Anda di halaman 1dari 5

Sumatif Agama

Kitab Wahyu
Fellisa Meliani – 12 IPA 1
1. Kitab wahyu adalah kitab perjanjian baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kita ini
berisi penyingkapan (Wahyu 1:1-2, 20), suatu nubuat (wahyu 1:3, Wahyu 22:7,10,18-19), dan
suatu gabungan dari 7 surat (wahyu 1:4,11 dan wahyu 2:1-3,22)
Tujuan kitab ini adalah:
a. Surat kepada 7 jemaat yang menyatakan ahwa suatu penyimpangan dari standar
kebenaran rasuli sedang terajdi di antara anyak jemaat di Asia. Sehinggam kita ini untuk
menegur tindakan kompromi dan dosa manusia, serta mengimbau umat Kristen untuk
bertoat dan balik ke kasih mula-mula.
b. Untuk meneguhkan iman, ketetapan hati, kesetiaan umat Kristen pada Yesus Kristus,
untuk memeri semangat pada umat Kristen agar menjadi pemenang dan setia sampai
mati
c. Untuk memperlengkapi umat Kristen sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah
terhadap perang melawan kekuatan Ilis dengan menyingkapkan hasil sejarah akan
datang.

2. 14:1 Jika waktu terjadinya penglihatan yang lain dalam pasal ini dipertimbangkan, tampaknya
peristiwa ini terjadi di Bukit Sion pada Masa Aniaya Besar, sebelum malapetaka-malapetaka
ketujuh cawan.
Dalam Kitab Mazmur, Bukit Sion adalah tempat kediaman Mesias sebagai raja dan dalam Kitab
Yoel dikatakan bahwa keselamatan bagi umat Allah datang dari Sion. Dan ada 144.000 orang
yang tiba dengan selamat di Bukit Sion, tanpa ada yang terlupakan, dan yang terhilang.
Orang-orang kudus tersebut memakai nama-Nya dan nama Bapa-Nya, sebagai tanda di
dahi mereka masing-masing. Tanda ini kontras dengan tanda 666 yang dipakai oleh
penyembah Anti-Kristus.
144.000 orang ini adalah orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus.
Mereka tidak ikut menyembah binatang itu, dan mereka pun tidak terancam lagi oleh Anti-
Kristus, karena mereka ada bersama-sama dengan Anak Domba.

14:2 Dalam Kitab Wahyu seringkali ditemukan suatu suara tanpa penjelasan identitas orang
yang berbicara. Bunyi suara yang dia dengar sangat mengesankan, sehingga Yohanes
berusaha untuk menggambarkan bunyinya dengan tiga penjelasan. Pertama,
bunyinya bagaikan desau air bah. Kata yang mirip juga dipakai untuk menceritakan bunyi
sayap makhluk yang ada dalam penglihatan Yehezkiel dalam pasal 1:24 dan bunyi suara Allah
dalam kemuliaan-Nya dalam Yehezkiel pasal 43:2. Kata yang sama juga dipakai dalam Wahyu
pasal 19:6. Kedua, bunyi suara itu bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dalam pasal 6:1 dan
19:6 ungkapan yang hampir sama juga dipakai untuk menceritakan bunyi suara yang didengar
Yohanes.Ketiga, bunyi suara itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik
kecapinya. Ternyata suara yang dia dengar bukan hanya dahsyat, tetapi juga indah.

