Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Makalah

Dalam pemikiran orang secara umum mengenai seorang gembala pekerjaannya ialah
menggembalakan kawanan ternak. Dalam KBBI kata gembala ialah penjaga kawanan ternak.
Dari kata dasar “menggembalakan” adalah kata “gembala” yang sebagai penjaga atau
pemelihara makhluk hidup. Sedangkan makna “menggembalakan” ialah menjaga dan
memelihara binatang (terutama ketika binatang-binatang itu sedang dipadang rumput,
dsb). 1Namun pada kesempatan ini saya akan mengulas kata gembala menurut sudut pandang
Kristen dan bagaimana makna Theologis kata Gembala menurut kitab Ibrani 13:20-21.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisa Alkitab
Terkait penulisan dari Surat Ibrani ini sangatlah sulit untuk menemukan siapa penulis
dari surat Ibrani ini sendiri. Namun, dari beberapa penulis buku literatur seperti Donal Gutrie,
Samuel Benyamin Hakh, Duyverman yang membahas mengenai surat Ibrani menyebutkan
beberapa nama untuk penulisan kitab, seperti:

 Nama Paulus ini dikaitkan sebagai penulis dari surat ini dikarenakan pengaruh
dari Timur tepatnya Sinode Kartago pada tahun 397/419.2

 Nama Barnabas sendiri akibat pengaruh dari Barat.3

 Lukas, beberapa orang dimasa Origenes mengkaitnya karena memiliki


kemiripan dalam kesusteraannya dengan tulisan Lukas yang lainnya.

 Clement, dimana antara surat Clement dan Surat Ibrani ini memiliki paralel
yang sama. Namun pendapat ini tidak diterima karena Clement tidak memiliki

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 458
2
M.E Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2017), Hal. 171
3
M.E Duyverman,....Hal. 171
1
dan memberikan kontribusi yang kreatif kepada Teologi Kekristenan yang
begitu tampak dalam surat Ibrani itu sendiri.

 Silas/Silwanus, teori ini didukung oleh fakta yang mengatakan bahwa


Silwanus adalah rekan Paulus dan memiliki keterkaitan dengan penulisan surat
1 Petrus.

 Luther dan Calvin mengklaim bahwa Apolos adalah penulis dari surat Ibrani
ini karena memiliki beberapa alasan yaitu, keindahan gaya bahasa Apolos
sesuai dengan bentuk oratoris Surat Ibrani dan juga Apolos sendiri memiliki
pengaruh yang cukup besar.4

Namun, karena nampaknya kelihatan buram siapa penulisan kitab ini maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penulis dari Surat Ibrani ini ialah seorang Kristen yang berlatar
belakang Yahudi yang berdiaspora.5

Tujuan penulisan surat ini sendiri sangat erat kaitannya dengan siapa penerima surat
ini, yaitu kepada orang-orang Ibrani pada Abad ke-26. Istilah ini digunakan untuk
menonjolkan orang Yahudi yang berbahasa Aram. 7 Dan bilamana kita membaca keseluruhan
surat ini, maka kita akan mengerti bahwa surat ini adalah sebuah ajakan dan penjelasan
bahwa kemutlakan penyataan Allah di dalam Yesus Kristus, Anak Allah, yang melebihi
malaikat dan Musa (1;2:5-3:6). Ia adalah Imam yang besar yang sebenarnya, yang
dihadapanNya segala sesuatu yang lalu harus mundur (4:14; 10:19). Keimaman yang sudah-
sudah ialah keimaman yang tidak sempurna, hanya bayangan saja dari Kristus. 8 Dan juga
untuk memperingatkan orang percaya (Kristen) Yahudi agar jangan murtad dan supaya
kembali kepada Yudaisme (dapat kita lihat dalam pasal 6 dan 10). 9

B. Analisa Historis

Untuk menetapkan tahun penulisan dari surat Ibrani ini sangatlah sulit karena ada
begitu banyak asumsi yang diberikan mengenai hal ini. Kalau mengikuti nama para penulis

