwa ibunya meminta dan Yesus menjawab secara
negatif, toh mukjizat-tanda tetap terjadi. Jika bagian ini dibiarkan, kita tentu bertanya:
 Mengapa Yesus menyebut ibunya “perempuan”?
 Mengapa jawabanNya negatif, tetapi tindakanNya positif?
 Apa yang dimaksudkan dengan “saat”?

Penjelasan mengenai hal ini cukup banyak dan berbeda-beda. Salah satunya yang paling mungkin
adalah bahwa ayat 4 tidak terdapat dalam naskah asli pra-Injil, yang menyajikan suatu kisah cerita
yang lancar, di mana permintaan itu dijawab secara positif oleh anaknya. Namun, penginjil yang
ingin menggunakan ceritanya untuk menyajikan tema permulaan baru, menyisipkan ayat 4 untuk
menegaskan, seperti juga penginjil yang lain, bahwa selama kehidupan Yesus sampai saatNya tiba,
karyaNya hanya ditentukan oleh kehendak Allah. ltulah sebabnya digunakan ungkapan negatif
dalam jawaban dan penggunaan kata netral “perempuan”.

Yohanes juga mempergunakan kisah ini untuk memulai teologinya mengenai kemuliaan.
….dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya (ay. 11). Ini adalah konsep awal Yohanes
yang mengagumkan mengenai kemuliaan sebagai kehadiran Allah yang dimanifestasikan. Allah
memuliakan kita bila Ia menyatakan diriNya dalam kita; kita memuliakan Dia bilamana kita
menyatakan Dia kepada dunia. Dalam hal ini, melalui kisah di Kana, kehadiran Allah dinyatakan
dalam AnakNya, PewahyuNya.

2:13-25 Pembersihan Bait Allah.


Bagian ini adalah kisah kebaruan atau transformasi lain. Bait Allah sendiri akan diperbarui. Bait
Allah dihancurkan tahun 70 M oleh pasukan Titus dari Roma. Tempat itu adalah pusat ibadat dan
kurban, tempat kehadiran Allah dan lambang yang terlihat dari kesetiaanNya, yang akan
digantikan oleh tubuh Kristus yang bangkit. Kehancuran fisik Bait Allah adalah kehancuran spiritual
bagi Israel. Kisah kehancuran Bait Allah diperlunak untuk tujuan pewartaan bagi orang Kristen
Yahudi oleh teologi Yohanes mengenai Bait Allah — Kristus, dan kemudian telah diperluas oleh
Paulus dalam 1 Kor 6:19.

Pembersihan fisik Bait Allah ini mengingatkan kita akan tipe tindakan simbolis yang dilakukan oleh
para nabi. Dan, pendekatan Yesus pada kesempatan ini menyerupai Yeremia (Yer 7). Tindakan ini,
meskipun bukan mukjizat, adalah suatu tanda, tanda ganda. Bait Allah segera akan dirusak, perlu
dibersihkan. Dan, fungsi ini akan digantikan oleh tubuh Kristus yang bangkit.

Yesus naik ke Yerusalem pada waktu Paskah (ay. 13), saat permulaan karyaNya. Pernyataan ini
bertolak belakang dengan Injil-Injil yang lain, di mana Yesus pergi ke Yerusalem hanya sekali, dan
ini pada akhir karyaNya. Berkaitan dengan berbagai kunjungan, barangkali secara historis Yohanes
lebih teliti dibandingkan pengarang yang lain. Pengarang ini mempunyai perhatian lebih besar
terhadap Yerusalem daripada penginjil yang lain, suatu petunjuk bahwa akarnya lebih berpusat di
Yerusalem daripada di Galilea. Namun, pembersihan Bait Allah barangkali terjadi pada akhir hidup
Yesus. Seperti dalam Sinoptik (Matius, Markus, Lukas), kisah ini berfungsi sebagai cambuk akhir
yang mengantar kepada pengadilan Yesus. Yohanes memindahkan cerita ini pada tahap
permulaan karya Yesus. karena ini sesuai benar dengan tema “kebaruan” dan karena ia bermaksud
agar pembangkitan Lazarus (bab 11) merupakan peristiwa yang mengantar kepada penyaliban
(11:53: 12:10).

7
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Penyebutan empat puluh enam tahun dalam ayat 20 adalah salah satu indikasi kronologis yang
paling jelas dalam Injil (lih. Luk 3:1). Bait Allah, yang selesai pada awal tahun 60-an SM, dimulai
oleh Herodes tahun 20-10 SM. Tambahan empat puluh enam tahun dari Yohanes dapat
menempatkan kejadian ini sekitar tahun 28 M.

Akhirnya, ada empat keistimewaan Yohanes yang muncul dalam peristiwa ini:
a) Orang Yahudi muncul (ay. 18) sebagai musuh utama Yesus. Jelas Yesus adalah orang Yahudi
dan murid-muridNya yang Yahudi ikut merasakan kesukaran dengan rekan-rekan Yahudi
sebangsanya; tetapi, pembedaan antara Yesus dan Yahudi mencerminkan permusuhan
kelak yang tajam antara orang-orang Kristen dan Yahudi selama periode jemaat Yohanes
sendiri.
b) Kita lihat dalam ayat 19-21 pemunculan pertama teknik dramatis, di mana pengarang
mengemukakan gerak maju pemikirannya dan ambiguitas ke salah paham sampai pada
pengertian. Ambiguitas ayat 19 menimbulkan salah paham terhadap ayat 20 dan
penjelasan akhirnya pada ayat 21. Teknik semacam ini akan muncul beberapa kali dalam
Injil.
c) Ayat 22 menyatakan bahwa banyak tindakan dan kata-kata Yesus tidak dipahami selama Ia
hidup. Tetapi, semua itu hanya dapat dimengerti melalui sinar kebangkitan. Dari perspektif
inilah penginjil menulis.
d) Akhirnya, dalam ayat 23, Yohanes berbicara mengenai banyak orang yang percaya karena
mereka dapat melihat tanda-tanda yang dibuat Yesus. Kita harus hati-hati, di sini dan
dalam ayat-ayat berikut, Yohanes tidak berbicara mengenai iman. Ia berbicara mengenai
iman permulaan dari mereka yang hanya melihat tanda. Bukan mereka yang hanya
melihat, yang akan yang menjadi murid sejati, melainkan mereka yang mengerti. Dalam
peristiwa berikut, kita akan melihat seseorang yang tertarik oleh tanda-tanda (3:2), tetapi
sedikit sekali pengertiannya mengenai tanda tersebut.

3:1-36 Nikodemus.
Sebagai perkembangan lebih lanjut dari tema “pembaruan”, Yohanes membawa Nikodemus ke
atas panggung, tetapi dalam kegelapan di malam hari, yang melambangkan kurangnya sinar iman.
Nikodemus tertarik oleh tanda-tanda yang dibuat Yesus, rasa tertarik yang tidak perlu dicemooh,
tetapi masih jauh dari iman yang sejati. Ia mempunyai peranan yang harus dimainkan dalam
drama, karena ia adalah pemimpin Yahudi (ay. 1) dan seorang guru Israel (ay. 10), wakil dari begitu
banyak orang Yahudi yang tertarik dalam beberapa dekade sesudah Kristus, yang telah
menunjukkan perhatian awal kepada Yesus. Terjadi dialog, yang sekali lagi dijiwai oleh ambiguitas
dan salah paham. Masuknya seseorang ke dalam kerajaan (ungkapan ini terbatas sampai ayat, 3-5
dalam Yohanes, yang lebih suka bicara mengenai hidup atau hidup kekal) tergantung pada
kelahiran kembali melalui air dan Roh. Ayat 3 bicara mengenai kelahiran kembali. Aslinya dalam
bahasa Yunani dapat diartikan “dari atas” atau “kembali”. Yohanes memungkinkan penggunaan
keduanya, meskipun pernyataan mendatang dalam ayat 31 lebih menekankan dari atas. Angin
pada ayat 8 dalam bahasa Yunani, pneuma berarti juga “roh”, dan teks kita mengatakan bahwa
asal usul dari gerakan angin dan roh adalah suatu misteri ilahi.

Apa yang dalam ayat 1-10 dimulai sebagai dialog, dalam ayat 11-12 menjadi suatu monolog, ketika
Nikodemus untuk sementara menghilang dalam kegelapan, dari mana ia datang. (Ia akan muncul
lagi dalam 7:50-51 dan sekali lagi dalam 19:39-42). Pola dialog menjadi monolog kerap dijumpai
dalam Injil Keempat, di mana tokoh-tokoh yang lebih kecil kadang-kadang diperkenalkan hanya
untuk membantu mengembangkan suatu tema yang penting. Aslinya dalam bahasa Yunani

8
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
menarik: perubahan dari bentuk tunggal ke bentuk jamak, dan Yesus berbicara tidak hanya kepada
Nikodemus, tetapi juga kepada dunia Nikodemus-Nikodemus maupun pembaca serta pendengar
Yohanes. Jadi, ayat 11-12 sebagaimana terbaca dalam bahasa Yunani sebagai berikut: “Amin,
amin, Aku berkata kepadamu (tunggal). ..tetapi kamu (Jamak) tidak menerima kesaksian kami.
Jika Aku berbicara kepada kamu (jamak) mengenai hal-hal duniawi dan kamu (jamak) tidak
percaya, bagaimana kamu (jamak) percaya jika Aku mengatakan kepada kamu (jamak) mengenai
hal-hal surgawi?”

Ayat 14 berisikan, baik petunjuk pada suatu kejadian dalam Perjanjian Lama maupun pengantar
penting pada teologi Yohanes. Ular yang ditinggikan di padang gurun menunjuk pada kejadian
dalam Bil 21:9, di mana ular tembaga yang ditinggikan pada tiang oleh Musa menjadi sumber
keselamatan (Keb 16:6). Yohanes menambahkan bahwa Anak Manusia juga harus ditinggikan.
Ungkapan ini akan diulangi tiga kali (8:28; 12:32.34) dan teologi peninggian penyaliban akan
dijelaskan seiring gerak maju kisah Injil selanjutnya.

Sangat penting juga bagi teologi Yohanes dan teologi Kristen adalah keyakinan bahwa kasih Allah
(ay. 16) merupakan prinsip dinamis bagi keselamatan dunia. Allah Yesus, Allah Yohanes, Allah kita
adalah Allah yang digerakkan oleh kasih sedemikian besar sehingga Ia memberikan AnakNya
sendiri kepada dunia, tidak untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan.

Yohanes menggunakan kata dunia (ay. 17) dalam arti macam-macam. Di sini, penggunaan kata
tersebut bersifat netral. Seluruh ciptaan, dan terutama manusia, menjadi objek kasih Allah yang
menyelamatkan. Lebih kerap kita akan melihat bahwa dunia menjadi lambang dari orang-orang
yang menolak untuk percaya. Ini terutama tampak dalam ayat 18-21. Meskipun Yesus datang
untuk menyelamatkan dan tidak untuk menghakimi, tindakan manusia memainkan peranan dalam
menentukan keselamatan atau penghakiman. Keselamatan berarti percaya kepada Yesus (ay. 18),
diiringi oleh tindakan yang dijalankan dalam Allah (ay. 21). Penghakiman adalah suatu proses dari
dalam, risiko bagi orang yang berpendirian untuk tidak percaya kepada terang yang adalah Yesus,
diiringi dengan tindakan jahat yang dikerjakan dalam kegelapan. Pertentangan terang-gelap akan
mengingatkan kita pada tema yang sama dalam prolog (1:4-5).

Ayat 22-30 mengemukakan kesaksian terakhir Yohanes Pembaptis terhadap Yesus. Bagian ini
merupakan pemotongan antara ayat-ayat yang mendahului dan yang berikut (ay. 31-36) sehingga
banyak pakar yang mengatakan bahwa bagian tersebut bukan tempatnya di sini. Dalam hal ini,
ayat-ayat tersebut tidak perlu dipandang demikian. Yohanes mungkin mau memperkenalkan
kembali pembaptisannya untuk menjelaskan arti dilahirkan dari air dan Roh dalam ayat 5, melalui
referensi pembaptisan dalam bagian ini.

Pengantar ulang ini memang aneh, tetapi tentu saja mempunyai maksud tertentu. Baptisan
Yohanes (letak Aenon dekat Salim dalam ayat 23 tidak pasti) memperkenalkan kepada bentuk
baptisan Yesus, yang mirip dengan apa yang diisyaratkan dalam ayat 5. Kesaksian terakhir Yohanes
Pembaptis diberikan dalam ayat 27-30. Di sini, seperti dalam 1:19-36, Yohanes Pembaptis
menekankan keunggulan Yesus. Keunggulan ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa
jemaat Yohanes Pembaptis bertentangan dengan keturunan pengikut Yohanes Pembaptis yang
asli, yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis, dan bukan Yesus, yang adalah Mesias. Ia harus
makin besar, tetapi aku harus makin kecil, demikian dinyatakan Yohanes Pembaptis (ay. 30). Dan,
dengan kata-kata ini, ia menghilang dari Injil.

9
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Ayat 3 1-36 tampaknya merupakan lanjutan ayat 21, yang disela oleh perikop mengenai Yohanes
Pembaptis. Ada distingsi tajam dalam Injil ini antara gagasan bawah dan atas, terang dan gelap,
percaya dan tidak percaya — dan semua berpusat pada pribadi Kristus yang datang dari atas (ay.
31) dan memberi kesaksian mengenai apa yang telah Ia lihat (ay. 32) sebagai utusan Allah (ay. 34).
Percaya kepada Yesus berarti menerima Bapa dan kasih Bapa, memiliki dan menghayati hidup
kekal. Isi ayat terakhir (ay. 36): Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,
merupakan kesimpulan seluruh bab dan mengikat bagian akhir bab ini dengan pernyataan jati diri
yang berpusat dalam ayat 15-16. Murka Allah (ay. 36) berarti kehilangan hidup, kematian, dan
kegelapan yang merupakan buah dan ketidakpercayaan secara sengaja.

4:1-42 Perempuan Samaria.


Penginjil sudah menyajikan kepada kita berbagai aspek “kebaruan” yang dibawa oleh Yesus. Aspek
kebaruan itu antara lain tampak dalam anggur mesianis di Kana, yang berlimpah dan enak sekali;
Bait Allah yang diperbarui; kelahiran kembali dalam air dan roh.

Dalam usaha selanjutnya untuk melukiskan anugerah Allah di dalam Kristus, Yohanes
menggambarkan Yesus sebagai sumber air yang memberi hidup, yang terpancarkan sampai hidup
kekal; anugerah itu digambarkan juga sebagai suatu ibadat yang sesuai dengan Allah yang adalah
Roh, ibadat dalam Roh dan kebenaran. Selebihnya, ia menekankan bahwa makanan Yesus adalah
pemenuhan kehendak Allah. Bagian dari kehendak itu adalah karya misioner dalam ladang yang
sudah siap untuk dipanen.

Bab ini jelas merupakan bab yang disusun secara paling dramatis dalam Injil. Bab ini persis sebuah
teater yang terbagi dalam beberapa babak dialog dengan para pemerannya:
i) seorang pencerita;
ii) Yesus;
iii) perempuan Samaria;
iv) para murid;
v) orang-orang Samaria.

Unsur lain yang memberi kesan dramatis adalah cara Yohanes mempersiapkan panggung untuk
dialog Yesus dengan perempuan itu dengan kepergian para murid (ay. 8), dan untuk dialog Yesus
dengan para murid dengan kepergian Si perempuan (ay. 28). Tempayan air, yang ditinggalkan
perempuan itu, sebagaimana dinyatakan dalam ayat 28, memberi kesan kepada para pendengar
bahwa ia akan datang kembali. Bahkan, ada kemajuan dramatis dalam pemahaman iman si
perempuan dan orang-orang sekotanya.

Dari pengetahuan sederhana bahwa Yesus adalah Seorang Yahudi (ay. 9), para tokoh bergerak
untuk percaya kepadaNya sebagai nabi (ay. 19), Kristus (ay. 25-26, 29) dan akhirnya, Juru Selamat
dunia (ay. 42).

Bab ini disusun bagus sekali dengan pusat perhatian pada dua dialog sentral:
 pertama, dialog Yesus dengan si perempuan;
 kedua, dialog Yesus dengan para murid.

10
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Susunannya dibangun demikian:

Pengantar (ay. 1-6), di mana Yesus meninggalkan Yudea menuju ke sebelah utara Galilea. Dalam
perjalanan tersebut, Ia melewati Samaria, dan pada siang harinya Yesus beristirahat di Sikhem,
dekat sumur Yakub (sampai sekarang sumur itu masih dipergunakan).

Dialog pertama (ay. 7-26) antara Yesus dengan perempuan Samaria mengenai:
a) Air hidup (ay. 7-15). Air dari sumur Yakub dikalahkan oleh air yang diberikan oleh Yesus,
sumber air yang akan memancar sampai kepada hidup kekal (ay. 14).
Peralihan: pengetahuan Yesus mengenai masa lalu si perempuan menggerakkan
perempuan itu kepada iman: Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau adalah nabi
(ay. 19).
b) Ibadat dalam Roh dan kebenaran (ay. 20- 26). Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba
sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam Roh dan
kebenaran (ay. 23). Perempuan itu mulai mengarahkan pemikirannya dalam kerangka pikir
mesianis. Yesus menegaskan bahwa Ia memang Mesias.

Dialog Kedua (ay. 31-38) antara Yesus dan para murid mengenai:
a) Makanan Yesus: Melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaanNya (ay. 34).
b) Panenan (ay. 35-38) Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah
menguning dan matang untuk dituai (ay. 35).

Kesimpulan (ay. 39-42). Kepercayaan orang-orang Samaria: .. Kami tahu bahwa Dialah benar-
benar Juru Selamat dunia (ay. 42).

Beberapa catatan tambahan tampaknya perlu untuk menjelaskan lebih lanjut isi bagian ini.
1. Hubungan orang Yahudi dengan orang Samaria yang tinggal di antara bagian utara Galilea
dan bagian selatan Yudea adalah buruk, dan secara historis memang dikondisikan
demikian. Sekitar tahun 722 SM, pasukan Asyur menyerbu Israel Utara dengan pasukan
besar, mengalahkannya dan membawa penduduknya ke pembuangan, yang tidak akan
pernah dipulangkan kembali, dan menempatkan di situ orang-orang asing yang sebagian
mengadopsi agama Israel selama berabad-abad tetapi selalu dipandang bermusuhan oleh
orang Yahudi Sebagai pendatang semi-kafir. (Dalam 2 Raj 17:23-41 diberikan rangkuman
tentang kisah ini.) Maka, si perempuan selayaknya heran ketika Yesus, orang Yahudi itu,
berbicara kepadanya dan menyatakan bahwa Dia juga ingin minum air dari tempayannya.

2. Yesus digambarkan dengan sangat manusiawi dalam ayat 6, duduk di pinggir sumur,
kehausan setelah melakukan perjalanan. Yohanes biasanya menggambarkan Yesus dengan
menekankan aspek ilahiNya. Si perempuan juga digambarkan sangat manusiawi.
Kemunculannya di sumur pada waktu siang sekitar tengah hari (ay. 6), lama sesudah
perempuan-perempuan pedesaan memenuhi kebutuhan air untuk hari itu, dapat
menggambarkan posisinya yang terisolir dalam masyarakat. Ia dianggap asusila secara
seksual, maka ia membiarkan dirinya dan meninggalkan teman-teman laki-lakinya.
Meskipun demikian, ia terkesan oleh kata-kata Yesus yang menyembuhkan, dan
perempuan itu menjadi misionaris bagi bangsanya. Sabda Tuhan menggerakkan dia dari
isolasi menuju iman untuk kemudian mengarah kepada misi.

11
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
3. Cerita-cerita, seperti kerap terjadi dalam Yohanes, mungkin merupakan lukisan berbagai
peristiwa dalam beberapa periode waktu yang berbeda. Tampaknya cerita-cerita itu
melukiskan karya misi Gereja sesudah kebangkitan Yesus kepada orang Samaria, seperti
digambarkan dalam karya Filipus, Petrus, dan Yohanes dalam Kis 8:4-25. Tidak tertutup
kemungkinan, dalam kisah-kisah tersebut dilukiskan keadaan jemaat Yohanes, yang waktu
itu termasuk dan dipengaruhi oleh orang Samaria yang baru bertobat. Apa yang
dikemukakan di sini adalah teknik sastra yang sangat mendalam yang digunakan Yohanes.
Ia sangat ahli dalam penyajian kisah dengan berbagai tingkat. Ada teological bi-levels (dua
level teologis), jika seperti tampak dalam beberapa contoh, ketika air diubah menjadi
anggur (bab 2), yang sungguh berbicara mengenai Perjanjian Lama yang memberi jalan
untuk Perjanjian Baru. Kedua level tersebut tampak dalam kisah Kana; pemunculan
keduanya memang dimaksudkan oleh pengarang. Dan, dengan cara yang mungkin tak
terduga oleh pembaca modern, ada juga historical bilevels (dua level historis). Kejadian-
kejadian dalam zaman Yesus diinterpretasikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan jemaat Yohanes kemudian hari. Dalam bab ini, air yang melambangkan
hidup kekal yang diberikan oleh Roh Kebenaran merupakan bentuk teological bi-levels. Di
pihak lain, perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria yang dipengaruhi oleh misi
kepada orang Samaria kelak sesudah kebangkitan merupakan bentuk historical bi-levels.

4. Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa percakapan Yesus dengan perempuan Samaria
diiringi bukan dengan tanda yang mengherankan, tetapi oleh kekuatan sabda-sabda Yesus:
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataanNya - . - Kami percaya,
sebab kami sendiri telah mendengar Dia, dan kamu tahu bahwa Dialah benar-benar Juru
Selamat dunia (4:41-42). Tema sabda Yesus yang memberi hidup ini, yang akan dibicarakan
lagi oleh Yohanes dalam episode berikut ini.

12
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE II
SABDA YESUS YANG MEMBERI HIDUP
4:43-5:47

Episode tematis yang kedua ini terdiri dari tiga bagian:


1. Cerita penyembuhan anak seorang pegawai istana;
2. Cerita penyembuhan orang sakit di kolam;
3. Wejangan.

Ketiganya akan menekankan mutu sabda Yesus yang memberi kehidupan.

4:43-54 Penyembuhan anak seorang pegawai istana.


Cerita ini didahului oleh ayat 43-45. yang menghubungkan kejadian ini dengan kisah terdahulu.
Ayat 44: .. seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri, agak aneh. Barangkali ini cara
pengarang mengatakan bahwa orang-orang dari tempat asalNya di Galilea terlalu terpesona oleh
mukjizat-mukjizat saja, dan bahwa satu-satunya jawaban yang mungkin bagi Yesus, dalam hal ini,
akan ditunjukkan oleh pegawal istana yang kafir.

Cerita ini sendiri sangat mirip dengan penyembuhan di Kapernaum yang terdapat dalam Mat 8:5-
13 dan Luk 7:1-10, tetapi dengan beberapa perbedaan. Adanya perbedaan ini dapat dimengerti,
karena cerita ini disampaikan dalam bentuk lisan. Makna tanda “penyembuhan jarak jauh” sangat
jelas. Unik sekali kata-kata Yesus — Ia tidak melakukan apa-apa selain berbicara —yang
memberikan hidup kepada anak ini yang hampir mati (ay. 47). Bahwa Yesus hanya berbicara untuk
dapat menyembuhkan dicatat tiga kali (ay. 50,53). Apa yang dikatakan Yesus dalam penyembuhan
itu juga disebut tiga kali (ay. 50, 51, 53). Kata-kata Yesus yang mendesak itulah yang memberikan
kehidupan kepada mereka yang percaya (ay. 50, 53).

Penginjil merakit kata-kata Yesus di ayat 48 dalam bentuk jamak: Jika kamu tidak melihat tanda
dan mukjizat, kamu tidak percaya. Dengan berbuat demikian, Ia membuat Yesus berbicara, tidak
hanya kepada pegawai istana ini, tetapi juga kepada orang-orang di zaman Yohanes dan zaman
kita. Demikianlah, meskipun penginjil menyebut tanda-tanda (dan ini adalah yang kedua, seperti
dinyatakan dalam ayat 54) dan, barangkali ia mempergunakan kumpulan yang ada dalam Injilnya
(2:11; 4:54; 20:30), ia tidak berlebihan menghargai kemanjuran tanda-tanda itu. Tanda-tanda itu
penting jika maknanya yang terdalam dipahami. Apa yang lebih penting adalah terbuka dan mau
menerima kekuatan Yesus yang memberikan kehidupan.

5:1-18 Penyembuhan seorang lumpuh di kolam.


Peristiwa ini terjadi di Yerusalem dalam sebuah pesta Yahudi, yang tidak dijelaskan lebih lanjut
oleh Yohanes. Apa yang penting baginya dan bagi kita adalah bahwa peristiwa iu terjadi pada hari
Sabat (ay. 9-10, 16, 18). Kolam itu terletak dekat tempat yang sekarang disebut Gereja St. Anna
(Gereja yang dibangun untuk mengenang St. Anna yang berperan serta dalam perang salib).
Penggalian menunjukkan bahwa kolam itu berbentuk persegi empat, ada lima serambi dan dibagi
dalam dua bagian (pengetahuan penulis Injil Yohanes mengenai Yerusalem cukup baik).

Dalam ayat 4, malaikat turun untuk menggerakkan air, tidak ditemukan dalam naskah-naskah
kuno dan manuskrip-manuskrip Yunani abad 2-4 M. Barangkali bagian ini ditambahkan oleh
seseorang yang ingin menekankan bahwa gerakan air itu terjadi karena campur tangan ilahi. Teks
yang asli hanya mengatakan bahwa kadang-kadang air itu tergoncang dan kekuatan
penyembuhannya disebabkan oleh hal itu.