14:3 Dalam seluruh Alkitab ada sembilan nyanyian baru. Dalam Mazmur, nyanyian baru
dinyanyikan dalam konteks kemenangan atau keselamatan jasmani. Tuhan Allah tidak
disebutkan dalam ayat ini, tetapi dalam Kitab Wahyu Dia sering disebutkan secara tidak
langsung dengan istilah takhta (Pasal 7:9-11 lebih penting dalam konteks ayat ini, karena
144.000 orang yang disegel juga disebutkan.) Pujian mereka di hadapan Tuhan Allah sangat
khas, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain mereka sendiri.
14:4 Kumpulan orang yang digambarkan dalam ayat ini juga diceritakan dalam pasal 7. Di situ
tidak diterangkan bahwa mereka perawan. Ada beberapa penafsir yang berkata bahwa
kumpulan 144.000 melambangkan jumlah seluruh umat Allah atau gereja. 2 Raja-raja
19:21; Yesaya 37:22; Ratapan 2:13; Yeremia 18:13; 31:4, dan 21 dipakai sebagai pendukung
tafsiran tersebut yang bersifat "rohani" atau alegoris. Tetapi sebutan perawan agak sulit
untuk diartikan jika tafsiran mereka diterima. Menurut tafsiran "rohani", 144.000 orang itu
adalah perawan secara rohani. Tetapi kumpulan orang ini tidak melambangkan seluruh umat
Allah. Mereka 144.000 orang yang dipilih, ditebus, dan disegel oleh Tuhan Allah pada Masa
Aniaya Besar. Kalau begitu, sebenarnya pengertian harfiah dari istilah perawan tidak terlalu
sulit diterima. Pengertian harfiah dari kata perawan didukung dengan kata tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan. Kalau seandainya kata perawan diberi
"arti rohani", maka kata tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan juga
harus ikut diberi "arti rohani". Kumpulan orang itu tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, bahkan mereka masih perawan. Kalimat ini tidak berarti bahwa
hubungan seks dalam pernikahan harus disamakan dengan pencemaran. Nas ini menjelaskan
bahwa pada akhir zaman Tuhan akan mengumpulkan 144.000 perawan yang kudus, yang
akan memuji Tuhan di bukit Zion. Kerohanian mereka memang luar biasa, sampai dapat
dikatakan bahwa mereka mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Pemakaian
sebutan Anak Domba dalam ayat ini penting. Bukan sebutan "Anak Manusia" atau "Alfa dan
Omega", yang dipakai, bukan "Singa Yehuda", tetapi Anak Domba, yaitu Dia yang disembelih.
Maka ada kesan bahwa mereka mengikuti Dia dalam segala penderitaan, bahkan sampai
kepada maut. Dari seluruh "panen" Tuhan Allah, merekalah yang menjadi buah sulung.
Setelah buah sulung, yang sebenarnya lebih dihargai, maka sisa panen juga dikumpulkan.
Sebutan buah sulung menandai bahwa kumpulan ini sungguh dihormati, dan juga menandai
bahwa "panen" sedang berlangsung.

3. Rupanya Tuhan Yesus sendirilah yang berbicara dalam ayat ini. Dengan ungkapan ini, Dia
mempertajam apa yang telah dikatakan dalam ayat yang sebelumnya. Bukan saja hal-hal yang
dinubuatkan dalam Kitab Wahyu harus terjadi dengan tiba-tiba, tetapi Dia
sendiri akan datang dengan tiba-tiba. Ucapan bahagia ini mirip sekali dengan ucapan bahagia
yang ada dalam pasal 1:3. Dengan demikian Tuhan Yesus sendiri menegaskan tema utama dari
Kitab Wahyu, yaitu bahwa Dia akan datang dan menang, lalu membagikan pahala kepada yang
menaati apa yang tertulis di dalam kitab ini, khususnya di dalam pasal 2-3. Kitab Wahyu tidak
dimaksudkan untuk menjadi bahan perdebatan di sekolah Alkitab. Kitab Wahyu dimaksudkan
untuk diterapkan, supaya pembaca juga ikut memerintah di Yerusalem Baru selama-lamanya.

4. 1. Preteris
Golongan ini menafsirkan Kitab Wahyu dan segala simbolismenya hanya berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian pada waktu kitab ini ditulis. Segala sesuatu yang
tercatat dalam Kitab Wahyu telah tergenapi pada abad pertama karena hanya berkaitan
dengan masa itu, sehingga tidak ada hubungannya dengan masa kini maupun masa yang akan
datang. Dengan demikian, faham ini menolak unsur nubuat yang ada dalam kitab ini dan
hanya memfokuskan perhatiannya pada peristiwa historis abad pertama. Model penafsiran
ini tidak bisa diterima sepenuhnya. Pertama-tama yang harus dipahami berkaitan dengan
metode penafsiran ini (bahkan harus diterima) adalah bahwa penulis menunjukkan kitab ini
kepada jemaat pada abad pertama dan mereka memahami segala lambang dan simbol-simbol
dalam kitab ini
2. Historis
Golongan historis menafsirkan Kitab Wahyu sebagai ikhtisar sejarah gereja dari hari
Pentakosta sampai konsumasi. Setiap lambang dan simbol dalam Kitab Wahyu merupakan
gambaran peristiwa yang akan terjadi dalam sejarah gereja. Sehingga ada usaha untuk
mencocok-cocokkan setiap tokoh yang ditemukan dalam sejarah gereja dengan lambang dan
simbol dalam kitab ini. Dengan demikian Kitab Wahyu menjadi bayangan sejarah gereja dan
kitab ini pun menjadi semacam kalander peristiwa yang akan terjadi. Akan tetapi para ahli
yang berpegang pada metode ini tidak menemukan kata sepakat tentang arti dari masing-
masibng simbol.
3. Futuris
Menurut pandangan futuris tiga pasal pertama dalam kitab ini adalah berhubungan dengan
jemaat di mana kitab ini ditujukan. Dalam hal ini futuris sependapat dengan preteris. Akan
tetapi pasal 4-22 terjadi di masa yang akan datang. Kalimat “Setelah itu aku melihat” (TB2 LAI)
menjadi dasar argumen ini. Setiap nubuat dalam Kitab Wahyu akan digenapi sebelum Kristus
kembali. Dalam hal ini golongan futuris sama dengan historis. Penafsiran futuris bersifat
eskatologis yang menekankan kedatangan Kristus kembali.
4. Idealis
Kelompok idealis menafsirkan Alkitab sebagai kitab prinsip, yang mengontroskan Kristus dan
umat-Nya yang menang atas Iblis dan para pengikutnya yang kalah. Kitab Wahyu bukan tidak
berbicara tentang peristiwa masa lalu atau nubuat tentang peristiwa yang akan datang tetapi
berhubungan dengan kehidupan umat Kristen di segala zaman, sejak zaman Yohanes hingga
akhir zaman. Penafsiran ini tidak mengabaikan sejarah berhubungan dengan konteks Yohanes
sendiri dan nubuat yang dikumandangkan dalam Kitab Wahyu. Golongan idealis mengakui
bahwa Kitab Wahyu terkait dengan latar sejarah gereja abad pertama dan kedua tetapi juga
penderitaan yang dialami orang percaya pada zaman ini tercermin di dalam Kitab Wahyu.
Berhubungan dengan nubuat dalam kitab ini, golongan idealis menganggap bahwa nubuat
sedang digenapi dalam perjalanan waktu dan sepenuhnya digenapi pada saat konsumasi
ketika Yesus datang kembali

5. A. Kitab ini adalah suatu penyataan dari Yesus Kristus tentang diri-Nya sendiri. Ini begitu
penting, sebab kitab ini menyatakan penilaian Yesus tentang jemaat-jemaat-Nya 60-65 tahun
setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya, dan kitab ini menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang
akan datang mengenai kesengsaraan, kemenangan Allah atas kejahatan, kedatangan Kristus
kembali untuk memerintah di bumi dan kebahagiaan kerajaan Allah yang kekal.
B. Salah satu latar belakang penulisan kita wahyu adalah penyataan ini telah disampaikan
secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan
penglihatan-penglihatan (Wahyu 1:1, 10-18). Adikodrati atau supranatural ("supra" berarti
"atas", dan "nature" yang berarti alam, pertama kali digunakan pada 1520 - 1530
M)[1] adalah sebutan untuk kejadian yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam, atau
berada di atas dan di luar alam. Dalam kita wahyu, disampaikan secara adikodrati sebab
Tuhan itu maha kuasa dan maha Ajaib sehingga dapat melakukan apapun, sehingga nubuat
Tuhan di kitab wahyu itu supernatural karena nanti pada akhir zaman akan terjadi hal
supernatural yang dikerjakan oleh Tuhan.

6. A. Kepada jemaat/gereja di Efesus (gereja tanpa kasih) (Wahyu 2:1-7). Yesus Kristus
memberitahukan Gereja Efesus, bahwa di satu sisi Ia tau mereka telah melakukan banyak hal
yang sesuai dengan kehendak-Nya, seperti membenci segala perbuatan pengikut-pengikut
Nikolaus (seorang rasul yang menggabungkan kepercayaan kristiani dengan tradisi
kepercayaan Romawi), tetapi di sisi lain mereka telah meninggalkan kasih mereka yang
semula” (maksudnya adalah kasih kepada Kristus). Karena itu Tuhan Yesus Kristus memberi
peringatan keras kepada mereka untuk bertobat dan kembali mengasihi-Nya. Peringatan
tersebut mengandung ancaman bahwa “Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil
kaki dianmu dari tempatnya, jika engkau tidak bertobat” (Wahyu 2:5). Kaki dian merupakan
tanda bahwa Allah berada di tempat itu dan membawa terang dan keselamatan bagi mereka
yang percaya kepada-Nya. Apabila kaki dian diambil dari jemaat Efesus, gelaplah hidup
mereka (Matius 6:23 – “…Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan
itu!” (…how great is that darkness!)
B. Kepada jemaat/gereja di Smirna (gereja yang teraniaya) (Wahyu 2:8-11). Pada awalnya
jemaat ini penuh dengan kekudusan (holiness), namun lama-kelamaan beberapa orang di
antara mereka dipengaruhi oleh ide-ide Yahudi (Wahyu 3:9 dengan jelas mengatakan,
“…beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyatakan dirinya orang Yahudi,
tetapi sebenarnya tidak demikian…”) sehingga Allah kecewa atas kelemahan dan dosa
yang dilakukan.Tuhan Yesus mendukung jemaatnya yang teraniaya di Smirna dengan
mengatakan, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita!” Ia memberi
semangat dan kekuatan kepada mereka dengan mengatakan, “Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. (Wahyu 2:10).
C. Kepada jemaat/gereja di Pergamus (gereja yang berkompromi) (Wahyu 2:12-17),
Jemaat/gereja di Pergamus disebut sebagai gereja yang suka berkompromi. Mereka tidak
tegas menghadapi hal-hal yang memerlukan ketegasan, sehingga membuat mereka tidak
kudus lagi. Tindakan ini merugikan dan melemahkan mereka, bahkan mereka dapat
kehilangan pegangan dan terjerat dosa. Ada peringatan kepada jemaat Pergamus untuk
bertobat, karena Tuhan berjanji untuk segera datang dan akan memerangi orang-orang
berdosa dengan pedang yang ada di mulut-Nya. Dikatakan di dalam Wahyu 2:16b bahwa
dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua (a sharp two-edged sword). Di
sini pedang yang keluar dari mulut Yesus, tidak lain dan tidak bukan adalah firman Allah.
D. Kepada jemaat/gereja di Tiatira (gereja yang berkorupsi) (Wahyu 2:18-29). Walaupun
manusia berdosa, Allah Bapa tetap mengasihi manusia ciptaan-Nya. Walaupun perbuatan
dosa dilakukan dari generasi ke generasi, namun Dia tetap setia pada janji-Nya untuk
menebus dosa umat manusia melalui pengorbanan anak-Nya yang tunggal.Nasib mereka
yang berzinah jelas tertulis di dalam Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut, orang-
orang yang tidak percaya orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan
mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang” dan
Wahyu 22:15, “Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-
orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai
dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.”
E. Kepada jemaat/gereja di Sardis (gereja yang mati) (Wahyu 3:1-6) Dalam kitab Wahyu
terdapat berkali-kali peringatan untuk bertobat. Allah Bapa juga mengutus Yohanes
Pembaptis untuk memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”
(Matius 3:2). Demikian pula Yesus sendiri dalam Matius 4:17 mengatakan, “Bertobatlah
sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” Selama masih ada kesempatan hendaklah manusia
menggunakan waktu anugerah Allah dengan bertobat.
F. Kepada jemaat/gereja di Filadelfia (gereja yang setia) (Wahyu 3:7-19). Pada awalnya
Gereja Filadelfia ini penuh kekudusan, namun lama-kelamaan beberapa di antara mereka
dipengaruhi oleh ide-ide Yahudi (dalam Wahyu 3:9 dengan jelas disebutkan, “Lihatlah,
beberapa orang dari jemaah Iblis (the Synagogue of Satan) yaitu mereka yang menyebut
dirinya orang Yahudi, tetapi sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta”). Di sini kata
kuncinya adalah “tulus dan setia” (sincere and faithful). Ada berbagai ayat dalam Akitab
yang menyatakan bahwa Allah Bapa menghargai manusia yang setia, taat dan tunduk
pada firman-Nya, karena Allah setia dan adil. Ulangan 7:9, 32:4 mengatakan, “…bahwa
Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia.”Kepada jemaat Filadelphia yang menuruti
FirmanTuhan dan tidak menyangkal nama-Nya, Tuhan Yesus berjanji akan menunjukkan
pada isi dunia ini bahwa Ia mengasihi mereka (Wahyu 3:9) dengan menyuruh jemaah Iblis
datang dan sujud di depan kaki mereka dan mengaku bahwa Tuhan Yesus mengasihi
jemaat ini.
G. Kepada jemaat/gereja di Laodikia (gereja yang suam-suam kuku) (Wahyu 3:4-22).
Keadaan suam-suam kuku juga merupakan suatu sifat yang dibenci Allah. Tuhan Yesus
menunjukkan ketegasan-Nya untuk tidak mengikutsertakan orang-orang yang tidak dapat
menunjukkan siapa diri mereka dalam rencana-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui status kehidupan mereka sendiri.Wahyu 3:18 menasihatkan
untuk “membeli daripada-Ku… minyak untuk melumas matamu supaya engkau dapat
melihat” sehingga selaput yang menutup mata itu (veil) dapat gugur. Di dalam Wahyu
3:19 Yesus berkata, “Barang siapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah!” Ia menawarkan kasih itu kepada setiap orang yang bersedia
menerima-Nya, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku
akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20).

Anda mungkin juga menyukai