4
Donal Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol.3, (Surabaya: Momentum, 2010), Hal. 10-11
5
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru (Sejarah, Pengantar dan pokok-pokok Teologisnya), (Jawa Barat:
Bina Media Informasi, 2010), Hal. 257
6
Samuel Benyamin Hakh,...Hal. 256
7
M.E Duyverman,..Hal. 168
8
M. E Duyverman,...Hal. 171
9
Donald Guthrie,...Hal. 20-21
2
diatas maka, ada asumsi tahun penulisan sekitar 70 M sampai 140 M sesuai dengan kutipan 1
Clement,10 ada juga yang berasumsi sekitar 49-100 M sesuai dengan Ibrani 13:23 karena
menyebutkan nama Timotius, namun kalau melihat situasi yang terjadi pada masa itu maka
penulisan dari surat ini adalah sekitar tahun 81-96 M setelah pemerintahan kaisar Nero.
Karena pada masa itu mereka sendiri tidak mengalami penderitaan yang sejauh itu namun,
penulisan dari surat Ibrani ini terjadi sekitar tahun 70 M.11 Untuk tempat penulisan surat ini
tampaknya tak dapat dipastikan dengan benar karena tidak terlalu banyak penjelasan yang
spesifik mengenai hal ini. 12 Pada penulisan kitab ini, pemerintahan dipimpin oleh Kekaisaran
Romawi oleh Kaisar Domitianus. Pada pemerintahannya orang-orang percaya mengalami
kesulitan dimana Kaisar memerintahkan setiap orang baik Yahudi dan Non-Yahudi bahkan
juga orang percaya untuk sujud menyembah kepadanya, jika mereka tidak menaati setiap
perintah dari Kaisar maka mereka akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari Kaisar
sendiri seperti penyiksaan yang begitu kejam. 13

C. Tinjauan Historis Kritis Teologis Terhadap Kata ‘Gembala Agung Dari Segala
Domba’

Didalam Alkitab kata gembala mengandung dua makna, yaitu: pertama,


menggembalakan ternak. Kedua, orang yang mengasuh dan membina manusia, yaitu gembala
yang bersifat Ilahi dan fana. Penggembalaan terhadap manusia dapat bersifat politik dan
rohani. Gembala yang bersifat ilahi ditujukan kepada orang yang memiliki tugas melayani
atau memimpin umat Allah (Ef. 4:11), bahkan bukan itu saja penggunaan kata gembala pun
digunakan Allah untuk menyebut diriNya sendiri. 14

Di dalam Alkitab kita kerap sekali menemukan tentang seorang gembala. Misalnya
dalam 1 Samuel 16:11, diberitakan bahwa, Daud sebelum ia menjadi Raja ia adalah seorang
gembala. Dalam Mazmur 23 disana Allah disebut sebagai gembala yang memelihara
dombanya, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apapun. Begitu juga Yesus,
menyamakan dirinya dengan seorang gembala yang baik (Lih. Yohanes 10:11). 15

10
M.E Duyverman,...Hal. 172
11
D. A Carson & Douglas J. Moo, An Introduction To The New Testament, (Malang: Gandum Mas, 2016), Hal.
711-712
12
M. E Duyverman,...Hal. 172
13
Merril C. Tenny, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2009), Hal. 14-15
14
Ensklopedia Masa Kini jilid 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002), Hal. 330
15
M. Bons –Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia), Hal. 1
3
Kata gembala dalam bahasa Inggris ‘shepherd’ artinya ‘pastor’ sedangkan dalam
bahasa Yunani “Poimen’, sedangkan dalam bentuk Ibrani kata gembala ialah “ro’eh’ yang
sama-sama memiliki arti untuk menggembalakan mahluk yang fana yang bersifat politik dan
rohani. Istilah gembala juga dapat disebut “episkopos” yang artinya “pemelihara, penjaga,
atau pengawas” kata ini lebih menekankan kepada sisi peran dan tugas gembala pada
umumnya. Kata “gembala” juga disebut dengan istilah ’Presbyteros’ yang berarti “duta atau
wakil”. Kata ini yang biasa untuk pembanding dengan menggunakan kata “presbyteris”
presbyteris” yaitu “seorang yang lebih tua”.