13
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Mukjizat tanda ini mengikuti mukjizat tanda yang terjadi sebelumnya dalam alur yang berurutan,
karena keduanya mempunyai teological bi-levels yang sama, dan Yohanes menghendaki keduanya
mendukung ajarannya dalam hal ini. Sekali lagi, kata-kata Yesus —dan hanya itu — yang
memberikan hidup kepada orang yang tubuhnya sudah mati selama tiga puluh delapan tahun.
Lagi, apa yang dikatakan Yesus, bangunlah dan angkatlah tilammu dan berjalanlah, disebutkan
tiga kali dalam bentuk hampir sama (ay. 8, 11, 12).

Satu bagian pengajaran yang menyedihkan dari kisah ini ialah bahwa orang yang disembuhkan,
meskipun ia langsung melihat dan mengambil manfaat dari tanda yang ditampilkan Yesus, toh ia
tidak memahaminya. Makna tanda ini tidak disingkapkan kepadanya. Ia segera pergi untuk
memberi tahu para lawan bahwa Yesuslah yang menyembuhkan dia dan bahwa Dialah yang
mereka cari (ay. 15).

Ayat 16-18 mengantar kita dari bagian-bagian cerita menuju bagian wejangan, di mana makna
teologis dari kedua penyembuhan akan dijelaskan sepenuhnya. Penyebutan Sabat (ay. 9) menjadi
penting dalam hal ini. Membawa tilam pada hari Sabat berlawanan dengan hukum. Tetapi, Yesus
memerintahkan untuk melakukan hal itu. Dalam jawaban pertama kritik Yesus (ay. 17), Ia
menyamakan diriNya dengan BapaNya. Karena Bapa bekerja pada hari Sabat, seperti pada hari-
hari lain, demikian juga yang dilakukan Yesus. Pernyataan Yesus ini berbahaya, karena
berdasarkan jawaban tersebut, Yesus dan Bapa ditempatkan sejajar. Dan dengan demikian, plot
dramatis kisah ini menjadi makin mengental. Siapakah Yesus ini, yang berbicara mengenai Allah
dan Sabat seperti milik pribadiNya?

Di sini, kita terjerat lagi dalam suatu historical bi-levels. Pertanyaan yang muncul dalam ayat 16-18
(istirahat Sabat dan keallahan Yesus) adalah pertanyaan yang sering dijumpai jemaat Yohanes
sendiri dalam dialognya dengan orang-orang Yahudi di sekitar mereka. Apakah Yesus benar-benar
ilahi? Apa arti Sabat dan apa maknanya bagi orang-orang Yahudi Kristen? Wejangan berikut akan
membahas masalah yang khas mengenai hubungan Yesus dengan Bapa secara mendalam.

5:19-47 Wejangan.
Alasan utama untuk melihat bagian 1-3, mengenai penyembuhan dan wejangan ini, sebagai satu
unit literer adalah bahwa semua bagian menggemakan tema yang sama: kuasa kata Yesus yang
memberikan hidup. Ia baru saja menyembuhkan anak seorang pegawai istana dengan
mengatakan: Pergilah, anakmu hidup (4:50); dan kepada orang yang lumpuh Ia mengatakan:
Angkatlah tilammu dan berjalanlah (5:8). Dan, sekarang wejangan akan menekankan kedalaman
teologis dari kebenaran yang sama.

Perhatikan kata-kata Yesus yang kerap kali muncul kembali dalam ajaran-ajaran ini:
 “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya
demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya”(ay 21)
 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataanku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ini mempunyai hidup kekal ... sebab ini sudah
pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (ay. 24).
 “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-
orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan
hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga
diberikanNya Anak mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri” (ay. 25-26).

14
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
 “Sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar
suaraNya ... akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal”(ay. 28-29a).

Dalam konstruksi Yohanes, hak Yesus untuk bekerja pada hari Sabat karena kehendak BapaNya,
telah berkembang menjadi suatu pembahasan mengenai hubungan antara Bapa dan Anak dalam
tingkat yang lebih tinggi dan lebih umum. Dua kegiatan utama Allah yang selalu diakui dan yang
tidak dapat dihentikan sekali pun pada dan tidak berlawanan dengan hukum istirahat hari Sabat
dalam masyarakat Yahudi adalah tindakan Allah memberi hidup dan penghakiman. Keduanya
merupakan bagian tindakan yang tetap dalam hidup Allah: bayi lahir dan orang meninggal pada
hari Sabat. Wejangan ini menekankan bahwa apa yang dilakukan Allah, juga dilakukan Anak. Bapa
memberi hidup, demikian juga Anak, dengan kata-kataNya.

Dan, suatu pokok baru dalam pengajaran masuk dalam pembahasan tema ini. Sebagaimana Bapa
menghakimi, demikian juga yang dilaksanakan Anak (ay. 22,27,30). Dalam Injil keempat ini,
penghakiman tidak dipandang sebagai sesuatu masa depan. Penghakiman terjadi sekarang ini,
tergantung pada sikap seseorang terhadap Yesus pada saat ini. Barang siapa mendengar dan
menerima Dia berarti menerima kehidupan kekal dan tidak ada di bawah penghakiman (ay. 24),
karena ia menerima dan mendengarkan Bapa. Barang siapa memberikan tanggapan secara negatif
sama dengan menghakimi diri sendiri karena tanggapannya yang demikian itu.

Semua pernyataan dalam Injil ini — orang dapat membayangkan pengarang sedang
menperdebatkan berbagai pokok masalah dengan orang-orang Yahudi non-Kristen — mengarah
kepada suatu pertanyaan orang-orang tersebut yang tidak mungkin dan tidak dapat dipercaya:

Jika pernyataan Yesus itu benar, bukankah berarti bahwa Yesus adalah Allah juga, sehingga karena
BapaNya adalah Allah menyebabkan adanya dua Allah? Dalam hal ini bahasa dalam wejangan ini
sangat diragukan. Namun, pengarang yakin akan dua hal: keilahian Yesus dan keesaan Allah, yang
oleh pengarang atau oleh seluruh tradisi Kristen tidak dapat dipersatukan secara tegas, meskipun
sangat dipercayai. Hal terbaik yang dapat dilakukan Yohanes bertolak dari pertanyaan dan
kegelisahan orang-orang tersebut adalah mempertahankan keallahan Yesus, sebagaimana juga ia
tetap mempertahankan ketergantungan dan ketaatan Yesus kepada BapaNya.

Dan dengan demikian, di sini, seperti di tempat lain, ketika keallahan Yesus dibicarakan, wejangan
juga memperhatikan catatan bahwa Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri
(ay. 19); bahwa Bapa menunjukkan kepada anak segala sesuatu yang dikerjakanNya (ay. 20);
bahwa Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak (ay. 22); bahwa Bapa
diberikanNya Anak hidup dalam diriNya sendiri dan memberikan kuasa kepadaNya untuk
menghakimi (ay. 26-27).

Semua itu dapat dirangkum dalam satu kalimat yang tegas: Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri (ay. 30). Pernyataan pengarang jelas dan kita juga terlibat di dalamnya. Meskipun
Yesus itu ilahi, tetapi Ia bukanlah Bapa; Bapa adalah Allah. Agak mengherankan bahwa orang
Kristen Yahudi abad I M mengalami kesukaran dalam menjelaskan Yesus kepada teman-teman
sebangsa mereka.

Bagian terakhir wejangan ini mengidentifikasi bermacam-macam kesaksian yang memberi


kesaksian tentang Yesus. Terutama, ada Bapa sendiri yang memberikan kesaksian (ay. 31-32). Di
sini, juga ditunjukkan kesaksian Yohanes Pembaptis yang bagi banyak orang telah membuat
mereka terkesan (ay. 33-36).

15
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Kesaksian lain adalah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Yesus melalui kuasa BapaNya, karya-
karya dan kata-kata yang menyingkapkan Bapa dan Anak (ay. 36-37). Akhirnya, ditampilkan juga —
dan argumen ini secara khusus ditujukan kepada orang-orang Yahudi — kata-kata Kitab Suci dan
Musa sendiri yang memberi kesaksian tentang Yesus (ay. 39-47). Sebab kamu percaya kepada
Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku (ay. 46).
Dalam episode yang berikut, kita akan melihat contoh mengenai bagaimana Kitab Suci Perjanjian
Lama ini dapat dipergunakan untuk menyingkapkan dan melukiskan ciri teologis Yesus: kuasaNya
untuk memberi makan sebagai roti hidup.

16
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE III

YESUS SEBAGAI ROTI HIDUP


6:1-71

Bab ini akan berpusat pada tema Yesus sebagai roti hidup. Episode ini mempunyai empat
pembagian yang jelas:
1) penggandaan roti;
2) berjalan di atas air;
3) wejangan; dan
4) epilog reaksi.

Sebelum berbicara mengenai mukjizat roti, baiklah dicatat apa yang kerap dikemukakan sebagai
kesukaran nyata dalam susunan Injil Yohanes dan mungkin juga merupakan suatu bukti bahwa
pada sejarah permulaannya, bagian-bagian dalam episode ini tercampur.
 Pada akhir bab 4, Yesus berada di Galilea.
 Dalam 5:1, Ia naik ke Yerusalem. Tetapi,
 dalam 6:1, Ia ada lagi di Galilea.

Secara geografis, penyusunan ini tampaknya aneh sehingga beberapa penafsir berpendapat
bahwa bab 6 sebaiknya ditempatkan sebelum bab 5.

Namun demikian, tidak ada naskah Yunani yang mendukung urutan demikian. Banyak alasan yang
masuk akal untuk tetap mempertahankan urutan yang sekarang, sambil tetap menyadari bahwa
Yohanes tidak begitu mementingkan ketelitian susunan historis-geografis sebagaimana ia sangat
teliti dalam mengorganisasikan tema-tema dalam Injilnya. Bab 6 harus diletakkan pada tempatnya
yang sekarang, sebagai bukti pernyataan dalam 5:46-47 bahwa Musa dan Kitab Suci menunjuk
kepada Yesus. Hal inilah tepatnya yang akan kita lihat dalam uraian mengenai wejangan dalam bab
6. Penyebutan orang sakit dalam 6:2 juga menunjuk kembali kepada ungkapan dalam 5:3.
Akhirnya, dengan membiarkan bab 5 dan 6 pada tempatnya yang sekarang, itu memberikan
kepada kita kombinasi kata dan roti, unsur tatanan hakiki Ekaristi Kristen, kombinasi yang tidak
lepas dari perhatian Yohanes.

6:1-15 Penggandaan roti.


Paskah Yahudi (ay. 4) adalah pesta Roti Tak Beragi. Penyebutan ini mempersiapkan kita akan
mukjizat roti yang akan segera terjadi. Mukjizat ini adalah satu-satunya mukjizat yang terdapat
dalam ke empat Injil: dalam Markus disebut dua kali, 6:31-44 dan 8:1-10; dalam Matius disebut
dua kali juga, 14:13-21 dan 15:32-38; dalam Lukas disebut satu kali, 9:10-17. Kemungkinan semua
jemaat Kristen Perdana menganggap penggandaan roti sebagai pralambang Ekaristi.

Dan memang, tindakan dan kata-kata Yesus terhadap roti ketika itu dilanjutkan sekarang oleh para
imam dengan melakukan tindakan dan kata-kata Yesus dalam perayaan Ekaristi. Dalam cerita
Merkus, Matius, dan Lukas, Yesus mengambil dan memberkati dan memecahkan dan memberikan
roti. Demikian juga, para pelayan Ekaristi melakukan hal demikian dalam perayaan Ekaristi.
Gambaran Yohanes sama modelnya, tetapi dengan beberapa perbedaan. Dalam 6:11, Yesus
mengambil, mengucap syukur, dan membagikan. Bahasa Yunani untuk bersyukur adalah
eucharisteo, yang menjadi akar kata Ekaristi. Tindakan ini ditampilkan kembali dalam 6:23.
Tekanan Ekaristi yang sama tampak dalam ayat 12-13, di mana ikan menghilang dari pembicaraan
dan hanya berbicara mengenai roti dan perhatian yang harus diberikan terhadap pengumpulan

17
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
sisa-sisa. Tanda (ay. 14) dalam mukjizat ini menunjuk kepada Yesus sebagai roti kehidupan,
terutama dalam Ekaristi.

Reaksi dalam ayat 14: Dia ini adalah benar-benar Nabi, yang akan datang ke dalam dunia,
menunjuk lagi (seperti dalam 1:2 1, 24) kepada nabi seperti Musa (Ul 18:15, 18) yang diharapkan
kedatangannya pada hari terakhir. Yesus baru saja memberi makan kepada banyak orang; Musa
melakukan hal yang sama di gurun dengan manna.

Catatan terakhir yang perlu diperhatikan adalah dua murid. Filipus dan Andreas, yang berperan
dalam manifestasi Yesus kepada orang banyak. Kedua orang ini, dalam 1:41, 45, bertindak sebagai
rasul-rasul bagi Natanael dan Simon Petrus, dan yang kelak akan menjadi rasul-rasul kepada
bangsa Yunani (12:20-22). Peranan mereka dalam keempat Injil adalah pewartaan untuk orang-
orang di luar Yahudi.

6:16-24 Berjalan di atas air.


Menarik sekali bahwa urutan Yohanes — mukjizat roti diikuti mukjizat di Laut Galilea — identik
dengan Mrk 6:34-51 dan Mat 14:13-33. Tradisi mengenai urutan demikian tentunya sudah tua
sekali. Dalam ketiga cerita tersebut, Yesus menenangkan para murid dengan ungkapan resmi yang
sama: ini, jangan takut! (Yoh 6:20; Mrk 6:50; Mat 14:27). Seperti akan kita lihat kelak, ungkapan
ini, yang dalam bahasa Yunani, ego eimi (aku adalah), yang tanpa predikat, mempunyai tekanan
ilahi kuat, yang menggemakan nama Yahwe yang terdapat dalam Yes 43:10, 13, 25. Yesus adalah
kehadiran ilahi; para murid tidak perlu takut.

Ada pertanyaan: mengapa mukjizat air ditempatkan di sini dalam suatu bab yang berbicara secara
khusus mengenai roti? Apakah yang ditandakan? Tidak ada jawaban yang sama sekali dapat
memuaskan. Tetapi, beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan:
a) Mukjizat Paskah Perjanjian Lama adalah roti manna dan penyeberangan Laut Merah, dan
air yang mengalir dari batu karang. Kel 14-16 mengikat dengan erat urutan cerita tentang
penyeberangan laut Merah dan pemberian manna di padang gurun. Keluaran tradisional
yang mengikat air dan roti ini terdapat juga dalam Mzm 78:13-25, yang memberi dorongan
kepada orang Kristen Yahudi untuk melekatkan tanda air dengan tanda roti. Tanda-tanda
ini juga terdapat dalam Mrk 6, Mat 14 dan sekarang dalam Yoh 6;
b) Yohanes hanya memperluas temanya mengenai sabda yang memberi hidup dengan
mengemukakan Yesus sebagai pemberi hidup pada saat kelaparan dan badai;
c) Adegan badai dimaksudkan sebagai suatu tanda mengenai status ilahi Yesus dan
kehadiranNya yang selalu menolong, jangan takut (ay. 20).

Cerita ini diakhiri (ay. 21-24) dengan perahu yang tiba-tiba sudah sampai di daratan dan orang
banyak, atau sebagian orang, telah menyeberang ke Kapernaum untuk menjumpai Yesus (ini
barangkali juga mengherankan). Tetapi, yang jelas, bagian ini mempersiapkan pendengar untuk
wejangan yang berikut.

6:26-59 Wejangan.
Cara terbaik untuk memahami wejangan ini adalah menganggapnya sebagai suatu homili
berdasarkan ajaran Yesus, tetapi dikembangkan oleh seorang pengkhotbah Kristen dengan
dibantu oleh Roh Yesus. Dalam arti ini, seluruh wejangan datang dari Tuhan. Kesimpulan ini
berpusat pada teks Alkitab, mereka diberiNya makan roti dari surga (ay. 31). Karenanya
pernyataan ini juga menjadi suatu petunjuk jelas mengenai kebenaran dalam 5:39, 46-47 bahwa
Kitab Suci menerangi Pribadi Yesus.

18
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Teks ini adalah kombinasi beberapa kutipan lepas dari Perjanjian Lama:
 Kel 16:4: Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu.
 Neh 9:15: Telah Kuberikan mereka roti dari langit untuk menghilangkan lapar.
 78:24: Menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada
mereka gandum dari langit.
 Mzm 105:40: ... dan dengan roti dari langit dikenyangkannya mereka.

Semua atau beberapa teks tadi telah digabungkan oleh pengkhotbah menjadi satu ayat 31. Homili
diputuskan oleh interupsi pendek ayat 30-31, 34, 41-43, 52, dengan memperkenalkan suatu dialog
yang hidup untuk membantu menarik perhatian pendengar. Sementara itu, pada saat yang sama
homili ini menunjukkan secara tepat kesukaran-kesukaran yang dirasakan oleh orang-orang Yahudi
pada zaman Yesus dan pada zaman Yohanes kemudian.

Homili, yang disebut midrash oleh orang Yahudi, berdasarkan teks alkitabiah ini, urutannya diikuti
setapak demi setapak; urutannya sebagai berikut: Ia memberikan, roti dari surga, untuk dimakan.
Mari kita perhatikan:
I. Ia memberikan (ay. 26-34). Dalam bagian yang pertama ini, tekanan terletak pada
memberikan. Yesus akan memberi (ay. 27, 34) sumber kehidupan kekal (ay. 32), seperti
diberikan Bapa, bukan seperti Musa memberi (ay. 32) manna makanan yang dapat mati.
Sejauh ini Yesus ditempatkan sebagai pemberi roti, dan karenanya sebagai Musa yang baru
dan yang lebih tinggi martabatnya.

II. Roti dari surga (ay. 35-47). Tekanan sekarang berpindah ke roti dari surga yang tidak hanya
diberikan Yesus, tetapi sesungguhnya Yesus sendirilah roti itu (ay. 35, 38, 41, 42). Di sini,
penting dicatat kata kerja operatif adalah percaya. Yesus sebagai roti dari surga diterima dan
disantap melalui iman yang dituntut dalam ayat 35, 36, 40, 47. Artinya, santapan ini adalah
santapan iman. Yesus adalah roti dari surga, yang memberi makan kepada semua orang yang
percaya. Dalam arti yang sama, dinyatakan bahwa kebijaksanaan Perjanjian Lama memberi
makan kepada mereka yang menerimanya (Ams 9:1-5). Dalam hal ini, kita dapat menyebut
ini sebagai pemberian makanan rohani.

III. Untuk dimakan (ay. 48-59). Dalam bagian yang terakhir ini, kosakata berubah secara
mendasar. Kata-kata yang mencolok adalah “daging”, “darah”, “makan”, “minum”.
Perhatikan pengulangan makan yang ada dalam ayat 49, 50, 51, 52, 53, 54, 58 dan “ memberi
makan” (dalam terjemahan LAI, feed on = hidup oleh sedangkan dalam teks asli feed on
memberi makan, suatu istilah yang lebih dari sekali tindakan “makan” secara fisikal dalam
bahasa Yunani) yang terdapat dalam ayat 54. Kata ini menjadi sangat penting, sebagaimana
tampak dalam penyebutan darah dan daging, makanan dan minuman secara terus-menerus.
Dalam hal ini, makna wejangan ini sudah berubah. Dalam bagian yang terdahulu, Yesus
memberi makan melalui pewahyuan-kebijaksanaan kepada mereka yang percaya. Pada
bagian ini, kata “percaya” sama sekali menghilang dan digantikan oleh kata “makan” dan
“minum”. Di sini, pengkhotbah dengan jelas berbicara mengenai pemberian makan secara
sakramental, dari makanan dan minuman yang dimakan dan diminum. mengenai pemberian
Ekaristi yang diwujudkan dalam daging dan darah Anak manusia (ay. 53). Ungkapan Anak
Manusia menyatakan bahwa makanan dan minuman ini, bukan daging dalam pengertian fisik
dan darah manusiawi Yesus, dan bahwa kita diminta untuk makan dan minum, secara
spiritual, daging dan darah dari Anak Manusia yang ilahi. Ayat 58 mengikat homili ini dengan
mengutip ayat 13.

19
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Apa yang tampak dalam homili ini adalah memberikan suatu uraian yang kaya dan multidimensi
mengenai tema Yesus sebagai Roti Hidup. Yesus pertama-tama adalah pemberi roti, Musa yang
baru. Ia juga roti kebijaksanaan dan pewahyuan, yang memberi makan kepada semua orang yang
datang kepadaNya dalam iman.

Akhirnya, Ia adalah sumber Ekaristi hidup kekal bagi mereka yang makan dan minum daging dari
darah Anak Manusia yang ilahi dan yang dimuliakan. Karena, Yohanes mempergunakan bahan
Ekaristi ini dalam homili Roti Hidup, maka tidak terlalu mengherankan hahwa Ekaristi tidak disebut
dalam Perjamuan Akhir. Materi mengenai Ekaristi telah dipindahkan dalam peristiwa ini. Dengan
pemindahan dalam satu bab ini, Yohanes juga berhasil mempersatukan hal-hal hakiki dari Ekaristi,
yakni sabda dan roti — sabda yang mewahyukan dalam ayat 35-47 dan roti sakramental dalam
ayat 48-59.

6:60-71 Epilog dengan berbagai reaksi.


Ayat-ayat terakhir ini meringkas kritik dalam ayat 41-43, 52 untuk melukiskan krisis iman yang
semakin berkembang di antara murid-murid Yesus. Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya? (ay. 60). Dalam teks ini, historical bi-levels (zaman Yesus dan kelak zaman
Yohanes) muncul lagi. Jika ayat-ayat ini menunjuk kepada pelayanan Yesus di Galilea, di mana Ia
hampir tidak berbicara mengenai Ekaristi Perjamuan Akhir, reaksi kritis hanya menunjuk pada
bahan dalam ayat 26-47, dan merupakan jawaban negatif atas pewahyuan diriNya sebagai objek
kepercayaan, sebagai roti-kebijaksanaan yang memberikan hidup kepada mereka yang percaya
kepadaNya. Tetapi, bagian ini sebagai suatu keseluruhan, pasti merefleksikan juga suatu krisis
(sebagaimana dialami oleh semua orang Kristen sepanjang zaman) dalam jemaat Yohanes sendiri,
suatu kesukaran yang muncul dalam menerima Yesus sebagai roti hidup secara sakramental.
Kesukaran ini semakin diperparah oleh tambahan skandal naiknya Anak Manusia ke tempat di
mana Ia sebelumnya berada (ay. 62). Di sini, penyebutan kenaikan merupakan pemahaman awal
mengenai peninggian Yesus sampai pada peninggian di kayu salib di atas gunung.

Bab ini diakhiri (ay. 66-71) dengan suatu penampilan tentang dua model. Petrus adalah salah satu
modelnya. Ia mengambil risiko, membuka diri terhadap Sabda dan pewahyuan Yesus yang
memberikan hidup kekal. Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah
perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah yang Kudus
dari Allah (ay. 68-69). Model yang lain adalah Yudas. Ia tetap tinggal dalam kelompok, tetapi
menghayati keberadaan yang terpisah dan sudah bergerak menuju kegelapan dan ke dalam kuasa
iblis yang dilambangkan oleh kegelapan (13:26-30). Pemunculannya di sini sebagai calon
pengkhianat (ay. 71) merupakan bukti lebih lanjut tentang keyakinan bahwa Yohanes
menggunakan bahan-bahan Perjamuan Akhir dalam bagian akhir wejangan ini untuk melengkapi
seluruh penyajiannya mengenai Yesus sebagai roti hidup bagi jemaat Kristen.

Suatu pengamatan terakhir sebelum meninggalkan bab yang kaya ini: ayat 67, 70-71 berbicara
mengenai kelompok kedua belas murid. Hanya dalam ayat-ayat ini dan dalam 20:24 (tentang
Tomas), Yohanes menggunakan istilah tersebut. Ia lebih kerap berbicara mengenai murid-murid,
ungkapan yang ia sukai untuk menyebut pengikut Yesus. Yohanes cenderung untuk lebih
menekankan derajat yang sama dalam pemuridan daripada tingkat hierarkisnya.

20
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE IV
KRISIS IDENTITAS
7:1 - 8:59

Dua bab ini, di mana Yesus memperlihatkan diri dan ditolak sebagai nabi, Kristus dan Anak Bapa
yang Tunggal, serta pewahyuan ego eimi Ilahi, termasuk bagian yang paling sukar disintesiskan
dalam Injil Yohanes. Di dalam episode ini terdapat perkembangan dan isi yang begitu kaya,
sehingga bab-bab ini sangat peka terhadap usaha untuk penambahan hal-hal dari luar atau
penyusunan kembali oleh para penafsir. Namun demikian, unsur-unsur struktural dan teologis
dalam bab-bab ini tetap dapat ditemukan.

7:1-14 Pengantar
a) Latar belakang bab ini adalah pesta Pondok Daun dalam tradisi Yahudi yang disebut
Sukkoth, pesta tahunan musim panas untuk bersyukur atas panenan dan atas mukjizat air
dan tiang api dalam sejarah keluaran. Pesta ini adalah pesta yang paling populer dan paling
meriah dalam kalender Yahudi; dan selama pelaksanaan pesta itu, mereka tinggal di
pondok-pondok daun untuk memperingati saat panenan dan pengembaraan di padang
gurun.

Dua lukisan berbeda mengenai upacara yang berlangsung satu minggu di bulan September-
Oktober ini telah memberi tekanan pada teks. Setiap hari orang mengambil air dari kolam
Siloam dan dibawa ke Bait Allah. Di Bait Allah, air tersebut akan dicurahkan di mezbah,
sementara doa-doa dipanjatkan untuk memohon curahan air hujan di musim dingin.
Lampu-lampu di ruangan bagian perempuan dinyalakan demikian terang sehingga dapat
menerangi seluruh kota. Air dan terang memainkan peranan penting dalam kedua bab ini.

b) Para saudara (7:3-10) yang bodoh dimunculkan dalam episode ini. Mereka melihat dan
tidak dapat menyangkal karya-karya yang dilakukan oleh Yesus; mereka menyarankan
supaya Yesus secara terang-terangan pergi ke Yerusalem, pusat dan ibu kota negara. Tentu
saja, saran ini tampaknya menyudutkan dan tidak benar. Ayat 5 secara harfiah berarti
saudara-saudaraNya sendiri pun tidak percaya kepadaNya. Pernyataan ini sesuai dengan
gambaran keluarga Yesus yang diberikan dalam Mrk 3:21, 31-35; 6:4, Untunglah, para
saudara ini dan pernyataan mereka merupakan bagian dari Gereja sesudah kebangkitan,
sebagaimana dilukiskan dalam Kis 1:14. Mereka juga harus berjuang melalui tantangan-
tantangan dan kegagalan-kegagalan untuk sampai pada pengakuan dalam iman Kristen.

c) Pada umumnya bab 7 dan 8 melaporkan suatu pertentangan tajam dalam bentuk dialog
dan perdebatan sambil Injil terus bergerak menuju Kisah Sengsara, Di tengah arus
pertentangan ini, terletak suatu perdebatan teologis yang mengantar Yesus pada salib dan
yang menyebabkan jemaat Yohanes keluar dari sinagoga beberapa tahun kemudian.

d) Isi kedua bab berhubungan satu sama lain. mengulang-ulang pokok-pokok yang
diperdebatkan, dan juga oleh apa yang biasa disebut “konklusi literer”, yaitu pernyataan
pada permulaan diulang lagi pada bagian akhir. Misalnya, kata rahasia dalam ayat 4, 10
(dalam teks Yunani en kryptô) diimbangi dengan penggunaan istilah dengan akar kata
Yunani yang sama, ekrybe, menghilang, dalam 8:59. Cana seperti ini menunjukkan bahwa
pengarang memaksudkan kedua bab sebagai satu kesatuan.

21
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
7:14-53 Struktur paralel
Jelas bahwa bagian yang panjang ini diatur berbentuk paralel langsung, dengan bagian awal, 7:14-
36, diseimbangkan dengan bagian selanjutnya, 7:37-53, Masalah pokok dalam bagian ini ialah
apakah Yesus itu Kristus dan nabi, sebagaimana digambarkan dalam Ul 18:15, 18.

a) Ajaran Yesus (7:14-24). AjaranNya bukanlah dari diriNya, melainkan berasal dari Allah
yang mengutus Dia. Yesus menyampaikan ajaranNya dengan setia. Sebaliknya, para
lawanNya tidak menaati hukum Musa yang mereka akui. Mengapa mereka dapat
melaksanakan sunat pada hari Sabat, tetapi menjadi marah ketika Yesus menyembuhkan
orang pada hari Sabat? (5:1-10).

a1) Ajaran Yesus (7:37-39). Pada hari terakhir pesta yang berlangsung selama satu minggu
itu, Yesus mengundang semua orang yang haus datang untuk kepadaNya. Entah dari Yesus
sendiri atau dari mereka yang percaya kepadaNya, (teks Yunaninya tidak begitu jelas) akan
mengalir sungai-sungai dengan air hidup, Roh Kudus. Tetapi, Roh ini belum diberikan,
karena Yesus belum dimuliakan melalui salib dan kebangkitan.

b) Diskusi mengenai Yesus (7:25-31). Pertanyaannya di sini: apakah Yesus itu Mesias? (ay.
26-27, 31).

b1) Diskusi mengenai Yesus (7:40-44). Diskusi diteruskan mengenai masalah kemesiasan
Yesus (ay. 4 1-44) dan diperluas dengan masalah kenabianNya berdasarkan Ul 18:15, 18.
Yohanes menggambarkan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem (ay. 42). Penggambaran ini
membuktikan bahwa ia sendiri percaya bahwa Yesus lahir di sana.

c) Petugas Bait Allah (7:32-36) diutus oleh para imam kepala dan Farisi untuk menangkap
Yesus. Menanggapi usaha mereka itu, Yesus menjawab bahwa Ia akan bersama mereka
dalam beberapa waktu lagi. Ke manakah Ia akan pergi? Apakah ke wilayah-wilayah
diaspora (ay. 35) di luar Palestina, di mana kekristenan berkembang sesudah wafat Yesus?

c1) Petugas Bait Allah (7:45-52) melaporkan kembali kepada para imam dan orang Farisi
bahwa Yesus berbicara tidak seperti dilakukan orang lain sebelumnya, tetapi laporan
mereka ditanggapi dengan kemarahan. Nikodemus keluar dari kegelapan malam (3:2)
untuk masuk ke dalam terang, dan membela Yesus tetapi tidak berhasil.

8:12-59 Perdebatan seru


Paralel yang sederhana dan jelas dalam bab terdahulu, di mana ada saling tukar pernyataan antara
Yesus dan para lawanNya, yakni dengan para imam kepala dan orang Farisi dalam ayat 13-19, dan
dengan orang Yahudi dalam ayat 22-57, menghilang dalam bahan yang sekarang. Bola bergulir dari
satu pihak ke pihak lain, dengan hanya diselingi komentar editor di antaranya (ay. 20, 27, 39, 59)
untuk memperlambat permainan. Jika bab 7 berisi perdebatan mengenai sebutan “Mesias” dan
“Nabi” yang diterapkan pada Yesus, dalam bab 8 diperdebatkan dua masalah lain dengan berapi-
api. Bagaimanakah hubungan Yesus dengan Bapa? Apakah ada sesuatu yang demikian berbeda
dan unik sehingga Allah adalah BapaNya dengan suatu cara yang tidak dimiliki oleh seorang
manusia pun? Kontroversi ini terdapat dalam seluruh bab, misalnya 8:16, 18,9, 26-27, 28-29, 38,
42, 49, 54. Sisi negatif permasalahan ini adalah bahwa bila Yesus merupakan satu-satunya Anak
Allah, bagaimana jadinya mereka yang menolak untuk percaya kepadaNya? Mereka sendiri
mengajukan dalih bahwa Abraham adalah bapa mereka (ay. 33, 39) dan melalui dia mereka
dihubungkan dengan Allah. Yesus memberikan jawaban bahwa meskipun mereka itu merupakan

22
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
keturunan Abraham (ay. 37), mereka sebenarnya menyangkal asal usul ke turunan mereka dengan
menolak apa yang dipercaya oleh Abraham. Maka, mereka berbalik dari kebenaran yang harus
mereka percayai kepada hal yang bertentangan. Itulah bentuk kebohongan yang disebabkan oleh
iblis (ay. 44). Jika tindakan seseorang memperlihatkan siapa leluhurnya, maka tindakan mereka
menunjukkan bahwa iblislah asal usul mereka, “bapa mereka”.

Seolah-olah hal ini tidak cukup kuat, masalah lain dikemukakan, dan masalah ini lebih berbahaya
dan merisaukan. Dalam bab ini, muncul suatu sebutan resmi tentang keilahian yaitu ego eimi
(Akulah Dia). Jika sebutan ini dipergunakan begitu saja tanpa kata sifat, seperti: “Aku adalah
gembala yang baik”, maka sebutan ini menggemakan nama ilahi dalam Yes 41:4; 43:10, 13, 25;
48:12.

Dalam bab ini, bentuk ego eimi muncul tiga kali, yang semakin lama semakin jelas:
 8:24: Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.
 8:28: Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah
Dia

Jika kedua kutipan ini masih memungkinkan adanya sifat ilahi untuk sebutan tersebut, maka dalam
kalimat ketiga ini sebutan tersebut sama sekali tidak lagi menunjuk sifat ilahi yang dimaksud:
 8:58: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada.

Agak mengherankan bahwa mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi, Yesus
menghilang dan meninggalkan Bait Allah (8:59).

Pertanyaan teologis dan jawabannya


Catatan kecil mengenai bab 7 dan 8 memunculkan ke permukaan empat pertanyaan mengenai
Yesus yang merupakan objek kontroversi yang begitu hangat dan emosional, pertama selama
kehidupan Yesus dan kelak dalam kehidupan jemaat Yohanes. Selama zaman Yesus mulailah
diskusi mengenai apakah Ia memang yang diharapkan sebagai:
a) Mesias, Kristus; dan
b) Nabi seperti Musa yang ditunjukkan dalam Ul 18: 15, 18.

Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa Yesus inilah yang muncul dalam bab 7, tetapi tidak muncul
dalam bab 8. Dalam bab 8, pertanyaan berubah, suatu tanda bahwa isinya secara kronologis lebih
kemudian daripada dalam bab 7. Sekarang kontroversi semakin menghangat, sejalan dengan
makin pentingnya masalah.

Apakah Yesus:
c) benar-benar Anak Tunggal Allah dengan suatu hubungan yang begitu erat sehingga Ia dan
Bapa menjadi identik dalam kehendak, karya, dan kata? Jika pernyataan ini didorong lebih
ke depan, dapatkah Yesus disebut sebagai:
d) ego eimi ilahi? Apakah Ia adalah Allah?

Kedua hal ini merupakan masalah hangat dalam bab 8 dan bukan dalam bab 7. Pertanyaan-
pertanyaan demikian hanya muncul sesudah kebangkitan Yesus. Pertanyaan-pertanyaan ini
berasal dari jemaat Yohanes, yang jawaban positif mereka terhadap masalah-masalah tersebut
menyebabkan mereka langsung berlawanan dengan sinagoga Yahudi, yang merupakan asal usul
mereka.

23
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Catatan lebih lanjut


Meskipun catatan bab 7 dan 8 ini sudah cukup panjang, namun perlulah ditambahkan beberapa
hal berikut:
a) Pembaca tentulah memperhatikan betapa kerap Yesus menyebut diri sebagai Yang diutus,
diutus oleh Bapa, dari atas, dari surga. Hanya dengan meneliti bab 7 dan bab 8, kita sudah
bisa menemukan penyebutan diri Yesus tersebut, misalnya dalam 7:16, 18, 28, 29, 33; 8:16,
18, 26, 29, 42. Pernyataan ini, yang mencakup asal usul ilahi Yesus, juga mengemukakan
ketaatanNya kepada Bapa.

b) Dalam 7:30 dinyatakan bahwa ... tak seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saatNya
belum tiba. Saat Yesus adalah waktu yang khas. Di Kana (2:4), seperti juga di sini (7:30),
saat Yesus masih belum tiba. Dalam 7:39, kita membaca bahwa Roh Kudus belum
diberikan, karena Yesus belum dimuliakan. Saat Yesus dan pemberian Roh Kudus saling
berhubungan. Roh Kudus akan diberikan bila saat Yesus datang, yaitu saat pemuliaanNya,
pengangkatanNya. Dalam teologi Yohanes, saat pemuliaan ini dimulai dengan peninggian
di salib. Pada saat itu, ketika Anak Manusia ditinggikan, maka keallahan Yesus akan
dinyatakan (8:27).

c) Telah kita lihat bahwa musuh Yesus yang terutama adalah orang-orang Yahudi (8:22-59).
Penting bagi orang-orang Kristen, yang membaca, mengajar, dan mewartakan ajaran Injil
Keempat ini untuk menyadari bahwa pernyataan-pernyataan dalam Injil ini dapat
digunakan untuk mengembangkan sikap anti-semitisme. Dan, kenyataan itulah yang sudah
menyebar pada zaman Yohanes bahkan sampai sekarang. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan di sini.

Hal pertama adalah bahwa dalam Injil ini, orang-orang Yahudi dapat diperlawankan dengan
penduduk lain yang sungguh Yahudi. Misalnya, dalam 7:13: Tetapi tidak seorangpun yang
berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.
Dalam konteks ini, tidak seorang pun yang dimaksudkan adalah orang-orang yang sungguh
Yahudi. Lalu, siapakah orang-orang Yahudi di sini? Sebagai lawan Yesus dan sebagai lawan
penduduk Yerusalem (7:25-26), rupanya mereka adalah orang-orang Farisi seperti
ditampilkan dalam 7:32.47, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang dikemukakan
dalam 7:45, dan orang Farisi serta Mahkamah Agama dalam 7:48. Di sini, ada juga
perkecualian seperti kita lihat dalam pribadi Nikodemus (7:50-51). Konsekuensinya, dalam
Injil Yohanes, orang-orang Yahudi ini mewakili para pemimpin yang karena jabatannya dan
pilihannya, mereka melawan Yesus dan ajaranNya. Mereka ini hanya merupakan
sekelompok kecil orang Yahudi di Yerusalem bila dibandingkan dengan sejumlah besar
orang-orang Yahudi yang tinggal di luar ibu kota itu.

Hal kedua adalah bahwa ketika Yohanes menulis Injil ini, sudah terjadi perubahan
pandangan dalam masyarakat Yahudi. Orang-orang Kristen sudah mulai diakui
eksistensinya. Sebagian besar orang-orang Kristen pada saat itu adalah bangsa-bangsa lain,
juga orang-orang Kristen Yahudi yang menyadari identitas kekristenan mereka dan
memisahkan diri dari masyanakat Yahudi yang lama. Kontak antara orang-orang Kristen
Yahudi dan non-Kristen bergerak dari toleransi ke diskusi, dari diskusi sampai terjadi
kontroversi, dari kontroversi sampai kepada pemisahan dan ekskomunikasi. Dalam evaluasi
yang buruk ini, istilah orang-orang Yahudi, yang di zaman Yesus mewakili hanya sebagian
kecil, dapat digunakan untuk mewakili orang Yahudi sebagai keseluruhan, yang

24
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
bermusuhan dengan orang Kristen. Kenyataan ini adalah perkembangan yang patut
disayangkan, meskipun barangkali memang tak terhindarkan. Tetapi, perasaan tidak enak
dalam zaman Yohanes tidak pada tempatnya dialihkan pada masa kini. Keabsahan dari
kebencian yang begitu lama dan begitu berat yang telah mencuat selama berabad-abad
harusnya dilawan dengan senjata khas Yohanes, yaitu cinta kasih.

d) Pembaca yang kritis mungkin sudah bertanya-tanya tentang belum dibicarakannya bagian
8:1-11 — cerita mengenai perempuan yang ketahuan berzina — sampai sekarang. Dalam
edisi-edisi tertentu Injil keempat, kisah ini atau dihilangkan atau diletakkan di antara
kurung atau pada catatan kaki, untuk menjelaskan bahwa bagian ini bukan teks asli
Yohanes. Kisah ini tidak ditemukan dalam naskah-naskah terpenting atau kuno dalam
bahasa Yunani, dan tampaknya juga tidak dikenal oleh para Bapa Suci kuno, karena mereka
tidak memberi komentar atas hal itu. Dalam berbagai manuskrip tua, kisah ini ditemukan
atau pada 8:1, seperti yang kita miliki saat ini, atau sesudah 7:36 atau pada akhir lnjil, atau
sesudah Luk 21:38. Teks ini, paling awal, baru ditemukan dalam tulisan Didascalia
mengenai peraturan Gereja pada abad ketiga belas. Pendek kata, bagian ini tidak termasuk
dalam teks yang asli Injil Yohanes.

Tanpa mempertentangan teks ini dengan misteri pentradisian dan dengan penyisipannya
dalam teks Yohanes, kisah ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang belas kasih
Yesus yang merupakan alasan untuk mendukung autentisitasnya. Kisah ini memiliki unsur-
unsur historis yang kuat. Kemungkinan besar tradisi ini berasal dari zaman Yesus dan
diteruskan lewat tradisi lisan, dan digunakan untuk memecahkan masalah pengampunan
dosa bagi orang-orang Kristen yang baru dibaptis. Nadanya seperti kisah Lukas, yang
berbicara mengenai belas kasih, dosa, dan perempuan.

Salah satu pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan kisah yang menarik ini ialah apa
yang ditulis oleh Yesus di tanah. Ada dua penafsiran yang paling mungkin dikemukakan.
 Pertama, tindakan Yesus mencoret-coret di tanah menandakan bahwa Yesus tidak
ambil perduli terhadap masalah tersebut.
 Kedua, kemungkian bahwa Yohanes mau menunjuk pada teks Yunani dalam Yer
17:13: ….semoga mereka yang memalingkan muka dari pada-Mu akan dituliskan di
bumi, karena mereka telah menolak sumber hidup, Tuhan.

e) Segi terang dan air dalam Pesta Pondok Daun Yahudi menjadi nyata sekali dalam
penyebutan air hidup dan Roh dalam 7:37-39 dan Yesus sebagai terang dunia dalam 8:12.
Mengenai Yesus sebagai terang dunia, akan dibahas lagi oleh Yohanes dalam bab berikut.

25
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE V
TERANG DUNIA,
BISA MELIHAT, DAN KEBUTAAN
9:1-10:42

Episode kelima ini memusatkan perhatian pada terang, pada Yesus sebagai terang dunia
(disiapkan dalam 8:12), yang terangnya dapat memberikan kemamapuan melihat kepada orang
yang sebelumnya buta maupun kebutaan kepada mereka yang, yakin akan kemampuannya
melihat, memalingkan diri dari terang. Episode ini tidak berhenti pada bab 9, tetapi tetap
dilanjutkan dalam bab 10. Seluruhnya terbagi dalam tiga bagian:
 orang yang lahir buta (bab 9);
 gembala baik (10:1-21);
 Pesta Hanukkah (10:22-42).

Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain. Yohanes 10:21 menghubungkan bagian gembala
baik dengan orang yang lahir buta, Yoh 10: 26-28 menghubungkan pesta Hanukkah dengan bagian
gembala baik.

9:1-41 Orang yang lahir buta.


Kita telah berbicara mengenai unsur dramatis dalam Yohanes, teknik ambiguitas, salah paham,
dan penjelasan; perkembangan pengetahuan secara dramatis dalam kisah perempuan Samaria;
tokoh-tokoh, pemikiran historis yang juga memainkan peranan dramatis, seperti “tokoh
misionaris”, Andreas dan Filipus. Bab 9 tidak diragukan lagi merupakan episode yang paling
dramatis dalam seluruh Injil Yohanes.

Kisah ini dapat dibagi dalam enam adegan:


 Adegan 1 (ay. 1 -7) : para murid, Yesus, orang buta.
 Adegan 2 (ay. 8-12): para tetangga, orang buta.
 Adegan 3 (ay. 13-17): orang-orang Farisi, orang buta
 Adegan 4 (ay. 18-23): para pembesar, orang tua.
 Adegan 5 (ay. 24-34): para pembesar, orang buta.
 Adegan 6 (ay. 35-41): Yesus, orang buta, orang Farisi.

(Adegan 1)
1
Para murid: Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 2Murid-
muridNya bertanya kepadaNya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri
atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
3
Yesus : Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-
pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. 4Kita harus mengerjakan pekerjaan
Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada
seorang pun yang dapat bekerja. 5Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
6
Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk
ludahNya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7dan
berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam
artinya: "Yang diutus."
Orang Buta : Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah
melek.

26
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Adegan 2)
8
Para tetangga 1: Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya
sebagai pengemis, berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?"
9
Para tetangga 1: Ada yang berkata: "Benar, dialah ini."
Para tetangga 3: Ada pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan dia."
Orang Buta : Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah itu."
Para Tetangga 1-2-3: 10Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?"
11
Orang Buta : Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah,
mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam
dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku
dapat melihat."
Para Tetangga 1-2-3: 12Lalu mereka berkata kepadanya: "Di manakah Dia?"
Orang Buta : Jawabnya: "Aku tidak tahu."

(Adegan 3)
13
Orang Farisi : Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi.
14
Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu,
adalah hari Sabat. 15Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya,
bagaimana matanya menjadi melek.
Orang Buta : Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku,
dan sekarang aku dapat melihat."
Orang Farisi : 16Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah,
sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah
seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah
pertentangan di antara mereka. 17Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu:
"Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?"
Orang Buta : Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi."

(Adegan 4)
18
Para Pembesar: Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan
baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya 19dan
bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia
lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?"
20
Orang Tua : Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan
bahwa ia lahir buta, 21tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami
tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga.
Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata
untuk dirinya sendiri." 22Orang tuanya berkata demikian, karena mereka
takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah
sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan
dikucilkan. 23Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa,
tanyakanlah kepadanya sendiri."

27
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Adegan 5)
24
Para Pembesar : Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan
berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu
bahwa orang itu orang berdosa."
25
Orang Buta : Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu
hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat."
26
Para Pembesar : Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuatNya padamu?
Bagaimana Ia memelekkan matamu?"
27
Orang Buta : Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak
mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi?
Barangkali kamu mau menjadi muridNya juga?"
28
Para Pembesar : Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu
tetapi kami murid-murid Musa.29Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman
kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang."
30
Orang Buta : Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari
mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. 31Kita tahu,
bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-
orang yang saleh dan yang melakukan kehendakNya. 32Dari dahulu sampai
sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan
mata orang yang lahir buta. 33Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia
tidak dapat berbuat apa-apa."
34
Para Pembesar : Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau
hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.

(Adegan 6)
35
Yesus : Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu
dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
Orang buta : 36Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepadaNya."
37
Yesus : Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang
berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!"
Orang buta : 38Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembahNya.
39
Yesus : Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa
yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat,
menjadi buta."
Orang Farisi : 40Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka
berkata kepadaNya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
41
Yesus : Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi
karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."

Skema ini memberikan gambaran yang jelas mengenai alur dramatis bab 9. Ada enam adegan yang
berturutan secara logis; dialog yang cemerlang; tokoh-tokoh secara bergantian menampakkan
sikap berbelas kasih, bingung, kuat, lemah, dan memikirkan diri sendiri. Yang memainkan peranan
besar — kecuali Yesus — juga tokoh orang buta yang berani, cerdas membalas setiap pukulan
yang dilancarkan kepadanya dengan berhasil. Dan, seluruhnya berakhir dengan ucapan yang
menyejukkan (ay. 41), yang memberi ragi pada seluruh cerita.

28
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Cenita sendiri hanya memerlukan beberapa catatan:
a) Kisah ini jelas dipergunakan sebagai pengajaran untuk orang-orang yang dibaptis. Pembaca
tentu melihat adanya kejadian kebetulan tentang orang buta yang membasuh diri di kolam
bernama Siloam, yang berarti yang diutus. Seperti disebutkan di depan (Episode IV, 5a)
bahwa Yang diutus adalah sebutan khas bagi Yesus dalam Injil keempat, maka dapat
dipastikan bahwa Yohanes menulis mengenai penyembuhan jasmani dengan cara
sedemikian sehingga hal itu juga mencerminkan dan mengingatkan penyembuhan tentang
kebutaan rohani — sejak lahir — yang diberikan kepada mereka yang secara sakramental
dibasuh dalam kolam dari Yang Diutus.

Jika berbicara dalam kiasan yang sama, Pemahaman orang buta yang maju setapak demi
setapak paralel dengan pemahaman para katekumen yang diberi pengajaran dalam hal
iman. Dari pengertian pertama mengenai kenyataan bahwa ada seseorang bernama Yesus
(ay. 11), mereka akan maju ke dalam pemahaman mengenai tokoh ini sebagai nabi (ay. 17),
sebagai seorang yang berasal dari Allah (ay. 33), sebagai Anak Manusia yang ilahi (ay. 35)
dan berpuncak pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan (ay. 38). Proses kemajuan yang
terjadi ini tidak hanya mencerminkan langkah-langkah katekumenat yang mengarahkan
kepada iman yang lengkap, tetapi juga suatu teknik dramatis yang hidup yang ditampilkan
penginjil.

b) Kisah ini penuh dengan ironi, suatu bentuk sentuhan dramatis lainnya. Hal-hal yang nyata
dilawankan dengan apa yang tampaknya saja demikian. Orang-orang yang yakin bahwa
mereka dapat melihat, nyatanya adalah buta, dan hal ini terjadi atas pilihannya sendiri (ay.
40-41). Orang yang pada mulanya buta mengambil risiko menanggapi undangan Yesus (ay.
6) dan hasil akhirnya adalah bahwa ia dapat melihat. Ia beralih dari keadaan kebutaan
menuju pada keadaan dapat melihat dan akhirnya, ia sampai pada pengertian. Proses
perkembangan yang dialami orang buta tersebut merupakan contoh yang mencolok
tentang kedalaman teologi mengenai penyembuhan sebagai tanda. Yesus memang benar
adalah Terang Dunia (ay. 5). Penghalang bagi orang yang hendak disembuhkan dari
kebutaan dan ketidaktahuan adalah tetangga-tetangganya, yang tetap tidak mengetahui
(ay. 8-12); orang tuanya, yang menolak mengambil risiko, dengan menyatakan bahwa ia
telah dewasa; tanyakanlah kepadanya sendiri (ay. 23); orang-orang Farisi, yang tidak dapat
membetulkan pandangan-pandangan kolektif mereka yang salah (ay. 13-17); para
pembesar dan orang-orang Farisi yang menolak mempercayai apa yang mereka lihat
dengan mata sendiri (ay. 24,40). Tidak ada orang yang demikian buta, jika bukan orang
yang menolak untuk melihat. Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena
kamu berkata kami melihat, maka tetaplah dosamu (ay. 41).

c) Dalam bab ini kita menemukan contoh yang paling bagus mengenai cara penggunaan
historical bi-levels dalam Injil Yohanes. Kisah penyembuhan orang buta dalam level historis
Yesus diinterpretasikan secara halus dengan level historis pengalaman jemaat Yohanes di
kemudian hari. Hal ini diungkapkan secara jelas dalam ayat 22: Setiap orang yang mengakui
Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Dan, orang yang disembuhkan tersebut diusir keluar
(ay. 34). Ekskomunikasi dari sinagoga seperti itu, karena percaya kepada Yesus, bukanlah
gejala umum pada zaman Yesus, juga bukan kebiasaan pada zaman Paulus, yang dalam
perjalanan terakhirnya pergi ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah (Kis 21:26). Tetapi,
hubungan antara orang-orang Kristen Yahudi dengan sinagoga baru menjadi buruk puluhan
tahun kemudian, terutama dengan makin menguatnya keyakinan orang-orang Kristen
bahwa Yesus adalah Allah. Akhirnya, doa-doa di sinagoga diperluas dengan memasukkan

29
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
kutukan terhadap kaum bidaah seperti orang-orang Kristen. Tentu saja, orang Kristen
Yahudi tidak mau mengambil bagian dalam doa demikian, dan akibatnya, mereka
diekskomunikasi dari masyarakat Yahudi.

Seluruh Injil, terutama bab 9, mencerminkan krisis historis ini. Yohanes dan teman-teman
Yahudi Kristen marah karena mereka telah dikeluarkan dari masyarakat Yahudi (ay. 34).
Sebagian alasan untuk memasukkan bab ini dalam Injil adalah untuk menguatkan mereka
yang telah mengalami trauma demikian. Kenyataan dipisahkan dari sinagoga, dari keluarga,
dan dari sahabat karena tuduhan sebagai bidaah, memungkinkan kisah-kisah ini berfungsi
sebagai penguat. Dengan kisah-kisah semacam ini, mereka merasa mampu untuk berlutut
di hadapan Tuhan dan menyembah Dia (ay. 38).

10: 1-21 Gembala yang baik.


Pertanyaan awal yang muncul adalah mengapa bagian ini ditempatkan seperti sekarang ini?
Mengapa kisah gembala yang baik ini mengikuti kisah orang buta sejak lahir? Kesannya, tidak ada
hubungan antara 9:41 dan 10:1, karena secara tiba-tiba 10:1 mengantar ke tema gembala yang
baik, yang sama sekali tidak diharapkan sesudah bahan-bahan yang ada dalam bab 9. Karena
kesukaran ini, beberapa pakar terdorong untuk menempatkan bab 10 pada bagian lain dalam Injil.
Mereka menyatakan bahwa penempatan bab 10 ini salah. Tetapi, sebenarnya tidak perlu demikian
dan bukan itu masalahnya. Penyebutan mengenai penyembuhan orang buta dalam ayat 21
mengaitkan bagian ini dengan bagian sebelumnya. Kecuali itu, diskusi mengenai domba dan
gembala barangkali digunakan oleh Yohanes sebagai suatu pernyataan mengenai penggembalaan
yang begitu payah, yang dilakukan oleh para penguasa, seperti tampak dalam kasus orang buta
sejak lahir. Dalam kisah itu, tampaknya orang buta memimpin orang buta. Mereka tidak hanya
gagal mengenal terang yang membimbing, yaitu Yesus, tetapi juga mereka mengeluarkan dari
sinagoga orang yang baru saja menerima terang. Ayat 6 menjelaskan bahwa mereka masih tetap
tidak paham.

Kesukaran untuk mencari tujuan pengarang dalam hal ini merupakan realisasi penting kehendak
Yohanes untuk menulis mengenai Yesus berdasarkan teks Yeh 34 dalam pandangan baru. Dalam
bagian itu, Yehezkiel menyampaikan sabda Tuhan yang memperingatkan para pembesar pada
zamannya. Mereka diperingatkan karena mereka menjadi gembala yang tidak mempunyai
tanggungjawab, mencuri, menggemukkan diri sendiri daripada mengurusi rakyatnya Demikianlah.
Allah akan mengambil alih penggembalaan mereka dan akan menjadikan diriNya sebagai gembala.
Akhirnya, Ia akan menunjuk seerang gembala lain sesuai dengan gambaran tokoh Daud. Yohanes
melihat bahwa semua ini menjadi nyata dalam diri Yesus. Allah telah menjadi gembala dalam diri
Yesus, Mesias dan Anak Daud sendiri. Kesetiaan Yesus terhadap domba-dombaNya,
pengurbananNya bagi mereka, berlawanan dengan kegagalan para pembesar yang buta dalam
bab 9.

Dalam ayat-ayat ini kita menjumpai banyak metafora. Ada domba, yang dengan mudah
diidentifikasi sebagai kawanan yang akan dibimbing Yesus ke padang rumput yang hijau (ay. 9),
mereka yang Ia kenal nama-namanya dan yang mengenali suaraNya (ay. 3-4, 14). Domba-domba
ini adalah mereka yang Ia maksudkan untuk dilindungi dari para pencuri dan perampok (ay. 1, 8,
10). Mereka pulalah yang Ia kehendaki untuk dikumpulkan bersama-sama dengan semua yang lain
sehingga menjadi satu kawanan, yang mendengarkan suaraNya. (ay. 16). Yesus akan
melaksanakan ini semua karena Ia adalah Gembala yang baik (ay. 11, 14), yang dikasihi oleh
BapaNya karena Ia mau menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya. Penyerahan nyawa ini
merupakan tindakan pengurbanan diri yang total, yang akan disebutkan berkali-kali sebagai motif

30
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
sentral. Tema mengenai gembala yang baik diperkenaikan pertama kali dalam ayat 11, kemudian
akan dijumpai lagi dalam ayat 15, 17 dan akan muncul dua kali dalam ayat 18. Meskipun kiasan
gembala domba cukup dikenal dalam Perjanjian Lama (seperti dalam Yeh 34), pengurbanan
gembala adalah sesuatu yang baru. Pengurbanan ini adalah fungsi yang khas dalam kegembalaan
Yesus. Ia adalah Gembala yang baik, khususnya karena kesediaanNya untuk mengurbankan diri.

Kiasan terakhir berkaitan dengan pintu (ay. 7, 9) yang juga diaplikasikan pada Yesus. Ia adalah
pintu yang memberikan rasa aman kepada kawananNya dengan melarang masuknya para
perampok dan yang memberikan makanan dengan membuka pintunya ke padang rumput yang
hijau. Bahwa kiasan tentang pintu dan gembala yang baik tidak mudah disesuaikan satu dengan
yang lain, itu merupakan suatu bukti bahwa kedua kiasan ini berasal dari sumber yang terpisah
tetapi kemudian digabungkan dalam bab ini.

Dalam ayat-ayat ini, kita menjumpai lagi rumus pewahyuan “Aku adalah”. Dalam bagian
sebelumnya, Yesus mengatakan Akulah roti hidup (6:35, 41, 51) dan Akulah terang dunia (8 12 9 5)
Dalam bagian ini Ia mengatakan Akulah pintu ke domba-domba itu (ay. 7,9) dan Akulah gembala
yang baik (ay. 11, 14). Dan, karena Yesus adalah pewahyuan Bapa, kita juga melihat dalam
ungkapan-ungkapan itu sifat-sifat Bapa.

Pewahyuan demikian diikuti oleh krisis iman. Apakah Yesus seorang yang kurang waras, yang
dirasuki roh jahat atau sebaliknya? Dengan kuasa siapakah Ia membuka mata orang buta (ay. 19-
21)?

Pesta Hanukkah.
Pesta ini merupakan perayaan penahbisan kembali Bait Allah oleh Yudas Makabe (tahun 164 SM)
sesudah pencemaran yang dilakukan oleh Antiokhus IV Epifanes, tiga tahun sebelumnya (1 Mak
4:36-59; 2 Mak 10:1-8). Perayaan ini berlangsung selama sembilan hari. Perayaan ini juga
merupakan Pesta “terang” seperti pesta Pondok Daun (7:2) dan dirayakan pada pertengahan
Desember. Ketika itu musim dingin (ay. 22). Panggung untuk kejadian ini terletak di serambi
Salomo (ay. 23), sebelah timur Bait Allah yang mengarah ke Lembah Kidron.

Serambi Salomo merupakan tempat pertemuan yang disukai orang-orang Kristen, sebagaimana
dinyatakan dalam Kis 3:11-4:4; 5:12, sekaligus juga sebagai tempat kontroversi antara umat
Kristen Yahudi dengan orang-orang Yahudi lainnya. Bahan yang berkaitan dengan argumen-
argumen yang dipakai dalam kontroversi tersebut mungkin saja dimasukkan juga ke dalam ayat-
ayat ini.

Inti dialog (ay. 24-38) sungguh serupa dengan bab 7-8. Satu pertanyaan dalam dialog ini apakah
Yesus adalah Mesias (ay. 24), yang berkaitan dengan tokoh Daud dalam Yeh 34, yang merupakan
latar belakang masalah pada bagian terdahulu? Pertanyaan lain ialah apakah Yesus adalah Anak
Allah yang tunggal? Apakah Allah dengan cara yang istimewa adalah BapaNya?

Dalam bagian yang pendek ini, Yesus menyebut Bapa muncul sembilan kali (ay. 25. 29 {2x}, 30, 32
{2x}, 36, 37, 38 {2x}) dan menyebut diriNya Anak Allah hanya muncul dalam ayat 36. Apalagi yang
dapat dikemukakan Yesus sebagai bukti bahwa karyaNya dilaksanakan melalui Bapa, bahwa
pekerjaan-pekerjaanNya adalah firman yang mewahyukan Bapa? Tetapi, lawan-lawan Yesus tidak
percaya terhadap pernyataan karya ilahi Yesus, bahwa Ia dan Bapa adalah satu (ay. 30), bahwa
Bapa di dalam diriNya dan Ia di dalam Bapa (ay. 38).

31
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Di satu pihak, Yesus hampir mempermainkan lawan-lawanNya dalam kaitan dengan masalah Anak
Tunggal Allah. Jika Mzm 82:6 menyebut para hakim “allah-allah” karena mereka mengambil
bagian dalam karya penghakiman ilahi, mengapa orang-orang keberatan jika Yesus disebut “Anak
Allah” karena Bapa telah menguduskan dan mengutus Dia ke dunia (ay. 34-36)? Pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan Yesus telah memberikan kesaksian tentang Dia. Peristiwa itu berakhir
dengan catatan yang menyedihkan: Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput
dari tangan mereka (ay. 39).

Ayat terakhir (40-42) merupakan suatu pengungkapan misi Yesus dari sisi lain. Banyak orang
datang kepadaNya untuk menerima kesaksian dari tanda-tandaNya dan dari kesaksian Yohanes
(suatu keterangan akhir tentang Yohanes Pembaptis); mereka datang karena percaya kepadaNya.
Bagian ini juga mulai menceritakan Yesus yang pergi ke Betania (bab 11) dan dalam kemenangan
pergi ke Yerusalem (12:12).

Yohanes mungkin menunjukkan dengan baik hubungan antara Yesus yang dikuduskan oleh Bapa
dan yang telah diutusNya ke dalam dunia (10:36) dengan pesta Hanukkah (ay. 22), yang
merupakan peringatan penyucian Bait Allah sesudah dicemarkan oleh orang-orang Syria. Jika
demikian, hal ini ada hubungannya dengan usaha Yohanes untuk menunjukkan bagaimana Yesus
telah mengubah institusi-institusi Yahudi.

Kita telah melihat:


1) bagaimana Yesus mengubah penyucian Bait Allah (2:13-22);
2) bagaimana Ia adalah Tuhan atas hari Sabat, yang bekerja sebagaimana Bapa melakukan
pekerjaNya (5:16-18);
3) bagaimana pada Paskah (bab 6) Ia memberikan dan menjadi roti manna dan
menyelamatkan murid-murid dari terpaan badai;
4) bagaimana dalam bab 7-8, pada pesta Pondok Daun, Ia menjadi air hidup dan terang dunia;
dan, pada bagian ini,
5) Yesus mengubah pasta Hanukkah.

Dengan demikian, jelas bahwa Ia adalah tokoh yang disucikan. Seperti ditulis Yohanes, Bait Allah
runtuh dan orang-orang Kristen Yahudi diusir dari sinagoga-sinagoga. Dalam konteks ini, Yohanes
hendak menegaskan: “Jangan takut. sebab Yesus sendiri sudah cukup untuk menggantikan semua
hal berharga yang hilang itu.”

32
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE VI
HIDUP ATAS KEMATL4N
11:1- 54

Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:25), dan pembangkitan Lazarus adalah tandanya. Yohanes
telah memperkenalkan “tema hidup” kepada kita, ketika dalam Episode I, ia berbicara mengenai
kelahiran kembali (Nikodemus) dan air hidup (perempuan Samaria); dalam Episode II, ia
membicarakan firman yang memberi hidup; dalam Episode III. ia menegaskan bahwa Yesus adalah
roti yang memberi hidup; dalam Episode IV, menyatakan tentang “terang-hidup” (8:12); dalam
Episode V, mengemukakan bahwa Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan (10:10).

Episode kita sekarang ini memusatkan perhatian pada tema “hidup atas kematian”, dalam satu
penyajian yang tersusun rapi dan mudah dijadikan sebuah drama. Panggung sudah disiapkan dan
para pemeran sudah ditentukan: saudara-saudara, Yesus, para murid dan Tomas, para pembesar,
orang-orang Yahudi, Kayafas, dan pencerita. Drama ini berjalan dalam gerak yang teratur. Dimulai
dengan berita menyedihkan yang datang dari Betania yang letaknya dekat Yerusalem (ay. 18).
Berita ini disampaikan kepada Yesus dalam suatu pesan yang demikian sederhana dan menyentuh:
Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit (ay. 3). Yesus dan para murid pergi menuju Betania (ay. 7).
Marta dan Maria pergi menjumpai Yesus. Semua pergi ke kuburan (ay. 20, 31). Lazarus bergerak
keluar dari kuburan. Beberapa orang pergi memberi tahu orang-orang Farisi (ay. 44, 46). Yesus dan
rombonganNya pergi ke Efraim di Yudea Utara (ay. 54).

Maria dan Marta kita kenal juga dari kisah Maria dan Marta dalam Luk 10:38-42. Pelukisan watak
kedua orang itu sama dalam kisah Lukas dan kisah Yohanes. Marta muncul sebagai yang lebih
dominan dan lebih aktif. Dialah yang begitu sibuk dalam Luk 10:40 dan bergerak dengan cepat
menemui Yesus dalam Yoh 1:20. Sementara itu, dalam Yoh 11:20, 32, Maria duduk di rumah dan
berlutut di hadapan Yesus dan dalam Luk 10:39, ia juga duduk di kaki Tuhan untuk mendengarkan
kata-kata Yesus. Mengherankan bahwa Lukas sama sekali tidak menyebut apa-apa mengenai
Lazarus, saudara mereka, meskipun dalam bagian lain, ia berbicara dalam sebuah perumpamaan
mengenai Lazarus, Si orang miskin yang ada di pangkuan Abraham. Cerita Lukas berakhir dengan
konklusi yang menantang: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,
mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang
mati (Luk 16:31). Perbedaan ini tidak mengisyaratkan bahwa Yohanes telah mengubah kisah
Lazarus dalam perumpamaan Lukas menjadi saudara Maria dan Marta dalam kisah ini. Tokoh-
tokoh dalam kisah Yohanes nyata dan pengetahuan Yohanes mengenai Yerusalem — termasuk
Betania — dapat dipercaya.

Apa yang sangat menyentuh dalam peristiwa ini adalah penekanan pengarang atas dalamnya kasih
yang dimiliki Yesus terhadap keluarga kecil ini, karena Yesus merasa betah tinggal bersama
mereka. Kasih ini dinyatakan secara jelas dalam ayat 5, 11, 35-36. Karena Lazarus adalah satu-
satunya murid yang dikasihi Yesus dalam Injil, beberapa penafsir mengatakan bahwa Lazaruslah
murid yang terkasih, yang akan memegang peranan dalam bab-bab mendatang. Pandangan ini
tidak mungkin dapat diterima. karena Yohanes menyebut Lazarus sebagai yang dikasihi Yesus
justru dimaksudkan untuk tetap memelihara anonimitas tokoh sentral ini.

Yang lebih meyakinkan adalah bahwa kisah Lazarus ini merupakan edisi kedua yang ditambahkan
dalam Injil. Kisah ini akan memperjelas adanya catatan aneh dalam ayat 2 mengenai pengurapan
oleh Maria, yang baru akan terjadi pada bab berikutnya. Keanehan ini akan menghilang bila dalam

33
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
edisi pertamanya pengarang memasukan bab 12 dan menyinggung tentang kisah Lazarus, ketika ia
menambahkan apa yang sekarang menjadi bab 11.

Terlepas dari itu semua, cerita ini kaya akan teologi:


1) Ayat 2 5-26 adalah pusat teologis seluruh bab ini Yesus adalah kebangkitan dan hidup bagi
semua yang, seperti Marta, percaya bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah (ay. 27, yang juga
akan dijumpai dalam 20:3 1). Orang yang mempunyai iman, juga sesudah kematian, akan
hidup; orang yang mempunyai iman dan hidup tidak akan benar-benar mati. Pembangkitan
Lazarus adalah tanda mengenai hal ini.

2) Di sini, kita menemukan suatu contoh sabda Yesus yang memberi hidup dan kita diingatkan
pada ucapan dalam Episode II: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarNya,
akan hidup …. sebab saatnyo akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan
mendengar suaraNya, dan ….. akan keluar ….. (Yoh 5:25, 28-29).

3) Teologi keselamatan Yohanes digemakan secara tak sengaja dalam ramalan Kayafas: Yesus
akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, melainkan juga untuk
mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai (ay. 51-52).

4) Kebenaran lebih jauh yang hendak diungkapkan dalam episode ini adalah bahwa karunia
hidup dari Yesus kepada Lazarus mencakup kematianNya, pengorbanan hidupNya. Untuk
mengasihi Lazarus dan memberinya kehidupan, Yesus harus mau menempuh risiko
kehilangan hidupnya. Perjalanan ke Betania mencerminkan makin mendekatnya perjalanan
menuju salib (ay. 7-8, 16, 50-53).

Menarik untuk diperhatikan bagaimana cerita kebangkitan Lazarus paralel dengan kebangkitan
Yesus sendiri dalam bab 12. Kedua kebangkitan itu menunjukkan adanya kemiripan dalam hal:
— Tangisan Maria dimakam (11:31 dan 20:11);
— gua kubur yang ditutup dengan batu (11:38, 41 dan 20:1);
— kain kafan dan penutup wajah (11:44 dan 20:6-7);
— peranan khusus yang diberikan kepada Tomas (11:16 dan 20:24-28).

Yohanes telah menulis kisah Lazarus sedemikian rupa untuk melambangkan kebangkitan Yesus.
Bab 11 dimaksudkan untuk mempersiapkan pembaca untuk memasuki bab 20.

Bab ini ditutup dengan beberapa pengamatan. Kita mungkin heran akan kelambatan Yesus yang
tak diharapkan dalam ayat 4-7. Mengapa Yesus tidak berusaha menghalangi kematian daripada
menunggu untuk mengalahkannya? Pengarang melihat hal ini dari sudut pandang ilahi, bukan
manusiawi, dan inilah yang hendak disoroti oleh kata-kata Yesus dalam ayat 4, 9 dan 15. Yohanes,
dengan menengok kembali pada peristiwa itu, sekarang dapat melihat dan berkata, sebagaimana
dinyatakan Yesus, bahwa hal itu lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya (ay. 15).

Tanda mukjizat telah menjelaskan kemuliaan Allah, kehadiranNya dan dalam pribadi Anak Allah.
Mukjizat ini adalah sebuah epifani (penampakan/kehadiran). Kasih Allah yang menyembuhkan
dinyatakan melalui pekerjaan AnakNya. Dan, melalui AnakNya itu, yang menjadi terang dunia (ay.
9), kita yakin tidak akan tersandung.

34
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Kayafas, yang secara tidak sengaja kata-katanya mempunyai bobot teologis pada ayat terakhir,
merupakan imam besar selama sembilan belas tahun (tahun 18-37 M). Ia adalah menantu Hanas.

Ayar-ayat terakhir (53-54) dalam episode ini mengantar Yesus ke Efraim dekat padang gurun. Dari
sana, Ia akan naik untuk terakhir kali ke Betania dan Yerusalem.

35
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
EPISODE VII
HIDUP MELALUI KEMATIAN
11:55- 12:50

Episode terakhir dalam Kitab Tanda ini akan menjangkau tidak hanya bahwa Yesus mengalahkan
kematian (seperti dalam kisah Lazarus), tetapi juga bahwa Ia akan memberikan hidup secara benar
lewat kematian. Teksnya terbagi dalam enam bagian yang jelas dapat dibedakan, tetapi juga
berhubungan erat satu sama lain:
 pengantar,
 pengurapan,
 perarakan kemenangan,
 saat Yesus,
 evaluasi penginjil,
 rangkuman pewartaan Yesus.

11:55-57 Pengantar.
Ayat permulaan hampir sama dengan 6:4, yang juga memperkenalkan bahan-bahan Paskah.
Penyebutan Paskah dua kali (ay. 55) tentu saja akan mengantar kita kepada bagian 12:1. Adegan
ini mengisahkan keingintahuan orang banyak mengenai kedatangan Yesus dalam pesta. Akan
datang jugakah Ia ke pesta? (ay. 56). Sementara itu, orang-orang Farisi dan imam-imam kepala
pun sudah memasang jebakan (ay. 57).

12:1-11 Pengurapan.
Bila kita masuk ke dalam teks mengenai sengsara, kita menemukan bahwa Injil Yohanes menjadi
semakin mirip dengan ketiga Injil yang lain. Kisah pengurapan ini misalnya, sangat mirip dengan
kisah dalam Mrk 14:1-11 dan Mat 26:1-6 (Luk 7:36-50 juga mempunyai kisah pengurapan, tetapi
saat dan kerangkanya sangat berbeda). Meskipun Marta, Maria, dan Lazarus terkenal, tetapi teks
secara jelas menghindari mengatakan bahwa perjamuan diadakan di rumah mereka. Markus dan
Matius menempatkannya di rumah Simon, orang kusta. Yohanes pun tidak menentang
penyebutan itu.

Menarik untuk membaca, dan rupanya memang benar juga, bahwa Marta melayani sementara
Maria meminyaki kaki Yesus (ay. 2-3). Protes Yudas Iskariot memungkinkan penginjil untuk
mengedepankan tokoh tragis ini dalam drama. Tokoh ini diperkenalkan sebagai orang mencuri dari
orang-orang miskin. Karena tindakannya itu, ia akan kehilangan semua miliknya. Namun,
ungkapan yang penting dalam cerita ini adalah kata-kata Yesus dalam ayat 7, menanggapi protes
Yudas Iskariot terhadap tindakan Maria: Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari
penguburan-Ku. Pengurapan itu bukan hanya parfum untuk kosmetik, juga bukan hanya persiapan
untuk kematian, melainkan juga merupakan pengurapan penguburan yang dilakukan Maria, yang
memenuhi rumah itu dengan baunya yang harum seperti bau minyak penguburan di sekitar
makam. Motif penguburan ini akan segera muncul lagi.

Dalam ayat 9, sejumlah orang muncul di panggung. Kemunculan mereka akan terus mengisi
panggung drama dalam bagian ini pada saat-saat tertentu dan untuk tujuan tertentu. Tetapi,
untuk sementara ini, Lazaruslah yang menjadi pusat perhatian. Para penguasa membuat rencana
untuk membunuh Lazarus, seperti yang juga akan dialami oleh banyak murid Yesus. Keberadaan
Lazarus dalam panggung ini merupakan bukti sangat kuat dalam kaitannya dengan sabda Yesus
yang menghidupkan.

36
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

12:12-19 Perarakan kemenangan.


Orang banyak mengambil alih peran dalam bagian ini. Yesus masuk Yerusalem untuk terakhir kali
(ay. 12, 17, 18). Ia datang sebagai raja (ay. 13, 15), motif yang akan semakin menguat dalam kisah
sengsara. Doa kegembiraan dalam ayat 13, aslinya berasal dari Mzm 118:26-27. Mazmur ini
biasanya dipergunakan para peziarah ketika masuk Kota Suci. Mazmur ini kemudian digabungkan
dengan aplikasi Za 9:9 sesudah kebangkitan (ay. 15). Menurut gambaran Zakharia, sebagaimana
juga digambarkan Yohanes, raja yang masuk Yerusalem itu adalah raja sederhana, karena Ia
memang tidak menunggang kuda perang, tetapi justru seekor keledai tunggangan. Orang banyak
yang ditampilkan dalam adegan ini sangat jelas digambarkan dalam konklusinya (ay. 12, 17, 18).
Kehadiran mereka memprovokasi munculnya reaksi orang-orang Farisi. Di sini, karunia Yesus
berupa kehidupan kepada Lazarus mulai menuntut perubahan yang menakutkan; kehidupan Yesus
menjadi ganti bagi hidup sahabatNya. Bagian ini diakhiri dengan ungkapan penting: Lihatlah,
seluruh dunia datang mengikuti Dia! (ay. 19). Apa yang dimaksudkan dengan dunia ini adalah
rombongan orang-orang Yahudi yang telah diulas secara luas dalam bagian-bagian terdahulu.

12:20-36 Saat Yesus.


Bagian yang merupakan suatu kombinasi tentang cerita monolog dan dialog ini merupakan bagian
kunci untuk seluruh bab. Bagian ini diikuti oleh suatu kisah (lih. 12:1-11) yang menekankan
penguburan dan kisah lain (lih. 12:12-19) yang berulang-ulang mengemukakan orang banyak. Dan,
sekarang muncullah di panggung beberapa orang Yunani (ay. 20), yang mulai bergerak menuju
Yesus, melalui bantuan khas dua misionaris, Filipus dan Andreas (1:41, 45; 6:5-10). Maka, dalam
kisah ini mereka yang mengikuti Yesus mencakup orang Yahudi dan orang Yunani, yang
diilustrasikan dengan ucapan seluruh dunia datang mengikuti Dia (ay. 19).

Dalam ayat-ayat berikut, Yohanes mulai merangkum seluruh tema dalam bab ini
pengurapan pemakaman, orang banyak, orang-orang Yunani, seluruh dunia. Cerita-cerita itu kini
mau diinterpretasikan dengan kata-kata Yesus. Telah tiba saat Yesus (ay. 23). saat Yesus akan
dimuliakan, yaitu saat Allah akan menyatakan kehadiranNya secara tuntas di dalam Anak. Tetapi,
saat ini mencakup kematian: butir gandum harus jatuh ke tanah supaya menghasilkan buah (ay.
24). Yesus akan masuk ke dalam tanah (pengurapan pemakaman dalam ayat 7 adalah nubuat
mengenai hal ini), dan kematianNya akan menghasilkan banyak buah. Kita mulai melihat seluruh
dunia mengikutiNya — baik orang banyak yang terdiri dari orang-orang Yahudi dalam ayat 9, 12,
17, 18, 29, 34 maupun buah panenan pertama dari bangsa-bangsa lain (ay. 20-22). Dalam ajaran
yang sama ini tetapi dalam kata-kata yang berbeda, dalam ayat 32 Yesus mewartakan: Apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku. Permulaan peninggian
ini adalah penyaliban Yesus.

Apa yang ditekankan Yesus dalam episode ini adalah bahwa hidup akan dikurbankan demi dunia
melalui kematianNya. Jika Ia dikuburkan seperti bulir gandum, jika Ia ditinggikan di salib, maka
banyak buah akan keluar; kemudian, Ia akan menarik semua orang ke dalam diriNya. Orang
banyak dan orang Yunani hanyalah panenan pertama. Dengan cara yang mengagumkan,
peninggian di salib adalah juga pemuliaanYesus (ay. 23, 28), manifestasi dalam diriNya kehadiran
Bapa, yang tampak paling jelas hanya dalam tindakan kurban kasih Yesus. Teologi Yohanes ini
mengalir dari Yes 52:13: Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung,
dan dimuliakan.

Bila Yesus menyebut pengurbanan diriNya (ay. 23-24), Ia menggabungkan juga korban para
muridNya. Mereka dipanggil untuk menjadi hamba (ay. 25-26).

37
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Ayat 27-30 dengan cara yang agak aneh mengingatkan pada penderitaan yang mendalam di
Taman Zaitun — yang tidak ada dalam lnjil keempat — yang mengungkapkan dengan jelas
kemanusiaan Yesus. Dalam hal ini jiwa Yesus sedang sedih, dan Ia tergoda untuk berdoa agar saat
itu terlewatkan bagi diriNya. Tetapi, Ia tidak melakukannya (ay. 37). Kekuatan datang dari Bapa,
yang telah memuliakan (menyatakan) diriNya melalui tanda-tanda dan akan memuliakan diriNya
lebih lanjut melalui kebangkitan Yesus (ay. 38).

Alur teologisnya mulai dapat ditarik, yakni bahwa manifestasi kehadiran Allah yang penuh kasih
pada saat penyaliban akan menuntut reaksi, dan reaksi itu akan menentukan penghakiman
perseorangan (ay. 37). Penguasa dunia kegelapan akan diusir oleh kuasa terang Yesus. Namun,
saat sekarang adalah saat terbenamnya terang Yesus: Hanya sedikit waktu lagi terang ada di
antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayakah kepadanya, supaya kegelapan jangan
menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, Ia tidak tahu ke mana ia pergi (ay. 35).
Ketika Yesus meninggalkan panggung (ay. 36) dan pelayanan tanda-tanda berakhir, beberapa
orang masih tersandung-sandung dalam kegelapan: Bagaimana mungkin Engkau mengatakan
bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu? (ay. 34).

12:37-43 Evaluasi penginjil.


Pelayanan melalui tanda-tanda tidak begitu berhasil, baik dalam kehidupan Yeus maupun kelak
dalam karya pewartaan para murid. Dalam hal ini, seolah-olah Yes 53:1 ditulis untuk menanggapi
situasi ini: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? Paulus mempunyai perasaan
yang sama mengenai pelayanan dalam pewartaannya (Rm 10:16). Maka, seolah-olah Yesaya 6:10
juga ditulis bagi zaman Yesus. Komentar buruk dalam ayat 40 cukup dikenal dan kerap kali
digunakan dalam Gereja Perdana (Mrk 4:12; Mat 13:15; Luk 8:10; Rm 11:8; Kis 28:26).

Ini bukan pernyataan predestinasi. Setiap sikap buta atau tuli yang terjadi selalu dilihat sebagai
hukuman yang mengikuti kesalahan pribadi. Teks Yesaya dimaksudkan untuk memberi informasi
kepada nabi, dan sejumlah pengkhotbah sesudah dia, bahwa kegagalan misinya, bagaimana pun
juga, termasuk dalam rencana Allah dan tidak perlu mengendurkan semangat mereka.

Ayat 41 agak membingungkan bagi pembaca abad ini. Bagaimanakah cara Yesaya, yang hidup
berabad-abad sebelum Kristus, melihat kemuliaan Yesus? ini tentu harus diletakkan dalam konteks
kutipan Yes 6 dan 53.
 Pertama, dalam Yes 6 dibicarakan mengenai hamba;
 Kedua, dalam Yes 53 dibicarakan mengenal Penglihat tentang pemahkotaan Allah sebagai
Raja dan Tuhan semesta.

Dalam kemuliaan Allah, ia telah melihat kemuliaan Yesus, karena Bapa memberikan kemuliaan itu
kepadaNya. Dan, dengan kemuliaan yang sama, hamba ditinggikan.

Ayat 42-43 memperkenalkan kepada kita sejumlah murid, yang merupakan orang Kristen
tersembunyi, yang menyembunyikan imannya kepada Yesus, seperti orang yang lahir buta dalam
bab 9. Mereka diusir dari sinagoga. Yohanes sekarang menulis mengenai orang-orang Kristen ini
dalam zamannya.

38
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
12:44-50 Rangkuman pewartaan Yesus.
Perikop ini tidak menunjukkan kapan Yesus berbicara atau siapa orang-orang yang
mendengarkanNya. Yang kita hadapi adalah sebuah rangkuman pokok-pokok ajaran Yesus dalam
kata-kataNya sendiri. Perikop ini ditempatkan di sini oleh Yohanes sebagai suatu rekapitulasi
sebelum memulai kisah Sengsara dan kemuliaan Yesus.

Dalam rangkuman ini muncul lagi pernyataan mengenai:


a) kesatuan Bapa dan Anak (ay. 44-45);
b) Yesus sebagai terang dunia, yang datang tidak untuk menghakimi tetapi untuk
menyelamatkan (ay. 46-47);
c) penghakiman yang tak terhindarkan, yang tergantung pada reaksi pribadi (ay. 48);
d) identifikasi tentang kata-kata Yesus dengan sabda Bapa dan tentang hidup kekal
yang diberikan (ay. 49-50).

Tema-tema ini mewarnai bab 1-12.

Karena kita sudah sampai pada konklusi bagian pertama Injil Yohanes, mungkin berguna untuk
melihat lagi secara singkat tanda teologi mana yang telah disinggung. Melalui tanda-tanda — tujuh
di antaranya adalah mukjizat —penginjil berusaha menunjukkan kepada kita siapa Yesus itu, apa
yang telah dikerjakanNya, sehingga dengan mengenal Yesus kita dapat mengetahui Bapa.

Ketujuh tanda mukjizat itu mengajar kita bahwa :


 zaman baru yang berasal dari anggur mesianis telah datang (Kana);
 sabda Yesus memberi kehidupan
o (anak pegawai istana,
o orang lumpuh di kolam);
 Yesus sebagai roti hidup dan
 kehadiran Allah yang menyelamatkan (bab 6); dan
 Ia adalah terang (bab 9) dan kehidupan (bab 11) dunia.

Jika semua itu menunjukkan kepada kita siapa Yesus itu dan apa yang dilakukanNya, maka hal-hal
itu sudah tentu juga mengantar kita pada pemahaman mengenai siapa dan apa yang dilakukan
Allah; karena, dalam dan melalui sabda dan karyaNya, Yesus menyatakan Bapa. Sejauh ini, tanda-
tanda itu telah mengantar kita pada tahap pemahaman ini. Tetapi, jika dari tahap pemahaman ini
kita ingin meneruskan untuk mengetahui Yesus dan Bapa yang sesungguhnya, kita harus
melangkah lebih lanjut. Sengsara Yesus akan menyatakan diriNya dan BapaNya yang
sesungguhnya.

39
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
C. KITAB KEMULIAAN
Yohanes 13:1 - 20:3 1

Dengan bab 13 ini, kita beralih dari kehidupan publik Yesus dan tanda-tanda pewahyuanNya
menuju hari-hari terakhir Yesus, sampai ke periode kemuliaanNya, yaitu kematian dan
kebangkitan, di mana kemuliaan dan kehadiran Allah akan diperlihatkan. Karena alasan ini, bagian
kedua Injil ini sering disebut “Kitab Kemuliaan”. Dalam “Kitab Kemuliaan” ini, terdapat wejangan
perpisahan (bab 13-17), kisah sengsara (bab 18-19), kebangkitan (bab 20), dan epilog (bab 21).

Wejangan Perpisahan
13:1-17:26

Kelima bab ini beralih dengan tajam dan penyajian tanda-tanda pelayanan Yesus pada bagian-
bagian terdahulu menuju tuntutan aktualisasi hidup Kristen yang dihayati dalam Yesus.
Tekanannya bukan pada masa depan, melainkan pada masa kini. Kita akan menyimak suara Yesus,
yang seolah-olah sudah bangkit dan dimuliakan, yang berbicara kepada para muridNya mengenai
hidup sekarang, tempat tinggal, kasih, penghakiman, mengenai Roh Parakletos yang menjadi
pembela dan pemberi wahyu. Yesus meninggalkan kita untuk pergi kepada Bapa dan untuk
kemulian kembali lagi. Tekanan utama bab-bab ini adalah kesatuan: persatuan Bapa dan Anak;
karunia dan hadirnya Roh di antara para murid; persatuan Anak dan para murid; persatuan satu
sama lain di antara para murid. Penggerak dalam semua bentuk persatuan itu adalah kasih, kata
yang sekarang ini mulai mengambil alih kabar gembira dalam Yohanes. Jika kita ingin mengetahui
siapa dan apa yang dilakukan Yesus, sehingga kita dapat mengetahui siapa dan apa yang dilakukan
Allah karena semua yang dilakukan Yesus, jawabannya adalah kasih.

13:1-30 Adegan pembukaan: pembasuhan kaki.


Lagi, kita mendekati masa Paskah (ay. 1). Tetapi, kali ini akan menjadi Paskah (lewat/ lawat) Yesus
sendiri dari dunia ini kepada Bapa (ay. 1, 3). Dalam adegan dramatis, Yesus, hamba Bapa, menjadi
hamba kemanusiaan. SaatNya sudah sampai, dan Ia mengasihi sahabat-sahabatNya sampai
kepada kesudahannya (ay. 1), yang mempunyai makna ganda dan mencakup baik waktu maupun
ukurannya. Yesus melakukan pekerjaan seorang hamba (lih. Luk 22:27); demikian juga, murid-
muridNya harus saling melayani. Kita semua dipanggil untuk saling membasuh kaki. Di sini, semua
ini dijelaskan dan diucapkan Yesus sendiri untuk menghilangkan kemungkinan adanya keraguan
(ay. 12-17).

Namun, ayat 6-10 membingungkan. Tampaknya, ayat-ayat ini menampilkan pandangan yang
berbeda-beda. Apa yang dilakukan Yesus tidak akan dipahami sekarang dan baru akan dipahami di
kemudian hari (ay. 7). Tampak di sini, Petrus berkeberatan dibasuh oleh Yesus, sikap yang sama
yang ditunjukkannya ketika Yesus menubuatkan kematianNya sebagai hamba dalam Mrk 8:32;
pencucian, atau lebih tepatnya dicuci, adalah tindakan yang begitu penting sehingga tanpa itu para
murid tidak dapat mengambil bagian dalam Yesus (ay. 8). Tampaknya, hal ini lebih dari hanya
suatu contoh pelayanan kristiani, yang mengundang banyak komentator untuk menyatakan
keyakinannya bahwa pembasuhan kaki ini juga mempunyai makna simbolis, yaitu kematian Yesus
sebagai hamba. Namun demikian, pembasuhan kaki ini, terutama diperlukan secara mutlak
berkaitan dengan pengajaran baptis dalam ayat 8.

40
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Hal-hal di atas menyingkapkan bahwa bagian ini kaya akan makna teologis, meskipun kabur;
a) Pembasuhan kaki melambangkan kematian Yesus sebagai hamba;
b) Untuk dapat ambil bagian dalam kematian Yesus yang menyelamatkan, syaratnya
harus melalui baptis, sebab tanpa itu engkau tidak mendapat bagian dalam Aku (ay.
8) dan dengan melalui itu kita sudah bersih seluruhnya dan tidak perlu dicuci lagi
(ay. 1). Berdasarkan uraian ini, alur kisah berpindah dari simbolisasi kematian yang
menyelamatkan menjadi partisipasi sakramental;
c) Semua ini, pada gilirannya, mengantar kita kepada peranan hamba secara etis
bahwa kita harus saling melayani (ay. 12-17).

Karena kita dibaptis dalam kematian Yesus yang menyelamatkan, kita harus meniru teladanNya.
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu (ay. 15). Hal ini merupakan suatu gambaran profetis mengenai
peranan semua orang Kristen, tetapi terutama para pemimpin, seperti Petrus, dalam Gereja.
Kesukaran Petrus (kesukaran yang juga dirasakan oleh para pemimpin dan jemaat Gereja Perdana
ribuan tahun yang lalu) mengenai peranan pelayanan Kristen, mengingatkan kita akan kesukaran
yang sama dalam Mrk 8: 32-33.

Dalam kisah ini ditunjukkan adanya seorang murid yang tidak bersih. Pada saat ini, pada
permulaan konflik akhir, murid ini menolak mengambil bagian dalam kebersamaan dengan Yesus,
ia menolak percaya kepadaNya (ay. 19). Ia juga melawat (paskah) tetapi kepada kekuasaan Iblis
(ay. 2, 27). Murid yang disebut Yudas Iskariot, yang makan semeja bersama Yesus (ay. 18,
mengutip Mzm 4 1:10), sekarang ia meninggalkan terang dunia. Ketika Yudas Iskariot beralih dari
keadaan terang kepada kegeIapan penginjil mencatat dengan sedih: Pada waktu itu hari sudah
malam (ay. 30).

Tekanan pada Yudas Iskariot menggarisbawahi problem yang dihadapi oleh orang-orang Kristen
Perdana, dan barangkali juga menyebabkan terjadinya pertentangan-pertentangan
 Apa dan bagaimana hubungan antara tindakan pengkhianatan Yudas dengan
kebijaksanaan serta pengetahuan Yesus?
 Dapatkah Mesias sejati membuat suatu pilihan yang demikian fatal?

Pertanyaan-pertanyaan ini dirasakan begitu kuat dalam Gereja Perdana, sehingga Yudas mendapat
perhatian khusus dalam keempat Injil, juga dalam Kis 1:15-26. Yohanes menekankan bahwa Yesus
mengetahui pengkhianatan Yudas Iskariot dan bahwa hal ini sesuai dengan rencana Allah.

Dalam ayat 23, untuk pertama kali dibicarakan perihal murid yang dikasihiNya. Tidak disebutkan
nama murid ini, tetapi fungsinya penting. Kedekatannya dengan Yesus (sebagaimana kedekatan
Sabda dengan Bapa dalam 1:18) menjadikan ia pengantara Yesus dan Petrus; dalam pemunculan
selanjutnya, murid yang dikasihi ini hampir selalu dihubungkan dengan Petrus.

13:31-14:31 Kepergian dan kembaliNya Yesus.


Begitu Yudas meninggalkan terang, Yesus mulai berbicara kepada para muridNya, sahabat-sahabat
yang dikasihiNya. Murid-murid yang karakternya berbeda-beda — Petrus, Tomas, Filipus, Yudas —
terlibat dalam diskusi berdasarkan pertanyaan yang mereka ajukan. Perbedaan karakter mereka
ini memungkinkan kita untuk membagi perikop yang ada ini menurut sifat-sifat murid-murid yang
mengajukan pertanyaan, dengan harapan agar kita dapat melihat lebih jelas apa yang hendak
disampaikan dalam perikop ini:

41
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
a) Bagian pertama (13:31-35) hanyalah suatu pengantar. Kepergian Yudas merupakan awal
dimulainya peristiwa-peristiwa sengsara. Yesus akan dimuliakan Allah akan dimuliakan,
karena kehadiran Allah sebagai kasih yang tak terhingga akan segera dimanifestasikan
dalam Yesus. Yesus akan meninggalkan para murid, dan ketidakhadiranNya (atau malah
kehadiranNya?) merupakan masalah yang mendasari seluruh bagian ini. Ketika Ia
meninggalkan mereka Ia meninggalkan suatu perintah yang sangat Penting: kamu harus
saling mengasihi (ay. 34). Perintah ini adalah suatu perintah yang baru, karena perintah
untuk saling mengasihi ini harus mencontoh sesuatu yang baru, yakni kasih yang
diperlihatkan Yesus kepada murid-muridNya. Saling mengasihi harus menjadi tanda, tanda
hakiki kemuridan mereka.

b) Petrus (13:36-14:4) melanjutkan pembicaraan dengan pertanyaan: Tuhan, ke manakah


Engkau pergi? (13:36). Pemunculan Petrus ini memungkinkan penginjil untuk
mengemukakan tradisi yang sudah berkembang di dalam Gereja, yakni bahwa Yesus
menubuatkan penyangkalan Petrus (13:37-38). Meskipun Petrus akan menyangkal
Tuhannya, tetapi ia juga akan mengikutiNya sampai mati (ay. 36). Dalam ayat berikutnya
(14:1-4), problem dasariah yang mengisi seluruh bab disentuh. Para murid sedih (ay. 1, 27)
— demikian juga kelak jemaat Yohanes — karena kepergian Yesus. Untuk menanggapi
kesedihan para murid ini, Yesus menekankan perlunya iman. Yesus mengatakan bahwa Ia
pergi untuk mempersiapkan tempat bagi mereka dan akan kembali untuk membawa
mereka besertaNya (ay. 3). Nada pernyataan ini sangat menyerupai suatu janji kembaliNya
Yesus di masa mendatang (istilah teknisnya parousia = kedatangan) sebagai Tuhan atas
dunia. Gereja PErdana menunggu masa ini dengan pengharapan besar (1 Tes 4:16-18).
Tetapi, Injil Yohanes akan menafsirkan kembali pendekatan futuristik seperti ini. Yesus
bukannya melewati sebuah jembatan yang kemudian akan meledakkannya setelah
melewatinya, sehingga tidak memungkinkan untuk kembali lagi ke seberang. Di sini,
penginjil menegaskan bahwa ada jalan menuju Dia dan para murid sudah mengetahui jalan
itu (ay. 4).

c) Tomas (14:5-7) menyambung pembicaraan dengan bertanya; Tuhan, kami tidak tahu ke
mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ? Jawaban Yesus
mengungkapkan bahwa pengharapan kristiani bukan suatu metode, bukan suatu prosedur,
melainkan seorang pribadi. Yesus sendiri adalah Jalan dan Keberaran dan Hidup (ay. 6).
Melalui dan di dalam Yesus, seseorang datang kepada Bapa, mengetahui Bapa, melihat
Bapa.

d) Filipus (14:8-21) meneruskan kalimat terakhir, dengan memohon: Tuhan, tunjukkan Bapa
itu kepada kami ... (ay. 8). Orang dapat mendengar desahan kekecewaan dalam suara
Yesus: Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal
Aku? Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (ay. 9). Dan, diskusi berlanjut
dengan menunjukkan kesatuan sempurna Yesus dengan Bapa: kata-kataNya dan
pekerjaanNya adalah milik Bapa (ay. 10-11). Dengan ini, Yesus mengarahkan perhatianNya
kepada para murid. Mereka juga akan melakukan pekerjaan yang telah dikerjakan Yesus,
karena Ia akan menanggapi mereka sesuai dengan permohonan mereka, sehingga Allah
akan dinyatakan dalam Anak. Kasih para murid akan menyebabkan Bapa memberikan
Parakletos lain, Roh kebenaran, supaya tinggal bersama mereka selalu (ay. 16). Dalam arti
ini, Yesus akan datang; mereka tidak akan ditinggalkan sebagai yatim piatu (ay. 18).

42
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Dalam hal ini, pembaca mungkin akan bingung sedikit. Apa yang sedang terjadi?
Tampaknya pernyataan tentang kembaliNya Yesus di kemudian hari, untuk membawa para
murid ke tempat yang telah dipersiapkan bagi mereka (14:3), suatu gerakan yang
membawa kaum beriman ke suatu firdaus masa depan yang tak jelas, sebenarnya sama
seperti gerakan “bumerang” yang berputar kembali ke tempat awalnya ia dilontarkan.
Yesus akan pergi, tetapi Ia akan kembali lagi; dan tempat tinggal yang Ia persiapkan, yang
tampaknya terletak di suatu tempat yang tidak diketahui (ay. 2), rupanya justru akan
ditemukan dalam diri kaum beriman sendiri (ay. 20-21). Dengan cara tertentu, kembalinya
Yesus ini dihubungkan dengan Parakletos lain (lih. 1 Yoh 2:1, di mana Yesus disebut
Parakletos yang pertama), yang akan mengambil tempat Yesus sebagai pembela dan
pemberi wahyu.

Gerakan “bumerang” ini, yakni kepergian Yesus dan kembaliNya melalui Parakletos,
menjelaskan makna ungkapan tinggal sesaat lagi dalam ayat 19. Sama seperti para murid
melihat Yesus sekarang, demikian mereka akan segera mengetahui kesatuanNya dengan
Bapa, kesatuan yang akan Ia bagikan juga kepada mereka. Para murid yang mengasihi akan
dikasihi oleh Bapa dan Anak, yang melalui Parakletos akan menyatakan diri kepada mereka
(ay. 21). Semua yang mereka harapkan di masa depan akan segera terjadi.

e) Pernyataan di atas mendorong Yudas (bukan Iskariot) untuk bereaksi (14:22-3 1). Betapa
anehnya bahwa Yesus berbicara mengenai kembaliNya, tentang Roh, tentang tempat
tinggal, mengenai kesatuan dengan Bapa dan para murid, bila apa yang diharapkan oleh
Yudas dan murid-murid yang lain justru kembalinya Yesus yang tampak dalam kemuliaan
dengan diiringi gejala-gejala yang dahsyat. Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak
menyatakan diri-Mu kepada kami dan bukan kepada dunia? (ay. 22). Yesus hampir
mengabaikan pertanyaan itu, karena jawaban tentang hal itu sudah dinyatakan Yesus
sebelumnya. Ia dan Bapa akan datang kepada mereka yang mengasihi dan akan tinggal
bersama mereka (ay. 23-24). (Bagi Yohanes, hal ini merupakan kedatangan Tuhan yang
paling penting, parousia,). Kedatangan ini secara langsung berkaitan dengan Parakletos
yang akan diutus Bapa untuk mengajar dan untuk membimbing para murid. Jemaat
Yohanes, yang jelas merupakan jemaat Parakletos, percaya bahwa Roh, Roh Yesus, masih
bersama mereka, yang mengingatkan mereka dan menafsirkan kata-kata Yesus, mengajar
mereka dengan kata-kata dan kebijaksanaan Bapa. Injil ini penuh dengan peringatan dan
pengajaran Parakletos.

Ketakutan dan kesedihan orang-orang yang menunggu kedatangan Yesus yang tertunda
memberi jalan bagi jemaat Yohanes menuju kedamaian yang merupakan karunia Kristus,
kepada kegembiraan yang mereka miliki karena mengetahui bahwa Yesus telah kembali
kepada Bapa, yang merupakan asal usulNya. sebab Bapa lebih besar daripada Aku (ay. 28).

Diskusi ini, kata Yesus, sudah cukup panjang; sekarang, tibalah saatnya untuk menghadapi
konflik dengan penguasa dunia ini (ay. 30). Bapa telah memberikan kasih yang utuh, dan
dunia akan segera mengetahui bahwa inilah yang akan diberikan Anak. Bangunlah, marilah
kita pergi dari sini! (ay. 31).

15:1-16:33 Wejangan mengenai Yesus dan jemaatNya.


Ada dua kesukaran besar dalam bahan-bahan ini. Kesukaran pertama, bahan-bahan ini benar-
benar tak terduga. Kesannya, dalam 14:31, Yesus dan para muridNya sedang bergerak: Marilah
kita pergi dari sini. Namun, bagian yang mengikutnya, 18:1, menyatakan: Setelah Yesus

43
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-muridNya dan
mereka pergi ke seberang Sungai Kidron. Padahal, antara 14:31 dan 18:1, kita justru dihadapkan
dengan bahan-bahan (bab 15-17) yang semuanya berisi wejangan.

Kesukaran kedua adalah bahwa bab 15-16 mengulangi banyak hal yang telah dikatakan dalam bab
14. Yesus berbicara lagi mengenai tempat tinggal, Parakletos, kepergian dan kedatangan,
mengenai kasih, tinggal sesaat lagi. Hal-hal ini mendorong banyak orang untuk berpendapat
bahwa bagian ini adalah tambahan, semacam paralel atau versi alternatif dari bab 14.

a) Monolog panjang (15:1-16:16)


Bagian ini adalah monolog yang terpanjang dalam Injil Yohanes. Monolog ini berisi alegori tentang
pohon anggur, kebencian dan dunia, parakletos.

i) Alegori tentang pohon anggur (15:1-17).


AIegori kuno Perjanjian Lama dari Israel sebagai kebun anggur Tuhan (Mzm 80:9-20 adalah salah
satu dari sekian banyak alegori) sungguh menjadi sangat bersifat Kristen dalam konteks ini. Yesus
adalah pokok anggur yang benar (ay. 1, 5), yang sangat diperhatikan secara pribadi oleh Bapa,
mempunyai cabang-cabang yang bersemi, menghasilkan buah-buah yang bagus. Bagian-bagian
pohon ini adalah para murid yang telah menerima sabda Yesus yang memberi hidup (ay. 3, 7).
Mereka diundang, didorong untuk terus hidup, tetap tinggal dalam Yesus. Kata Yunani untuk
“tinggal”, menô, terdapat sebelas kali dalam beberapa ayat ini, suatu penekanan yang diulang-
ulang mengenai kembalinya Yesus dan tetap tinggal di antara para murid. Kata yang sangat
penting di sini adalah kasih. Sebagaimana tinggal adalah kata kunci dalam ayat 1-8, demikian juga
kasih menjadi hal hakiki dalam ayat 9-17, sementara keduanya sampai pada konklusi dalam
ungkapan “tetap dan kasihilah seorang akan yang lain” dalam ayat 16-17. Ajaran pokok alegori ini
jelas. Tetap tinggal dalam Yesus melalui kasih merupakan isi pokok wejangan ini. Bila ajaran ini
dilaksanakan, para murid akan menghasilkan banyak buah (ay. 5, 8). Jika ini tidak terjadi demikian,
mereka tidak pantas disebut murid, dan layak untuk dibakar sebagai sampah (ay. 6).

Kasih yang dibicarakan Yesus adalah satu, tetapi banyak. Hal ini dimulai dengan kasih Bapa
terhadap Kristus (ay. 9), kasih ini kemudian bergerak dari Yesus kepada sahabat-sahabatNya (ay. 9,
12-13). Kasih Yesus ini ditanggapi dalam ketaatan kasih para murid terhadap Kristus (ay. 10,14),
dan bersinar dalam kasih mereka satu sama lain (ay. 12,17). Kasih inilah yang akan menjadi
sumber dari kegembiraan mereka (ay. 11) dan syarat mutlak persahabatan akrab mereka dengan
Tuhan (ay. 14-15). Teladan kasih bagi pemuridan yang sejati bersifat total, tanpa batas. Karena,
demi kasih ini, Yesus sendiri telah memberikan hidupNya bagi sahabat-sahabatNya (ay. 13), seperti
dilakukan gembala yang baik dalam 10:11,15,17,18. Justru untuk kasih seperti inilah Yesus memilih
mereka. Mereka akan terus-menerus menghasilkan buah, doa-doa mereka akan didengarkan,
sejauh mereka saling mengasihi (ay. 16-17).

ii) Kebencian dunia (15:18-16:4a).


Kata-kata dalam teks ini jelas, sebagaimana juga perkembangannya secara logis. Para murid
diperingatkan bahwa nilai kemuridan tinggi. Sama seperti Yesus telah dibenci, dianiaya (ay. 20),
kata-kataNya tidak diterima, begitu juga para pengikutNya akan dibenci, dianiaya, tidak diterima
oleh dunia (ay. 18-20). Hal ini akan menjadi kenyataan, kenyataan yang cukup dikenal oleh jemaat
Yohanes. Kejahatan yang paling besar adalah ketika para musuh telah melihat bukti-bukti, tetapi
menolak untuk percaya. Yesus telah berbicara kepada mereka (ay. 22), Ia telah melakukan
pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya (ay. 24); tetapi, mereka tidak tahu apa-apa
mengenai Bapa yang mengutus Yesus (ay. 21), dan dengan demikian, jika mereka membenci

44
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Yesus, mereka juga membenci Bapa (ay. 23-24). Dengan konteks ini, Mzm 69:5 menyatakan:
Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan. Saksi-saksi kejahatan ini adalah Parakletos dan
para murid, yang karena telah melihat segalanya sejak awal, dapat memberikan kesaksian kepada
semua orang (ay. 26-27). Alasan dasar mengapa Yesus menyatakan hal ini adalah karena terjadi
pengucilan dan bahkan kematian menunggu para murid (16:2.3). Semoga iman mereka jangan
berantakan dalam saat-saat yang demikian menakutkan(16:1, 4).

Teks ini dapat dengan mudah dipahami. Namun, ada dua hal yang perlu dijelaskan.
 Pertama, penggunaan kata dunia oleh Yesus (ay. 18-19). Dalam konteks ini dunia yang
mengandung pengertian sangat negatif ini, jelas sangat berbeda dengan pemunculannya
yang bagus dalam bab 3: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah
mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
tidak binasa, tetapi beroleh hidup kekal. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dunia bukan
untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (3:16-17). Dunia
yang dikasihi Allah dengan kasih yang tak terbatas ini, sehingga Ia menyelamatkan dan
bukannya menghakimi, tampaknya sama sekali berbeda dengan dunia yang membenci dan
menganiaya dalam bab 15-16. Satu kata yang sama digunakan dalam arti yang sangat
berbeda. Inilah kesukaran yang ditemukan dalam Injil Yohanes sehingga kita harus
waspada. Dunia bisa berarti karya tangan Tuhan (1:2-4), objek kasihNya (3:16-17), inilah
dunia Allah. Tetapi, ada juga dunia lain, yang merupakan kerajaan kegelapan dan
kebencian, ketidakbenaran dan kematian. Dunia seperti ini dapat diberi sebutan “anti-
dunia”. Iblis adalah pemimpinnya (14:30; 16:11). Jemaat Yohanes telah berjumpa dengan
dunia yang dipimpin Iblis ini.

 Kedua, sekali lagi kita menjumpai bentuk historical bi-levels di sini. Pengusiran dari
sinagoga (9:22; 12:41), bahkan kematian, telah menyentuh orang-orang Kristen Yohanes;
dan pengalaman ini mereka pandang sebagai nasib mereka yang mengikuti Guru (15:18-
21). Tampaknya, penganiayaan dan ketidakpercayaan telah sangat meluas, karena ini tidak
hanya ditemukan di antara orang-orang Yahudi non-Kristen tetapi juga di antara bangsa-
bangsa kafir. Dalam hal ini, seluruh aspek dalam dunia Allah telah diubah menjadi kekuatan
ketidakpercayaan dan kebencian.

iii) Parakletos (16:4b-16).


Parakletos telah disebut secara jelas dalam ayat-ayat terakhir bab 15, tetapi sekarang akan
menjadi pusat diskusi. Kepergian Yesus, yang diikuti oleh penganiayaan, bukanlah suatu subjek
pokok wejangan pada awal pelayanan Yesus, karena waktu itu belum merupakan hal yang
mendesak (ay. 4b). Tidak mengherankan, pembicaraan mengenai hal ini mendatangkan kesedihan
bagi para murid. (Perlu dicatat bahwa pernyataan Yesus tentang tidak adanya seorang pun yang
bertanya: ke mana Engkau pergi? [ay. 51], yang sama sekali mengabaikan pertanyaan yang
diajukan Petrus dalam 13:36 dan yang juga tidak menyinggung pertanyaan Tomas dalam 14:5,
merupakan suatu petunjuk bahwa bab 16 berasal dari sumber yang berbeda). Yesus menekankan
bahwa kesedihan itu tidak pada tempatnya, karena kepergianNya hanyalah untuk menjamin
kedatangan Parakletos. Dalam kekosongan itu akan datanglah Parakletos. Kehadiran ilahi ini, yang
secara efektif dialami oleh jemaat Yohanes, merupakan bukti positif bahwa ketidakpercayaan
adalah dosa, bahwa keadilan telah terpenuhi dengan kembalinya Yesus kepada Bapa, bahwa
penguasa kejahatan telah ditentukan untuk kalah (ay. 8-11).

Sebagai Roh Kebenaran, Parakletos akan selalu membimbing para murid, berbicara kepada
mereka (melalui para pewarta dan penulis yang diilhami, seperti penginjil), apa yang didengar dari

45
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Yesus tentang apa yang diterimaNya dari Bapa. Kata kerja didengarNya (ay. 13) adalah kata yang
penting. Penjelasan ini secara simultan menempatkan peranan Roh Kebenaran dalam kekekalan
Allah dan di tengah-tengah para pembaca. Melalui Parakletos, apa yang dikatakan Yesus dalam
kerajaan Bapa, sekarang diteruskan kepada para murid. Yesus yang telah berbicara dalam daging,
sekarang berbicara dalam Roh. Tentu saja, banyak hal yang disampaikan dalam wejangan ini
berasal dari perkataan Yesus melalui RohNya kepada jemaat. Dalam hal ini, kepergian Yesus dari
dunia adalah hal yang menguntungkan, karena dengan demikian, memungkinkan kehadiran Yesus
yang dimuliakan. Para murid akan kehilangan Dia di dunia dalam beberapa saat lagi, tetapi akan
menerima kembali Dia dalam Roh Kebenaran (ay. 16).

b) Dari dialog menjadi monolog lalu dialog (16:17-33)


Monolog yang panjang sudah berakhir, tetapi masih akan diceritakan kembali dalam suatu dialog
pendek antara para murid dan Guru mereka. Pernyataan Yesus mengenai waktunya yang tinggal
sesaat lagi memaksa para murid untuk berpikir. Apa artinya tinggal sesaat lagi? (ay. 17-19). Yesus
tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung, tetapi justru menjelaskan bagaimana kesedihan
akan berubah menjadi kegembiraan (lih. 20:20 untuk aktualisasi dari hal ini), seperti kegembiraan
seorang ibu begitu anaknya lahir di dunia (ay. 20-22). Pada hari kelahiran itu (masih merupakan
kelanjutan pernyataan Yesus dalam arti kiasan), waktu untuk bahasa kiasan telah selesai (ay.
23a,25), waktu untuk memohon kepada Bapa yang penuh kasih secara langsung dan efektif telah
dimulai (ay. 23b-24, 26-27) bagi mereka yang mengasihi Yesus dan percaya akan asalNya yang ilahi
(ay. 2 7-28). Ketika para murid mempertegaskan kepercayaan mereka terhadapNya (ay. 30b),
Yesus justru memberi peringatan terakhir. Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa
kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang
diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku (ay. 32). Mereka akan menderita,
tetapi hanya dalam Yesus ada kedamaian. Kuatkanlah hatimu, demikian Yesus menasihati para
muridNya dulu dan sekarang. Yesus yang dimuliakan sudah mengalahkan dunia (ay. 33).

17:1-26 Doa Yesus.


Wejangan perpisahan ini (bab 13-17) bersama dengan bagian yang mendahuluinya, yang
menyebut secara resmi Musa (UI 29-34), Yakub (Kej 49), dan Paulus (Kis 20: 17-38), disimpulkan
secara tepat dalam doa Yesus pada bab 17. Seluruh bab ini merupakan suatu doa panjang yang
ditujukan Yesus kepada Bapa. Orang dapat mengatakan bahwa doa ini suatu perluasan dari doa
“Bapa Kami”. yang Ia ajarkan sendiri kepada para rasul dalam Mat 6 dan Luk 11. Dalam posisiNya
antara surga dan dunia, antara BapaNya dan para muridNya, Yesus berdoa bagi kaum beriman
sekarang dan masa yang akan datang. Dos ini kerap kali disebut “Doa Imam Agung” Yesus.
Sebutan ini dapat dibenarkan bila orang percaya bahwa pengantaraanNya bersifat imami, bahwa
persatuan yang didoakan Yesus adalah karya imami, bahwa konsekrasi yang dibicarakan dalam
ayat 19 berhubungan dengan pengurbananNya. Tetapi, lebih baik menyebut doa ini secara
sederhana sebagai Doa Kristus untuk kesatuan.

a) pembagian dan isi


i) Bapa dan Anak (ay. 1-5).
Dalam lima ayat ini, Yesus berbicara secara langsung kepada BapaNya. Saat Yesus sudah tiba;
manifestasi kehadiran (kemuliaan) ilahi merupakan tugasNya. Hidup kekal berarti mengakui
kehadiran Ilahi ini. Seperti dikatakan penginjil dalam ayat 3 dan ini merupakan kandungan dasar
seluruh teologi Logos atau Firman — Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Mengenal
Allah dalam Anak yang Ia utus mengarahkan pada hidup kekal. Yesus memanifestasikan kehadiran
hidup kekal di dunia (ay. 4) dan sekarang, Ia akan kembali di sisi Bapa (ay. 5). Ia telah

46
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadaNya (ay. 4). Hakikat sejati Allah, yang adalah kasih,
akan dimanifestasikan dalam pengurbanan diri Yesus.

ii) Anak dan para murid (ay. 6-19).


Percakapan Yesus dengan Bapa, sekarang berganti subjek, menjadi percakapan Yesus dengan para
murid. Kepada para murid, Yesus telah memberitahukan nama Bapa (barangkali “Akulah Dia” yang
dibagikan Bapa kepada Anak) dan bahwa mereka telah menerima firman (ay. 6) dan pesan (ay. 8),
dan percaya bahwa Yesus datang dan Dia yang mengutusNya (ay. 7-8). Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa mereka telah percaya kepada asal ilahi Yesus dan kesatuan ilahiNya.

Bagi murid-murid inilah Yesus berdoa pada saat keberangkatanNya dalam ayat 9-19. Ia berdoa
secara khusus:
— Peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku
(ay. 11);
— Supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita (ay. 11);
— Supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka (ay. 13);
— Supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat (ay. 15);
— Supaya kuduslah mereka dalam kebenaran (ay. 17).

Permintaan Yesus bagi para muridNya adalah supaya mereka dilindungi oleh kuasa Allah yang
besar (yang akan diperlihatkan dalam 18:6); bahwa kesatuan mereka menyerupai dan berdasar
pada kesatuan erat dan Bapa dan Anak; bahwa kesedihan mereka akan berubah menjadi
kegembiraan ilahi; bahwa Anak mencerminkan Bapa; bahwa mereka dijaga dan penguasa dunia ini
bahwa mereka dikuduskan — seperti Yesus — dalam penyerahan total terhadap pelayanan Allah,
yang akan menjadi utusan ke dalam dunia (ay. 18-19).

iii) Anak dan masa depan para murid (ay. 20- 26).
Untuk masa depan para murid, Yesus memohon karunia pokok — agar menjadi satu, supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau, .. agar mereka juga ada di dalam Kita... supaya merneka menjadi satu, sama seperti Kita
adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, agar mereka sempurna menjadi satu
(ay. 2 1-23). Hanya melalui bukti persatuan kasih ini, perutusan kepada dunia (ay. 18) menjadi
efektif. Karena, hanya berkat persatuan kasih yang kelihatan dari para murid, dunia dapat percaya
(ay. 21) dan dapat mengetahui (ay. 23) bahwa Bapa telah mengutus Yesus dan bahwa kasih Bapa
dapat ditemukan dalam para murid seperti itu ditemukan dalam Yesus sendiri (ay. 23). Di mana
persatuan kasih para murid ditemukan, di situ juga akan ditemukan penyertaan Yesus (ay. 24),
kehadiran ilahi (ay. 24), kekuatan nama ilahi dan kasih, hidup di dalam Bapa maupun dalam Anak
(ay. 26).

b) Tema-tema yang diulang


Hendaknya dicatat kerapnya muncul kata Bapa, sebanyak enam kali (ay. 1, 5, 11, 21, 24, 25). Ini
mencerminkan penggunaan Yesus yang khas atas kata Abba (Allah terkasih) dan bahasa Aram,
yang biasanya dipakaiNya dalam memulai doaNya. Dalam persatuan yang sempurna dengan Bapa,
Ia tetap tinggal sebagai Anak yang taat dan terkasih.

Motif sentral dosa Yesus adalah kesatuan — persatuan para murid sekarang dan masa mendatang,
persatuan yang mencontoh penyertaan Bapa dan Anak, yang berakar pada kasih Bapa dan Anak
yang dianugerahkan kepada para murid (ay. 26).

47
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Adanya penekanan yang kuat pada kasih: kasih Bapa kepada para murid (ay. 23), kasih Bapa
kepada Yesus (ay. 23-24), kasih Bapa kepada Yesus dan para murid (ay. 26). Kasih Bapa adalah
pewahyuan tertinggi Injil. Yesus, sabda yang menjadi daging, berbicara kepada Bapa dalam satu
kata: kasih. Melalui seluruh doa ini, jelas bahwa Gereja dimaksudkan sebagai suatu jemaat kasih,
tanda atau sakramen hidup untuk saling mengasihi antara Bapa dan Anak.

Kata dunia terdapat tujuh belas kali dalam ayat-ayat ini. Dunia dalam konteks ini bermakna
negatif, yakni pusat ketidakpercayaan dan kebencian, kontras dan berlawanan dengan apa yang
harus dihayati orang Kristen. Yudas (ay. 12) adalah salah satu contoh orang yang ditawari dan
menolak, orang yang mengalami cahaya dan kehidupan, tetapi meninggalkannya untuk memasuki
kegelapan dan kematian. Jika dunia ini bukan objek doa Yesus, maka juga bukan dunia tempat
Yesus mempunyai pengharapan. Sementara itu, tekanan diletakkan pada para murid masa
sekarang dan masa mendatang, ayat 21 dan 23 berdoa supaya dunia menjadi percaya dan
mengetahui bahwa Yesus diutus oleh Bapa yang kasih.

c) Gema doa Bapa Kami


Meskipun “Bapa Kami” yang biasa tidak terdapat dalam Injil keempat, ada suatu gema dari doa itu
tampak dalam doa Yohanes yang unik ini. Bapa ditemukan sebanyak enam kali sebagai sapaan
yang disukai Yesus. Penyebutan nama Allah — serupa dengan Dikuduskanlah NamaMu (Mat 6:9)
— muncul dalam ayat 6, 11, 12, dan 26. Penyebutan kemuliaan dalam ayat 1, 5,24 mengemukakan
kehadiran ilahi, harapan tentang Datanglah Kerajaan-Mu (Mat 6:10). Dan, permohonan (ay. 15)
supaya para murid dijaga dan kejahatan menggemakan permohonan terakhir doa “Bapa Kami”
dalam Mat 6:13.

d) Bahan Ekaristi
Dengan berakhirnya bab 13-17, pembaca tentu melihat tidak adanya penyebutan institusi Ekaristi.
Tampaknya penginjil telah memilih untuk meletakkan bahan-bahan Ekaristinya pada akhir bab 6,
di mana homili mengenai roti dari surga merupakan konklusi yang kuat. Namun, alegori pohon
anggur dalam bab 15 mungkin merupakan suatu penyingkapan latar belakang asli Ekaristi,
khususnya karena ungkapan tinggallah di dalam Aku (15:5) paralel dengan ungkapan ia tinggal di
dalam Aku dan Aku di dalam dia dalam 6:56.

Kisah Sengsara
18:1 - 19:42

Kita sekarang beralih dari bagian wejangan pada bagian cerita. Kaki kita kembali ke bumi sesudah
berada di awang-awang, di mana Bapa dan Anak hidup dalam persatuan kekal dan dari mana
Parakletos akan diutus. Di sini, kita menemukan Yesus yang sedang menapaki sengsara menuju ke
peninggian di salib yang merupakan pemuliaan dalam kasih ilahi. Dalam hal inilah Injil Yohanes
menyajikan bahan bahan, baik dalam isi maupun urutannya, yang sangat serupa dengan ketiga Injil
yang lain.

18:1-11 Penangkapan.
Yesus dan para murid keluar melalui tembok kota, menuju ke sebelah timur, sedikit turun ke
bawah dan melewati Lembah Kidron menuju ke sebuah taman. Bahwa nama taman itu Getsemani
(Mrk 14:32 dan Mat 26:36), tidak dikemukakan dalam Yohanes. Yohanes juga tidak menyebutkan
sakrat maut yang terdapat dalam Injil-Injil yang lain. Potret Yesus dalam gambaran Yohanes
cenderung menghilangkan ciri-ciri, yang menurut penilaiannya, terlalu manusiawi. Namun, ia

48
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
tentu mengetahui adanya sakrat maut itu. Gema sakrat maut muncul, meskipun berbeda dalam
tekanan dan konteksnya, dalam 12:27: Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan
Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini! dan dalam 18:11: Bukankah Aku harus minum
cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?

Bahwa Yesus sering berkumpul bersama-sama dengan murid-muridNya dalam ayat 2, itu
menjelaskan bagaimana Yudas mengetahui di mana dapat menemukan Dia dan penekanan
Yohanes mengenai kunjungan Yesus beberapa kali ke Yerusalem selama pelayananNya dapat
diterima. Demikianlah, berdasarkan pengetahuannya itu, Yudas datang bersama sepasukan
prajurit Roma dan penjaga-penjaga Bait Allah (ay. 3). Lentera dan suluh memberikan terang dan
kegelapan pada panggung di mana adegan dramatis ini akan dimainkan. Yesus, yang mempunyai
pengetahuan ilahi (ay. 4), menghadapi lawan-lawanNya, termasuk Yudas (ay. 5), tokoh Iblis dalam
6:70-71 dan 13:2, 27, dengan pertanyaan: Siapakah yang kamu cari? (ay. 4, 7). Terhadap jawaban
mereka: Yesus dari Nazaret (ay. 5, 7), Yesus menjawab dengan berterus terang: Akulah Dia (ay. 5,
8). Setelah “Akulah Dia” ini mundurlah mereka dan jatuh ke tanah (ay. 6), menyembah secara
terpaksa. Dalam situasi demikian, Ia tetap memperhatikan nasib domba-dombaNya: Biarkanlah
mereka ini pergi (ay. 8). Yesus tidak mau kehilangan salah satu pun dari mereka, yang telah
diberikan oleh Bapa kepadaNya (ay. 9 dan lih. 6:39; 10:28; 17:12).

Reaksi keras terhadap pedang Petrus juga terdapat dalam Mrk 14:47, Mat 25:51, dan Luk 22:50.
Tetapi, hanya Yohanes yang menyebut nama Petrus sebagai yang memutuskan telinga dari Malkus
sebagai korbannya. Aneh bahwa Yohanes dan Lukas menyebutkan telinga kanan yang diputuskan.
Yesus dengan segera mengakhiri kekerasan itu. MakananNya adalah melakukan kehendak
BapaNya (4:34); minumanNya adalah apa yang disajikan oleh Bapa.

18:12-27 Di hadapan Hanas dan Kayafas: penyangkalan Petrus.


Dari taman, Yesus dibawa kepada Hanas, mertua Imam Besar Kayafas (yang secara tidak sengaja
menubuatkan kematian Yesus yang menyelamatkan dalam 11:50). Hanas memiliki karier yang
istimewa dalam hierarki Yahudi. Ia pernah menjadi imam besar tahun 7-14, kelak digantikan oleh
lima anaknya, termasuk Kayafas menantunya. Tidak mengherankan bahwa ia masih termasuk
pejabat yang berpengaruh di Yerusalem, meskipun tidak lagi menjadi imam besar. Dalam ayat-ayat
ini, meskipun seolah-olah mempergunakan panggung dua tingkat, penginjil memfokuskan
perhatian secara bergantian pada diskusi Hanas-Yesus dan kemudian kepada perjumpaan Petrus
dengan para pendakwanya.

Kesukaran pertama Petrus terjadi di pintu gerbang halaman pengadilan. Murid lain (yang
terkasih?), yang dikenali oleh imam besar, mempergunakan pengaruhnya untuk dapat juga
memasukkan Petrus. Petrus adalah orang yang memiliki karakter campuran: keberanian orang
mengikuti Yesus (ay. 15) dan orang yang sangat takut. Pertama kali, ia menyerah pada tantangan
seorang pelayan perempuan: Bukankah engkau juga murid orang itu?, dan ia menjawab: Bukan!
(ay. 17). Dalam hal ini, kekerasan pedang Petrus diubah menjadi rasa takut dalam lidahnya. Petrus
bangkit menuju ke tempat berdiang (ay. 18). Kesejukan masuk ke dalam tubuh dan jiwa.

Di panggung, dalam ruang terpisah (ay. 19-24), ketakutan Petrus diperlawankan dengan
keberanian Yesus. Ajaran Yesus disampaikan dengan terus terang kepada dunia (ay. 20). Mengapa
Ia diadili seolah-olah Ia anggota komplotan penjahat? Tamparan pada wajah adalah jawabannya
Hanas tidak puas dengan rasa ingin tahu yang murahan dari orang-orang Yahudi, maka ia
mengirim Yesus kepada anak menantunya, Kayafas.

49
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Sementara itu, kembali ke tempat perapian (ay. 25-27), Petrus tergelincir dari keadaan buruk
menjadi lebih buruk. Dihadapkan dengan orang-orang sekitar dan dengan saudara Malkus yang
dilukai (ay. 26). Petrus, yang begitu berani pada waktu makan bersama (13:37), kembali
ditundukkan secara total oleh rasa takut: Bukankah engkau juga seorang muridNya? Petrus
kembali menyangkal: Bukan! (ay. 25). Dengan penyangkalan ketiga, Petrus kalah dan ayam mulai
berkokok.

Rincian pengadilan Yesus agak berbeda dalam keempat Injil. Penahanan yang dialami Yesus dalam
tempat tertutup di luar tembok kota terdapat hampir dalam semua Injil, tetapi ada variasi
mengenai apa yang terjadi sesudahnya Jika Mrk 14:53-65 dan Mat 26:57-68 berbicara mengenai
pengadilan resmi pada malam hari di hadapan Sanhedrin, Luk 22:54, 63-64 dan Yohanes
melukiskan suatu pertemuan tidak begitu resmi pada malam itu (di rumah imam besar, menurut
Lukas; dan di rumah Hanas, menurut Yohanes). Perbedaan-perbedaan ini dapat terjadi karena
kisah-kisah ini diteruskan dalam tradisi lisan selama bertahun-tahun. Namun, keempat Injil
sependapat mengenai adanya semacam interogasi pada pagi berikutnya dan mengenai
pemunculan resmi di depan Pilatus.

18:28-19:16 Pilatus: hukuman mati.


Pilatus adalah seorang tokoh historis yang cukup dikenal. Ia memerintah sebagai Gubernur
Kekaisaran Roma di Yudea, yang tunduk di bawah Gubernur Syria selama sepuluh tahun (tahun 26-
36). Selama itu, ia bertugas sebagai pengelola keuangan dan pengumpul pajak untuk bendahara
kekaisaran. Sikapnya terhadap orang-orang Yahudi tidak kenal perasaan dan kerap kali bertindak
kejam. Ketika pasukannya masuk ke Yerusalem dengan lambang bergambar kaisar, orang-orang
Yahudi menjadi marah, menuntut kepadanya supaya menghilangkannya dan dengan berani
berkonfrotasi melawan prokurator di Kaisarea, tempat kedudukannya yang resmi. Ia juga
menyalahgunakan uang dari Bait Allah untuk membiayai saluran air di Yerusalem. Tindakannya ini
menyebabkan protes lain yang berakhir dengan kekerasan ketika orang-orang Yahudi yang protes
dibubarkan oleh pasukan Pilatus. Kekejamannya terhadap orang-orang Samaria, sehingga mereka
mengajukan tuntutan kepada Gubernur Syria, Legatus Vitellus, berakibat pemecatan kepada
Pilatus dan mengirimnya kembali ke Roma untuk mempertanggungjawabkan kesalahan-
kesalahannya di hadapan Kaisar Tiberius. Namun, Tiberius meninggal sebelum kedatangan Pilatus
dan sejak itu Pilatus menghilang dari sejarah. Tanggal kematiannya tidak diketahui. Bapa Gereja
Eusebius mengatakan bahwa ia melakukan bunuh diri. Pilatus bukanlah orang yang pandai. Ia
masuk sejarah hanya semata-mata karena terlibat dalam kematian Yesus.

Sejumlah komentator mencatat bahwa pengadilan di hadapan Pilatus diorganisir dengan


menggunakan panggung ganda (panggung di luar diisi orang banyak, sedangkan panggung di
dalam diisi oleh Yesus) supaya mendapatkan paralelisme (seperti dalam prolog). Secara sistematis,
kita menemukan kerangka demikian:

(a) Diluar, 18:28-32: Pejabat Yahudi menuntut kematian Yesus kepada Pilatus.
(b) Di dalam, 18:33-38a: Dialog pertama antara Pilatus dan Yesus.
(c) Di luar, 18:38b-40: Pilatus ingin melepaskan Yesus, karena ia tidak menemukan kesalahan
padaNya.
(d) Di dalam, 19:1-3: Pencambukan dan pemahkotaan duri, Yesus sebagai raja.
(c1) Di luar, 19:4-8: Pilatus tidak menemukan kesalahan pada Yesus (dua kali).
(b1) Di dalam, 19:9-11: Dialog kedua antara Pilatus dan Yesus.

50
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(a1) Di luar, 19:12-16: Pembesar Yahudi mendapat keputusan hukuman mati dan Pilatus untuk
Yesus.

Jelas bahwa (a), (b) dan (c) paralel dengan (a1), (b1), (c1). Bagian (d) menekankan Yesus sebagai
raja. Kita akan menyelidiki lebih lanjut urutan di atas.

(a) Di luar, 18:28-32. Yohanes sama sekali tidak menyebut mengenai pemunculan Yesus di
hadapan Kayafas terpisah dari kejadian ini (18: 24,28). Gedung pengadilan (ay. 28) adalah gedung
khusus prokurator selama berada di Yerusalem. Masih diperdebatkan, apakah itu terletak di sudut
utara daerah Bait Allah (Antonia) atau di bukit barat kota, di istana Herodes. Dengan menunjuk
usaha menghindari kenajisan, supaya mereka dapat makan dalam perjamuan Paakah (ay. 28),
mengisyaratkan bahwa Yohanes tidak menggambarkan Perjamuan Terakhir sebagai perjamuan
Paskah (13:1; 19:14, 31). Ketiga Injil yang lain memandang Perjamuan Terakhir sebagai perjamuan
Paskah. Para penafsir jauh dari sepakat mengenai solusi atas kesukaran yang terkenal ini. Dialog
antara Pilatus dan para pembesar memperjelas maksud mereka ini untuk melenyapkan Yesus, dan
Pilatuslah yang memaksakan pembebasan ini (ay. 31). Dengan kenyataan ini, penginjil melihat
terjadinya pemenuhan kehendak Allah bahwa Yesus harus ditinggikan (3:14; 8:28; 12:32-34) di
salib, dalam suatu pengadilan Roma. Kenyataan yang kita temukan dalam ayat 31 adalah bahwa
Mahkamah Agama tidak mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati di Yerusalem, dan
terutama ketika Pilatus sendiri ada di dalam kota.

(b) Di dalam, 18:33-38a. Pertanyaan Pilatus, Engkau inikah raja orang Yahudi? (ay. 33), merupakan
perkataan pertama Pilatus kepada Yesus, juga dalam Mrk 15:2, Mat 27:11, dan Luk 23:3. Hal ini
mengandaikan dan merupakan bukti kuat bahwa klaim kerajaan anti- Roma merupakan tuduhan
resmi dari imam-imam kepala yang ditujukan kepada Yesus. Pertanyaan Pilatusa tersebut
berbahaya — suatu jawaban yang kurang bijaksana dari Yesus dapat mengakibatkan keputusan
sebagai seorang pemberontak. Jawaban pertama Yesus tidak langsung, justru merupakan suatu
sentuhan kepada suara hati Pilatus sendiri (ay. 34). Tetapi, dalam ayat 36-37, tampak bahwa
jawaban Yesus langsung pada tujuan. Yesus adalah raja, tetapi dalam arti yang sama sekali lain.
KerajaanNya bukan dari dunia ini (ay. 36), asal-usulNya bukan dari bumi ini. Dalam menjawab
pertanyaan Pilatus, jadi Engkau adalah raja? Yesus menyatakan bahwa tugasNya adalah menjadi
saksi terhadap kebenaran. Semua orang yang terlibat dalam kebenaran mendengarkan suaraNya.
Pertanyaan yang diajukan dalam sistem penghakiman Yesus adalah suatu desakan: apakah
seseorang menerima atau tidak menerima Dia, kebenaran yang menjadi manusia (ay. 37). Pilatus
bagaikan berdiri di dalam bayang-bayang mendengar jawaban Yesus. Bahkan, ia tidak memahami
apa yang dimaksudkan Yesus dengan ungkapan Kebenaran (ay. 38).

(c) Di luar, 18:38b-40. Pilatus pergi keluar lagi menjumpai orang banyak. Ia berharap bahwa pilihan
orang banyak membebaskannya dari suatu pengambilan keputusan yang tidak dikehendakinya.
Tentu saja, Pilatus yakin bahwa mereka akan lebih memilih membebaskan Yesus daripada
penjahat Barabas. Tetapi, Pilatus tidak akan dibiarkan lolos begitu mudah. Mereka berteriak pula:
Jangan Dia, melainkan Barabas! (ay. 40). Barabas adalah seorang penjahat politik. Bola membalik
lagi kepada Pilatus.

(d) Di dalam, 19:1-3. Di sini, Yohanes menekankan unsur-unsur penghinaan yang menggemakan
sifat kerajaan — suatu kerajaan yang memang benar-benar dimiliki Yesus, tetapi dalam tingkat
yang lain. Demikianlah, disebut unsur-unsur mahkota, jubah kerajaan, salam sebagai raja.
Ironisnya, demikian Yohanes mencatat, Ia yang demikian dihina sebagai seorang raja, justru

51
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
memang Dialah Raja sejati. Kenyataan inilah yang ditekankan di sini, suatu ironi yang merupakan
pusat teologis dan struktural dalam pengadilan di hadapan Pilatus.

(c1) Di luar, 19:4-8. Bagian ini paralel dengan (c), pernyataan Pilatus mengenai ketidaksalahan
Yesus. Dalam hal ini Pilatus mengungkapkan pendapatnya dua kali: Aku tidak mendapati kesalahan
apa pun padaNya (ay. 4,6). Ayat 6, Ambillah Dia dan salibkan Dia!, bukanlah suatu keputusan
ataupun izin yang diberikan kepada para penggugat. Pernyataan Pilatus ini mungkin dapat
dirumuskan demikian: “Lakukanlah apa yang kamu inginkan, tetapi hal itu atas kehendak dan
tanggung jawabmu sendiri. Apa ---yang kamu lakukan atas orang ini luar tanggungjawabku!”.
Jawaban terhadap tantangan ini mengungkapkan alasan kebencian para pejabat setempat yang
sesungguhnya: .. - menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak
Allah (ay. 7). Orang-orang Roma terlibat dalam pengadilan karena tuduhan palsu mereka bahwa
Yesus sebagai raja yang menyaingi kaisar; sementara orang Yahudi terlibat karena tuduhan
mereka bahwa Yesus bertindak sebagai Anak Allah satu-satunya.

(b1) Di dalam, 19:9-11, dialog kedua. Reaksi Pilatus terhadap pembicaraan mengenai Yesus sebagai
Anak Allah adalah meningkatnya ketakutan dan kekaguman. Peningkatan ini terjadi: pertama,
karena diamnya Yesus (ay. 9) dan kemulian, karena jawaban dari seseorang yang yakin akan
dirinya tidak bersalah dan kekhawatiran akan nasibnya (ay. 11).

(a1) Di luar, 19:12-16. Akhirnya, keputusan dipaksakan Pilatus dengan kembali pada tuduhan
politis: Setiap orang yang menganggap dirinya raja, ia melawan kaisar (ay. 12). Tuduhan ini sangat
menentukan. Adegan terakhir berpindah dari luar ke dalam Gabatha (suatu kursi pengadilan yang
terbuat dari batu besar). Dialog antara Pilatus dan orang banyak bernada rajawi dan ironis: Inilah
rajamu! .. Haruskah aku menyalibkan rajamu? (ay. 14-15). Di belakang pernyataan ini, muncul
pengakuan dari para imam kepala: Kami tidak mempunyai raja selain daripada kaisar (ay. 15).
Sesungguhnya, pengakuan mereka ini adalah hujatan, karena dengan pengakuan seperti itu
mereka melawan dogma religius bahwa Yahwe dan hanya Yahwelah Raja. Yohanes mengatakan
bahwa mereka yang membuang Yesus tidak dapat menyebut BapaNya sebagai raja. Pilatus tunduk
pada tekanan politik dan menyerahkan Yesus. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam
dua belas (ay. 14). Sebagai Anak Domha Allah, Ia dihukum mati (1:29, 36), siap untuk dikurbankan.
Yang sama bertanggung jawab atas kematian Yesus: adalah Yudas, seorang murid; Pilatus, seorang
Roma; dan para pembesar Yahudi di Yerusalem.

19:16b-22 Penyaliban.
Yesus sendiri memanggul salib (ay. 17). Yohanes tidak menyangkal bantuan yang diberikan oleh
Simon dari Kirene. Tetapi, Yohanes menekankan kontrol Yesus atas kehidupan dan kematianNya
sendiri. Ia menerima kematianNya sendiri; Ia membawa salibNya sendiri. Ia disalibkan di Tempat
Tengkorak (dalam bahasa Ibrani, Golgota; dalam bahasa Latin, Calvaria).

Tulisan di atas salib disebut oleh keempat Injil dengan sedikit variasi, tetapi hanya Yohanes yang
menekankan kerajaan Yesus sedemikian sehingga ada tiga bahasa. Yunani adalah bahasa di Laut
Tengah, Latin bahasa dan imperium Romawi, dan bahasa Ibrani yang digunakan orang-orang
Yahudi. Yohanes mengatakan bahwa kerajaan Yesus bersifat universal, diwartakan dari salib ke
seluruh dunia. Kekerasan hati Pilatus untuk membiarkan tulisan seperti apa adanya menandakan
sedikit pembalasan terhadap mereka yang menekannya untuk menjatuhkan hukuman mati
kepada orang yang tak bersalah ini. Biarlah mereka sedikit dipermalukan oleh tulisan yang
mengejek mereka.

52
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

19:23-24 Pakaian Kristus.


Bagian ini adalah seri pertama dari sekian seri peristiwa, di mana Yohanes melihat pemenuhan
dari beberapa nubuat Perjanjian Lama. Pakaian Yesus menunjuk kepada Mzm 22:19, yang
digunakan oleh Gereja Perdana untuk menyinggung sengsara Yesus. Penyebutan jubah Yesus yang
tidak dijahit, dan merupakan satu tenunan dari atas sampai bawah, rupanya dimaksudkan untuk
memparalelkan dengan pakaian imam besar, yang bentuk jubahnya juga demikian. Tetapi,
persamaan ini masih diperdebatkan oleh para ahli, karena Yohanes berbicara mengenai Yesus
bukan sebagai imam, melainkan sebagai raja.

19:25-27 Ibu Yesus dan murid terkasih.


Adegan ini, yang ditempatkan dalam momen yang paling penting dalam Injil, tentu mempunyai
makna yang lebih mendalam daripada sekadar perhatian anak terhadap ibunya. Masalahnya, apa
yang hendak dilambangkan Yohanes dalam peristiwa ini? Banyak kemungkinan yang dapat
dipertimbangkan. Karena, bagian ini diletakkan dalam konteks penyerahan roh Yesus (ay. 30) dan
darah serta air mengalir dari lambungNya yang ditombak (ay. 34), mungkin di sini kita menemukan
bahwa Yohanes hendak memberikan makna simbolis kelahiran jemaat Kristen. Saat ini adalah saat
kemuliaan Yesus, yakni bahwa hidupNya ditinggikan dan saat Ia wafat, yakni saat menyerahkan
RohNya. Di bawah salibNya, berdirilah seorang perempuan dan seorang murid. Keduanya tidak
disebutkan namanya, seolah-olah mau menekankan sifat simbolisnya. Si perempuan kiranya
menandakan ibu Gereja, dan Murid yang Dikasihi adalah semua murid yang dipanggil untuk
mengikutiNya dalam ketaatan Tuhan mereka. Ketika kepada tokoh ibu Gereja dan Murid yang
Dikasihi ditambahkan Roh Kudus, yang diberikan oleh Yesus (ay. 30), Ia telah dimuliakan (7:39),
dan darah serta air lambang dari baptis dan Ekaristi, berdirinya jemaat Kristen dinyatakan.
Pemikiran ini, meskipun tidak jelas, namun tidak berlebihan, terutama jika mengingat bahwa
penginjil berpikir dengan kadar theological bi-levels.

Mungkin ada sedikit keterkaitan dengan perempuan dalam Kej 3:15 dan permusuhan antara
keturunannya dengan ular. Yohanes menunjukkan perhatian terhadap Kitab Kejadian. Memulai
lnjilnya dengan kalimat pertama dan suatu referensi pada penciptaan, penginjil mengemukakan
suatu konflik antara Iblis dan Yesus (12:31-33: 14:30) dan ia berbicara mengenai keturunan Iblis
(Yudas dan para musuh dari 8:44). Jika “perempuan” dalam 19:26 juga berkaitan dengan referensi
pada Kej 3:15, maka Yohanes telah mengumpulkan semua unsur dari cerita Kejadian untuk suatu
peristiwa penciptaan kembali: ular, keturunan ular, perempuan, keturunan perempuan, dan
barangkali taman untuk taman Zaitun. Kisah penciptaan tidak hanya berakhir dalam sebuah taman
(19:41), tetapi juga dimulai di taman (18:1). Penekanan ini hanya terdapat dalam Yohanes di
antara keempat penginjil.

Injil keempat menempatkan Maria di bawah salib dalam peranannya yang ganda:
1. Sebagai lambang feminim ibu Gereja, yang menjaga para murid Yesus, yang menjadi anak-
anaknya dan konsekuensinya, telah menjadi saudara laki-laki dan perempuan Yesus.
Hubungan dengan Yesus tidak hanya secara individual, tetapi juga mencakup hubungan
dalam suatu komunitas, keluarga saudara laki-laki dan perempuan;
2. Sebagai kemenangan perempuan, yang menekankan peran serta perempuan dalam karya
penyelamatan. Gambaran negatif Hawa telah digantikan oleh Hawa yang memberikan
kehidupan.

53
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
19:28-30 Kematian.
Bagi Yohanes, Yesus wafat, ketika Ia siap untuk wafat, pada waktu yang tepat, ketika Kitab Suci
sudah terpenuhi. Ucapan Aku haus (ay. 28) mungkin menunjuk pada Mzm 69:22 atau Mzm 22:16.
Kedua Mazmur tersebut kerap kali dipergunakan dalam Perjanjian Baru. Anggur asam (ay. 29)
adalah minuman pahit para serdadu. Tanaman hisop (ay. 29) dapat menahan sebuah spon yang
dicelupkan pada anggur. Hal-hal itu dimasukkan di sini, mungkin untuk mengingatkan pembaca
Yahudi akan tanaman yang digunakan orang Israel untuk memerciki pintu dengan darah domba
Paskah dalam Kel 12:22. Jika demikian, hal ini sangat erat hubungannya dengan apa yang
dinyatakan berikut ini: sudah selesai (ay. 30). Selesailah sudah pekerjaan yang harus dilakukan
Yesus, yakni melaksanakan kehendak Bapa, memenuhi nubuat Kitab Suci, menyelamatkan umat
manusia. Lalu Ia menundukan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya (ay. 30). Ungkapan ini
sangat unik, merupakan kekhasan Injil keempat. Kemuliaan kematian Yesus telah melepaskan Roh
Kudus ke dalam dunia (7:39; 19:34; 20:22).

19:31-37 Tombak.
Urgensi yang tampak dalam ayat 31 muncul dari kenyataan bahwa saat itu adalah hari Jum’at sore,
dengan Sabat (jadi Paskah menurut Yohanes) mulai pada matahari terbenam. Hanya tinggal
beberapa jam tersisa sebelum Sabat dimulai untuk menangani hal-hal yang perlu bagi mayat-
mayat itu. Konsekuensinya, kaki dua orang lain yang disalibkan harus dipatahkan untuk
mempercepat kematiannya. Tindakan seperti itu tidak perlu dilakukan bagi Yesus yang sudah
wafat. Hanya saja, lambungNya ditombak, sehingga mengalirkan campuran darah dan air, yang
oleh penginjil atau sumber informasinya dinyatakan sebagai hasil kesaksian dari saksi mata. Ayat
35 menekankan kenyataan ini. Banyak bapa Gereja melihat bahwa darah dan air merupakan tanda
Ekaristi dan Baptis, sumber hidup bagi Gereja, Hawa yang baru, yang muncul dari sisi Adam baru.
Yohanes menunjuk lagi pada pemenuhan kutipan Perjanjian Lama. “Tidak ada tulang yang
dipatahkan” adalah campuran dari Kel 12: 46, yang berbicara mengenai anak domba Paskah, dari
Mzm 34:21 yang melukiskan perlindungan Allah terhadap orang benar. Mereka akan memandang
kepada Dia yang telah mereka tikam (ay. 37) menunjuk pada Za 12:10, di mana penusukan adalah
pencurahan roh kemurahan dan belas kasihan Allah kepada penduduk Yerusalem.

19:38-42 Pemakaman.
Keempat penginjil menyebutkan partisipasi Yusuf dari Arimatea dalam pemakaman Yesus (Mat
27:57-60; Mrk 16:43-46; Luk 23: 50-53). Namun, hanya Mat 27: 60 yang menjelaskan bagaimana
makam baru itu dapat dipergunakan, yakni bahwa makan itu adalah milik Yusuf. Dan, hanya
Yohanes yang memperkenalkan Nikodemus. Bagi Yohanes, kedua orang ini adalah orang Kristen
yang diam-diam sedang membebaskan diri dari kegelapan ketakutan mereka. Tindakan mereka
yang berani merupakan pembenaran, sebagaimana dinyatakan dalam Yoh 12:32: ... apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik setiap orang datang kepada-Ku.

Sejumlah besar campuran minyak mur dan minyak gaharu (ay. 39) yang digunakan dalam
pemakaman Yesus menunjuk pada pemakaman sebagai raja.

Kebangkitan
20:1 - 31

Di sini, seperti dalam bab 9, teksnya disusun dalam bentuk drama dramatis, dengan para
pemerannya sepertinya para aktor dan aktris. Jumlah yang mengambil bagian dalam kisah ini
dapat dikurangi sampai satu malaikat dan seorang murid.

54
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Susunan Literer.
Yohanes telah menyusun bab ini dengan karya seni tinggi. Babak I bertempat di makam, di mana
ada dua adegan. Babak II di ruang atas, dengan dua adegan yang terpaut satu minggu. Masing-
masing mempunyai dua tokoh utama: Petrus dan Murid yang Dikasihi, Maria Magdalena dan
Yesus, Yesus dan para murid, dan Yesus dan Tomas. Jika kita memperhatikan peristiwa-peristiwa
itu, tokoh kecil dalam adegan yang satu (Maria, para murid, Tomas) menjadi tokoh besar dalam
adegan berikutnya. Semuanya disusun dengan ketat. Jika dicermati, kita akan mendapati susunan
demikian:

Babak I - Makam
Adegan 1 (Minggu, pagi)
Maria M, Petrus, Murid yang Dikasihi
Adegan 2 (Minggu yang sama, pagi)
Maria M, dua malaikat, Yesus, para murid.

Babak II - Ruang Atas


Adegan 1 (Minggu yang sama, sore)
Yesus, para murid, Tomas.
Adegan 2 (Minggu, seminggu kemudian)
Yesus, Tomas, para murid.

Isi Teologis
Teologi Yohanes menjadi jelas melalui pengamatan atas reaksi mereka yang mengambil bagian
dalam kisah tersebut. Bagaimana mereka sampai percaya kepada Tuhan Yang bangkit? Pada
adegan pembukaan, Maria, Pemeran yang kecil melihat batu terguling dari makam. Reaksinya
wajar: Tuhan telah diambil orang dari kuburNya (ay. 2). Ia belum Percaya.

Petrus dan Murid yang Dikasihi, pemeran Utama, maju ke makam dengan tergesa-gesa. Mereka
meIihat kain kafan dan penutup muka tergulung rapi Petrus tetap terkejut, tetapi reaksi dari Murid
yang Dikasihi adalah reaksi iman. Ia melihat dan percaya (ay. 8). Murid yang dikasihi dan mengasihi
hanya melihat hal yang kecil lalu percaya.

Dalam adegan berikutnya (ay. 11-18), Maria menjadi tokoh yang penting. Ia masih berpegang pada
penjelasan biasa (ay. 13, 15 mengulangi hal pokok ay. 2). Ia menjadi percaya hanya sesudah
mendengar (ay. 16) dan melihat Tuhan (ay. 18). Domba Yesus mengenal suaraNya (10:4).

Para murid, yang diperkenalkan dalam adegan 2, menjadi pemeran sentral dalam adegan berikut
(ay. 19-25). Dimulai dengan keadaan takut, mereka beralih dari ketakutan menjadi kegembiraan
ketika mereka melihat Tuhan (ay 20). Bagi mereka, Iman adalah melalui penglihatan.

Tomas, pemeran kecil dalam ayat 19-25, menjadi pusat perhatian dalam adegan terakhir. Sikapnya
sangat tidak percaya. Ia tidak mau percaya sebelum ia melihat dan menyuruh (ay. 25). Dan
karenanya, Yesus mengundangnya kepada iman melalui melihat dan menyentuh (ay. 27).

Penginjil memperhatikan semua reaksi dan kemungkinan yang berbeda dari orang-orang pada
zamannya. Apakah reaksi mereka terhadap kebangkitan? Apakah akan mengalami kebingungan
seperti Petrus? Atau seperti Murid yang Dikasihi, yang begitu cepat percaya? Atau seperti Maria
Magdalena dan murid-murid yang lain, yang hanya percaya sesudah melihat dan mendengar?

55
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Atau seperti Tomas yang percaya sesudah melihat dan menyentuh? Penginjil mengatakan kepada
orang-orang sezamannya: Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (ay. 29). Dan
memang, berbahagialah kita yang tanpa melihat, percaya kepada Yesus yang bangkit, Tuhan dan
Allah kita.

Ayat-ayat khas.
Ayat 2: Tuhan telah diambil orang dari kuburNya! Yohanes mengetahui penjelasan dasariah,
barangkali dari perdebatan dengan orang-orang non-Kristen (Mat 28:13-15). La juga menyangkal
hal itu. Kain kafan ditemukan, dan digulung rapi (ay. 6-7), yang hampir tidak mungkin terjadi jika
seseorang mengambil mayatnya. Kain kafan ini sengaja disamakan dengan yang digunakan Lazarus
(bab 11), namun yang tetap digunakan, Kebangkitan Yesus sama sekali berbeda.

Ayat 8: Ia melihatnya dan percaya. Ia yang tunggal terbatas pada Murid yang Dikasihi. Intensitas
kasih mengantar kepada cepatnya ia percaya. Kasih seperti inilah yang memungkinkan dia
mengenal Tuhan dalam 21:4, 7, ketika yang lain belum percaya.

Ayat 9: ayat ini menunjuk kepada proses bagaimana para murid, sesudah kebangkitan,
menafsirkan kehidupan Yesus dengan mempergunakan Kitab Suci Perjanjian Lama (Yoh 2:17, 22;
12:16).

Ayat 14: Tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Berbagai cerita kebangkitan menekankan
gejala ini, bahwa Tuhan yang bangkit benar-benar Yesus dari Nazaret. Ia melalui pintu-pintu yang
tertutup (20:19.26) dan tidak dikenal oleh sahabat-sahabatNya (oleh Maria dalam perikop ini, oleh
para murid dalam 2 1:4, dua orang Emaus dalam Luk 24:16). Namun, Tuhan dikenal berkat
suaraNya (Maria dalam ay. 16), dengan kasih (oleh murid yang dikasihi dalam 20:8 dan 21:7),
dalam memecahkan roti (Luk 24:30-32) dan dalam kekuatan firman Allah yang tertulis (Luk 24:32).
Semua unsur ini merupakan unsur integral dalam liturgi jemaat.

Ayat 16: Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Hal ini mengingatkan kita akan 10:4. Domba Yesus
mengenal suaraNya.

Ayat 17: Jangan engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Makna kalimat ini
sukar ditentukan. Apakah Yesus pada waktu itu dalam perjalanan kepada Bapa dan Maria
dianggap mengganggu perjalanan itu? Atau bahwa ia memeluk kakiNya untuk menyembah
(seperti dalam Mat 28:9), di mana kemanusiaan Yesus akan menjadi pusat penyembahan (Kenisah
baru) hanya sesudah kenaikan, dengan pemenuhan dari kemuliaanNya?

Ayat 17: ... kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu, dapat menekankan
perbedaan hubungan antara hubungan Yesus dengan Bapa dan hubungan kita denganNya. Tetapi,
hal ini juga dapat sebaliknya, mengungkapkan bahwa Bapa Yesus adalah benar-benar Bapa kita,
dan bahwa AllahNya juga Allah kita.

Ayat 20: Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Dalam konteks tinggal sesaat
lagi, dalam 16:22, para murid diberi tahu: Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi
Aku akan melihat kamu lagi, dan hatimu akan bergembira ... Ayat 20:20 ini, merupakan
pemenuhannya. Yesus telah kembali, melalui kebangkitan dan melalui karunia Roh Kudus dalam
ayat 22.

56
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Ayat 21-22 sangat penting dalam teologi Yohanes. Para murid menerima Roh Kudus pada
kedatangan kedua Yesus: eschaton, zaman akhir, pada saat sekarang. Masa depan sudah hadir.
Dalam 7:39, Roh Kudus belum diberikan, karena Yesus belum dimuliakan. Di salib, Yesus
memanifestasikan hakikat Allah, yang adalah kasih, yang memberikan Roh (19:30), yang
dilambangkan kemudian oleh aliran lambang sakramental darah dan air. Dan, pada
perjumpaanNya yang pertama dengan jemaat yang percaya, Ia menghembuskan Roh, ketika Ia
merayakan penciptaan kembali umat Tuhan. Sekaligus, Ia mengutus para murid, seperti Bapa telah
mengutusNya (ay. 21). PerutusanNya menjadi perutusan mereka; pekerjaanNya diletakkan di
tangan mereka. Dalam perutusan itu, pekerjaan para murid adalah memanifestasikan Allah yang
adalah kasih dalam perkataan dan pekerjaan mereka. Melalui mereka, dengan dihidupkan oleh
Roh, kehadiran Allah akan menjadi dikenal dan dilihat dan dirasakan dalam dunia. Jika Yesus
adalah sakramen Allah, kita pada gilirannya melalui Roh menjadi sakramen Yesus.

Ayat 22-23, yang jelas berbicara mengenai partisipasi jemaat dalam kuasa Yesus untuk
mengampuni dosa, dapat menunjuk pada Baptis, Sakramen Pengampunan, atau kepada
pewartaan Gereja mengenai pengampunan terus menerus dalam Yesus. Tetapi, referensi pada
partisipasi kuasa Yesus barangkali bermaksud lebih. Melalui Roh yang selalu hadir, jemaat Kristen
dapat mempersembahkan persatuan dengan Bapa dan Anak, tinggalNya Allah yang menciptakan
kedamaian (ay. 21), bersama Allah dan sesama. Selama berabad-abad, jemaat mengembangkan
bermacam cara yang mengefektifkan kekuatan yang mempersatukan ini.

Ayat 24, hanya dalam Injil keempat, Tomas ditekankan (11:16; 14:5; 20:24-28; 21:21). Sebagai
tokoh historis dalam Injil ini, ia juga berfungsi sebagai seorang yang berwatak. Ia adalah kombinasi
dari orang yang tampaknya berani (11:16) tetapi tidak tahu (14:5); ia juga seorang yang keras
kepala yang mencan bukti-bukti kebangkitan. Bagi penginjil, tentu saja ia mengingatkan dan
mencerminkan teman-teman Kristen dalam jemaat yang, di atas sikap berani yang diperlihatkan,
menampakkan juga ketidaktahuan dari kurangnya iman yang mendalam. Kepada mereka semua,
Yesus dan Yohanes mengatakan: Jangan engkau tidak percaya lagi, tetapi percayalah! (ay. 27).

Ayat 28: Ya Tuhanku dan Allahku! Tidak diragukan lagi bahwa Yohanes memaksudkan ungkapan
yang kuasa ini (Mzm 35:23-24) sebagai pengakuan iman Kristen. Bagi murid Yohanes. Yesus adalah
Tuhan dan Allah. Dengan pengakuan ini, Yohanes menyusun inklusi bagi Injilnya, sesuai dengan
penutup Kitab Kabar Gembira ini; Ucapan Ya Tuhanku dan Allahku sesuai dengan pembukaan: dan
Firman itu adalah Allah (1:1). Kedua pernyataan tersebut rupanya memang secara sengaja
diparalelkan.

Ayat 30-31 jelas merupakan suatu konklusi, bagian akhir dari edisi asli Injil. Apa yang ditulis oleh
penginjil di sini dimaksudkan untuk memperkuat iman kepada Yesus sebagai Kristus dan sebagai
Anak Allah. Yohanes telah memberikan kepada kita pengakuan itu dalam 11:27, melalui bibir
Marta, dalam konteks bangkit dari kematian. Hidup yang sesungguhnya mengimani ini: bahwa
Yesus dari Nazaret memang Mesias. Dan lebih lagi, Ia adalah sungguh-sungguh Anak Allah,
tergantung dan taat kepada Bapa, meskipun diriNya sendiri ilahi. Ia adalah Tuhan umat Kristen; Ia
adalah Allah orang Kristen.

57
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
D. EPILOG

PENAMPAKAN DI GALILEA
Yohanes 21:1-25

Bab terakhir ini tambahan dalam Injil yang asli, yang berakhir dengan pernyataan 20:31. Namun,
perikop ini ditemukan hampir dalam semua manuskrip kuno Injil yang kita miliki, dan tentunya
digabungkan sejak dulu dengan penerbitan karya aslinya. Penambahan hal-hal lain oleh seorang
yang ahli dalam gagasan Yohanes tentu dilakukan oleh salah seorang muridnya, dan yang sangat
mengenal bahan-bahan Injil, yang betul-betul bagian Injil kanonik.

Bab 21 dihubungkan dengan bab-bab yang mendahului dengan sejumlah gagasan literer dan
teologis. Ciri-ciri Yohanes ditemukan dalam bab ini, misalnya Danau Tiberias dalam ayat 1; nama
Simon Petrus, Tomas bersaudara, Natanael dan Kana dalam ayat 2; kontras malam dalam ayat 3-4;
tidak adanya pengenalan dalam ayat 4; murid yang dikasihi dalam ayat 7, yang berhubungan
dengan Petrus dan yang pertama mengenal Tuhan; api yang dipakai untuk berdiang dalam ayat 9,
bersama gambaran Yesus sebagai hamba dan pemberi roti kepada para murid; referensi dalam
ayat 14 pada dua penampakan yang mendahului (dalam bab 20); pengakuan Petrus tiga kali (ay.
15.17) untuk menyeimbangkan tiga kali pengkhianatan dan memperkenalkan tema gembala (bab
10); segi kemuliaan dari kematian Petrus dalam ayat 19; referensi terhadap posisi murid yang
dikasihi, yang duduk dekat Yesus pada Perjamuan Akhir dalam ayat 20. Jika bab ini mengalami
beberapa tambahan, toh tambahan-tambahan ini suatu yang bagus, dan jemaat Kristen sangat
beruntung karena adanya tambahan-tambahan tersebut.

21:1-14 Penangkapan ikan.


Ceritanya mungkin sama dengan yang diceritakan dalam Luk 5:4-10. Lukas dengan sengaja
membatasi kegiatan kebangkitan Kristus di wilayah Yerusalem, demikian ia menempatkan cerita di
Galilea pada bab 5 dalam Injilnya, karena homilinya yang sangat kaya akan gagasan. Dengan
dipanggil menjadi penjala manusia, laki-laki dan perempuan, para murid tidak akan menangkap
apa-apa tanpa bantuan Tuhan. Pengakuan Petrus dalam Luk 5:8, Tuhan, pergilah dari padaku
karena aku ini orang berdosa, akan lebih berarti jika pengakuan itu aslinya merupakan suatu kisah
sesudah kebangkitan yang mengikuti penyangkalan Petrus.

Danau Galilea (ay. 1) adalah tempat Yohanes (6:22-23). Dan, para penangkap ikan umumnya telah
kita kenal, kecuali anak-anak Zebedeus yang hanya muncul di sini dalam Injil Yohanes. Di antara
dua muridNya yang lain, tampaknya yang dimaksudkan adalah Murid yang Dikasihi, yang muncul
secara tak terduga dalam ayat 7. Kekurangberhasilan selama sehari semalam, diikuti dengan
sukses yang sangat besar jumlahnya berkat kehadiran Yesus (ay. 3-6) adalah suatu aplikasi praktis
dari komentar Yohanes, yang kerap dijumpai mengenai malam dan siang, terang dan kegelapan.
Kegagalan para murid untuk mengenal Yesus mengingatkan kita akan kegagalan dari pihak Maria
(20:14), dan kita tidak heran jika Murid yang Dikasihi mengenal Tuhan lebih dulu.

Api arang (ay. 9) mempunyai dua maksud. Ini memberi latar belakang bagi peranan Yesus sebagai
hamba, seperti Ia menjadi pemberi roti (dan ikan) bagi para murid dan juga digunakan sebagai
latar belakang pengakuan kasih Petrus yang mengingatkan api berdiang dalam 18:18, ketika Petrus
mengkhianati Yesus,

Penyebutan ikan sebanyak 153 (ay. 11) mengantar pada interpretasi simbolis yang bermacam-
macam. Bukan maksudnya mengatakan bahwa para murid betul-betul menghitung berapa ekor

58
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
ikan yang diperoleh. Hieronimus berpendapat bahwa menurut ilmu hayat, waktu itu ada 153
macam ikan, dan jumlah itu melambangkan universalitas.

Kemungkinan simbolisme lain dalam hal ini ialah bahwa para murid membawa tangkapan
(manusia) kepada perjamuan (Ekaristi) yang disiapkan oleh Tuhan yang bangkit.

Ini adalah penampakan ketiga Tuhan (ay. 14), jika ditambahkan pada dua penampakan dalam bab
20.

21:15-19 Petrus.
Bagian yang berbicara tentang perjumpaan Petrus dengan Tuhan yang bangkit berisikan teks-teks
yang indah. Yesus memberikan kesempatan kepada Petrus untuk mengungkapkan penyesalannya
melalui kasih, suatu contoh yang bagus mengenai pemulihan hubungan dengan Tuhan sesudah
melakukan perbuatan dosa. Penyangkalan Petrus tiga kali diimbangi oleh tiga kali pernyataan
kasihnya. Perapian adalah penghubung antara kedua peristiwa itu. Dengan ini, Petrus dan Tuhan
bersatu kembali.

Peristiwa ini juga merupakan lanjutan tema gembala dalam bab 10. Tampaknya, tidak ada
perbedaan real antara tiga perintah Yesus: Gembalakanlah domba-dombaKu (ay. 15, 16, 17).
Fungsi Yahwe sebagai Gembala dalam Yeh 34 dijelaskan melalui Yesus-Gembala dalam Yoh 10
kepada Petrus-gembala dalam Yoh 21. Penting memperhatikan bagaimana peranan Petrus sebagai
gembala dikaitkan dengan kasih (ay. 15-17) dan suatu kesediaan (seperti gembala baik dalam
10:11-18) untuk menyerahkan nyawanya (ay. 18-19). Juga perhatikan bagaimana Petrus
menyerahkan hidupnya untuk memuliakan Tuhan, seperti Yesus. Kasih tanpa batas
memanifestasikan Tuhan, sebab itu adalah hakikat Tuhan.

Ketika kitab ini ditulis, kematian Petrus sudah menjadi kenyataan. Seperti Tuhannya, Ia telah
mengulurkan tangannya (ay. 18) untuk meninggal di bukit Vatikan. Kata mengikat (ay. 18) adalah
mengikat pada kayu salib.

21:20-23 Murid yang Dikasihi.


Kejadian terakhir ini berpusat pada Murid yang Dikasihi. Pertanyaannya: apa yang akan terjadi
dengan dia? (ay. 21). Ayat 23 hanya punya arti, kalau kepercayaan bahwa Murid yang Dikasihi
akan hidup untuk melihat kedatangan Yesus yang terakhir, menjadi hancur oleh kematiannya yang
tak terduga. Ketika para pengikutnya — antara lain pengarang bab ini — menengok kembali untuk
mengingat sumber kepercayaan yang salah, mereka hanya dapat menemukan pernyataan Yesus
yang kabur, yang merupakan dasar pengertian salah ini: Jikalau Aku menghendaki, supaya ini
tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu (ay. 22). Misteri tentang kehidupan dan
kematian murid yang dikasihi bukan urusan mereka. Saatnya, seperti saat Tuhan, telah datang,
untuk meninggalkan mereka di belakang. Hal yang penting pada saat itu. kata ayat 24, adalah
murid ini tetap tinggal sebagai saksi mata yang merupakan dasar Injil ini ditulis. Dialah yang
menulis — atau mendorong untuk menulis, seperti Pilatus dalam 19:22 dalam versi ini. Kita tahu
mengungkapkan bahwa bab ini ditulis oleh orang-orang lain.

Ayat 25 menutup bab ini dengan suatu pernyataan pendek bahwa bagian ini tidak dapat
menyamai isi konklusi asli yang hebat dalam 20:30-31. Pembaca hendaknya terdorong untuk
membaca kembali akhir yang bagus ini jika sudah selesai membaca, mempelajari dan mendoakan
penyajian Kabar Gembira yang mengesankan ini, yaitu Yesus, pewahyuan Allah, kasih Allah yang

59
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
dimanifestasikan dalam kasih diri, dan yang bagi kita adalah satu-satunya Jalan, Kebenaran, dan
Hidup.

Sesudah mempelajari bab 21, sekarang kita dapat menebak mengapa bagian ini ditambahkan pada
Injil yang asli. Ada dua pokok perhatian dalam bab ini.
 Pertama adalah Petrus, yang secara berturutan dipulihkan melalui pengakuan kasihnya,
kemudian ditetapkan sebagai gembala dan akhirnya, dilukiskan sebagai martir yang
kematiannya memuliakan Tuhan.
 Kedua adalah Murid yang Dikasihi, yang kematiannya sangat merisaukan jemaat, tetapi
yang kesaksiannya tetap menjamin dasar imannya. Bab ini mempunyai asal usul dalam dua
perhatian ini: untuk melukiskan suatu gambar Petrus sebagai gembala jemaat yang penuh
kasih dan yang telah menjadi martir, dan untuk mendasarkan iman jemaat dalam dasar
yang kuat iman Murid yang Terkasih.

Yang paling penting bagi orang-orang Kristen, bukan kehadiran lahiriah Murid Terkasih, melainkan
kata-katanya yang mendatangkan hidup. Dan ini terdapat dalam Injil ini selama-lamanya.

60
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
KONKLUSI ATAS PEMBAHASAN
MENGENAI INJIL YOHANES

Sekarang, kita telah menyelesaikan pembahasan mengenai Injil Yohanes. Mungkin baik untuk
membuat suatu rangkuman mengenai beberapa pokok penting mengenai teologi, asal usul literer,
dan latar belakang jemaat Injil ini.

Pewahyuan.
Pengajaran teologis Yohanes yang sentral mengenai pewahyuan: pewahyuan Allah sendiri dalam
AnakNya yang Tunggal, Yesus dari Nazaret, yang bersama dengan Bapa, Sabda yang menjadi
daging, yang dalam diriNya berbicara, mewartakan, mengidentifikasi, menjadi pengantara Bapa.
Mengenal Yesus adalah mengenal Allah. Dan dengan demikian, Yohanes memberi kita Kitab
Kemuliaan, yang berpuncak dalam pewahyuan terakhir Anak sebagai kasih yang mengurbankan
diri. Pada saat di saliblah Yesus memuliakan Bapa. Maka, Allah Bapa adalah kasih. Ini adalah
pengertian yang final, sederhana, dan lengkap dalam 1 Yoh 4:16. Allah adalah kasih, dan barang
siapa tetap berada di dalam kasih, ini tetap berada di dalam Allah, dan Allah di dalam dia.

Perutusan.
Mewahyukan Bapa adalah tugas perutusan Yesus. Untuk itulah Ia diutus Allah. Pada gilirannya,
perutusan ini disampaikan kepada kita yang percaya kepadaNya. Tugas perutusan kristiani kita
adalah mewahyukan, baik Bapa maupun Anak. Allah yang adalah kasih, Anak yang menyerahkan
hidupNya, akan dikenal hanya melalui kita, melalui hidup kita yang dijiwai kasih yang rela
mengorbankan diri. Tongkat dari Sabda yang telah menjadi daging telah diberikan kepada kita,
yang sekarang dipanggil untuk menyatakan Sabda melalui daging kita. Hanya dengan cara
demikian, dunia akan mengenal dan percaya kepada Sabda. Karena, semua orang Kristen sama-
sama dipanggil untuk mengambil bagian dalam perutusan ini, Yohanes terus-menerus berbicara
mengenai “para murid - mathetai”. Kekristenan Yohanes berdasarkan kesamaan: tantangannya
diajukan kepada kita semua. Apakah kita menyingkapkan Allah yang adalah kasih atau tidak?

Parakletos.
Dalam misi ini kita tidak berjalan sendirian. Kita telah diberi Parakletos untuk menghidupi dan
menerangi kita. Karena, Yesus adalah Allah beserta kita (Immanuel), demikianlah Roh adalah
Kristus di dalam kita. Ia muncul begitu Yesus pergi. Ia diberikan kepada kita ketika Yesus mati di
salib, dihembuskan kepada para murid waktu penampakan Yesus yang pertama sesudah
kebangkitan, diutus dan atas ketika Yesus kembali ke sisi BapaNya. Setiap langkah pemuliaan
Yesus diiringi oleh suatu karunia RohNya kepada kita.

Murid yang Dikasihi.


Jika fungsi Parakletos adalah untuk menerangi dan menghidupi para murid, jemaat Injil keempat
telah mengalami hal ini secara khusus melalui pengaruh Roh terhadap Murid yang Dikasihi. Dialah
yang menjadi saksi mata, yang memberikan dasar kuat bagi iman jemaat. Sebagaimana Sabda
dapat mewahyukan Bapa, karena Ia ada di pangkuan Bapa (1:18), demikian juga Murid yang
Terkasih dapat mewahyukan Anak, karena ia bersandar pada pangkuan Anak (13:25).

Mungkin Murid yang Dikasihi merupakan salah seorang dari dua orang murid yang muncul dalam
1:35-40. Selanjutnya, ia lebih kerap muncul dalam bahan-bahan mengenai kisah sengsara: pada
Perjamuan Terakhir dalam 13:23-25; kemungkinan ia juga muncul di halaman imam besar sebagai
murid yang lain dalam 18:15-16; murid ini juga yang berdiri di kaki salib Yesus dalam 19:25-27; ia

61
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
juga tampak di makam dalam 20:1-10; dan akhirnya, ia juga hadir selama penangkapan ikan dalam
21:7, 20-24.

Murid yang Terkasih tampaknya seorang murid Yerusalem yang mempunyai koneksi dengan imam
besar. Presentasinya mengenai Yesus begitu berbeda dengan ketiga Injil yang sehingga ia sulit
untuk dianggap sebagai salah seorang dari kelompok kedua belas murid, sebutan yang jarang ia
pakai, kecuali dalam 6:67-71 dan 20:24. la berpasangan dengan Petrus, dan tampaknya ia memiliki
kedudukan khusus. Dalam Perjamuan Terakhir, Petrus bertanya kepada Yesus melalui dia (13:24);
Petrus mengetahui Yesus melalui dia (21:7); Petrus percaya sesudah dia menyatakam
kepercayaannya lebih dahulu (20:8).

Pada saat sekarang, para ahli menerima pandangan bahwa Murid yang Terkasih itu sebagai
anonim, tetapi sebagai seorang murid sejati dan saksi mata Tuhan, yang mempunyai hubungan
khusus dengan Yerusalem. Ia bukan salah seorang dari kelompok kedua belas murid. Ia memiliki
latar belakang dan pengalaman kekristenan yang berbeda, yang menyebabkan ia menghasilkan,
langsung atau tidak langsung, suatu versi Kabar Gembira yang sangat berbeda dengan Markus,
Matius, dan Lukas.

Sebagai tokoh historis, Murid Terkasih ini ditampilkan sebagai seorang murid yang ideal, yang
hendaknya menjadi contoh bagi kita semua.

Jemaat Yohanes.
Satu hal yang sangat mencolok dalam Injil keempat ialah cara hidup jemaat Yohanes sendiri masuk
ke dalam hidup Yesus. Karena, Yesus hidup melalui dan di dalam RohNya, Parakletos, hidup dan
sejarah jemaat Yohanes melanjutkan hidup dan sejarah Tuhan yang bangkit. Apa yang terjadi pada
jemaat, terjadi juga pada Yesus. Apa yang dikatakan oleh para murid yang dihidupi oleh Parakletos
adalah perkataan Yesus sendiri, karena Parakletos menyampaikan apa yang ia dengar dari
pernyataan Yesus sendiri (16:13). Kontroversi Yahudi dengan kelompok Yohanes menjadi
kontroversi dengan Yesus, dan apa yang dikatakan Yesus dalam kontroversi itu adalah juga
merupakan jawaban jemaat. Ini adalah tulisan Injil dan jelas bukan tulisan sejarah modern.
Marilah kita perhatikan tiga hal yang sangat mencolok. Pada akhir bab 6, diskusi tajam mengenai
tindakan menyantap daging dan darah Yesus adalah kontroversi Yohanes kelak. Dalam bab 8,
kontroversi antara Yesus dengan orang-orang Farisi mengenai kedudukanNya sebagai Anak yang
khas dan identifikasiNya sebagai ilahi, dalam konteks historis, merupakan kontroversi antara orang
Farisi kelak dengan jemaat Yohanes. Dalam bab 9, di mana orang buta dikeluarkan dari sinagoga
menghadirkan jemaat Kristen Yahudi zaman Yohanes tahun 80-90-an, yang bagi mereka
pengakuan iman terhadap Yesus berarti ekskomunikasi radikal dari agama, keluarga, dan sahabat
dalam komunitas Yahudi. Yesus dalam gambaran Injil keempat berbicara secara berbeda
dibandingkan dengan Yesus dalam gambaran Ketiga Injil yang lain, karena suaraNya begitu kerap
disampaikan melalui bibir jemaat yang dinspirasikan oleh Parakletos.

Jika ini benar, bahwa Injil mencerminkan jemaat Yohanes sendiri, kita dapat mengidentifikasikan
jemaat ini sebagai suatu kelompok yang mencakup:
(1) orang-orang Israel sejati, seperti Natanael dalam 1:47 dan pengikut Yohanes Pembaptis
dalam 1:35, orang yang lahir buta dalam bab 9 dan semua yang keluar dari Yudaisme
untuk menjadi murid;
(2) orang-orang Yunani, seperti yang dikedepankan dalam 12:20-22;
(3) orang-orang Samaria yang siap untuk dipanen, yang mengakui Yesus sebagai Penyelamat
dalam 4:42.

62
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Jemaat ini berada dalam hubungan yang tidak enak dengan dunia yang tidak percaya; dengan
orang-orang Farisi yang menolak klaim Yesus (bab 7-8); bahkan dengan orang-orang Kristen lain
yang iman Ekaristi-nya kurang mendalam (6:66) atau yang tetap menjadi Kristen tersembunyi
karena takut dikucilkan dari sinagoga dan Yudaisme (12:42-43).

Jemaat ini juga yang, sambil mengakui pentingnya kelompok kedua belas murid pada umumnya
(6:67-70) dan Petrus secara khusus (1:42; 6:68-69; 21:15-19), menekankan pemuridan dan
kehadiran Parakletos.

Unsur-unsur dramatis.
Karena beberapa alasan yang tidak dapat diketahui lagi, kombinasi antara murid terkasih, jemaat,
dan Parakletos, memberikan kepada kita suatu Injil yang secara mengagumkan kaya akan teknik-
teknik dramatis. Bahan-bahan, seperti bab 4, 9, 11 dan 20 dapat memberi contoh. Petrus, Tomas,
Filipus, dan Yudas (bab 13-14) hadir hanya untuk menanyakan pertanyaan yang membantu
kelancaran diskusi selanjutnya. Model tokoh-tokoh historis lain, seperti :
 Natanael (1:47), adalah cermin Israel sejati.
 Andreas dan Filipus (1:41, 45; 6:5-9; 12:20-22) bertindak sebagai misionaris sejati.
 Nikodemus menggambarkan seseorang yang secara bertahap, meskipun dengan sangat
berhati-hati, beranjak dari kegelapan kepada terang (3:1-10; 7:50-52; 19:39).
 Perempuan Samaria (bab 4) memperjelas kemungkinan bagi semua orang untuk berpindah
dari kedosaan menjadi iman dan perutusan.
 Ibu Yesus adalah model Ibu Gereja.
 Murid yang terkasih menggambarkan model murid sejati.

Injil penuh dengan unsur dramatis lainnya: dengan ironi, dan yang tidak benar beralih ke
kebenaran — Yesus mau mati untuk seluruh dunia (11:52) dan Ia adalah raja sejati (19:19-22);
dengan penggunaan ambiguitas, salah paham, penjelasan untuk menarik perhatian pendengar;
dengan suatu gambaran program mengenai siapa Yesus dalam bab 1; dengan tahapan-tahapan
menuju iman seperti yang dialami oleh perempuan Samaria (4:28) dan Petrus dengan perapiannya
(18:18; 21:9).

Semua ini membantu untuk membuat Injil keempat ini demikian kaya sehingga studi seumur
hidup pun tidak akan pernah dapat menimba seluruh kekayaannya. Seperti orang-orang Kristen
dua puluh abad lampau telah menulis mengenai Injil keempat tanpa bisa menyerap semua
kekayaannya, demikian juga dapat dipastikan bahwa orang-orang Kristen dalam dua puluh abad
berikutnya juga akan mengalami hal yang serupa.

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru


Editor : Dianne Bergant, CSA – Robert J. Karris, OFM
Penerjemah : A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia
LBI – Kanisius 2002

63

Anda mungkin juga menyukai