Anda di halaman 1dari 18

Karunia-karunia Roh dan Penyimpangannya dalam Gereja1

A. Pendahuluan
Abad ke-20 biasa disebut abad Roh Kudus. Dan kelompok yang berperan penting dalam melahirkan
abad Roh Kudus ini menurut Maris - adalah kelompok Pantekosta dan atau2 Kharismatik3.
Pengamatan ini tidak berlebihan sebab itulah keyakinan dan pengakuan mereka. Salah satu contohnya
adalah M. F. H. Kakiay. Ketika mengomentari semboyan H. L. Senduk biarkanlah Roh Kudus
berkerja, Kakiay mengatakan bahwa maksud dari semboyan ini adalah bahwa zaman dimana kita
hidup sekarang ini (zaman modern ini) merupakan zaman pemerintahan Allah Tritunggal melalui
Pribadi Roh Kudus. Pada zama inilah Roh Kudus bekerja dengan ajaib untuk menyucikan dan
menyempurnakan gereja-Nya.4 Gerakan ini telah menyentakkan gereja, terutama gereja-gereja arus
utama di seluruh dunia entahkah itu Calvinis atau Lutheran. Gereja Katolik Roma pun tidak luput.
Keadaan ini belum berubah hingga seperempat pertama abad ke-21 ini. Kedua gerakan ini tersebar
secara cepat dengan bantuan strategi dan sarana modern (TV, radio, buku dan mass-meeting) - dan
dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang Kristen, tetapi juga oleh orang-orang bukan Kristen.
Mereka hadir dalam kebaktian-kebaktian yang mempropagandakan tanda-tanda heran sebagai tanda
kerja Roh Kudus. Penyebaran yang cepat dan pengaruh yang luas dari gerakan ini sebenarnya positif,
asalkan berdasar dan berakar pada Kitab Suci dan bertujuan untuk kemuliaan Kristus dan
pembangunan tubub-Nya, yakni gereja.
Menyebut abad ke-20 sebagai abad Roh Kudus5 benar di satu sisi, tetapi salah di sini lain.
Benar karena sepanjang sejarah gereja, setelah Kisah 2 dalam abad ke-20-lah Roh Kudus seolaholah bekerja secara fenomenal dan mendunia dibanding abad-abab sebelumnya. Seolah-olah sebab
apa yang disebut pekerjaan Roh Kudus, dalam perjalanan waktu, ternyata sungguh meragukan dan
membingungkan. Di sisi lain istilah ini tidaklah tepat karena Roh Kudus bekerja dalam setiap abad
sejarah keselamatan, meskipun memang benar jika kita bicara secara apropriatif bahwa Bapa lebih
dominan dalam penciptaan, Anak dalam penebusan dan Roh Kudus dalam pengudusan (Lih juga KH
M8 p/j 24). Karena itu tidaklah tepat menyebut abad tertentu sebagai abad Roh Kudus.
B. Karunia-karunia Roh
Karunia-karunia Roh adalah ajaran Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Karena
itu, mestinya semua orang percaya mengenal dan merasakan dampak dari karunia-karunia ini. Tetapi
kenyataan berbicara lain. Ada orang Kristen yang tidak tahu apa-apa mengenai karunia ini. Ada yang
1
2

3
4
5

Disampaikan dalam seminar tentang Roh Kudus: keselamatan, karunia dan kebangunan
rohani, yang diselenggarakan oleh GKKR di Malang, Jumat 17 Januari 2014
Saya memakai kata penghubung dan atau karena kedua gerakan ini sebenarnya memiliki
akar yang sama, yakni penekanan pada karunia-karunia Roh. Perbedaannya terdapat
terutama dalam sejarah kelahirannya. Pantekosta pada awal abad ke- 20, sedangkan
Kharismatik pada awal paruh kedua adad abad yang sama. Dalam kenyataannya, gerakan
Kharismatik merupakan kelanjutan dari gerakan Pantekosta dengan penekanan pada the
Second Blessing. Dalam bahasa Maris, Kharismatik menggunakan model yang sama untuk
pengalaman khusus berkat kedua (Hans Maris, 2004: 23).
J. W. Maris, Die Heere is en levend maakt: over de Heilege Geest dalam Gegrond geloof ...
301
M. F. Y. Kakiay, Teologi GBI: Suatu Refleksi terhadap Wacana Teologi yang Berkembang
di GBI (Jakarta: Kapernaum PeMOI Publishing House, 2003), hal. 55
Sebutan ini tidak perlu dikaitkan dengan apropriasi karena apropriasi selalu ditempatkan
dalam bingkai pekerjaan Tritunggal dalam sejarah keselamatan.

lain lagi yang tahu, tetapi mengabaikannya. Ada pula yang tahu dan menghidupinya secara baik.
Sayang mereka kurang kencang dalam mengajar dan dalam memperlihatkan kehidupan yang
mencerminkan karunia-karunia ini sehingga tidak banyak orang yang tertular ajaran dan kehidupan
yang alkitabiah ini. Dan ada lagi yang lain, yang tahu tetapi salah mengajarkan dan
mempraktikkannya.
1. Perjanjian Lama
Karunia-Karunia Roh yang banyak diperdebatkan bukanlah sesuatu yang baru ada dalam PB. Roh
Kudus sudah bekerja sejak awal penciptaan dan terus bekerja dalam sejarah keselamatan demi
penggenapan proto euanggelion dalam Kejadian 3:15. Allah telah menggunakan beragam karunia di
tengah-tengah umat-Nya, untuk memelihara perjanjian, melindungi mereka, menetapkan ibadat dan
mempersiapkan akan kedatangan perjanjian baru di dalam Kristus Yesus. Misalnya, hakim-hakim,
raja-raja, karunia berbicara dan hikmat, karunia menafsirkan mimpi, karunia membangun Tabernakel
dan Bait Suci.6 Pembahasan mendalam tentang karunia-karunia Roh dalam PL dapat dilihat dalam
appendix 1 (yang terlampir).
2. Perjanjian Baru
Dalam PB ada enam pasal dari empat kitab yang di dalamnya kita dapat menemukan catatan tentang
karunia Roh, yakni Roma 12, 1 Korintus 12; 13; 14, Efesus 4 dan 1 Petrus 4. Dari 1 Korintus sendiri
kitab yang paling awal terdapat setidak-tidaknya enam daftar karunia Roh.7 Dalam Kisah Para Rasul
terdapat dua karunia yaitu bahasa lidah dan nubuat (Kis 19:6 Dan ketika Paulus menumpangkan
tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh dan bernubuat, lih juga 2:4, 10:46). Dan dalam surat-surat Paulus yang lebih kemudian,
yakni Roma dan Efesus ada lagi catatan mengenai karunia Roh.
Kemudian kita juga masih menemukan satu daftar pendek dalam 1 Petrus 4:10-11 yang
dikaitkan dengan dua kelompok orang dalam jemaat yaitu kelompok yang berbicara dan yang
melayani. Kemungkinan kelompok pertama adalah para tua-tua (presbuteroi) sedangkan yang kedua
adalah para diaken8. Untuk jelasnya kita lihat daftar9 berikut:
1 or.12:8-11
Hikmat
Pengetahuan
Iman
Penyembuhan
Mukjizat
Bernubuat
Membedakan
roh
Berbahasa lidah
6
7
8

1 Kor.12:28
Rasul-rasul
Nabi-nabi
Pengajarpengajar
Mukjizat
Penyembuhan
Melayani
Memimpin
Berbahasa lidah

Rm.12:6-8
Bernubuat
Melayani
Mengajar
Menasihati
Membagibagikan
Memimpin
Menunjukkan
kemurahan

Ef.4:11
Rasul-rasul
Nabi-nabi
Pemberita-pemberita
Injil
Gembalagembala/pengajarpengajar

1 Pt.4:11
Berbicara
Melayani

Y. Lifire dan G. Riemer, Candlestand Statement ..., 25


R. D. Anderson, 1 Korientirs: orde op zaken in een jonge stadskerk ..., 170-1
Menurut Van Houwelingen, Petrus tidak berbicara mengenai jabatan formal (officile
functie) di sini. Petrus hanya menyampaikan dua kemungkinan secara umum: Jika ada
orang yang berbicara .... jika ada orang yang melayani (Van Houwelingen, 1 Petrus ..., 158)
Lihat R. D. Anderson, op. cit, 170-1 dan S. B. Ferguson, The Holy Spirit ..., 208. Lihat
juga Grudem, Bible Doctrine, , 398. Bahkan Grudem menambah 1 daftar lagi yakni 1
Korintus 7:7 tentang pernikahan dan selibat.

Penafsiran bhs
lidah
Gordon Fee mengelompokkan karunia-karunia yang terdapat dalam surat-surat Paulus dalam
tiga kategori: 1) pelayanan dalam berbagai bentuk (Rm 12:7-8, 1Kor 12:28 dan Ef 4:11); 2) hal-hal
yang ajaib, yakni karunia untuk melakukan tanda-tanda heran atau mukjizat (kesembuhan, dll), dan 3)
ucapan-ucapan yang diilhamkan (hikmat, pengetahuan, nubuat, membedakan bermacam-macam roh,
dan bahasa lidah).10 Van Houwelingen membagi hanya dalam dua kelompok yaitu karunia berbicara
dan karunia melayani. Petrus memakai istilah berbicara, Paulus memakai istilah nubuat. Tetapi
keduanya berarti voeden van het geloof (menguatkan/menumbuhkan iman). Petrus memakai istilah
melayani. Paulus memakai istilah pelayanan. Keduanya berarti het onderhouden van de
gemeenschap (pemeliharaan jemaat/persekutuan).11
C. Karunia-karunia Roh dalam praktik
1. Cara penerimaan karunia Roh
Kita telah melihat berbagai karuni Roh di atas. Jelas bahwa karunia-karunia itu berasal dari Allah yang
satu (1 Kor 12:6) melalui Roh Kudus. Pada hakikatnya Roh Kudus sendiri adalah karunia itu; karunia
teragung dari Bapa dan Anak (Yoh 14:16; 16:7b), yang telah menjadikan kita ahli waris bersama
dengan Kristus oleh iman (Rm 8:17). Pertanyaannya adalah bagaimana caranya karunia-karunia Roh
itu diperoleh. Berdasarkan Alkitab, kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut menyangkut cara
Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya hadir dalam kehidupan orang percaya:
Penghembusan oleh Yesus. Dalam Yohanes 20:22 Yesus memberikan Roh Kudus kepada para
murid-Nya dengan cara penghembusan, tetapi nampaknya ini merupakan rujukan kepada
pemberian definitif dalam Kisah 2.12 Karena jika ini sudah merupakan penggenapan janji-Nya
dalam Yohanes 14 dan 16, maka Kisah 2 tidak perlu lagi, bahkan perintah Yesus bahwa muridmurid-Nya harus menunggu janji Bapa di Yerusalem (Luk. 24:49, Kis 1:4) tidak ada gunanya.

10 Gordon D. Fee, Gods Empowering Presence ..., 887-9. Lihat juga Lifire dan Riemer,
op.cit., 26: ada 6 pembagian.
11 P. H. R. Van Houwelingen, 1 Petrus, ... 158
12 Dalam tafsirannya, Van Houwelingan merangkum 5 tafsiran yang berbeda dari ayat ini.
Pertama, pentakosta versi Yohanes (Bauer, Bouma dan Beasley-Murray); kedua, uang
muka (voorschot, down payment) dari pentakosta (Calvin, Bengel dan Meyer); ketiga,
rujukan kepada pentakosta (Grotius, Maier, Carson); keempat, syarat bagi pentakosta
(Westcott, Godet, De la Potterie); kelima, perlengkapan bagi para rasul untuk melakukan
pekerjaan misi (Weiss, Holwerda, Ridderbos). Dari lima penafsiran ini, Van Houwelingen
mengikuti yang ketiga, yakni bahwa Yohanes 20:22 merujuk kepada pentakosta dalam
Kisah 2. Ayat ini adalah nubuatan bagi apa yang akan terjadi 10 hari setelah kenaikan-Nya,
yakni penggenapan janji Bapa: Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan
Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49, bdk. Kis 1:4). P. H. R. van Houwelingen,
Johannes ... 395-6. Stephen Tong pun menganut pandandan yang ketiga. Ia memang
mengaitkan penghembusan itu dengan penciptaan tetapi ini hanya untuk membedakan
manusia dengan ciptaan lain yang tidak mengalami peristiwa ini. Menurutnya bagian ini
adalah janji yang akan dipenuhi atau dikonfirmasi dalam peristiwa pentakosta. Stephen
Tong, Baptisan dan Karunia Roh Kudus ... 26 - 8

Turun langsung dari langit. Dalam Kis 2 kita membaca bahwa karunia Roh itu dalam hal ini
bahasa lidah diperoleh bersamaan dengan datang-Nya Roh Kudus dari langit sebagai
penggenapan nubuatan PL (Yl 2) maupun janji Yesus (Yoh 14, 16).
Doa dan penumpangan tangan. Orang-orang percaya di Samaria mendapatkan Roh Kudus oleh
doa dan penumpangan tangan para rasul (Kis. 8:15-17). Tetapi dalam kejadian ini tidak ada
laporan apakah setelah menerima Roh Kudus orang-orang itu berbahasa lidah. Ketiadaan laporan
ini mengindikasikan bahwa hal itu memang tidak terjadi dan ini berarti bahwa diterimanya Roh
Kudus oleh seseorang tidak selalu harus ditandai dengan bahasa lidah. Penerimaan Roh Kudus
melalui penumpangan tangan terjadi lagi dalam Kisah 19:6 oleh Paulus. Dan ketika Paulus
menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka
berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Berbeda dengan Kisah 8, di sini penerimaan Roh
Kudus itu disertai dengan bahasa lidah dan nubuat. Perbedaan kedua dengan Kisah 8 adalah
bahwa di sini tidak ada laporan bahwa Paulus mendahului penumpangan tangannya dengan doa.
Dalam 2 Timotius 1:6 kita juga membaca bahwa oleh penumpangan tangan Paulus, Timotius
menerima karunia Roh.
Tanpa doa dan tanpa penumpangan tangan. Peristiwa Kornelius dalam Kisah 10 memperlihatkan
cara yang lain lagi. Ia dan seisi rumahnya menerima Roh Kudus ketika Petrus sedang berkhotah.
Ini adalah kebalikan dari Kisah 2 di mana penerimaan Roh Kudus mendahului khotbah. Dalam
Kisah 6:1-6 tercatat bahwa bahkan ketujuh orang yang dipilih menjadi diaken itu sudah penuh
dengan Roh dan hikmat (ay 3) sebelum para rasul berdoa untuk dan menumpangkan tangan atas
mereka. Dua karunia Roh muncul di sini yakni hikmat (ay 3) dan iman (ay 5). Sekali lagi: tidak
ada laporan di sini mengenai bahasa lidah. Ada doa dan penumpangan tangan, tetapi ini dalam
rangka penahbisan atau peneguhan mereka ke dalam fungsi diaken.
Dari data-data Alkitab ini terlihat bahwa tidak ada satu dua cara tertentu yang diperintahkan oleh Allah
sebagai sarana untuk mendapatkan karunia Roh. Di samping itu, yang diminta dalam doa dan
diberikan apakah dengan cara turun langsung dari langit seperti dalam Kisah 2 atau melalui
penumpangan tangan seperti Kisah 8, dan 19 adalah Roh Kudus itu sendiri, bukan manifestasi atau
karunia-karunia-Nya.
Dalam kelompok kharismatik tertentu ada ajaran tentang impartasi Roh Kudus, baik dengan
cara penghembusan, maupun dengan cara penumpangan tangan. Ajaran semacam ini tidak mempunyai
dasar di dalam Alkitab, meskipun dibangun dengan ayat-ayat seperti disebutkan di atas. Memimjan
istilah Deky Nggadas, argumentasi mereka ayatiyah tetapi tidak alkitabiah.
2. Tujuan pemberian karunia Roh
Tujuan pemberian karunia Roh ini berbeda-beda. Menurut Anderson, karunia-karunia khusus dalam
Kisah Para Rasul terutama bahasa lidah - dimaksudkan untuk memperlihatkan kepada manusia
bahwa Injil mencapai seluruh dunia (2:21, 39). Kemudian karunia dalam peristiwa Konelius bertujuan
untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak bersunat tidak perlu disunat untuk mengambil
bagian dalam keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus (bdk Gal 3:5). Ia juga berpendapat
bahwa tujuan karunia-karunia khusus dalam Kisah PR berkaitan dengan pemberitaan Injil. Tetapi hal
yang menarik menurutnya adalah bahwa tidak ada satu bukti pun, baik dalam PB maupun dalam
gereja-gereja pasca-rasuli, bahwa bahasa lidah dipakai dalam rangka pemberitaan Injil kepada sukusuku yang bahasanya tidak dikenal oleh sang penginjil. 13

13 R. D. Anderson, op. cit., 182. Lihat juga S. G. Ferguson, Holy Spirit, 208-9

Dari 1 Korintus kita membaca bahwa karunia-karunia Roh, yang diberikan kepada anggotaanggota jemaat dimaksudkan untuk kebaikan jemaat. Karunia-karunia itu diberikan untuk kepentingan
bersama (1Kor 12:7), untuk membangun jemaat (1Kor 14:12, bdk ay 26). Di tempat lain Paulus
menyebutkan bahwa karunia-karunia itu dimaksudkan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Krisus (Ef 4:12). Tujuan dari pekerjaan
memperlengkapi ini adalah tercapainya tiga hal, yakni kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus.14 Singkatnya karunia-karunia Roh ini dimaksudkan untuk pembangunan gereja sebagai tubuh
Kristus.15 Dan yang merupakan tujuan ultimat dari semua ini adalah bahwa karunia itu diberikan agar
Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus (1Ptr 4:11; bdk Mat 5:16).

D. Penyimpangan-penyimpangan dalam gereja.


Dean Anderson membagi karunia-karunia Roh dalam dua bagian, yakni karunia khusus dan karunia
biasa (niet-bijzondere geschenken). Karunia khusus adalah manifestasi yang hanya dapat diberikan
oleh Roh Kudus, dan tanpa karya-Nya dalam manusia tidak akan ada. Karunia-karunia itu adalah
nubuat, bahasa lidah- lihat appendix 2 (kritik terhadap pemakaian istilah bahasa roh dalam TB LAI) dan tanda-tanda heran seperti kesembuhan dan pengusiran setan.16 Dalam praktik, ternyata bahwa
penyimpangan yang terjadi selalu berkaitan dengan karunia-karunia khusus ini, baik menyangkut cara
mendapatkannya maupun penggunaan serta gejala-gelajalanya. Untuk itu kita akan memberi perhatian
kepada karunia-karunia khusus ini.
1. Baptisan Roh Kudus
Dalam kebanyakan gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik, baik dari first wave, second wave
maupun third wave, baptisan Roh Kudus menjadi core doctrine. Benarkah Alkitab mengajarkan hal
yang demikian? Apakah Kristus dan para rasul memang telah mengajarkan bahwa di setiap zaman,
setelah Pentakosta, akan ada baptisan Roh Kudus?
Dalam seluruh PB, frase baptisan Roh Kudus hanya muncul 7 kali: 4 kali dalam kitab-kitab
Injil (Mat 3:11; Mrk 1:8; Luk 3:16; Yoh 1:33) oleh Yohanes Pembaptis, 2 kali dalam KPR oleh Yesus
dan Petrus (Kis 1:5; 11:16), dan yang terakhir oleh Paulus (1Kor 12:13). Yang menarik adalah bahwa
Paulus yang berbicara banyak soal karunia Roh, hanya menyebut istilah ini satu kali saja dalam
seluruh suratnya.17
Jika diperhatikan, maka kemunculan frase ini dalam keempat Injil sebenarnya hanya sekali atau
paling banyak dua kali diucapkan oleh Yohanes Pembaptis. Konteksnya adalah perbandingan: ia
membandingkan dirinya dengan Yesus. Ia membaptis dengan air, sedangkan Yesus dengan Roh Kudus
dan dengan api.
Artinya istilah baptisan Roh Kudus hanya pernah 4 kali diucapkan dalam seluruh BP. Dari 4
kali penyebutan ini pun satu merupakan pengulangan. Petrus mengulang kata-kata Tuhan Yesus (Kis
1:5) ketika mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem (Kis 11). Yang lebih menarik
lagi adalah subyek atau orang yang akan membaptis dengan Roh Kudus ini. Baik Yohanes Pembaptis,
Yesus maupun Petrus menyebutkan bahwa Yesuslah subyek baptisan Roh ini. Jika kenyataan ini
ditempatkan dalam konteks janji Yesus, maka istilah membaptis dengan Roh Kudus sama dengan
mengutus Roh Kudus (Yoh. 16:7). Jadi jelaslah bahwa baptisan Roh Kudus bukanlah pekerjaan
14
15
16
17

Untuk tafsiran yang lebih dalam, lihat L. Floor, Efizirs , 151 dst.
Lihat Graham, Holly Spirit, , 222, Grudem, Bible Doctrine, ., 397
R. D. Anderson, op. cit., 180-2
Lihat Stephen Tong, Baptisan dan Karunia Roh Kudus, 28-37

seorang manusia betapun sucinya dia, melainkan pekerjaan Yesus.18 Yesuslah yang mengutus Roh
Kudus bersama Bapa seperti janjinya: Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu (Yoh. 16:7). Perlu
ditekankan sekalai lagi bahwa frase yang disalahpraktikkan karena salah mengerti - yakni baptisan
Roh Kudus ini - harus ditempatkan dalam konteks janji Yesus, yakni bahwa Ia akan mengutus Dia.
Yesus sendiri nampaknya menggunakan mengutus dan membaptis secara bergantian. Dalam
Yohanes 16:7 mengutus sedangkan dalam Kisah 1:5 dibaptis. Ini dikarenakan Yesus mengutip
pernyataan Yohanes Pembaptis (Yoh 1:33, Mat 3:11 dan ayat-ayat paralelnya).
Dalam 1 Korintus 12:13 memang siapa yang membaptis tidak disebutkan. Anderson menulis
seperti berikut: Dialah Roh itu, yang dicurahkan oleh Kristus ke bumi, yang memungkinkan sesorang
menjadi anggota tubuh Kristus oleh iman (bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan).19 Berbeda dengan ini,
menurut Stephen Tong, Yesuslah yang membaptis dengan Roh Kudus di sini.20 Bahkan menurut Maris
maksud utama nas ini adalah untuk menekankan bahwa meskipun banyak perbedaan, semua orang di
dalam jemaat diperintah oleh Roh yang sama.21
Ketiga pandangan ini kelihatan berbeda, tetapi pada hakekatnya sama. Memang benar bahwa
Roh Kudus diutus oleh Yesus. Dalam hal ini Yesuslah yang membaptis (Tong), tetapi benar juga bahwa
dalam sejarah keselamatan ada peran Roh Kudus pula. Dia telah mendapat tugas dari Kristus untuk
memasukkan orang-orang pilihan ke dalam anggota tubuh-Nya yaitu gereja (Anderson). Istilah yang
dipakai Paulus sebagai tindakan menjadikan seseorang anggota tubuh Kristus itu adalah dibaptis.
Dalam ayat ini Paulus tidak mengaitkan baptisan Roh dengan karunia, tetapi dengan masuknya
seseorang ke dalam tubuh Kristus sebagai anggota.22 Dan benar pula bahwa gereja diperintah oleh Roh
yang sama, yaitu Roh Kristus (Maris).23 Bagian ini sama sekali tidak berbicara tentang karunia-karunia
Roh. Tidak juga mengenai sesuatu yang perlu diulang terus menerus.
Orang sering berpendapat bahwa peristiwa di Samaria dan Efesus adalah bukti bahwa ada dua
fase dalam kehidupan orang percaya, yaitu fase regenerasi saat konversi dan fase baptisan dengan Roh
(berkat kedua). Berdasarkan pemahaman ini orang kemudian gencar mencari dan mengajarkan
baptisan Roh Kudus. Dualisme seperti ini tidak memiliki dasar dalam Alkitab. Pencurahan Roh Kudus
dalam KPR adalah persistiwa unik dalam sejarah keselamatan. Dalam hal ini benar apa yang dikatakan
Ferguson bahwa pengalaman para rasul dengan Roh Kudus memang bersifat progresif, tetapi
pengalaman ini unik dan tidak dapat diulangi terus menerus. Dasar argumentasinya adalah karena para
rasul hidup pada titik atau periode peralihan zaman perjanjian lama (old covenant) ke zaman perjanjian
baru (new covenant) yang ditandai secara definitif oleh pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.24
Di samping itu, peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi dalam KPR lebih tepat
ditempatkan dalam konteks janji Tuhan Yesus dalam KPR 1:8. Di sana disebutkan beberapa wilayah
geografis sebagai daerah target pemberitaan Injil oleh para rasul, yakni Yerusalem, Yudea, Samaria dan
Ujung Bumi. Efesus tidak disebutkan di sini. Tetapi dalam konteks daerah sasaran misi, seperti yang
diperintahkan Yesus (Kis 1:8), Efesus boleh disebut sebagai wakil dari ujung bumi. Orang sering
berpendapat bahwa Korneliuslah wakil ujung bumi karena dia adalah orang bukan Yahudi. Meskipun
18 Lihat juga Van Bruggen, Het evangelie van Gods Zoon, ...201. Menurutnya tidak ada orang
lain, kecuali Yesus yang memiliki kuasa untuk memberikan Roh Kudus kepada manusia.
Dalam PL (Ul. 11:25) memang Roh yang hinggap pada Musa sebagian berpindah kepada
ke-70 tua-tua yang telah dipilih Musa. Tetapi pemindahan itu dilakukan oleh Allah, bukan
oleh Musa. Musa berdiri tanpa daya (machteloos) sambil berkata: Ah, kalau seluruh
umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada
mereka! (11:29)
19 R. D. Anderson, op. cit., 187
20 Stephen Tong, op. cit., 36.
21 Hans Maris, Gerakan Kharismatik , 53.
22 Lihat Gordon D. Fee, Gods Empowering Presence 180-1, 861
23 Pembaca yang mau mendalami bagian ini, dapat membaca tulisan dari ketiga penulis ini
(Anderson, Tong dan Maris)
24 S. B. Ferguson, op. cit. 80

pandangan ini benar jika sasaran dan penerimaan Injil ditempatkan dalam kategori kelompok suku atau
etnis. 25 Paulus memang selalu berbicara mengenai orang Yahudi dan bukan Yahudi, tetapi pandangan
ini lemah berdasarkan KPR 1:8 lantaran Yesus menyebut wilayah geografis bukan etnis. Di empat
tempat inilah Alkitab mencatat secara eksplisit pencurahan Roh Kudus. Karena itu menurut saya
Stephen Tong benar ketika mengatakan bahwa keempat tempat ini merupakan representasi dari
pemberitaan Injil dalam sejarah.26 Di samping itu, pencurahan Roh Kudus di keempat tempat ini
dengan atau tanpa manifestasi Roh tertentu seperti bahasa lidah dan nubuat selalu mengharuskan
kehadiran para rasul. Ini pasti berkaitan dengan peran mereka sebagai orang-orang khusus yang
menjadi dasar berdirinya gereja Tuhan (Ef 2:20, bdk Mat 16:1827). Ini tidak serta merta berarti para
rasul ini menjadi dasar gereja atas otoritas mereka sendiri. Tidak! Allah sendirilah yang membangun,
tidak hanya melalui Kristus dan Roh Kudus (Ef. 2:18) tetapi juga para rasul dan nabi.28 Faktor-faktor
ini menjadi sebab mengapa pencurahan Roh Kudus pada masa para Rasul disebut unik dan tidak dapat
diulang.
Jika demikian bagaimana dengan gereja pasca-para rasul? Bagaimana gereja ini memperoleh baptisan
Roh Kudus? Secara status, kita terhisap ke dalam peristiwa Kornelius, tetapi secara faktual atau
pengalaman, hal itu baru kita terima pada saat kita percaya. Bukankah kematian Kristus pun demikian?
Dia mati waktu kita belum lahir. Tetapi Dia tidak perlu mengulangi peristiwa salib itu lagi.
2. Perantara baptisan Roh Kudus
Berkaitan dengan baptisan Roh Kudus, kita juga perlu melihat yang satu ini, yaitu impartasi Roh
Kudus. Dalam bukunya Holy Spirit diterjemahkan oleh Gandum Mas dengan judul Roh Kudus
Penolong Ilahi Frank M. Boyd menulis bahwa orang percaya perlu sungguh-sungguh mencari
baptisan Roh Kudus dan harus ditolong untuk mendapatkan baptisan itu. Memang tidak ada metode
khusus yang melaluinya baptisan Roh Kudus diterima. Tetapi ada kualifikasi tertentu yang harus
dimiliki oleh orang-orang yang dapat dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu hati yang suci, hati yang
mencari, hati yang berserah, iman dan puji-pujian. Pertolongan yang melaluinya seseorang
memperoleh baptisan Roh menurut Boyd adalah dengan menumpangkan tangan, memberikan petunjuk
tentang hal-hal yang berkaitan dengan baptisan Roh [mengajajar?], serta menciptakan suasana iman
dan pujian di sekitar orang yang mencari itu [penyembahan?].29
Yan Hidayat, penulis buku Holy Spirit untuk SOM (Sekolah Orientasi Melayani), memberikan
pendapat yang sama. Menurutnya kualifikasi seperti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
meminta dengan pasti kepada Tuhan supaya Roh Kudus diberikan, menyambut dengan yakin (iman
yang bertindak) dan menanti dalam pujian merupakan syarat untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus.
Ada pun langkah-langkah untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus adalah 1) dengan penumpangan
tangan oleh seorang hamba Tuhan. 2) Allah sudah mengaruniakan dan mencurahkan Roh Kudus pada
hari Pentakosta. Allah sudah memberikanNya, tinggal kita yang harus menerima karunia itu (cetak
miring MTW). 3) Setelah menerima Roh Kudus, harus mulai berbicara bahasa roh dengan iman. 4)
Tidak boleh takut dan ragu-ragu untuk menerima Roh Kudus dan bahasa roh. Kemudian Hidayat
mengakhiri pokok ini sebagai berikut: Sudahkah saudara meneriman Roh Kudus dan berbahasa
lidah...? Hubungilah hamba-hamba Tuhan supaya mereka memberitahu saudara untuk berdoa dan
memberi penjelasan secara pribadi kepada saudara. 30 Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari kutipankutipan ini, antara lain:
25 Lihat Stephen Tong, op. cit., 62-3
26 Stephen Tong, op. cit., , 61
27 Tafsiran Petra sebagai dasar berdirinya ekklessia yang baik dapat dilihat dalam Van
Bruggen, Mattes, ..., 308-13
28 L. Floor, op. cit., , 119-20
29 Frank M. Boyd, Roh Kudus Penolong Ilahi, , 76-85
30 Yan Hidayat, op. cit., 22-5

Pertama, baptisan Roh Kudus diperoleh melalui penumpangan tangan. Boyd mengatakan
bahwa tidak ada metode khusus yang melaluinya seseorang menerima baptisan Roh Kudus. Tetapi
sebenarnya ia hanya bermain kata. Ia memang tidak menggunakan kata metode tetapi langkah. Sama
saja! Penumpangan tangan adalah langkah yang direkomendasikan. Benarkah Alkitab mengajarkan
bahwa penumpangan tangan adalah langkah mendapatkan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya?
Tafsiran Van Eck berikut dapat menolong kita untuk melihat apakah memang demikian. Penumpangan
tangan terjadi beberapa kali dalam KPR: 6:6; 8:17-19; 9:12, 17; 13:3; 19:6 dan 28:8. Yang terakhir ini
tidak ada kaitan dengan Roh Kudus. Menurut Van Eck penumpangan tangan tidak hanya memiliki satu
maksud. Dalam Kisah 6:6 penumpangan tangan seperti sudah disebutkan ketika membahas cara
penerimaan Roh Kudus di atas - merupakan peneguhan atas pilihan jemaat; dalam 13:3 sebagai
peneguhan atas pilihan Roh Kudus; dalam 8:17; 9:17 dan 19:6 penumpangan tangan dihubungkan
dengan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya. Siapa yang menumpangkan tangan pun variatif. Dalam
Kisah 6 kedua belas rasul, dalam 8:17 Petrus dan Yohanes sebagai wakil dari kedua belas rasul, dalam
9:17 anggota jemaat, dalam 19:6 Paulus melakukannya sebagai rasul, dan dalam 13:3 semua anggota
jemaat atas Paulus dan Barnabas. Meskipun dalam 6:6, 8:17 dan 19:6 penumpangan tangan dilakukan
oleh mereka yang memiliki jabatan (rasul), tetapi menurut Van Eck tindakan ini tidak terikat secara
eksklusif kepada para pejabat tertentu saja. Anggota jemaat entah secara individu atau secara bersamasama dapat menumpangkan tangan jika memang diperlukan.31 Dua gagasan utama dapat kita lihat dari
tafsiran ini. a) penumpangan tangan tidak selalu berhubungan dengan pencurahan Roh Kudus dan
karunia-karunia-Nya. b) penumpangan tangan bukanlah hak prerogatif seorang pejabat gereja. Dalam
kenyataannya, saudara-saudara dari kelompok Pentakosta dan Kharismatik tertentu telah menjadikan
penumpangan tangan sebagai the special way dan hamba-hamba Tuhan sebagai the authoritative office
berkaitan dengan baptisa Roh Kudus.
Kedua, penerimaan baptisan Roh Kudus bergantung pada kesungguhan si penerima. Dalam
bahasa Hidayat Allah sudah memberikanNya, tinggal kita yang harus menerima karunia itu.
Benarkah penerimaan Roh Kudus sebagai karunia bergantung pada kesediaan atau usaha penerima?
Ketika berbicara kepada jemaat di Korintus, Paulus memang menasihati mereka yang sedang salah
dalam pemahaman dan penggunaan karunia Roh untuk berusaha, zeloo , memperoleh karuniakarunia yang lebih utama (1Kor 12:31a, bdk 14:1, 39). Kata zeloo sering dimengerti seolah-olah
Paulus menginstruksikan orang-orang percaya di Korintus untuk mendapatkan karunia-karunia yang
paling utama atas usaha sendiri. Pasti bukan ini maksud Paulus sebab dalam 12:11 (bdk ay 28) Ia
mengatakan bahwa karunia-karunia ini diberikan oleh Roh yang satu dan yang sama seperti yang
dikehendaki-Nya. Menurut Anderson meskipun kata zeloo berarti berusaha, tetapi dalam konteks ini
artinya adalah mengagumi, memuji. Inilah arti yang dengan tepat menjelaskan maksud Paulus
dalam pasal ini yaitu bahwa orang-orang percaya di Korintus harus lebih mengarahkan diri kepada
karunia-karunia yang dapat membangun semua anggota jemaat dalam ibadah. Maksud Paulus
bukanlah supaya semua orang mendapatkan karunia-karunia itu, melainkan bahwa dalam ibadah
karunia-karunia utama diberi tempat lebih dibanding bahasa-bahasa yang tidak dimengerti oleh siapa
pun. Pasal 14:39 pun menurut Anderson memiliki maksud yang demikian. Dengan memperhatikan
12:31a, ayat ini berarti bahwa jika dalam ibadah hadir seorang rasul, dia-lah yang harus mendapat
kesempatan utama untuk berbicara.32
Ketiga, mereka yang sungguh-sungguh ini harus ditolong oleh hamba-hamba Tuhan dengan
mengajar dan membawa mereka dalam doa, pujian dan penyembahan. Sulit untuk mendapatkan
dukungan Alkitab untuk ajaran seperti ini. Kehadiran Roh Kudus dalam gereja mula-mula (Kis 2, 6, 8,
31 John van Eck, Handelingen, ..., 175
32 R. D. Anderson, op. cit., 191-2

10 dan 19) terjadi di luar program yang terstruktur dari manusia. Allah-lah yang mengendalikan semua
itu. Dia yang memberi perintah agar para murid tidak meninggalkan Yerusalem; Dia juga yang
memberi perintah agar Petrus ke Yudea, bertemu dengan Kornelius. Murid-murid memang berkumpul
dan duduk di suatu tempat (Kis 2:1-2), tetapi apa yang mereka lakukan? Apakah mereka menyembah
dalam pujian penyembahan yang gegap gempita, disertai isak tangis dan doa-doa yang menuntut
supaya Roh Kudus diberikan kepada mereka? Atau apakah mereka sedang menerima pelajaran
tentang bagaimana menerima baptisan Roh Kudus? Jelas tidak! Yang paling mungkin adalah mereka
duduk-duduk sambil bercakap-cakap tentang maksud dari perintah Yesus ini. Dalam peristiwa di
Samaria pun tidak ada laporan bahwa mereka yang sudah percaya itu sedang diajar oleh Filipus
bagaimana menerima Roh Kudus. Juga tidak ada catatan bahwa kehadiran Petrus dan Yohanes di sana
bertujuan untuk menolong mereka menima Roh Kudus. Kedua rasul ini diutus dari Yerusalem untuk
mengecek kebenaran berita bahwa Samaria pun telah menerima Injil. Bahkan ketika Petrus disuruh
Tuhan bertemu Kornelius di Yudea, ia tidak tahu untuk apa ia dipanggil ke sana (Kis 10:29). Ia baru
tahu apa yang harus dikerjakan setelah mendengar cerita Kornelius (Kis 10:34 dst). Kisah 19 pun tidak
mengajarkan hal ini. Bavinck ketika berbicara tentang perbedaan antara baptisan air dan baptisan
Roh - memang berpendapat bahwa turunnya Roh Kudus yang disertai dengan bahasa lidah dan nubuat
ini terjadi oleh penumpangan tangan.33 Namun perlu diperhatikan bahwa penumpangan tangan tidak
selalu berkaitan dengan pemberian Roh Kudus (Kis 6:1-6). Bahkan Roh Kudus turun ke atas orangorang tertentu, seperti Kornelius dan seisi rumahnya (Kis 10) tanpa penumpangan tangan. Kalau begitu
apakah ritual penumpangan tangan bukanlah ajaran Alkitab? Jawabanya tentu ya. Alkitab memang
mengajarkan penumpangan tangan dalam rangka pemberian berkat. Yang perlu diperhatikan adalah
penumpangan atau peletakkan tangan sebagai suatu keharusan.
Keempat, bahasa lidah adalah tanda bahwa seseorang telah dibaptis dengan Roh Kudus. Bagian
ini akan dibahas tersendiri setelah pokok mengenai nabi dan nubuat.
Jadi Alkitab mengajari kita bahwa baik karunia-karunia Roh maupun cara penerimaannya tidak
berdasarkan permintaan kita melainkan berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat. Juga Alkitab tidak
mengajari kita bahwa karunia-karunia yang pemberiannya berdasarkan kehendak Allah itu perlu
diperantarai oleh seseorang yang lain melalui penumpangan tangan. Roh Kudus akan datang kepada
orang-orang pilihan dengan cara yang dipilih-Nya sendiri pada saat injil diberitakan.
3. Nabi dan nubuat: jabatan dan karunia
Nabi dan nubuat juga adalah satu pokok yang masih terus diperdebatkan. Dari daftar karunia di atas,
juga dalam KPR (11:27-28 (bdk 13:1; 21:10); 15:32), kita melihat bahwa baik nabi maupun karunia
nubuat dikenal dalam gereja mula-mula. Pertanyaannya adalah apakah nabi dan karunia bernubuat itu
masih ada hingga saat ini? Ada orang yang mengaku mendengar langsung Tuhan berbicara kepada dia.
Contoh yang paling terkenal adalah Pariadji.34 Jacob Nahuway pun dapat dimasukkan dalam kategori
ini. Ia mengaku mendapat pentujuk dari Allah bahwa Fauzi Bowo akan terpilih lagi menjadi gubernur
DKI Jakarta periode 2012-2017: Saya mendapat wangsit dari Allah bahwa Bapak pasti terpilih jadi
gubernur. Kalimat ini diucapkan pada 7 Mei 2012 kepada Fauzi Bowo di hadapan ratusan hamba
Tuhan dan jemaat Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) sejabodetabek.35 Dalam
33 H. Bavinck, Reformed Dogmatics: Holly Spirit , 501-3.
34 Pengakuan-pengakuannya tentang hal ini dan yang yang lainya, misalanya bahwa dia
diajar langsung oleh Yesus, bahwa menurut Yesus perjamuan kudusnya itulah perjamuan
satu-satunya yang benar, dll., dapat dibaca dalam majalah Tiberias.
35 Tim Redaksi, Pdt DR Yacob Nahuway Ngaku Dapat Wangsit, Foke Terpilih Lagi Jadi
Gubernur dalam Warta Bangsa Warta untuk Semua, edisi 3-Tahun I-2012 (Gambir, Jakarta

10

kenyataannya, Jokowi dan Ahoklah yang terpilih! Sungguh memalukan. Fauzi Bowo bisa saja berpikir
bahwa ternyata Allah orang Kristen gemar berbohong. Ini baru dua contoh dari begitu banyak
kelompok dalam gerakan Pentakosta dan Kharismatik, yang berperan sebagai pelihat alias nabi
zaman ini.
Apakah benar bahwa nabi masih ada hingga saat ini? Dalam hal ini ada perbedaan pandangan.
Menurut Billy Graham karunia bernubuat pada zaman para rasul terbagi dua. Pertama adalah
penyampaian firman dari Allah melalui nabi. Ini sudah tidak ada lagi karena kanon sudah lengkap.
Kedua adalah untuk membangun, menasihati dan menghibur jemaat setempat (1Kor 14:3). Seorang
nabi biasanya berkeliling, sedangkan pendeta tidak. Tetapi seiring dengan waktu karunia bernubuat
diberikan kepada pendeta setempat yang mengkhotbahkan firman untuk membangun jemaat setempat.
Pengertian saya adalah bahwa karunia bernubuat itu digunanakan dalam pengertian yang lebih luas,
untuk menyampaikan kebenaran kepada umat Allah, bukan dengan penyataan yang langsung, tetapi
melalui mempelajari Firman Allah yang mutlak dan lengkap itu dengan teliti.36
Ada yang lain lagi seperti Grudem, yang membedakan otoritas nabi PL dan PB. Menurutnya
nabi PB lebih rendah dari nabi PL. Nabi PL diganti oleh rasul dalam PB. Mereka ini tidak ada lagi.
Tetapi nabi-nabi PB dan karunia nubuat itu masih ada hingga Tuhan Yesus datang nanti. Namun karena
otoritas mereka lebih rendah dari otoritas nabi PL dan rasul, dan kata-kata mereka bukanlah kata-kata
Allah melainkan kata-kata mereka sendiri, maka nubuat mereka perlu diuji. Bahkan menurutnya,
karunia nubuat ini diberikan kepada setiap orang dalam jemaat.37
Fee berpendapat lain lagi. Menurutnya Paulus melihat nabi-nabi yang ada dalam jemaat yang
dirintisnya memiliki legitimasi yang sama dengan para nabi PL. Pertanyaan apakah otoritas nabi PB
sama dengan otoritas nabi PL bukanlah apa yang ada dalam benak Paulus. Karena itu, menurut Fee
pertanyaan tentang otoritas nabi PL dalam kaitan dengan masalah kanonisasi sama sekali berada di luar
pikiran Paulus. Nabi-nabi itu bernubuat secara spontan. Namun mengenai siapa saja yang memiliki
karunia bernubuat, Fee sama dengan Grudem bahwa karunia itu tersedia untuk semua.38 Masih ada
satu lagi, yakni Peter Wagner dengan gerakannya The New Apostolic Reformation (NAR).39
Menurutnya jabatan nabi dan rasul itu masih ada hingga saat ini, dengan otoritas dan kewibawaan yang
sama seperti nabi dan rasul PL dan PB. Mereka ini dapat menyampaikan sesuatu yang bersifat
melengkapi apa yang sudah ada (Alkitab), atau yang sama sekali baru.
Jadi ada setidak-tidaknya empat pandangan tentang nabi dan nubuat: 1) nabi sudah tidak ada
lagi karena kanon sudah ditutup, tetapi karunia nubuat masih ada. 2) nabi dan karunia itu masih ada,
tetapi otoritasnya tidak sama dengan otoritas nabi PL. 3) nabi PB memiliki legitimasi yang sah, dan
tidak perlu dihubungkan dengan kanonisasi sebab pemikiran yang demikan tidak ada dalam benak
Paulus. Dan yang terakhir, 4) nabi masih ada dengan otoritas yang sama dengan nabi PL dan PB.
Manakah yang benar?
Dalam teologi Reformed kita mengaku bahwa nabi sudah tidak ada lagi karena Alkitab sudah
selesai ditulis. Tetapi karunia itu masih ada. Mereka adalah para pemberita firman, yang mendapat
iluminasi dari Roh Kudus untuk menjelaskan firman yang sudah tertulis itu tepat seperti yang
dikehendaki oleh Allah.

36
37
38
39

Pusat: .), 9.
Billy Graham, op. cit., 222-3
Wayne Grudem, op. cit., , 396-414.
Gordon D. Fee, op. cit., , 890-2
NAR juga sering disebut sebagai The Third Wave karena penekanannya pada Sign and
Wonders

11

Memang tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengatakan bahwa kehadiran nabi itu
berkaitan dengan kanonisasi. Setelah kanon ditutup, maka nabi tidak ada lagi. Itu sebabnya kita harus
berhati-hati. Namun keberanian untuk bernubuat dari orang-orang tertentu nampak menyesatkan dan
mempermalukan. Yakobus pernah mengecam orang-orang yang berlagak tahu (4:13) dan sombong
(4:18) bahwa mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa, bahkan untuk sesuatu yang akan terjadi besok. Ia
mengoreksi kesalahan persepsi mereka dan mengatakan bahwa mereka sebenarnya harus berkata:
Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu (4:15).
4. Bahasa lidah dan gejala-gejala yang aneh
Kelompok Pentakosta dan Kharismatik tertentu membedakan dua macam bahasa lidah, glossolalia,
gabungan dari dua kata Yunani: glossa dan lalein (bdk 1Kor. 12:30), yakni bahasa lidah sebagai bukti
pertama dalam menerima baptisan Roh dan bahasa lidah sebagai karunia berkata-kata dalam bahasa
lain. Yang pertama merupakan pengalaman yang biasa dan untuk semua orang (Kis 2), sedangkan yang
kedua hanya untuk orang-orang tertentu (1Kor 12:30).40 Ini ajaran yang sama sekali tidak ada
dasarnya di dalam Alkitab, meskipun ada ayat-ayat yang dikutip sebagai dasarnya. Alkitab tidak
pernah membedakan dua macam bahasa lidah. Tetapi ajaran yang tidak alkitabiah, meskipun ayatiah
ini, telah menarik perhatian seantero dunia selama abad XX dan XXI. Bukannya berbondong-bondong
mengerjakan Amanat Agung, orang beramai-ramai mencari karunia ini. Kemungkinan besar kondisi
ini disebabkan karena karunia ini membuat orang merasanaik kelas dari orang percaya biasa ke orang
percaya khusus. Padahal menurut Paulus bahasa lidah bukanlah tanda orang naik kelas. Justru
sebaliknya: turun kelas (1Kor 14:22). Ini berarti kesombongan yang menjadi dasar pencarian karunia
ini, bukan dorongan untuk membangun jemaat. Jika ini benar, maka peristiwa taman Eden sedang
terulang. Kali ini melalui bahasa lidah. Memang sarananya berbeda, tetapi motivasi dasarnya sama:
kesombongan.
Di samping itu, jika memang bahasa lidah adalah tanda artinya tanpa bahasa lidah tidak ada
baptisan Roh mengapa tidak ada satu ayat pun yang menyinggungnya? Bahasa lidah memang ada,
tetapi tidak satu pun penulis PB menyebutnya sebagai indikator bahwa seseorang telah dibaptis dengan
Roh Kudus. Jika saudara-saudara tertentu dari Pentakosta atau Kharismatik ini benar bahwa bahasa
lidah adalah tanda formal sudah atau belumnya seseorang menerima Roh Kudus, berarti Paulus telah
menghina dan merendahkan Roh Kudus lantaran ia menganggap bahasa lidah yang adalah tanda
kehadiran-Nya itu sebagai sesuatu yang kurang penting dibanding dengan nubuat (1Kor 14:5-9).
Menurut Paulus bahasa lidah berpontensi mendatangkan kekacauan dalam jemaat. Mungkinkah Roh
Kudus memberikan sesuatu yang berpontesi menghancurkan jemaat ini sebagai mahkota dari
karunia-karunia-Nya? Pastilah tidak! Berdasarkan 1 Korintus 12:11 dan 28, kita dapat mengatakan
bahwa bahasa lidah tidak perlu dicari-cari atau diusahakan. Karunia itu diberikan sesuai dengan
kehendak Allah, bukan berdasarkan permintaan peminat. Benarlah apa yang dikatakan Stephen Tong
bahwa baptisan Roh Kudus tidak mengindikasikan kehadiran gejala-gejala khusus, misalnya bahasa
lidah, sebagai suatu kemutlakan.41
Dalam kebaktian kelompok Pentakosta atau Kharismatik tertentu yang mengagungkan bahasa
lidah kita selalu mendengar kata-kata yang sama yang diulang-ulang, yang diakui sebagai bahasa
lidah, misalnya sira laba laba laba laba laba sikara laba laba ... atau sanda lama sanda lama. Katakata yang tidak jelas apa artinya ini diulang terus menerus hingga pengucapnya mencapai keadaan
setengah sadar, setengah tidak. Jika benar ini bahasa lidah seperti yang diajarkan Alkitab mengapa
40 Frank M. Boyd, op. cit., ..., 106
41 Stephen Tong, op.cit., , 81, lihat juga tabel perbandingan manifestasi turunnya Roh
Kudus dalam hal 74-5

12

hanya itu-itu saja setiap saat? Mengapa tidak ada yang tahu apa artinya? Dalam 1 Korintus 12-14,
Paulus tidak pernah mengajarkan bahwa bahasa lidah itu sama dan harus diulang terus menerus
diiringi musik dan nyanyian sampai trance. Praktik seperti ini tidak ada jejaknya di dalam Kitab Suci.
Sebaliknya justru dalam praktik perdukunan dan penyembahan berhalalah kita bertemu dengan
pengalaman-pengalaman seperti ini.42
Yang lebih spektakuler lagi adalah Toronto Blessing. Menurut Bambang Widjaya, salah satu
pelopor aliran kharismatik Toronto Blessing, manifestasi Roh Kudus itu bermacam-macam. Tetapi
gejala yang paling umum adalah rebah ke tanah, berguling-guling, menangis, tertawa, mabuk dan
mengaum seperti singa.43 Johm Wimber sendiri mengakui bahwa manifestasi Roh seperti ini tidak
memiliki bukti primer dalam Alkitab. Bukti sekunder memang ada.44 Tetapi semua ayat yang
mereka sebut sebagai bukti sekunder fenomena aneh ini sama sekali tidak mendukung pandangan
mereka. Gejala-gejala ini justru mengantar kita bukan ke dalam Alkitab untuk menemukan siapa
sumbernya, melainkan sebaliknya: ke tempat perdukunan dan penyembahan berhala untuk
menemukan siapa dalangnya. Seorang pengusaha kharismatik, yang mempelajari ilmu bela diri dan
ilmu kegelapan sebelum bertobat, ketika berkunjung ke Toronto yakin bahwa gejala tertawa terbahakbahak ataupun mengaum seperti singa yang dilihatnya adalah praktek biasa dalam dunia ilmu
kegelapan dan perdukunan yang dahulu dipelajarinya!45
5. Wealth and Health (Sehat dan makmur), Sign and Wonders (Tanda-tanda heran)
Apa yang sering disebut the gospel of prosperity menjadi salah satu trade mark yang sangat laris dari
gerakan Kharismatik terutama dari Word of Faith dan Vineyard, yang juga dikenal dengan istilah Sign
and Wonders. Kenneth Hagin dan Benny Hinn adalah dua tokoh utama dari yang pertama, sedangkan
tokoh dari yang kedua adalah Johm Wimber. Khotbah-khotbah motivatif mereka adalah hidup yang
berkelimpahan materi dan kesembuhan sempurna. Menurut mereka, di luar ini bukan kehendak
Allah. Semboyan ini tercermin jelas dari judul-judul buku berikut:
Bagaimana Menulis Tiket Sendiri Bersama Tuhan (Kenneth Hagin)
Ketuhanan itu Menguntungkan (Kenneth Hagin)
Hukum Kemakmuran (Kenneth Copeland)
Menyalurkan Kuasa Tuhan Melalui Doa (Charles Capps)
Resep Tuhan Untuk Sukses dan Makmur (Oral Roberts)
Selamat, Sehat dan Berkelimpahan (Paul Yonggi Cho)
Di Indonesia prinsip yang sama kita lihat pada sticker mobil atau majalah. Bunyinya: Successful
Bethany Family, Victory Miracle Living. 46
Kenneth Hagin, seperti dikutip oleh Herlianto, mengatakan bahwa Tuhan menghendaki agar
kita semua kaya.47 Tuhan menghendaki anak-anak[N]ya makan makanan terbaik, berpakaian pakaian
terbaik, mengendarai mobil terbaik, dan menghendaki mereka untuk memperoleh segala sesuatu yang
42 Lihat Herlianto, op. cit., , 113-4
43 Hasil ceramah, Toronto Blessing, Lawatan Roh Kudus Untuk Masa Kini, GKPB Bandung
5-6 Mei 1995. Dikutip dari Herlianto, op. cit, , 12.
44 Herlianto, ibid. Karena keterbatasan ruang, ayat-ayat itu tidak dimuat dalam makalah ini,
tetapi dapat dibaca dalam buku karya Herlianto halaman 12-4.
45 Herlianto, op. cit., 116
46 Herlianto, op. cit., 32. Victory Miracle Living adalah nama Sekolah Pelayanan dari Morris
Cerullo World Evangelism
47 Kenneth Hagin, Ditebus Dari Kemiskinan Penyakit Kematian, 10-11, dikutip dari
Herlianto, Toronto Blessing, , 33.

13

terbaik.48 Paul Yonggi Cho mengajarkan hal yang sama. Hidup manusia beriman akan diberkati
dengan kelimpahan harta kekayaan dan kesehatan sempurna dan bahwa kemiskinan adalah kutuk.49
Herlianto banyak menyebut tokoh-tokoh dari dua aliran ini dengan pandangan-pandangan
mereka yang sangat menyimpang dari ajaran Kitab Suci. Dari berberapa yang dikutip di atas jelaslah
bahwa ajaran ini adalah modifikasi - sesuai konteks zaman ini - dari tawaran iblis 2000 tahun lalu
kepada Yesus (Mat 4:8-9). Iblis tahu betul apa yang dicari manusia zaman ini. Kemajuan teknologi
kesehatan sudah sangat canggih, tetapi penyakit pun tidak kalah canggihnya. Banyak sekali penyakit
baru yang belum ada obatnya. Di sisi lain kemajuan ekonomi pun sangat menjanjikan. Tetapi pada saat
yang sama angka kemiskinan semakin bertambah diiringi dengan keserakahan manusia yang tidak
kenal ambang batas. Di sinilah Iblis bermain dengan cantik! Jika dahulu ia mengunjungi Hawa dalam
wujud ular, sekarang Ia datang melalui para pengkhotbah yang tampan, cantik dan berpenampilan
keren. Metodenya sebenarnya masih tetap sama: memutarbalikan firman.
Menurut John Wimber, tokoh Sign and Wonders, kata-kata sendiri tidak cukup untuk
memperoleh sesuatu. Kata-kata ini perlu disertai pengalaman berupa tanda-tanda dan mukjizatmukjizat. Wimber menulis seperti berikut:
Beberapa kebenaran Alkitab tidak dapat dimengerti tanpa melalui pengalaman ... mujizat,
penglihatan, berbahasa lidah, nubuatan dan kesembuhan adalah tambahan yang esensial pada
Injil. Kekristenan tanpa hal itu adalah impoten. Orang yang belum percaya harus mengalami
mujizat untuk dibawa kepada iman. Hanya memberitakan berita Injil, tidak akan mencapai
dunia untuk Kristus. Kebanyakan orang tidak akan percaya tanpa melihat mujizat, dan yang
percaya tanpa melihat mujizat tidak akan bertobat sepenuhnya karena akan tertahan pertubuhan
imannya.50
Kutipan pendek ini mengajarkan dua hal: 1) ada bagian tertentu dari Alkitab yang tidak dapat
dimengerti tanpa kehadiran mukjizat. 2) Injil sendiri tidak cukup untuk menarik orang kepada Kristus.
Pertanyaannya adalah teks Alkitab manakah yang mengajarkan kedua hal ini? Bagian Alkitab manakah
yang mengajarkan bahwa pencerahan dari Roh Kudus masih kurang sehingga kita memerlukan
kehadiran mukjizat lagi untuk mengerti Firman Allah? Yesus memang pernah mengajarkan bahwa
tanda-tanda heran akan menyertai para rasul dalam tugas misi mereka (Mrk 16:17-18). Apakah teks ini
mengajarkan dua hal di atas? Tanda-tanda heran memang ada dan benar-benar terjadi dalam pelayanan
Yesus dan para rasul. Tetapi tidak pernah sekali pun baik Yesus maupun murid-murid-Nya
mengajarkan bahwa kehadiran mukjizat adalah keharusan dalam pemberitaan Injil. Lagi-lagi kita
melihat modifikasi pencobaan dalam Matius 4 di sini. Yesus disuruh membuat batu menjadi roti,
lompat dari bubungan bait Allah untuk membuktikan ke-Allah-Nya. Sekarang Iblis itu muncul lagi
dengan mengajarkan hal yang sama: imanmu tidak bisa hanya dengan kata-kata. Anda anak Allah? Itu
betul. Tetapi pengakuan (kata-kata) itu harus dibuktikan dengan tanda-tanda!
Kesimpulan
Kita telah membahas karunia-karunia Roh. Karunia-karunia ini adalah pemberian Allah dengan
maksud pemberitaan Injil dan pembangunan tubuh Kristus! Karunia-karunia Roh tidak boleh dituntut
dari Allah karena Ia memberikannya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya. Karunia-karunia ini tidak
pernah dimaksudkan untuk membangun diri sendiri (kecuali karunia bahasa lidah). Juga tidak setiap
48 Kenneth Hagin, New Tresholds of Faith, 54-5, dikutip dari Herlianto, op. cit., , 33
49 Paul Yonggi Cho, Doa, 87, dikutip dari Herlianto, ibid., 34.
50 John Wimber, Power Evangelism, Harper & Row, 1986, 39-41, 46. Dikutip dari Herlianto,
op. cit., , 36.

14

orang mendapatkan semua karunia. Masing-masing diberi sesuai dengan ketetapan Allah. Tujuannya
supaya yang seorang membutuhkan yang lain, sebagaimana setiap anggota tubuh saling membutuhkan.

Daftar Pustaka
Anderson, R. D., 1 Korientirs: orde op zaken in een jonge stadskerk (Kampen:
Uitgeversmaatschappij J.H.Kok), 2008
Bavinck, H., Reformed Dogmatics: Holy Spirit, Church, and New Creation, volume four, John Bold,
ed., John Vriend, penerjemah (Grand Rapids, Michigan: Baker Academic) 2008
Boyd, F. M., Roh Kudus Penolong Ilahi, cetakan ketiga (Malang: Penerbit Gandum Mas), 2005
Bruggen, J., van, Mattes: het envangelie voor Isral, vierde druk, (Kampen: Uitgeverij Kok) 2004
_________, Het evangelie van Gods Zoon: persoon en leer van Jezus volgens de vier evangelin,
tweede druk, (Kampen: Uitgeversmaatschappijk J.H. Kok), 2005
Eck, J. van, Handelingen: de wereld in het geding, tweede druk (Kampen: uitgeverij Kok) 2003
Fee, G. D., Gods Empowering Presence: the Holy Spirit in the Letters of Paul, Six Printing (Peabody,
Massachusetts: Hendrickson Publishers), 2005
Ferguson, Sinclair B. The Holy Spirit, dalam seri Contours of Christian Theology, Gerald Bray, general
editor (Downers Grove: InterVarsity Press), 1996
Floor, L., Efezirs: En in Christus (Kampen: Uitgeversmaatschappij J. H. Kok), 1995
Graham, B., Roh Kudus: Kuasa Allah dalam Hidup Anda, cetakan X (Bandung: Lembaga Literatur
Baptis), 2002
Grudem, W., Bible Doctrine: Essential Teachings of the Christian Faith (Grand Rapids, Michigan:
Zondervan), 1999
Hamilton, James M. Jr. Gods Indwelling Presence. The Holy Spirit in the Old & New Testaments
(NAC Studies in Bible & Theology). (Nashville: B&H Academic), 2006.
Herlianto, Toronto Blessing: Lawatan Roh Allah Masa Kini?(Bandung: YABINA)
Houwelingen, P. H. R. van, Johannes: het evangelie van het Woord , derde druk (Kampen:
Uigevermaatschappij J.J. Kok), 2007
_________ 1 Petrus: Rondzendbrief uit Babylon (Kampen: Uitgeversmaatschappij J. H. Kok), 1991.

15

Kakiay, Teologi GBI Teologi GBI: Suatu Refleksi terhadap Wacana Teologi yang Berkembang di GBI
(Jakarta: Kapernaum PeMOI Publishing House), 2003
Lifire, Y dan Riemer, G., eds., The Candlestand Statement: Pertimbangan-pertimbangan Reformed
mengenai Kharismatik (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2011
Maris, J. W. Die Heere is en levend maakt: over de Heilige Geest dalam G. van den Brink, M. van
Campen & J. van der Graaf, eds., Gegrond Geloof: kernpunten uit de geloofsleer in
bijbels, histrisch en belijdend persfectief (Zoetermeer: Uitgeverij Boekencentrum), 1996
Maris, H., Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita (Surabaya: Momentum dan LITINDO), 2004
Tong, S., Baptisan dan Karunia Roh Kudus: Seri Pembinaan Iman Kristen (Surabaya: Momentum),
1997
Verbruge, V. D., The NIV Theological Dictionary of New Testament Words (Unite State of America:
Zondervan), 2000

Appendix 1

Roh Kudus dalam PL

Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga dalam Tritunggal yang ikut terlibat secara aktif sejak penciptaan.
Secara apropriatif kita boleh mengatakan bahwa Dia bertugas menjaga atau memelihara ciptaan (Kej
1:2), memberi hidup (Ayb 33:4; Mzm 104:30), dan memperlengkapi orang-orang tertentu untuk tugastugas tertentu dalam sejarah keselamatan. Berkaitan dengan yang terakhir ini, ada tiga ekspresi utama
yang terkenal menurut Billy Graham, yakni: Menguasai : Lalu Roh Allah menguasai Zakharia (2Taw
24:20); Sejak saat itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud (1Sam 16:13);
Menghinggapi: Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambilNya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika
Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi (Bil
11:25); dan Memenuhi: ... dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian
dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, ... (Kel. 31:3)
Ketiga cara Roh Kudus hadir dalam kehidupan orang-orang PL tertentu51 ini memiliki tujuan
untuk memampukan mereka melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan panggilan mereka
misalanya untuk mengerjakan Kemah Suci atau untuk menduduki jabatan imam, raja dan nabi.52
Tujuan akhir dari pemberian Roh ini adalah untuk membangun Israel baik secara rohani maupun
politis.
Pertama, Roh Kudus mengaruniakan ketrampilan dan pengertian. Kita dapat melihat hal ini
dalam Keluaran 31:1-5: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri
51 Berbeda dengan PB di mana semua orang percaya adalah bait Roh Kudus (1Kor 6:19, bdk
Yoh 7:38-39), maka dalam PL hanya orang-orang tertentu yang memiliki Roh Kudus. Itu
pun bukan dengan cara mendiami tetapi menghinggapi. Sifat kehadiran-Nya adalah
bersama-sama dan di tengah-tengah. Tempat-Nya adalah Tabernakel (Kel 25:8; 40:34) dan/
Bait Suci (1Raj 8:10-11, 57-58).
52 Lihat juga Y. Lifire dan G. Riemer, pen., The Candlestand Statement..., 25

16

bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan
pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk membuat berbagai rancangan
supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk
mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan. Lihat juga Kel 35:30-35.
Roh Allah juga memberikan hikmat. Oleh permaisuri raja Belsyazar Daniel disebut sebagai
seseorang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, sebab di dalam dia terdapat kecerahan,
akal budi dan hikmat ... (Dan 5:11). Ayub juga mengaku bahwa nafas yang Mahakuasa ... memberi
kepadanya pengertian (Ayb 32:8).
Kedua, Roh Kudus memberikan karunia untuk memimpin. Dalam Kejadian 41 kita membaca
bagaimana Yusuf diangkat menjadi PM di Mesir. Atas pertolongan Allah ia dapat mengartikan mimpi
Firaun dan memberi saran mengenai apa yang harus dilakukan oleh Firaun. Karena kemampuannya
mengartikan mimpi dan kebijakannya dalam memberikan nasihat kepada raja, maka ia diangkat
menjadi tuan atas seluruh tanah Mesir. Firaun mengaku bahwa Yusuf penuh dengan Roh Allah karena
itu ia demikian berakal budi dan bijaksana (Kej 41:38-39). Kemampuan memimpin tokoh-tokoh
sejarah Israel juga berasal dari Roh Kudus. Lihat misalnya Musa. Roh Tuhan ada padanya sehingga ia
dapat memimpin bangsa Israel (Bil 11:17). Tujuh puluh tua-tua ikut memimpin bersama Musa setelah
Tuhan memberi kepada mereka sebagian dari Roh yang hinggap pada Musa (Bil. 11:17, 25-29). Yosua
pun demikian. Ia adalah seorang yang penuh dengan [R]oh (Bil 27:18; Ul. 34:9). Hakim-hakim
seperti Otniel, Gideon dan Yefta dapat menjadi pemimpin karena mereka dihinggapi Roh TUHAN
(Hak. 3:10; 6:34; 11:29. Peranan Roh Allah pun nyata dalam kehidupan Simson (Hak 13:35; 14:6, 19;
15:14). Saul pun menjadi raja karena dikuasai Roh kudus (1Sam 10:6, 10; 11:6). Kemudian ia menjadi
gagal sebagai raja karena Roh TUHAN telah mundur daripada Saul lalu Tuhan menggantikan-Nya
dengan roh jahat (1Sam 16:14; bdk 18:10). Dan tentang Daud kita membaca bahwa sejak hari itu dan
seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud (1Sam 16:13). Bahkan Daud sendiri mengaku bahwa
Roh Tuhan berbicara melalui perantaraannya (2Sam 23:2).
Dari semua ini jelaslah bahwa kemampuan untuk memimpim bersumber dari Roh Kudus. Dan
jika Roh Kudus itu pergi, maka pergi pulalah kemampuan memimpin itu. Daud menyadari kenyataan
ini. Karena itulah ia berdoa dalam Mazmur 51:13 janganlah mengambil [R]oh-Mu yang kudus dari
padaku. Pengalaman Saul mengajari Daud bahwa jika Roh Kudus meninggalkan seseorang, maka ia
tidak dapat memimpin lagi. Menurut Hamilton, pemberian Roh Kudus kepada Saul dan Daud
berkaitan dengan jabatan mereka sebagai raja Israel.53 Ternyata kisah kepemimpinan sejak Yusuf
hingga Daud memperlihatkan kepada kita bahwa baik pemimpin rohani maupun politik memperoleh
kemampuan mereka untuk memimpin dari Roh Kudus
Ketiga, Roh Kudus memberikan karunia nubuat. Para nabi PL menyadari bahwa kemampuan
mereka untuk bernubuat berasal dari Roh Kudus. Mikha mengaku bahwa ia penuh dengan Roh
TUHAN untuk memberitahukan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya (Mi 3:8).
Pengajaran dan firman disampaikan TUHAN semesta alam melalui [R]oh-Nya dengan perantaraan
para nabi (Za 7:12). Allah sendiri berjanji kepada Yesaya bahwa Roh-Nya akan menghinggapinya dan
Ia akan menaruh firman-Nya di dalam mulutnya turun temurun (Yes 59:21). Yang menarik adalah
bahwa bahkan Bileam, si penenung, pun dihinggapi Roh Allah sehingga ia menyampaikan firman yang
memberkati Israel (Bil 24:2). Allah memperlihatkan kedaulatan-Nya di sini.
Sama seperti ketrampilan dan pengertian untuk mengerjakan berbagai kerajinan, kebijakan dan
akal budi untuk memimpin, demikianlah kemampuan untuk bernubuat pun berasal dari Roh Kudus.
Nubuat tidak pernah dihasilkan oleh keinginan manusia. Perjanjian Baru menegaskan kenyataan ini:
Dan mereka [para nabi] meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Toh
53 James M. Hamilton Jr., Gods Indwelling Presence., 32

17

Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala
penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu
1Ptr 1:11). Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kenedak manusia, tetapi oleh dorongan Roh
Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2Ptr 1:21; bdk Kis 1:16; Ibr 10:15).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa sebagian dari karunia-karunia Roh yang kita temukan di
dalam PB sudah ada dalam PL. Jadi ada semacam progresivitas dalam pemberian karunia ini. Dalam
PL hanya tiga yang paling jelas, sedangkan dalam PB lebih dari sepuluh. Ini tidak mengherankan
sebab sejarah keselamatan dimulai dari tahap yang kurang jelas hingga ke yang paling jelas.

Appendix 2Bahasa roh atau Bahasa lain (lidah)


Terjemahan mana yang paling tepat? Bahasa yang ajaib (BIS) atau bahasa roh (TB) atau bahasa
lain? Dua frase pertama adalah dua versi terjemahan LAI dari satu kata Yunani yakni glossa. Dalam
dunia Yunani, kata ini dapat berarti lidah (organ tubuh) dan bahasa. Manakala arti kedua yang
dipakai (bahasa), maka yang dimaksudkan adalah bahasa asing.54 Mungkin inilah latar belakang LAI
mendefinisikan kata glossa - yang selalu diterjemahkan dengan bahasa yang ajaib atau bahasa roh
itu - sebagai bahasa yang baru yang biasanya tidak dapat dipahami orang yang memakainya ( 1Kor.
12 dan 14).55
Definisi ini tepat sesuai dengan makna kata itu dalam konteks aslinya. Tetapi menarik bahwa
LAI dalam terjemahannya memilih arti yang multitafsir dan bahkan membingungkan, yakni bahasa
yang ajaib dan bahasa roh.
Frase bahasa yang ajaib sebagai terjemahan dari kata glossa masih dapat dimengerti. Barangkali
yang dimaksudkan adalah bahasa yang dapat diucapkan oleh pemakainya secara ajaib, tanpa
dipelajari. Di samping itu, kata ajaib mungkin dianggap berpadanan dengan kata asing. Tetapi
dalam konteks budaya Indonesia kata ajaib itu ambigu, entah dari Tuhan atau dari alam gaib.
Dengan demikian makna frase bahasa yang ajaib dapat memberi kesan bahwa bahasa itu berasal
bukan dari dunia manusia melainkan dari luar alam manusia. Sumbernya bisa jadi dari alam gaib
atau dari Allah. Padahal dalam konteks budaya Yunani, glossa ketika dipakai dalam arti bahasa
berarti bahasa asing yakni bahasa yang bukan menjadi bahasa ibu penutur.
54 Verlyn D. Verbruge, ed., The NIV Theological Dictionary, 257-8. Lihat juga Anderson,
op. cit., , 172
55 Kamus dalam Alkitab Elektronik 2.0.0 Alkitab Terjemahan Baru 1974 Lembaga Alkitab
Indonesia

18

Frase bahasa roh sebagai terjemahan dari kata glossa lebih membingungkan lagi. Dari mana kata
roh itu berasal? Karena r-nya r- kecil, maka pastilah bukan Roh Kudus? Lalu roh (si)apa yang
dimaksud? Roh penutur atau pemakai bahasa itu atau roh yang lain? Mengapa kata roh
ditambahkan pada glossa, padahal kata ini tidak pernah ada dalam teks-teks Yunani? Apakah
konteks 1 Korintus 14:13-17 menjadi latar belakang penambahan kata roh dalam terjemahan
glossa oleh LAI? Di sana Paulus berkata jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah
yang berdoa (ay 13). Atau mungkinkah kata ini ditambahkan atas pemikiran bahwa glossa - yang
adalah bahasa asing itu - diketahui dan dipakai dalam alam roh? Atau jika yang dimaksudkan
adalah bahwa glossa itu berasal dari Roh Kudus sebagai salah satu karunia, mengapa tidak
memakai R (capital), seperti dalam 1 Korintus 14:2: oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang
rahasia? Para penerjemah LAI-lah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Terjemahan
yang kurang jelas maksudnya seperti ini berpotensi menghasilkan multitafsir yang multi juga
kesalahannya. Bisa jadi penyimpangan yang terjadi dalam gereja selama ini - khususnya di
Indonesia - adalah hasil dari terjemahan seperti ini.
Kalau begitu terjemahan apa yang paling baik? Dalam Kis 2:4 LAI menerjemahkan heterais glossais
dengan bahasa-bahasa lain (bdk 1Kor 14:21). Kata roh tidak muncul di kedua ayat ini; tentu saja
karena ada kata heteros (lain, berbeda). Mengapa terjemahan selanjutnya untuk kata glossa tidak
seperti ini meskipun tidak ada kata heteros? Padahal terjemahan yang demikian lebih cocok dengan
makna kata glossa dalam bahasa Yunani. Memang pemakaian kata heteros sebagai kata sifat untuk
glossa sebagai bahasa, - bukan organ tubuh - hanya muncul dalam dua ayat ini. Apa yang jarang
muncul, tidak boleh dijadikan norma. Tetapi dari arti kata glossa dalam bahasa Yunani, terjemahan
bahasa yang lain atau bahasa asing lebih tepat karena istilah lain atau asing sudah termaktub
dalam kata glossa. Jadi tanpa kehadiran heteros pun, glossa sudah berarti bahasa asing atau lain.
Kesimpulannya adalah bahwa tidak perlu menunggu kehadiran kata heteros untuk menambahkan kata
lain atau asing pada kata glossa sebagai bahasa untuk menghasilkan terjemahan bahasa lain atau
bahasa asing. Mengapa heteros yang - meskipun hanya sekali tetapi pernah muncul tidak dipakai,
sementara kata pneuma yang tidak pernah dipakai dengan glossa muncul dalam terjemahan? Dari
argumentasi ini, menurut saya terjemahan untuk glossa yang lebih baik adalah bahasa lain atau
bahasa asing. Terjemahan seperti ini akan menghilangkan kesan keambiguan karena frase bahasa
lain atau bahasa asing langsung dapat dimengerti sebagai bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu
penutur. Pasti bahasa lain (foreign language) inilah yang dimaksudkan Paulus ketika ia memakai kata
glossa, karena dalam 1 Korintus 14:21 ia mengutip Yesaya 28:11-12 yang memang berbicara tentang
bahasa asing. Atau lebih baik memakai istilah bahasa lidah karena ada rujukannya dalam bahasa
Yunani, yakni glossolalia, dari glossa dan lalein (lih. 1Kor 12:30). Dalam tulisan ini saya memakai
bahasa lidah.

Anda mungkin juga menyukai