Istilah kawanan domba, “poimnion” yang berasal dari akar kata yang sama dengan
kata gembala “poimaino”. Kawanan domba berada dalam pemeliharaan domba. Hal ini
menciptakan hubungan yang baik antara domba dan gembalanya suatu hubungan yang
bahkan lebih kuat dibanding kebutuhan akan rumput atau makanan.16

Merujuk dalam setiap pengertian kata gembala tersebut jabatan yang dipergunakan
untuk menyebut “gembala” dalam Perjanjian Baru “penatua atau penilik” yang mempunyai
arti yang sama dalam tugas penggembalaan. Sedangkan kata gembala dalam “Poimen” lebih
banyak dipergunakan dalam pengertian rohani yaitu kepada Yesus Kristus bahkan dalam
Ibrani 13:20-21 ini memaparkan dengan sangat jelas bahwa Yesus adalah Gembala Agung
segala domba. Maka sangat jelaslah bahwa gembala yang sebenarnya ialah Yesus sendiri
dimana ia menuntun, memelihara, bahkan menjaga setiap pribadi umat manusia dimana pun
berada. Bahkan dalam situasi yang dihadapi jemaat dalam surat Ibrani ini bahwa setiap
jemaat mampu menempatkan diri untuk menjadi gembala ditengah menghadapi masalah-
masalah yang terjadi baik dalam pemerintahan dan dalam jemaat sendiri, dan agar jemaat
tidak usah kuatir sebab mereka masih memiliki gembala yang setia yang selalu ada dalam
kehidupan mereka yaitu Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib untuk mereka.

D. Refleksi

Lalu yang menjadi pertanyaannya ialah “Siapakah Kini Yang Menjadi Gemba di
Ditengah-tengah dunia ini?”. Dalam benak setiap orang percaya yang menjadi gembala itu
kini ialah hanyalah “pendeta, penatua, bahkan para diaken” mengapa pribadi orang percaya
atau jemaat tak mampu mengatakan bahwa “saya adalah gembala!”. Dalam perkembangan
kekristenan kini setiap pribadi orang percaya mampu menjadi seorang gembala setidaknya

16
https://agrisiv.0rg>Pdf (didowload pada tanggal 19 Mei 2020, pukul 14:00 WIB)
4
dalam tingkat tertentu seperti dalam gembala untuk diri sendir, keluarga, lingkungan bahkan
dalam komunitas tertentu. Supaya apa yang diajarkan firman Allah itu menjadi berbuah dan
setiap orang dapat menikmati setiap buah yang kita hasilkan itu. Namun perlu menyadari
bahwa Gembala Agung yang sebenarnya itu ialah Yesus Kristus yang memampukan kita
dalam hal itu, Dia gembala yang menjaga, memelihara bahkan mengawas setiap langkah kita.
Namun kita harus memiliki panggilan dan mau melakukan panggilan itu dalam kehidupan
kita.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nats ini menekankan bahwa Gembala
Agung itu ialah Yesus Kristus. Yang mana penulis ini mengingatkan kepada setiap jemaat
untuk menjadi gembala untuk diri sendiri ditengah masalah yang mereka hadapi baik dalam
pemerintahan bahkan di dalam jemaat itu sendiri. Pada pemerintahan orang-orang percaya
mengalami kesulitan dimana Kaisar memerintahkan setiap orang baik Yahudi dan Non-
Yahudi bahkan juga orang percaya untuk sujud menyembah kepadanya, jika mereka tidak
menaati setiap perintah dari Kaisar maka mereka akan mendapatkan perlakuan yang tidak
baik dari Kaisar sendiri seperti penyiksaan yang begitu kejam.

B. Saran

Sebagai penulis menyarankan untuk setiap pembaca agar mampu menjadi gembala untuk
sendiri dan meneladani Kristus sebagai gembala Agung segala domba. Maaf jika banyak
kesalahan dalam pengetikan dan kalimat dalam makalah ini.

5
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008


Duyverman,M.E Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2017
Guthrie Donal, Pengantar Perjanjian Baru Vol.3, Surabaya: Momentum, 2010
Hakh, Samuel Benyamin Perjanjian Baru (Sejarah, Pengantar dan pokok-pokok
Teologisnya), Jawa Barat: Bina Media Informasi, 2010
D. A Carson & Douglas J. Moo, An Introduction To The New Testament, Malang: Gandum
Mas, 2016
Tenny, Merril C. Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2009
Ensklopedia Masa Kini jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002
M. Bons –Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, Jakarta: Bpk. Gunung Mulia
https://agrisiv.0rg>Pdf , didowload pada tanggal 19 Mei 2020, pukul 14:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai