Anda di halaman 1dari 196

TEOLOGI PERJANJIAN BARU

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN


TERUNA BHAKTI
BAB I

KITAB-KITAB DALAM
PERJANJIAN BARU
A. PENAMAAN PERJANJIAN LAMA DAN
PERJANJIAN BARU
Kata perjanjian dalam "PL" dan "PB" adalah
terjemahan dari bahasa Yunani, "diatheke".
Dalam Yer 31:31, dinubuatkan perjanjian baru yang
akan mengganti perjanjian yang dibuat Yahweh
dengan bangsa Israel di padang pasir (band. Kel.
24:7- 8).
"Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia
menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang
telah menjadi tua" (Ibr. 8:13).
Para penulis PB melihat penggenapan nubuat
tentang perjanjian baru itu dalam keadaan baru
yang dimulai dengan karya Kristus; firman-Nya
sendiri waktu Ia mengadakan Perjamuan Kudus (1
Kor 11:25) menjadi dasar dari tafsiran di atas.
Kitab-kitab PL disebut demikian karena
hubungannya yang erat dengan sejarah "perjanjian
tua" itu; Kitab- kitab PB disebut demikian karena
merupakan dokumen-dokumen dasar dari
"Perjanjian Baru".
Suatu pendekatan pada pemakaian umum istilah
"Perjanjian Lama" dapat kita baca dalam 2 Kor 3:14,
"jika mereka membaca perjanjian lama, walaupun
mungkin Paulus memaksudkan Taurat, sebagai dasar
dari PL, dan bukan sebagai segenap berkas dari
Alkitab Ibrani." Istilah-istilah "Perjanjian Lama" (palaia
diatheke) dan "Perjanjian Baru" (kaine diatheke) untuk
kedua kumpulan kitab itu, mulai dipakai secara umum
oleh orang Kristen sejak akhir abad 2; di Eropa Barat,
Tertullian kadang-kadang menerjemahkan diatheke
dengan instrumentum (suatu dokumen hukum),
kadang-kadang dengan testamentum. Kata yang
terakhirlah yang tetap hidup -- dalam bahasa Inggris
"New Testament" dan bahasa Belanda "Nieuwe
Testament".
B. PEMBAGIAN KITAB-KITAB DALAM
PERJANJIAN BARU
Seluruh jumlah kitab kanon Perjanjian Baru adalah
27 kitab dan biasanya digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Kitab-kitab Sejarah: 4 Kitab-kitab Injil dan 1
Kisah Para Rasul
2. Kitab Surat-surat:
a. 13 Surat-surat Paulus dan 1 Surat Ibrani
b. 7 Surat-surat Am (Umum)
3. Kitab Eskatologi: Kitab Wahyu
C. ILMU SURVEY PERJANJIAN BARU

Ilmu Suvei PB, yang kadang disebut juga Ilmu


Pengantar PB dalam tahapan mendalam, adalah
bagian dalam Ilmu Teologia Biblika yang baru
dikenal secara umum pada abad ke 19. Sumbangsih
ilmu ini sangat besar khususnya dalam penyediaan
bahan-bahan penting yang dapat menolong kita
menyelidiki dan menafsirkan Alkitab secara
bertanggung jawab.
LATAR BELAKANG
Mengapa diperlukan pengetahuan khusus untuk
dapat menginterpretasikan Alkitab dengan tepat?
Orang Kristen sering mendapati bahwa mengerti isi
Alkitab tidaklah mudah, karena ada jurang pemisah
yang cukup besar baik dalam hal waktu penulisan
maupun dalam latar belakang dan budaya antara
jaman PB dan pembaca sekarang. Oleh karena itu
dengan mengetahui informasi yang cukup tentang
segala sesuatu sekitar latar belakang penulis dan
penulisannya, maka hal ini akan dapat membantu
kita menjembatani jurang pemisah itu.
DEFINISI
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Ilmu Survei
PB adalah ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
latar belakang sejarah dan budaya sekitar jaman
Perjanjian Baru, yaitu jaman ketika Tuhan Yesus
dan rasul-rasul masih hidup. Secara khusus akan
dipelajari pula latar belakang penulisan kitab-kitab
Perjanjian Baru, yaitu tentang penulis, penerima,
tahun dan tempat penulisan, dan hal-hal yang
penting sehubungan dengan tema dan tujuan
penulis menuliskan kitab-kitab PB.
D. LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL
DAN EKONOMI DUNIA PB
LATAR BELAKANG POLITIK
1. Masa Peralihan: Masa Sesudah PL & Sebelum PB
Masa-masa sesudah PL dan sebelum PB sering
dikatakan sebagai masa-masa gelap karena Allah
tidak mengirim nabi-nabi-Nya untuk berbicara
kepada umat Israel. Namun demikian masa ini
justru menjadi masa yang sangat penting karena
sekalipun kelihatan-nya diam Allah bekerja dibalik
sejarah umat manusia untuk mempersiapkan
mereka menerima pelaksanaan rencana Agung-Nya.
Masa "sesudah PL dan sebelum PB" ini disebut
sebagai Masa Peralihan atau Jaman
Intertestamental yang berlangsung kurang lebih
400 tahun. Dalam masa ini Allah memakai 3 bangsa
yang mengambil peranan utama dalam
mempersiapkan masa Perjanjian Baru. Dari catatan
kitab-kitab Makabe dan tulisan-tulisan Yosefus, kita
mengetahui fakta-fakta berikut ini:
2. Bangsa Yahudi/Ibrani :
Bangsa pilihan Allah ini tidak selalu berhasil dalam mentaati
dan mengemban tugasnya sebagai umat pilihan Allah,
sehingga Allah sering harus menghukum mereka dengan
membuang mereka menjadi tawanan bangsa-bangsa lain.
Namun justru dengan cara itu Allah menggunakannya untuk
maksud baik-Nya.
Pada waktu bangsa Israel dibuang ke tanah Babilonia,
mereka tercerai berai ke seluruh dunia. Ketika bangsa ini
hidup di tengah-tengah bangsa kafir yang tidak mengenal
Tuhan, bangsa Israel disadarkan akan pentingnya
mempertahankan iman, menyembah Allah yang monotheisme
dan mentaati Hukum Taurat. Melalui bangsa inilah Allah
menyediakan jalan yang sangat baik untuk melihara
kelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi
umat manusia.
3. Bangsa Yunani
Bangsa Yunani melalui Aleksander memberikan
sumbangan yang besar dalam mempersatukan
seluruh dunia dalam satu bahasa, yaitu bahasa
Yunani. Hal ini memberikan pengaruh yang besar,
karena bahasa Yunani akhirnya dipakai menjadi
bahasa internasional pada masa itu. Ini
memberikan keuntungan yang sangat besar karena
bahasa Yunani adalah bahasa berpikir, bahasa yang
sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab
PB dalam mengungkapkan istilah-istilah teologia
dengan benar dan akurat.
4. Bangsa Romawi
Penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel
(Palestina) menciptakan suasana yang relatif damai
sehingga pembangunan jalan-jalan dan keamanan
menjadi prioritas negara. Keadaan ini sangat
diperlukan dalam mempersiapkan kedatangan
Kristus dan juga ketika Injil disebarkan.
Selain itu ada banyak kontribusi yang diberikan oleh
orang-orang Romawi, baik dalam bidang hukum
maupun filsafat yang sangat berguna bagi
persiapan penulisan kitab-kitab PB.
D. MASA PEMERINTAHAN ROMAWI
Latar belakang politik dalam dunia Perjanjian Baru
adalah kekaisaran Romawi. Merrill C. Tenney dalam
bukunya Survei Perjanjian Baru telah memberikan
uraian terperinci tentang hal ini. Negara Romawi
berdiri tahun 753 SM, yang sebelumnya hanya
terdiri dari beberapa kelompok masyarakat di
beberapa desa yang akhirnya merebut banyak kota
dan menjadi kerajaan yang besar tahun 265 SM.
Berikut ini adalah kaisar-kaisar Romawi yang
memerintah pada masa Perjanjian Baru:
1. Agustus (27 sM - 14 M). Ketika Tuhan Yesus lahir,
pemerintahan sedang dipegang oleh Kaisar
Agustus. Dialah yang memerintahkan sensus
penduduk di Palestina.
2. Tiberius (14-37 M). Ia memerintah semasa Tuhan
Yesus dewasa - mati.
3. Caligula (37-41 M). Kaisar yang menganggap
dirinya dewa untuk disembah. Banyak orang Kristen
mula-mula yang mati karena melawan perintah
untuk menyembah kepada kaisar.
4. Nero (54-68 M). Kaisar yang kejam dan semena-
mena menganiaya orang Kristen. Paulus dan Petrus
mati syahid pada masa pemerintahannya.
5. Vespasian (69-79 M). Pada masa
pemerintahannya kota Yerusalem dihancurkan,
termasuk bangunan Bait Allah.
6. Domitianus (81-96 M). Melakukan penindasan
yang sangat kejam terhadap orang-orang Kristen.
Memerintah pada masa tua Rasul Yohanes.

21/10/2020
Palestina menjadi salah satu negara jajahan Kerajaan
Romawi diperkirakan sejak tahun 63 SM. Kisah dalam
PB diawali dari masa pemerintahan Herodes (37sM - 4M)
yang ditunjuk oleh pemerintah Romawi sebagai raja
Yahudi. Sebutan provinsi diberikan kepada daerah-
daerah baru yang ditaklukkan Romawi. Untuk provinsi
yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan
dipimpin oleh seorang gubernur. Sedangkan wilayah
yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri. [Lihat:
Kis. 13:7; 18:12; Mat. 27:11]
Daerah-daerah jajahan (provinsi) ini biasanya mendapat
kebebasan (otonomi) untuk berdiri sendiri. Kebebasan
agama pun juga diberikan kepada mereka (religio licita).
Penarikan pajak juga diserahkan kepada pemerintahan
setempat, tetapi di bawah pengawasan Roma.
E. LATAR BELAKANG SOSIAL
Di kalangan masyarakat Yahudi, para alim ulama
adalah kelompok ningrat yang kaya karena
merekalah yang menguasai perdagangan dan pajak
di bait suci. Sedangkan kelompok mayoritas
penduduk biasanya miskin. Mata pencaharian
mereka antara lain, petani, peternak, nelayan dan
wiraswastawan kecil lainnya.
Dalam masyarakat non-Yahudi, ada pembagian
kelas masyarakat sbb.: kaum ningrat, kelas
menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.
F. LATAR BELAKANG DUNIA PB
Di bawah pemerintahan kaisar Augustus,
kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Tulisan-
tulisan mereka berupa drama-drama dan cerita-
cerita mitos Yunani.

a. Ilmu Pengetahuan
Dalam hal ilmu pengetahuan sudah dikenal ilmu alam
sederhana, ilmu pengobatan umum, ilmu bahasa dan
pidato. Seni dan ilmu arsitektur adalah yang paling
maju pesat. Banyak dibangun jembatan, saluran air,
gedung-gedung kesenian dan patung-patung. Ilmu
perbintangan banyak dinikmati masyarakat.
b. Hiburan
Untuk hiburan banyak dipertunjukkan pertunjukkan-
pertunjukkan musik untuk menghibur kaum jelata.
(tambur, kecapi, seruling dan harpa). Sedangkan
hiburan untuk kaum ningrat (kaya) adalah
pertarungan berdarah antara manusia dan hewan
(gladiator) di arena-arena pertunjukkan.

c. Bahasa
Bahasa yang dipakai bermacam-macam: Latin,
Yunani, Aramaik dan Yahudi (Ibrani), masing-masing
bahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan
untuk tujuan yang berbeda.
d. Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik
dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi.
Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan
perhatian yang sangat besar dalam pendidikan
terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama
adalah agar mereka memelihara budaya dan agama
nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan
pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah
Sinagoge.
d. Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik
dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi.
Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan
perhatian yang sangat besar dalam pendidikan
terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama
adalah agar mereka memelihara budaya dan agama
nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan
pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah
Sinagoge.
d. Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik
dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi.
Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan
perhatian yang sangat besar dalam pendidikan
terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama
adalah agar mereka memelihara budaya dan agama
nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan
pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah
Sinagoge.
2. LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
A. Agama Primitif
Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi
Yunani, walaupun tidak berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama)
karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya. Bahkan justru sebaliknya,
cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan kaum muda.
Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena
mendatangkan kesatuan. Tetapi di lain pihak mendatangkan
penganiayaan bagi orang Kristen.
Selain pemujaan-pemujaan itu ada juga pemujaan kepada agama-agama
rahasia dan alam gaib. Namun ini pun kurang memuaskan kehidupan
rohani mereka.
Untuk mengatasi itu lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang
sistematis yang lebih disukai karena sanggup memuaskan intelektual
yang mereka puja. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu:
Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme, Epikurianisme, Stoicisme,
Skeptisisme dll.
B. Yudaisme
Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua
sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya mempunyai peran yang sangat penting
dalam membentuk dunia Perjanjian Baru, karena
dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua
penulis-penulis PB adalah orang-orang Yahudi yang
mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh
karena itu untuk memahami tulisan-tulisan PB
dengan baik akan ditentukan dari seberapa jauh
kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan agama
Yahudi. (hlm. 7)
1. Latar Belakang

Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus


kembali melihat jauh ke belakang kepada panggilan
Allah terhadap Abraham. karena dari Abrahamlah
bangsa "pilihan" ini berasal.
Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru
dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang
terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang
Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di
tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang
setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar
untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat
mereka.
Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda
untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga
agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah
orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya
kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang
mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang
bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka
yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh
supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia
kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah
seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia
mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan
yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk
menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan
kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan
dewan sanhedrin. [Lihat: Dan. 1:5-8; 3:4-7: Ezr. 7:1-6]
2. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem

Sebelum masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di


Yerusalem (yang dibangun oleh Raja Salomon) adalah
satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi. Isi
ibadah mereka adalah melakukan perjalanan ke
Yerusalem secara teratur dan mengadakan upacara
korban sembelihan di sana. Setelah mereka dibuang
ke tanah asing, mereka tidak mungkin lagi ke Bait Suci
untuk beribadah, apalagi setelah Yerusalem
dihancurkan (586 SM). Upaya yang mereka lakukan
untuk menggantikan ibadah adalah dengan
menggiatkan kembali pengajaran tentang Hukum dan
Taurat sebagai pusat ibadah mereka yang baru.
Walaupun Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada
banyak orang Yahudi yang masih tinggal di tanah asing dan
tidak kembali ke Palestina, bahkan ternyata lebih banyak
orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka. Untuk
memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah mereka maka
dibangunlah sinagoge-sinagoge di kota-kota di mana orang
Yahudi tinggal. Sinagoge (artinya rumah ibadat orang
Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci
Yerusalem, karena selain ukuran yang jauh lebih kecil,
juga tidak disediakan tempat untuk membakar korban.
Sebagai gantinya dilakukan doa, membaca Taurat,
memelihara hari Sabat, sunat dan memelihara hukum-
hukum PL yang mengatur soal makanan. Inilah yang
akhirnya menjadi pusat ibadah Yudaisme. [Lihat: Maz. 137:
1-5]
28/10/2020
3. Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge

Sejak jaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoge


dalam melestarikan agama dan budaya Yahudi sangat
besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami
kedewasaan. Di setiap kota besar dimana ada kelompok
orang Yahudi tinggal didirikanlah sinagoge. Akhirnya
sinagoge juga menjadi balai sosial di mana penduduk
Yahudi di kota itu berkumpul setiap hari minggu untuk
belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan
pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini sangat
mengesankan, sehingga pada waktu orang-orang Yahudi
perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah di
sinagoge ini dibawa dan tetap dipraktekkan sampai jaman
Yesus dan para Rasul.
Pemimpin sinagoge disebut "kepala rumah ibadat",
yang diangkat dari antara penatua berdasarkan hasil
pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin
kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara
dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat.
Penjaga sinagoge disebut hazzan. Tugasnya menjaga
dan memelihara bangunan dan juga harta benda
yang ada di sinagoge.
Dalam sinagoge ada lemari untuk menyimpan
gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan
sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang
sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta
kursi duduk jemaat. [Lihat: Mar. 5:22; Luk. 13:14; Kis.
13:5; 14:1; 15:43, dst.]
4. Bentuk ibadah
Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sbb.:
a. Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut
shema - (Ul. 6:4,5). Diikuti dengan puji-pujian kepada Allah
yang disebut berakot ("Diberkatilah....").
b. Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh
jemaat (dalam hati).
c. Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat
dan Pentateukh, juga kitab Nabi-nabi).
d. Kemudian diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan
bagian yang baru saja dibacakan.
e. Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh
imam. Bentuk/tata cara ibadah sinagoge ini juga diikuti
oleh gereja abad pertama.
5. Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.
Walaupun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang
sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada
bermacam-macam aliran:

a. Kaum Parisi
Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan". Aliran yang
paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam
masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL, yang
menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek
moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-
kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai
ahli Taurat. Kelompok inilah yang paling banyak dijumpai
berselisih paham dengan Yesus. Namun demikian tidak semua
orang Parisi munafik ada juga yang sungguh-sungguh. [Lihat:
Mat. 23:13-15]
b. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka
berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan,
karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di
Yerusalem.
Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh,
tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau
kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya
pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat. [Lihat: 2Sam. 15:24-29; Kis.
23:8]

c. Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri
dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-
satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering
mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. [Lihat:
Kis. 5:37; Mar. 12:14]
d. Kaum Eseni
Eseni artinya "saleh" atau "suci". Mereka ini tidak secara
resmi disebut dalam kitab-kitab PB, tetapi keberadaan mereka
diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang
hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana
dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.
Kelompok ini sering dihubungkan dengan penemuan-penemuan
naskah Qumran, walaupun tidak ada bukti kuat.

e. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah
orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi
kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti
tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama
mereka.
6. Hari-hari Raya Yahudi
Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari
penting yang pada umumnya dihubungkan dengan
perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang
erat dengan sejarah kehidupan bangsa Israel. Hari-
hari Raya tsb. antara lain: Perayaan Paskah, Hari
Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Pentakosta, Hari
Raya Tahun Baru, Hari Perdamaian, Hari Raya
Pondok Daun. Lima hari raya ini diadakan
berdasarkan aturan dalam Hukum Muda. Sesudah
masa pembuangan mereka menambah perayaan
Hari Raya Meniup Serunai, Hari Raya Purin.
BAB II
KANON DAN KITAB-KITAB PB
A. KANON PB
Pengumpulan naskah-naskah PB terjadi sebagai
proses pimpinan Roh Kudus dalam memelihara hasil
inspirasi yang dituliskan oleh para penulis Alkitab.
Pengumpulan naskah-naskah PB yang akhirnya
diterima sebagai kitab-kitab PB dalam Alkitab
disebut sebagai Kanonisasi.
Melalui beberapa peristiwa, penyeleksian
penyusunan daftar kitab (kanon) itu akhirnya
diterima gereja.
1. Pengertian Kanon
Kata kanon berasal dari kata Yunani kanon, artinya
buluh. Karena pemakaian "buluh" dalam kehidupan
sehari-hari jaman itu adalah untuk mengukur, maka
kanon juga berarti sebatang tongkat/kayu pengukur
atau penggaris.
Namun pada abad ke 4 Athanasius memberikan arti
teologis bahwa kanon dipakai untuk menunjuk kepada
Alkitab. Sehingga artinya adalah: Daftar naskah kitab-
kitab dalam Alkitab yang berjumlah 66 kitab, yang
telah memenuhi standard peraturan-peraturan
tertentu yang diterima oleh Gereja Tuhan sebagai
kitab-kitab Kanonik yang diakui diinspirasikan oleh
Allah dan memiliki otoritas penuh dan mutlak
terhadap iman Kristen dan perbuatannya.
2. Sejarah Kanon PB
Setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga,
pengajaran Injil diteruskan pleh para Rasul Tuhan dengan
otoritas penuh karena merekalah saksi-saksi mata tentang
keselamatan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tulisan-
tulisan tentang pengajaran iman Kristen oleh para Rasul
sangat dibutuhkan mengingat bahwa merekalah pada
saksi mata yang dapat memberitakan pengajaran Injil
Yesus Kristus dengan jelas dan menafsirkannya dengan
tepat, sesuai dengan pimpinan Roh Kudus kepada mereka.
Selama thn. 100 - 200 M, tulisan-tulisan para Rasul itu
dipakai dan dikumpulkan oleh sidang-sidang jemaat dan
kemudian di teruskan oleh gereja-gereja generasi
berikutnya.
a. Daftar Marcion
Daftar buku PB yang tertua disusun di Roma pada tahun
140 M oleh seorang bidat yang bernama Marcion.
Menurut Marcion kitab PL harus ditolak dan juga kitab-
kitab PB yang dipengaruhi oleh Yudaisme, karena
menurutnya Allah PL mempunyai status yang lebih
rendah dari Allah yang dinyatakan dalam diri Kristus.
Itu sebabnya kanon Marcion hanya terdiri dari 2 bagian:
1. Kitab Injil Lukas (Injil yang tidak dipengaruhi oleh
Yudaisme)
2. 8 Surat Paulus (3 Surat Penggembalaan tidak
dimasukkan), yaitu: 1 & 2 Korintus, Efesus (Laodikia),
Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika, Filemon.
b. Daftar Muratori
Daftar lain yang lebih muda dikenal dengan sebutan
"Fragmen Muratori", berasal dari Roma pada akhir
abad dua. Pada daftar kanonnya dimasukkan:
1. Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah
Para Rasul.
2. 9 Surat Paulus kepada Jemaat dan 4 kepada
perorangan.
3. 2 Surat Yohanes, Wahyu Yohanes dan Wahyu
Petrus (kitab dari apokrifa).
c. Konsili Hippo (393M) dan Konsili Kartago (397M)
Konsili gereja di Afrika Utara ini menerima daftar 27
kitab-kitab PB yang kita pakai sekarang.
Penerimaan mereka didasarkan pada kesadaran
akan nilai kitab-kitab itu sebagai yang
diinspirasikan oleh Allah. Ditambah lagi dengan
fakta bahwa kita-kitab tsb. telah umum digunakan
oleh gereja-gereja saat itu.
4. Kanon Injil dan Kisah Para Rasul
Pada mulanya kitab-kitab Injil itu merupakan satu
kumpulan kitab dalam bentuk tunggal, tetapi
dilaporkan sebagai "Menurut Matius", "Menurut
Markus" dsb. Tapi pada tahun 115 M, Ignatius
mengenal lebih dari satu Injil, jadi mungkin yang
dimaksud adalah kumpulan Injil-injil.

Sekitar tahun 170 M, seorang bernama Tatianus


membuat Injil rangkap empat menjadi satu cerita
yang bersambung, atau disebut "Harmoni Injil-injil"
(Diatessaron), salah satu bentuk yang disukai
banyak orang.
Walaupun ada lebih dari 4 Injil yang dikenal jaman itu
(mis. Injil Barnabas dll.), tapi Ireneus berkata bahwa
tidak ada Injil lain selain 4 Injil yang sudah dikenal
(Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Ia berkata, seperti
halnya 4 arah mata angin, maka gereja juga
mempunyai 4 Injil sebagai tiang penyangga gereja.

Kitab Kisah Para Rasul mendapatkan pengakuan


kanonik karena penulisnya sama dengan Injil ketiga
(Lukas). Kedudukan kitab ini penting dalam kanon PB
karena merupakan kitab yang sentral, menjadi
penghubung antara kitab-kitab Injil dan Surat-surat
Kiriman.
B. KITAB-KITAB PERJANJIAN BARU

1. Nama
Nama Perjanjian Baru berasal dari bahasa Latin Novum
Testamentum. Istilah Testament atau covenant (bhs.
Inggris) ini, artinya persetujuan antar dua pihak yang
mengikat, lebih kuat dari hanya sekedar janji.

Bahasa Yunani dari Perjanjian Baru adalah He Kaine


Diatheke, artinya pesan atau wasiat terakhir, yang
melibatkan dua belah pihak dan sifatnya mengikat dan
tidak dapat diubah. Oleh karena itu makna kata "Perjanjian
Baru" disimpulkan sebagai perjanjian tertulis yang
merupakan wujud persetujuan/kesepakatan yang baru
antara Allah dan manusia melalui Kristus.
2. Isi

Isi dari Perjanjian Baru adalah penyataan rahasia


janji Allah yang baru yang diwujudkan dalam
catatan tentang kata-kata/pengajaran Yesus dan
pada pengikut-Nya. Catatan ini terdiri dari 27 buku,
yang ditulis dalam kurun waktu 45-50 tahun, ditulis
oleh 8-9 orang penulis (berbangsa Yahudi kecuali
Lukas). Pengelompokan isi Perjanjian Baru dapat
dibagi sbb:
Kitab Sejarah :

1. Matius, penulis Matius


2. Markus, penulis Markus
3. Lukas, penulis Lukas
4. Yohanes, penulis Yohanes
5. Kisah Para Rasul, penulis Lukas
Surat Kiriman :
6. Roma, penulis Paulus
7. 1Korintus, penulis Paulus
8. 2Korintus, penulis Paulus
9. Galatia, penulis Paulus
10. Efesus, penulis Paulus
11. Filipi, penulis Paulus
12. Kolose, penulis Paulus
13. 1Tesalonika, penulis Paulus
14. 2Tesalonika, penulis Paulus
15. 1Timotius, penulis Paulus
16. 2Timotius, penulis Paulus
17. Titus, penulis Paulus
18. Filemon, penulis Paulus
Surat Kiriman :
19. Ibrani, Penulis Anonim
20. Yakobus, Penulis Yakobus
21. 1Petrus, Penulis Petrus
22. 2Petrus, Penulis Petrus
23. 1Yohanes, Penulis Yohanes
24. 2Yohanes, Penulis Yohanes
25. 3Yohanes, Penulis Yohanes
26. Yudas, Penulis Yudas
Kitab Nubuat :
27. Wahyu, penulis Yohanes
4. Periode PB

Penempatan susunan kitab-kitab dalam Alkitab


tidaklah sesuai dengan urutan usia penulisannya,
tetapi kronologi peristiwanya. Untuk memudahkan
penyelidikan, masa dalam PB dapat dibagi menjadi
3 periode waktu:

a. Periode Kelahiran (5 sM - 30 M)
Masa kehidupan Yesus diuraikan dalam kitab-kitab
Injil.
b. Periode Perkembangan (30 M - 60 M)
Masa perkembangan karya kerasulan, khususnya
pelayanan Rasul Paulus kepada jemaat non-Yahudi.

c. Periode Pemantapan (60 M - 100)


Masa ini (60-100M) tidak banyak diketahui, tapi
yang jelas banyak tulisan-tulisan para Rasul dan
juga kitab Injil yang baru beredar pada tahun-tahun
ini.
BAB III
KITAB-KITAB INJIL DAN
KEHIDUPAN TUHAN YESUS
A. Kitab-Kitab Injil
Ada empat kitab Injil dalam Alkitab, tetapi hanya
ada satu berita Injil, yaitu Yesus Kristus. Di dalam
keempat kitab itu, kita dapat membaca tentang
perbuatan dan perkataan Yesus dalam masa
kehidupan-Nya di bumi sebagai Manusia.
Kitab-kitab itu menceritakan riwayat Yesus:
kelahiran-Nya, pelayanan-Nya, kematian-Nya, dan
kebangkitan-Nya.
Berita inti tentang Yesus Kristus yang sama
diceritakan dari empat sudut pandang yang
berbeda dan saling melengkapi.
1. Pengertian/Definisi:
Kata Injil dalam bahasa Yunani adalah
euanggelion, artinya Kabar Baik. Kabar Baik
tentang Yesus Kristus telah ditulis oleh keempat
penulis Injil dan mereka mengakui bahwa
Yesuslah Tuhan, Anak Allah dan Mesias yang
dijanjikan dalam PL dan yang telah mengubah
hidup mereka menjadi ciptaan baru.
2. Isi Kitab-kitab Injil
Dari maksud yang disebutkan oleh masing-masing penulis kitab-
kitab Injil, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kitab-kitab Injil
mempunyai implikasi, yaitu:
a. Kitab-kitab Injil bukanlah kitab-kitab yang ditulis oleh Tuhan
Yesus sendiri, tetapi oleh murid dan pengikut-Nya.
b. Kitab-kitab Injil bukanlah kitab-kitab yang berisikan "biografi"
lengkap Tuhan Yesus, tetapi kisah selektif tentang kehidupan
dan pengajaran Yesus Kristus selama kira-kira 3,5 tahun saja.
c. Isi pemberitaan kitab-kitab Injil berhubungan erat dengan
teologia sang penulis, yang secara khusus sangat berguna untuk
Jemaat Gereja Mula-mula, karena memberikan penyataan-
penyataan besar dan definitif tentang diri Tuhan Yesus dan
hubungannya dengan Allah.
d. Isi kitab-kitab Injil itu sesuai dengan tujuan masing-masing
penulisnya. Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari
secara saksama latar belakang penulisnya untuk dapat mengerti
isi Injil dengan tepat.
BAB IV
GELAR DAN JABATAN TUHAN YESUS
Selama hidup dan pelayananNya di bumi, Yesus
memakai banyak gelar, ada sampai puluhan
banyaknya. Gelar-gelar tersebut sangat populer pada
masa-Nya dan masa sesudah Ia naik ke sorga.
Namun demikian, ada beberapa dari gelarNya
tersebut yang lebih populer dibanding gelar-gelar
lainnya. Hal ini disebabkan oleh seringnya gelar
tersebut disebutkan di Alkitab, baik melalui perkataan
Yesus sendiri maupun melalui tulisan para rasulNya.
Gelar-gelar Yesus tersebut menggambarkan sifat,
hakekat, tugas dan jabatanNya. Bahkan ada di antara
gelar-gelar tersebut yang kemudian menjadi nama diri
Yesus.
GELAR TUHAN YESUS
1. Kristus
Gelar Yesus terpopuler pertama adalah Kristus.
Kristus merupakan terjemahan Yunani dari kata Ibrani Masyiakh,
yang berarti “Yang diurapi”. Kata ini biasanya menunjuk pada
raja, nabi atau imam, sebagai pemimpin-pemimpin Israel pada
zaman Perjanjian Lama. Sesekali kata Masyiakh juga
ditransliterasikan menjadi Messias, dalam bahasa Yunani,
seperti dalam Yohanes 1:41.
Gelar Kristus adalah gelar utama Yesus. Bahkan gelar ini telah
menjadi nama pribadi Yesus. Hal ini terbukti dari banyaknya kata
ini muncul sebagai nama pribadi yang menunjuk pada Yesus,
terutama dalam tulisan rasul Paulus. Selain itu, frasa Yesus
Kristus atau Kristus Yesus juga sering kali muncul di Alkitab.
GELAR TUHAN YESUS
Dengan memakai gelar Kristus atau Yang diurapi, berarti Yesus
adalah Raja yang diurapi atau disahkan oleh Allah Bapa untuk
membebaskan manusia dari dosa dan membawa mereka pada
hidup yang kekal di sorga.
Sekalipun gelar Kristus lebih populer setelah kebangkitan
Yesus di antara orang percaya (dalam surat-surat rasul), namun
gelar ini sudah muncul juga dalam kitab-kitab Injil. Ketika
seorang malaikat memberitahukan kelahiran Yesus kepada
para gembala di padang, malaikat tersebut menyebut Yesus
sebagai Kristus (Lukas 2:10-11).
Walaupun istilah Kristus pada dasarnya punya makna yang
sama dengan Mesias, namun menarik, istilah Kristuslah yang
paling sering muncul dalam Perjanjian Baru, terutama dalam
tulisan-tulisan para rasul.
GELAR TUHAN YESUS
Ada dua alasan untuk hal ini. Pertama, Injil
tersebar di dunia Yunani-Romawi yang berbahasa
Yunani, sehingga istilah Kristus lebih familiar dari
istilah Mesias. Yang kedua, istilah Mesias sering
kali bernada politis dalam pandangan orang
Yahudi. Itulah sebabnya mengapa gelar ini jarang
dipakai oleh Yesus (lihat poin 2 di bawah).
GELAR TUHAN YESUS
2. Mesias
Gelar Yesus terpopuler selanjutnya adalah Mesias.
Gelar ini populer terutama dalam kitab-kitab Injil, dan
sesekali muncul dalam kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya.
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru di luar kitab-kitab Injil,
terjemahan Yunani dari Mesias, yakni Kristus, jauh lebih
populer (lihat poin 1 di atas).
Walau Yesus benar adalah Mesias (Matius 16:15-17), namun
Ia sangat jarang memakai gelar ini bagi diriNya, sekalipun Ia
tidak menolak ketika orang lain mengkonfirmasi hal itu
kepadaNya. Sebagai contoh adalah ketika Imam Besar
Yahudi bertanya kepada Yesus apakah Ia Mesias, Ia
mengakuinya (Matius 26:63-64).
GELAR TUHAN YESUS
Alasan mengapa Yesus jarang memakai gelar Mesias adalah
karena gelar ini sudah sering ditafsirkan secara politis oleh
orang-orang Yahudi pada zamanNya.
Tidak heran jika gelar Kristus lebih populer (setelah Yesus
bangkit) bagi orang Kristen dari segala bangsa, sedangkan
gelar Mesias lebih populer bagi orang-orang Yahudi, baik
orang yang percaya kepada Yesus maupun mereka yang
tidak percaya kepadaNya.
Namun di kalangan orang Yahudi yang percaya Yesus dengan
yang tidak percaya kepadaNya, makna Mesias agak berbeda.
Bagi mereka yang percaya kepada Yesus, Mesias adalah
Tuhan dan Juruselamat dunia. Sedangkan bagi mereka yang
tidak percaya Yesus, Mesias umumnya dipahami sebagai
Anak Daud yang akan membawa kejayaan bagi bangsa Israel.
GELAR TUHAN YESUS
3. Tuhan
Gelar Yesus terpopuler lainnya adalah Tuhan.
Istilah Tuhan yang merujuk pada Yesus sangat banyak
ditemukan di Perjanjian Baru. Namun Yesus sendiri agak jarang
memakai gelar tersebut.
Kata “Tuhan” berasal dari bahasa Yunani, Kurios. Kata ini
punya makna ganda, yakni “Tuhan” atau yang ilahi, maupun
“tuan”, atau yang insani/manusia.
Hal ini dapat dibandingkan dengan kata Lord dalam bahasa
Inggris, atau kata Gusti dalam bahasa Jawa. Kata lord atau
gusti bisa dikenakan baik kepada Tuhan maupun kepada
manusia.
Kata “Kurios” adalah padanan kata Ibrani, Adonai, yang juga
bisa diterapkan kepada Tuhan atau manusia.
GELAR TUHAN YESUS
Jika diterapkan kepada manusia, maka kata Kurios
atau Adonai punya makna penguasa, tuan, pemilik, dan
sebagainya.
Jadi jika murid-murid menyebut Yesus sebagai Tuhan,
baik secara langsung maupun dalam tulisan-tulisan
mereka dalam Kitab Suci Perjanjian Baru (yang
semuanya ditulis setelah kebangkitan Yesus), maka
umumnya yang dimaksud adalah Tuhan atau yang ilahi.
Sementara jika hal itu diucapkan oleh orang lain yang
tidak percaya kepadaNya, maka kemungkinan besar
yang dimaksud adalah tuan, pemimpin, atau bahkan
dewa.
GELAR TUHAN YESUS
Dengan memakai gelar Tuhan, maka Yesus adalah
Tuan kita, pemimpin utama kita, pemilik kita. Dan
sebagai yang ilahi, Dialah Tuhan kita, dalam arti
bahwa Dia merupakan salah satu Oknum Allah
Tritunggal. Itulah sebabnya dalam tulisan para
rasul, gelar ini sering disandingkan dengan nama
Yesus: Tuhan Yesus (misalnya dalam Kisah Para
Rasul 1:21).
GELAR TUHAN YESUS
4. Juruselamat
Gelar Yesus terpopuler berikutnya adalah Juruselamat.
Istilah Juruselamat punya makna bahwa Yesus adalah penyelamat
manusia dari hukuman dosa. Yesus datang ke dunia sebagai
Juruselamat dunia, yang akan menyelamatkan manusia dari hukuman
dosa.
Di Perjanjian Baru gelar ini pertama sekali muncul dalam Injil Lukas
(Lukas 2:11). Bahkan arti nama Yesus sendiri adalah “Jehova (Tuhan)
menyelamatkan”.
Selain dalam kitab Injil, gelar Juruselamat banyak ditemukan dalam
kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam Yohanes
4:42 dan 2 Timotius 1:10.
Alkitab berkata bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat
manusia (bukan salah satunya) yang mampu menyelamatkan manusia
dari dosa dan membawa kita kepada Allah (Yohanes 14:6; Kisah Para
Rasul 4:12).
GELAR TUHAN YESUS
5. Anak Allah
Gelar Yesus terpopuler lainnya adalah Anak Allah.
Istilah Anak Allah dipahami sebagai hubungan yang unik dengan
Allah. Dalam pemahaman orang Yahudi, mengakui diri sebagai
Anak Allah berarti menyamakan diri dengan Allah, yang berarti
menghujat Allah, dan akibatnya adalah hukuman mati.
Itulah sebabnya para pemimpin Yahudi menganggap Yesus telah
menghujat Allah dan layak dihukum mati, ketika Ia mengakui
diriNya sebagai Anak Allah (Matius 26:65-66).
Karena itulah tidak ada seorang pun di antara orang Yahudi
yang berani berkata bahwa ia adalah Anak Allah, sebab mereka
tahu bahwa hal tersebut sama saja dengan menyamakan dirinya
dengan Allah. Dan itu merupakan penghujatan kepada Allah,
yang layak diganjar dengan hukuman mati.
GELAR TUHAN YESUS
Memang, dalam arti biasa, umat Israel atau orang Krsiten
dapat juga disebut sebagai anak-anak Allah (Yohanes 1:12),
sebagaimana dicatat di Alkitab. Tetapi Anak Allah, dalam
pengertian ilahi, hanya dikenakan kepada Yesus. Itulah
sebabnya Ia disebut Anak Tunggal Allah (Yohanes 1:18) atau
Anak satu-satunya.
Yesus berani mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah
(dengan kesadaran penuh bahwa dengan berkata demikian Ia
menyamakan diriNya dengan Allah Bapa). Mengapa? Karena
Ia memang Anak Allah, yang sejajar dengan Allah (Bapa).
Dengan mengakui diriNya sebagai Anak Allah, Yesus ingin
menyatakan bahwa Ia adalah Allah (Allah Anak, Oknum kedua
dari Tritunggal Allah) yang datang ke dunia menjadi manusia.
GELAR TUHAN YESUS
6. Anak Manusia
Gelar Yesus terpopuler selanjutnya adalah Anak Manusia.
Jika semasa hidup dan melayani di dunia Yesus sangat
jarang memakai gelar Mesias (lihat poin 2 di atas), maka Ia
sangat sering memakai gelar Anak Manusia. Inilah gelar
yang paling disukai Yesus untuk menyebut diriNya.
Sekalipun istilah Anak Manusia dapat berarti sebagai
manusia pada umumnya, namun Yesus memakainya dalam
arti ilahi.
Gelar Anak Manusia ini berasal dari penglihatan Nabi Daniel
di Perjanjian Lama. Dalam penglihatannya, Daniel melihat
Anak Manusia datang dari langit dengan awan-awan untuk
memerintah secara kekal atas segala bangsa (Dan 7:13-14).
GELAR TUHAN YESUS
Dalam beberapa kesempatan, Tuhan Yesus dengan jelas
memperlihatkan bahwa Ia menghindari gelar Mesias dan
menggantinya dengan gelar Anak Manusia.
Hal ini misalnya tampak ketika Imam Besar Yahudi bertanya kepada
Tuhan Yesus apakah benar Ia adalah Mesias atau tidak. Yesus
mengakui Ia adalah Mesias. Namun Ia melanjutkan bahwa kelak Anak
Manusia akan datang dalam awan-awan di langit (Markus 14:61b-62).
Jelas ini menunjukkan keilahianNya sebagai Hakim dunia.
Makna gelar Anak Manusia, selain untuk menunjukkan keilahianNya,
juga menunjukkan bahwa Yesus memang adalah Tuhan yang telah
menjadi manusia, sehingga Ia dapat mati bagi dosa-dosa manusia.
Namun gelar Anak Manusia hanya populer dalam pemakaian Yesus.
Setelah itu, gelar ini sangat jarang dipakai lagi di Perjanjian Baru.
GELAR TUHAN YESUS
7. Anak Daud
Gelar Yesus terpopuler berikutnya adalah Anak Daud.
Mesias adalah salah satu keturunan raja Daud yang akan menjadi
pemimpin Israel. Mesias memang dapat mengacu pada raja-raja
Israel, yang merupakan keturunan Daud. Tetapi yang terutama
adalah pada salah seorang keturunan Daud yang menjadi raja
selama-lamanya.
“Engkau telah berkata: Telah Kuikat perjanjian dengan orang
pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk
selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan
membangun takhtamu turun-temurun.” (Mazmur 89:4-5).
Jadi Mesias adalah seorang tokoh penting, dari keturunan Daud,
yang dinanti-nantikan oleh orang-orang Yahudi sebagai pemimpin
mereka.
GELAR TUHAN YESUS
Daud sendiri adalah raja terbesar Israel, dan ia merupakan raja
pilihan Tuhan. Pada masa pemerintahannya, Israel berjaya atas
bangsa-bangsa lain. Orang Israel berharap Mesias kelak akan
menjadi pemimpin Israel seperti Daud, bahkan melebihi Daud, yang
membawa bangsa Israel kembali pada kejayaan seperti di masa
raja Daud.
Ketika Yesus melayani di bumi, orang-orang Yahudi menyebutnya
sebagai Anak Daud, dalam arti keturunan Daud yang datang
sebagai pemimpin mereka. Dan istilah Anak Daud menjadi sinonim
bagi Mesias (Markus 10:47).
Tetapi sejatinya istilah Anak Daud bukan hanya berarti bahwa ia
manusia biasa, ia juga yang ilahi, Tuhan. Namun sayang, umumnya
orang Yahudi terjebak dalam istilah Anak Daud, dengan
menganggap Mesias itu melulu anak atau keturunan Daud (manusia
biasa), bukan sekaligus Anak Allah (yang ilahi atau Tuhan). Sebagai
contoh, bacalah Matius 22:41-46.
GELAR TUHAN YESUS
8. Raja
Gelar Yesus terpopuler lainnya adalah Raja.
Seperti halnya Mesias, gelar ini jarang dipakai oleh Yesus secara
terbuka. Hal ini terjadi tidak terlepas dari konsep orang Yahudi
yang salah tentang Mesias, seperti telah disebut di atas. Selain
itu, juga karena istilah raja sangat sensitif bagi orang Romawi
yang saat itu sedang berkuasa atas Israel. Bagi orang Romawi,
mengakui diri raja berarti memberontak pada kaisar dan
pemerintahannya yang sah.
Akan tetapi dalam berbagai pengajaranNya, Yesus menyatakan,
secara eksplisit maupun implisit, bahwa Ia adalah seorang Raja
(Matius 25:34). Namun bukan raja dalam arti politis, tetapi dalam
arti rohani dan pada masa eskatologis atau pada akhir zaman. Hal
ini menunjuk pada masa pemerintahan Mesias kelak atau yang
biasa disebut Kerajaan Seribu Tahun atau Kerajaan Milenium.
GELAR TUHAN YESUS
Ketika wali negeri Roma, Pontius Pilatus, bertanya
apakah Yesus raja, Ia menjawab Ya, bahkan untuk
itulah Ia datang ke dunia ini. Tetapi Ia melanjutkan
perkataanNya bahwa kerajaanNya bukan berasal
dari dunia ini (Yohanes 18:36-37).
Pada masa sesudah kebangkitanNya, para rasul
juga memakai istilah ini untuk menekankan ke-
raja-an Yesus.
GELAR TUHAN YESUS
9. Guru
Gelar terpopuler Yesus berikutnya adalah Guru.
Kata “guru” berasal dari bahasa Yunani, bahasa asli Perjanjian Baru,
didaskalos. Dalam bahasa Ibrani, Bahasa asli Perjanjian Lama, dipakai
kata rabi, gelar yang biasa dipakai oleh para pengajar Taurat Yahudi. Para
rabi biasanya menempuh pendidikan teologi dalam jangka waktu tertentu
sebelum mereka dapat mengajar orang banyak serta layak disebut
sebagai rabi.
Yesus juga disapa sebagai rabi, baik oleh murid-muridNya sendiri
(Yohanes 4:31), maupun oleh orang banyak (Yoh 6:25). Hal ini
menunjukkan bahwa Ia dianggap sebagai pengajar Taurat Tuhan.
Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah guru (Yohanes 13:13). Namun,
Yesus tampaknya tidak memasuki sekolah keagamaan yang resmi,
seperti umumnya para rabi Yahudi. Dia hanya belajar Taurat secara
umum, sebagaimana lazimnya para pemuda Yahudi. Itulah sebabnya
orang banyak sangat heran ketia Ia mengajar dengan luar biasa (Markus
6:2).
GELAR TUHAN YESUS
Tetapi Yesus bukan hanya seorang guru biasa, Ia adalah
guru di atas segala guru. Dalam khotbahNya yang terkenal,
yang dikenal sebagai Khotbah Di Atas Bukit (Matius 5-7),
kita bisa melihat bagaimana ajaranNya begitu luar biasa,
sangat berbeda dengan ajaran guru-guru agama Yahudi
lainnya, yakni para ahli Taurat dan orang Farisi.
Itulah sebabnya orang banyak yang mendengar khotbah
dan pengajaranNya begitu takjub (Matius 7:28-29).
Sebagai Guru, Yesus juga tidak hanya mengajar Taurat,
tetapi mengajar tentang Kerajaan Allah yang jauh lebih
luas, yang menggenapi seluruh Taurat Yahudi.
GELAR TUHAN YESUS
10. Nabi
Gelar Yesus terpopuler terakhir adalah nabi.
Yesus sebagai seorang nabi diakui oleh banyak
orang Yahudi (Yohanes 7:40). Tetapi tidak semua
orang Yahudi percaya bahwa Ia adalah seorang nabi
(Yohanes 7:52). Yesus sendiri secara tidak langsung
mengakui bahwa diriNya adalah nabi (Lukas 4:24).
Nabi adalah perantara Tuhan dengan manusia. Nabi
menerima pesan Tuhan dan menyampaikannya
kepada manusia. Nabi harus menyerukan jalan
kebenaran dan pertobatan bagi manusia.
GELAR TUHAN YESUS
Demikianlah halnya dengan Yesus. Ia datang ke dunia
sebagai nabi untuk menyampaikan firman Tuhan,
memberitakan jalan kebenaran dan menyerukan
pertobatan kepada bangsa Israel, namun mereka
menolakNya bahkan menyalibkanNya.
Yesus juga merupakan penggenapan nubuat
Perjanjian Lama tentang seorang nabi seperti Musa
yang akan muncul di kemudian hari (Kisah Para Rasul
3:22-26). Sekalipun demikian, Yesus jelas lebih
daripada seorang nabi. Ia juga adalah Tuhan, yang
ilahi (lihat poin 3 di atas).
11/11/2020
JABATAN TUHAN YESUS
1. Sebagai Nabi
PL memberikan nubuatan, bahwa Allah akan
memberikan Nabi besar yang akan membawa
Firman Allah secara utuh kepada umat-Nya (Ul.
18:15), Yesuslah Nabi yang dinubuatkan itu (KisAH
Para Rasul 3:22).
JABATAN TUHAN YESUS
2. Sebagai Imam
Imam adalah seorang yang dipilih Allah untuk
mewakili manusia bertemu dengan Allah,
khususnya untuk mempersembahkan korban
sebagai "pendamaian".
Yesus sendirilah yang telah menjadi Kurban
Pendamaian antara manusia dengan Allah (Ibr.
7:25; 9:24).
JABATAN TUHAN YESUS
3. Sebagai Raja
Yesus telah memerintah dan berkuasa atas segala sesuatu
atas nama jemaat-Nya karena Ia adalah "kepala" jemaat (Ef.
1:22), Ia juga telah menang melawan kuasa si Jahat (1Kor.
15:24-28) sehingga Ia berkuasa atasnya selama-lamanya.
Tidak mungkin kita dapat melihat seluruh kehidupan,
pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus secara lengkap
dalam salah satu Injil saja. Hal ini jelas terlihat dari
pengakuan dari penulis Injil sendiri bahwa ada banyak hal
yang belum/tidak mereka catat dalam Injil mereka (Yoh.
20:30). Namun demikian pengajaran penting yang Yesus
ajarkan selama di dunia telah secara lengkap dicatat oleh
keempat Injil. Oleh karena itu untuk melihat secara lengkap
sangat penting jika kita melihat keempat Injil secara
bersamaan.
TUGAS RASUL, NABI, PENGINJIL, GEMBALA DAN PENGAJAR

Tubuh Kristus dikepalai oleh Tuhan Yesus sendiri.


Sebagai Kepala, Yesus menetapkan beberapa orang untuk
memegang jabatan sebagai hamba/ pelayan/ jongos (bukan
Kepala) pada Tubuh Kristus.
Didalam Tubuh Kristus terdapat 5 (lima) jabatan roh, yaitu
sebagaimana yang disebutkan didalam Ef 4:11 dan didalam
1Kor 12:28a, sebagai berikut:
Didalam Ef 4:11 “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar.”
Janganlah anda mengira bahwa apabila sudah Prof. Dr. M.Th.
S.Th., maka orang tersebut secara otomatis pasti seorang
rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar, serta orang
tersebut pasti penuh dengan Roh Kudus.
Perhatikan didalam Ef 4:11 tersebut terdapat
kalimat: “Dan Ialah yang memberikan.” Itu artinya
bahwa Yesus sendirilah yang memberikan
(mengangkat/ menetapkan) hamba Tuhan bagi
Tubuh-Nya, bukan atas kehendak dari diri sendiri
dan atau kehendak orang lain dan atau di SK-kan
oleh organisasi karena memiliki ijazah theologia.
Jangan berani main-main dengan kalimat : “Dan
Ialah yang memberikan” tersebut. Dan yang
anehnya Yesus selalu memakai orang awam yang
tidak masuk hitungan. Sebab faktanya yang telah
terjadi sekarang bahwa semakin tinggi ilmu agama
Kristen seseorang maka semakin jauh pula ia
meninggalkan ajaran Yesus.
Perhatikan didalam Ef 4:11 tersebut terdapat
kalimat: “Dan Ialah yang memberikan.” Itu artinya
bahwa Yesus sendirilah yang memberikan
(mengangkat/ menetapkan) hamba Tuhan bagi
Tubuh-Nya, bukan atas kehendak dari diri sendiri
dan atau kehendak orang lain dan atau di SK-kan
oleh organisasi karena memiliki ijazah theologia.
Jangan berani main-main dengan kalimat : “Dan
Ialah yang memberikan” tersebut. Dan yang
anehnya Yesus selalu memakai orang awam yang
tidak masuk hitungan. Sebab faktanya yang telah
terjadi sekarang bahwa semakin tinggi ilmu agama
Kristen seseorang maka semakin jauh pula ia
meninggalkan ajaran Yesus.
Jadi Yesus sendirilah yang memberikan hamba
Tuhan bagi Tubuh-Nya sendiri untuk menjabat
sebagai:
1. Rasul
2. Nabi
3. Penginjil
4. Gembala
5. Pengajar.
Kemudian didalam 1Kor 12:28a dikatakan: “Dan Allah telah
menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai
rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.”
Perhatikan didalam 1Kor 12:28a tersebut terdapat kalimat: “Dan
Allah telah menetapkan” Itu artinya bahwa Yesus sendirilah
yang menetapkan seseorang untuk menjadi hamba Tuhan,
bukan ditetapkan oleh diri sendiri atau oleh orang lain atau oleh
organisasi.
Jangan berani main-main dengan kalimat: “Dan Allah telah
menetapkan” tersebut.
Jadi didalam 1Kor 12:28a tersebut dengan tegas mengatakan
bahwa Yesus sendirilah yang menetapkan seseorang untuk
menjadi hamba Tuhan bagi Tubuh-Nya untuk menjabat sebagai:
1. Rasul
2. Nabi
3. Pengajar
TUGAS RASUL
Didalam sebuah Tubuh Kristus terdapat beberapa
orang atau paling tidak harus ada minimal satu
orang hamba Tuhan yang mempunyai urapan rasul.
Tugas Rasul Kristus yaitu melakukan prosesi
penumpangan tangan (transfer roh) untuk 3 (tiga)
tujuan, yaitu:
1. Pemberian baptisan dengan Roh Kudus (Kis 1:5,
Kis 8:17, Kis 19:6 dan Kis 9:17).
2. Pemberian karunia Roh Kudus (Kis 2:38, Kis 19:6,
1Tim 4:14, 2Tim 1:16).
3. Pemberian Pemeteraian dengan Roh Kudus (2Kor
1:21-22, Ef 4:30, Why 7:3, Why 9:4)
Itulah sebabnya sehingga secara tegas pula
dikatakan bahwa sebuah Jemaat Tubuh Kristus
tidak bisa terbangun dengan baik apabila tidak ada
keterlibatan seorang rasul didalamnya, perhatikan
didalam Ef 2:20 “Yang dibangun di atas dasar para
rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru.”
Makanya janganlah heran apabila didalam sebuah
jemaat yang tidak ada Rasul Kristus didalamnya
maka secara otomatis tidak ada pula orang-orang
disana yang menerima baptisan Roh Kudus (penuh
Roh Kudus), dan yang menerima karunia Roh Kudus
serta dimeteraikan dengan Roh Kudus.
Dan sebuah Jemaat yang dibangun dengan melibatkan
seorang rasul itulah yang dimaksudkan oleh Yesus
didalam Mat 16:18 sbb: “…. Engkau adalah Petrus dan
di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Berhubung seorang rasul mempunyai kelebihan yang
aneh-aneh yaitu yang dipakai oleh Yesus melalui Roh
Kudus untuk melakukan penumpangan tangan guna
mentransfer roh sebagai prosesi pemberi baptisan Roh
Kudus dan pemberi karunia Roh Kudus serta
pemeteraian dengan Roh Kudus, maka kepada seorang
rasul diberikan atau mempunyai karunia Roh Kudus
sekurang-kurangnya yaitu karunia iman, karunia
bahasa roh, karunia menafsirkan bahasa roh dan
karunia membedakan bermacam-macam roh.
TUGAS NABI
Didalam sebuah Tubuh Kristus terdapat beberapa orang
yang mempunyai urapan sebagai seorang nabi, makanya
mereka itu disebut dengan para nabi.
Tubuh Kristus tidak bisa terbangun dengan baik apabila
tidak ada seorang nabi didalamnya, perhatikan didalam Ef
2:20 “Yang dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”
Tugas Nabi yaitu menerima pewahyuan (penglihatan,
pendengaran, bernubuat) secara langsung dari Yesus,
Why 19:10b “Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus
adalah roh nubuat.”
Pewahyuan dari Yesus tadi disampaikan yaitu melalui
karunia bahasa roh yang ditafsirkan, melalui nubuat,
melalui penglihatan, melalui pendengaran, dll.
Seorang nabi tidak berkhotbah, tetapi ia hanya menerimka pewahyuan lalu
menyampaikannya kepada jemaat. Caya menyampaikannya yaitu antara lain
melalui karunia bahasa roh yang ditafsirkan dan melalui karunia nubuat
(karunia kenabian) serta melalui kesaksian-kesaksian.
Sebuah nubuat hanya dapat muncul pada saat anggota Tubuh Kristus
berkumpul sekurangnya dua orang atau lebih bersama-sama larut dalam
suasana menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran.
Adapun tatacara para nabi bernubuat pada saat ibadah menyembah Tuhan
dalam roh dan kebenaran yaitu sebagaimana yang sudah diatur didalam 1Kor
14:29-31 sbb: “Tentang nabi-nabi--baiklah dua atau tiga orang di antaranya
berkata-kata (bernubuat) dan yang lain menanggapi apa yang mereka
katakan (nubuatkan). Tetapi jika seorang lain (nabi lain) yang duduk di situ
mendapat penyataan, maka yang pertama (yang bernubuat pertama) itu
harus berdiam diri. Sebab kamu semua (para nabi) boleh bernubuat (berkata-
kata) seorang demi seorang, sehingga kamu semua (seluruh jemaat) dapat
belajar dan beroleh kekuatan.”
Sesuai dengan jabatannya, yaitu sebagai Nabi, maka ia pasti mempunyai
karunia sekurang-kurangnya, yaitu karunia iman, karunia bahasa roh dan
karunia nubuat.
12/11/2020
TUGAS PENGINJIL
Didalam sebuah Tubuh Kristus terdapat beberapa orang yang
mempunyai urapan sebagai penginjil sehingga mereka disebut
para penginjil.
Tugas para penginjil yaitu secara khusus menyampaikan firman
Tuhan tentang kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan
Yesus. Para Penginjil terkenal dengan nama petugas lapangan
bertugas di luar Tubuh Kristus.
Kenapa para penginjil tidak menginjil di dalam Tubuh Kristus?
Buat apa kedalam, karena didalam sudah tidak ada lagi orang-
orang yang perlu diinjili.
Orang yang sudah berada dalam tidak lagi membutuh ajaran
tentang bertobat, dibaptis air selam, mujizat, kesembuhan,
penumpangan tangan, tetapi mereka akan tinggalkan itu
semuanya untuk selanjutnya beralih kepada perkembangannya
yang penuh, sebagaimana yang dimaksudkan didalam Ibr 6:1-3
yang berbunyi Sbb:
Ibr 6:1-3 “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama
dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada
perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi
dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan
dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai
pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang
mati dan hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat,
jika Allah mengizinkannya.”
Makanan mereka yang didalam sudah lain, bukan susu lagi
akan tetapi makanan yang keras dan pedas.
Pengajaran (khotbah) bagi orang di dalam Tubuh bertujuan
untuk mendalami pengajaran tentang roh dan kebenaran,
untuk pendewasaan, untuk penyempurnaan, sehingga mereka
benar-benar layak menjadi mempelai Kristus, sedangkan
ajaran penginjilan bertujuan untuk memanggil orang yang
masih berada di luar tubuh Kristus agar mereka masuk
kedalam.
Dan kepada barangsiapa yang sudah mau percaya
dan mau bertobat maka prosesi selanjutnya adalah
para penginjil tadi akan membaptis mereka dengan
air (baptisan Yohanes) dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus.
Berhubung para penginjil ini sering keluar dan
bertugas di lapangan makanya kepada para para
pemegang jabatan penginjil biasanya dilengkapi
oleh Yesus dengan kekuatan dan kuasa, dan
dilengkapi pula dengan karunia Roh Kudus
sekurang-kurangnya yaitu karunia iman, karunia
mujizat dan karunia penyembuhan.
TUGAS GEMBALA
Didalam sebuah Tubuh Kristus terdapat beberapa orang yang
mempunyai urapan sebagai gembala sehingga mereka pun
disebut para gembala.

Tugas para gembala yaitu mengorganisir orang-orang yang


sudah bartobat dan yang sudah dibaptis dengan air selam tadi
untuk membentuk sebuah Tubuh Kristus yang baru, dan atau
bergabung dengan Tubuh Kristus yang sudah ada.
Seorang yang mempunyai urapan gembala tetap harus
menginjil, dan gembala juga tetap harus mengajar, gembala
tetap harus berdiri menyampaikan firman dan juga tumpang
tangan. Juga tugas seorang gembala ialah melaksanakan fungsi
manajemen perkatoran misalnya membuat kandang, mengurus
kandang, melakukan urusan tata usaha perkantoran yang
terkait dengan penatausahaan keuangan, pengelolaan barang
dan pelayanan kepada pegawai.
Gembala adalah sama dengan Penilik Kis 20:18 “Karena itu jagalah
dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan
Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.”
Meskipun ia sudah mengantongi urapan Tuhan sebagai gembala (penilik),
namun untuk dapat ditunjuk menjadi seorang gembala (penilik) harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang tercantum didalam 1Tim 3:1-
7 sbb:
1Tim 3:1-7 “Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan
penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." Karena itu penilik
jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat
menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah,
pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik,
disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu
mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus
Jemaat Allah? anganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia
menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai
nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke
dalam jerat Iblis.”
Didalam mengurus administrasi keuangan, barang dan
orang, seorang gembala tidak boleh dengan seenaknya
sendiri, tetapi ada aturan-aturan atau rambu-rambu yang
mengaturnya sebagaimana yang disampikan oleh gembala
senior kita yaitu Petrus didalam 1Ptr 5:1-2 sbb:

1Ptr 5:1-2 “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada


padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau
mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah
atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah
kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”
Sesuai dengan jabatannya, yaitu seorang gembala maka ia
pasti mempunyai karunia Roh Kudus sekurang-kurangnya
yaitu karunia iman, melayani dan memimpin.
TUGAS PENGAJAR
Didalam sebuah Tubuh Kristus terdapat beberapa orang yang
mempunyai urapan sebagai pengajar sehingga mereka pun
disebut para pengajar.
Para pengajar mempunyai tugas berat, karena ia secara khusus
melakukan tugas yaitu berdiri didepan jemaat untuk
berkhotbah, mengajar atau menyampaikan kebenaran firman
Tuhan, mereka bukanlah petugas lapangan (penginjilan), tetapi
tugas utamanya hanya melayani didalam Tubuh Kristus saja,
tetapi mereka juga sewaktu-waktu boleh juga keluar untuk
mendampingi para penginjil, tetapi itupun bukan tugas pokok
mereka.
Para pengajar akan mengajar firman Tuhan mulai dari yang inti
pokok (bagian yang terpenting), sampai kepada bagian- bagian
yang paling terkecil dari firman Tuhan.
Seorang Pengajar tidak akan puas apabila masih ada jemaat
yang belum memahami firman sampai ke bagian yang terkecil.
Makanya seorang pengajar mempunyai kelebihan yaitu ulet dan
tidak pernah merasa bosan dengan tugasnya.
Ibarat seorang guru di sekolah, ia akan mengajar dengan teliti,
bilamana perlu disertai dengan praktek-praktek dan simulasi
sehingga para muridnya pun menjadi cerdas, pandai dan pintar,
demikian pula halnya seorang pengajar didalam Tubuh Kristus.
Berhubung jabatannya yang sebagai pengajar tadi , makanya
kepada para pengajar diberikan karunia Roh Kudus sekurang-
kurangnya yaitu karunia iman, hikmat dan pengetahuan.

Demikianlah uraian tugas 5 (lima) jabatan Roh yang ada


didalam sebuah Tubuh Kristus.
Mereka semuanya proaktif dan bergandeng tangan melakukan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
urapan Tuhan yang ada pada diri mereka masing-masing.
Kaki jadi kaki, tangan tetap menjadi tangan, mata jadi mata, telinga
juga tetap sebagai telinga, mulut tetap menjadi mulut, tidak boleh
campur aduk tumpang tindih.
Kalaupun ada seorang gembala yang nekat dan coba-coba berani
mengambil alih tugas para penginjil atau tugas para pengajar maka ia
tidak akan bisa berhasil, justeru sebaliknya ia sendiri dan seluruh
pelayanannya akan hancur dan babak belur saja.
Didalam Tubuh Kristus ke-5 (lima) jabatan Roh tersebut terisi semuanya
dan lengkap, demikian pula halnya semua karunia Roh Kudus juga
lengkap dan terbagi habis.
Jadi, bukanlah sebuah Tubuh Kristus namanya apabila tidak dilengkapi
dengan 5 (lima) Jabatan Roh tadi dan dilengkapi dengan 9 (Sembilan)
karunia Roh Kudus.
Dapat anda bayangkan bagaimanakah kira-kira situasi dan kondisi serta
bentuk ibadah sebuah jemaat yang ada 5 jabatan didalamnya, apabila
mereka itu berkumpul menyembah Yesus dalam roh dan kebenaran,
maka Yesus pun akan bangga melihatnya, makanya Yesus pun berkenan
hadir menyapa dan menjumpai umat-Nya disana, liturgy ibadah mereka
pun sebagaimana yang diatur didalam 1Kor 14:26-33.
Itulah yang dinamakan dengan anggota jemaat (Tubuh) yang bergaul karib
dengan Tuhan Yesus (Kepala).
Kesumuanya itu bertujuan agar seluruh anggota jemaat Tubuh Kristus
menjadi dewasa dan sempurna menurut ukuran Yesus, bukan menurut
kacamata manusia, sehingga mereka juga tidak dapat diombang-
ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran oleh permainan palsu para
hamba dan pelayan palsu, sebagaimana yang dimaksudkan didalam Ef
4:12-16 sbb:
Ef 4:12-16 “Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah
mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-
ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia
dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah
seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan
semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--
menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Sebuah jemaat yang tidak ada 5 jawatan didalamnya akan
rawan dengan pengajaran palsu dan jemaat akan terombang
ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran tersebut, makanya
lihat saja faktanya jemaat dan para pendetanya semuanya
sampai mati tidak ada yang dewasa rohaninya justeru
sebaliknya akibat pengajaran palsu tadi rohaninya menjadi
kerdil, kurus, kering dan mati, padahal untuk menjadi
mempelai Kristus adalah orang dewasa, dan Yesus tidak akan
menikah dengan bayi dan anak-anak.
Didalam Tubuh Kristus yang ada 5 jabatan didalamnya itulah
semua jemaat akan dibangun dan didewasakan sehingga
semua jemaat dewasa ik secara firman maupun roh. Firman
dan roh tersebut ibarat 2 sayap burung nasar, keduanya harus
seimbang dan sama kuatnya sehingga ia bisa terbang. Tapi
kalau firman saja yang kuat sedangkan roh lemah maka
jemaat tidak punya kekuatan untuk terbang menyongsong
Yesus di awan-awan.
BAB V
MENGAPA EMPAT INJIL?
A. MENGAPA EMPAT INJIL
Mengapa empat Injil? Segera muncul dua jawaban
yang saling kait- mengait. Di satu pihak, tidak
seorang pun mampu menangkap keseluruhan
signifikansi dari orang lain, dan prinsip ini berlaku
terutama bagi sosok dengan bobot dan orisinalitas
seperti Yesus. Walaupun potret Yesus yang
disediakan Lukas dapat menolong para
pembacanya, ia tentu saja tidak mampu menangkap
seluruh hal-hal yang penting. Karena alasan inilah
kita dapat bersyukur karena kita tidak hanya
memiliki satu melainkan empat potret Yesus.
Di pihak lain, bahkan sejak zaman para rasul masing-masing
komunitas Kristen membutuhkan catatan tentang pelayanan
Yesus serta signifikansinya yang dikisahkan dalam cara yang
secara khusus memenuhi kebutuhan mereka. Injil-injil adalah
dokumen-dokumen yang memiliki tujuan tertentu. Dengan
kata lain, kita dapat menyimpulkan bahwa Injil-injil, seperti
surat-surat Paulus, adalah "tulisan-tulisan untuk menangani
suatu keadaan tertentu."
Maksudnya, sebagaimana Paulus menuliskan surat
pertamanya kepada orang-orang Kristen di Korintus untuk
menghadapi masalah-masalah spesifik yang terjadi di sana
(misalnya, lihat 1Kor. 1:11; 5:1; 7:1), demikian juga para
penulis Injil menuliskan Injilnya untuk menghadapi
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Karena itu, wajar bila Injil
Yohanes menampilkan rasa yang berbeda bila dibandingkan
dengan Injil Matius; Yohanes hendak menyapa suatu
khalayak pembaca yang berbeda pula.
Sebenarnya, ada banyak "injil" yang ditulis pada abad-
abad pertama keberadaaan gereja. Lukas sendiri
menyadari adanya beberapa upaya untuk menyampaikan
kisah Yesus yang telah dilakukan sebelum upayanya ini
(Luk. 1:1). Karena itu, tidak perlu kita ragukan lagi kalau
ada (semacam) injil-injil yang telah beredar pada dekade-
dekade awal dari sejarah Kekristenan. Kita juga
menyadari bahwa selama beberapa abad orang-orang
terus terdorong untuk menuliskan injil-injil. Sebagian dari
hasil upaya-upaya tersebut telah dikenal oleh para sarjana
biblika dalam bentuk yang utuh sejak dulu; karya-karya
lainnya yang dikutip oleh penulis-penulis masa lalu kini
hanya dikenal namanya saja; namun, masih ada beberapa
karya lain yang baru-baru ini ditemukan di antara
penemuan-penemuan arkeologis di Nag Hammadi.
Kemungkinan besar injil-injil dalam kelompok yang disebut
terakhir tadi (kadang-kadang disebut sebagai "injil-injil
apokrifa") dituliskan lama setelah Injil-Injil Perjanjian Baru
ditulis. Isi dari injil-injil ini kadang menyajikan bahan-
bahan yang sangat menghibur dan mengikutsertakan
kisah-kisah fantastis tentang Yesus serta perkataan-
perkataan penuh teka-teki dan esoteris yang dianggap
berasal dari Yesus. Seperti yang telah kita ketahui, hanya
empat Injil - Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes - yang
kemudian memiliki status otoritas yang diterima secara
luas. Munculnya injil-injil lain yang kurang didasari oleh
sejarah dan memiliki kecenderungan untuk melakukan
penafsiran yang spekulatif ini bisa saja menjadi pendorong
bagi pengakuan akan Injil-Injil dalam Perjanjian Baru
sebagai catatan- catatan yang berotoritas.
Walaupun demikian, beberapa orang masih merasa
tidak nyaman karena harus menghadapi kesaksian
berganda tentang kisah Yesus yang seperti ini,
bahkan pada masa-masa awal tersebut. Terasa
adanya suatu ketegangan tertentu bila catatan-
catatan yang berbeda itu ditempatkan
berdampingan. Untuk memecahkan masalah ini,
maka disusunlah edisi "harmonisasi Injil-injil" yang
pertama. Penyusun buku ini, Tatianus, berusaha
untuk menyuling narasi-narasi yang bervariasi
dalam Injil- injil itu ke dalam satu catatan yang
berotoritas. Pada akhirnya, buah dari usaha ini pun
dirasakan tidak memuaskan oleh gereja purba
waktu itu.
Kelihatannya judul-judul yang dibubuhkan kepada Injil-Injil
tersebut memberikan sudut pandang terbaik bagi kita untuk
memahami solusi purba bagi masalah empat Injil ini. Pada
awalnya, Injil-Injil ini diedarkan tanpa dibubuhi baris judul. Judul-
judul baru dibutuhkan setelah keempat Injil ini dikumpulkan
bersama. Bila diterjemahkan secara harfiah, tulisan-tulisan ini
diberi judul "Menurut Matius", "Menurut Markus", dst. Kata-kata
ini tidak sekadar mengandung makna bahwa Matius, Markus,
Lukas, dan Yohanes adalah penulis kitab2 itu. Sebaliknya, kata
"menurut" di sini menyiratkan suatu konformitas yang sangat
mendasar kepada satu kisah - maksudnya, kepada satu berita
injil - yang disampaikan oleh keempat penulis Injil. Hanya ada
satu berita injil, tetapi berita injil itu telah disampaikan melalui
empat penulis. 3 Karena itu, dengan memberikan judul demikian
kepada keempat kitab tersebut, gereja purba sedang memberi
kesaksian tentang kesatuan dari fokus dan bahasan keempat
Injil itu. Pada saat yang sama mereka sekaligus memberi ruang
bagi hadirnya keragaman dalam penyampaian kisah Injil.
B. EMPAT INJIL: OTORITAS YANG DIPIKUL BERSAMA
Apakah implikasi hal ini bagi pemahaman kita atas
Injil-injil pada saat ini? Ada dua hal. Pertama, kita
harus menyadari bahwa ketika gereja mula-mula
memilih keempat Injil tersebut dan menempatkan
mereka berdampingan, gereja mula-mula sedang
menyatakan bahwa di antara keempat Injil-injil tidak
ada Injil yang "paling baik" atau "lebih benar"
daripada tiga Injil yang lain. Tentu saja, ketika kita
mengakui peran aktif dari gereja purba di dalam
proses kanonisasi Injil-injil, kita tidak menganggap
hal ini sebagai suatu upaya manusiawi semata.
Sebaliknya, kita percaya bahwa Roh Kudus menuntun
keseluruhan proses ini.
Lalu apa anti dari kesimpulan bahwa keempat Injil-injil
itu memiliki status yang sama? Pada intinya, itu berarti
keempat Injil-injil merupakan saksi-saksi yang sama-
sama valid atas berita injil yang tunggal itu, walaupun
masing-masing memang memberikan kesaksian
tentang berita injil itu dalam caranya yang khas.
Masing-masing harus dibiarkan untuk bertumpu pada
kakinya sendiri. Karena itu, Injil Yohanes tidak boleh
kita anggap sebagai kunci untuk memahami berita dari
Injil Markus. Sebagai karya-karya sastra, Injil-injil tetap
memiliki integritasnya masing-masing. Akan tetapi,
implikasi lain yang juga muncul adalah: tidak satu pun
dari keempat Injil itu yang layak untuk menjadi saksi
berotoritas atas berita injil bila hadir sendirian tanpa
Injil yang lain.
Karena Injil-injil disampaikan dari perspektif- perspektif yang
berbeda, maka keempat Injil itu saling melengkapi satu
dengan yang lain; keempatnya saling menyeimbangkan;
masing-masing menyajikan aspek yang berbeda dari hakikat
berita injil yang tunggal itu, yaitu signifikansi dari kehidupan,
kematian, dan kebangkitan Yesus. Kita membutuhkan
keempat-empatnya dan tidak satu pun dari empat Injil itu
dapat kita perlakukan sebagai saksi tunggal tentang
signifikansi Yesus.
Kita dapat mengilustrasikan poin terakhir ini sambil mengacu
kepada salah satu bagian dari Ucapan Berbahagia yang
disampaikan dlm 2 bentuk yg berbeda oleh Matius dan Lukas:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang punya Kerajaan Surga." (Mat. 5:3).
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang
punya Kerajaan Allah." (Luk. 6:20).
Yang menjadi pusat perhatian kita bukanlah perbedaan antara
bentuk orang ketiga ("merekalah") yang digunakan Matius dan
bentuk orang kedua ("kamulah") yang digunakan Lukas. Juga
bukan tentang perbedaan antara istilah Kerajaan Surga yang
digunakan Matius dengan Kerajaan Allah yang digunakan
Lukas (sebenarnya, "Kerajaan Surga" dan "Kerajaan Allah"
merupakan sinonim). Lima masalah yang lebih mendasar
dalam ayat- ayat paralel ini terpusat pada kontras antara
sapaan yang dalam Injil Matius kelihatannya ditujukan kepada
"orang yang miskin secara rohani" dengan sapaan kepada
"orang yang miskin secara materiil" di dalam Injil Lukas. Bila
kita mengakui kedua Injil ini sebagai saksi- saksi yang sama-
sama berotoritas atas satu berita injil yang sama, maka kita
harus melawan semua upaya yang hendak menonjolkan versi
yang satu melebihi versi lainnya. Kita perlu mendengarkan
kedua-duanya. Bila kita menonjolkan yang satu melawan yang
lain, maka hasilnya justru akan merugikan kita.
Karena itu, sementara kita menghargai serta memberi salut atas
bangkitnya kembali kesadaran di antara banyak orang Injili
mengenai kebenaran alkitabiah tentang sikap Allah bagi orang
yang tertindas dan juga tanggung jawab kita demi kepentingan
mereka, kita harus berusaha untuk mengapresiasi keseluruhan
kisah itu. Dengan alasan yang kuat, kalangan Injili yang mulai
mengembangkan kesadaran sosial telah memalingkan perhatian
mereka kepada Injil Lukas. Sikap ini mereka lakukan dalam upaya
mendasarkan segala keprihatinan yang mereka rasakan pada inti
dari berita injil.6 Dari berbagai sisi, tampak bahwa Injil Lukas
memang sangat cocok untuk upaya ini. Injil ini memang memberi
penekanan pada Yesus sebagai Juruselamat bagi semua orang,
bahkan (dan terutama) bagi mereka yang tertindas. Walaupun
demikian, Lukas hanyalah salah satu dari empat Injil yang ada.
Bila kita mengesampingkan Injil Matius, Markus, ataupun Injil
Yohanes dalam upaya untuk menjangkau inti dari pemberitaan
Yesus, maka kita sama saja sedang menolak fakta bahwa yang
hadir di hadapan kita adalah Injil yang memiliki empat wajah!
Karena itu, tidak satu pun dari keempat Injil itu yang dapat kita
perlakukan sebagai saksi berita injil yang komplit, sehingga tidak
perlu dilengkapi oleh tiga Injil lainnya.
Selain itu, bila kita memperhatikan signifikansi dari istilah miskin
pada masa-masa sebelum dan sesudah pelayanan Yesus di bumi,
kita akan melihat tidak adanya kontradiksi antara ucapan
berbahagia versi Matius dengan versi Lukas tersebut. Oleh
karena kondisi-kondisi sosial dan politis yang timbul akibat
pendudukan asing pada masa tersebut (yang akan kita perhatikan
pada pasal berikut), kesetiaan kepada Allah dapat berdampak
pada kemiskinan materiil, dan bahkan inilah yang kerap terjadi!
Karena itu, kedua istilah ini, "miskin" (kemiskinan yang bersifat
sosioekonomis) serta "miskin dalam roh" (kerendahan hati yang
penuh kesalehan) sama-sama mencakup dimensi-dimensi
kehidupan yang bersifat religius serta sosial. Ketika Matius dan
Lukas menyampaikan perkataan Yesus ini, keduanya sedang
menunjuk kepada satu realitas yang sama sambil memberi
penekanan pada aspek-aspeknya yang berbeda.
BAB VI
LATAR BELAKANG RASUL PAULUS
DAN SURAT-SURAT RASUL PAULUS
A. LATAR BELAKANG PELAYANAN RASUL PAULUS
1. Kehidupan Paulus Sesudah Pertobatan
Berkotbah di Damaskus (9:20), Pergi ke Arabia (Gal
1:17), Kembali ke Damaskus (Gal 1:17),
Mengunjungi Yerusalem (Gal 1:18), Dicurigai oleh
gereja (Kis 9:27), Berteman dengan Barnabas
(9:27), Orang Yahudi menganiayanya (9:29), Visi
untuk pergi menginjili (22:17-18), Pergi ke Tarsus
(9:30), Barnabas membawanya ke Antiokia (11:25-
26), Bekerja di Antiokia (11:26).
2. Perjalanan Misi Paulus yang Pertama
Bekerja di Siprus, Salamis, Papos (13:5-11),
Namanya diganti (13:9,13), Ke Perga - Markus
ditinggalkan (13:13), Khotbah di Antiokia (13:14-41),
Di Ikonium (13:51), Di Listra - Paulus dirajam batu
(14:8- 19), Derbe - Kota terakhir yang dikunjungi
(14:20), Perjalanan pulang (14:21-26)
3. Perjalanan Misi Paulus Kedua
Di Listra & Sisilia (15:41), Listra - Timotius
bergabung (16:1-3), Di Pergia dan Galatia (16:6),
Visi ke Troas (16:9), Di Filipi, Lidia & penjaga
penjara (16:13-34), Gereja Tesalonika ditemukan
(17:4), Orang- orang percaya di Berea (17:11-12),
Khotbah di Areopagus di Atena (17:16-33), Visi
Korintus - gereja ditemukan (18:1-8), Di Efesus -
kunjungan singkat (18:19-20), Kembali ke Antiokia
(18:22)
4. Perjalanan Misi Paulus Ketiga
Mengunjungi Galatia & Pirgia (18:23), Efesus (19), Di
Makedonia & Grece (20:1-2), Kotbah di Troas (20:6-
12), Perpisahan dengan penatua Efesus (20:17-35),
Di Tyre (21:1-4), Kaesaria (21:8)
B. SURAT-SURAT KIRIMAN RASUL PAULUS
1. Hubungan Kisah Para Rasul dengan Kitab-kitab Injil dan Surat-
surat Kiriman
Kitab Kisah Para Rasul adalah jembatan antara Kitab-kitab Injil
dan Surat-surat Kiriman.
Untuk Kitab-kitab Injil: menjadi jembatan antara pelayanan yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus dan penggenapan nubuat Yesus
tentang akan didirikan-Nya Gereja (Mat. 16:18).
Untuk Surat-surat Kiriman: menjadi jembatan dalam memberi latar
belakang Surat-surat Kiriman, yaitu:
a. Surat Galatia : Antiokia, Ikonium, Listra, Derbe. (Kis 13:14-14:28)
b. Surat Filipi: Filipi (Kis 16:11-40)
c. Surat 1 dan 2 Tesalonika: Tesalonika (Kis 17:1-9)
d. Surat 1 dan 2 Korintus: Korintus (Kis 18:1-16)
e. Surat Efesus: Efesus (Kis 19:1-41; 20:17-35)
2. Pengantar untuk Surat-surat Kiriman Rasul
Paulus
a. Kewibawaan Surat Kiriman Rasul Paulus
Surat-surat itu sekarang jumlahnya 13 Surat,
sesungguhnya lebih tapi hilang. Dari kesaksiannya
Rasul Paulus mempunyai keyakinan yang kuat akan
panggilan Allah dalam hidupnya (Rm 1:6). Ia juga
mempunyai kepercayaan yang kuat akan otoritas
Firman yang Allah berikan melalui Paulus kepada
gereja-gereja (Jemaat) Kristen saat itu.
b. Motif Penulisan
Jangkauan daerah pelayanan yang luas tidak
memungkinkan Paulus mengunjungi mereka satu per satu.
Tetapi jemaat masih muda itu perlu dinasehati, didorong,
dihibur dan dikuatkan. Ditambah lagi saat itu jemaat-jemaat
ini belum mempunyai salinan kitab-kitab Perjanjian Lama
(masih menggunakan tradisi lisan). Oleh karena itu, surat
menjadi alat yang sangat penting bagi Paulus untuk
berkomunikasi.
Cat.: Jumlah perjalanan yang ditempuh Paulus dalam km
adalah 7800 km darat (harus ditempuh dengan jalan kaki)
dan 900 km lewat laut.
Contoh: Dari Korintus ke Athen dibutuhkan 3 hari perjalanan
kaki. Dari Tesalonika dibutuhkan 13 hari perjalanan kaki
Dari Efesus ke Troas dibutuhkan 10 hari perjalanan kaki.
c. Susunan/struktur Surat
Sama seperti model-model surat jaman itu,
biasanya surat disusun dalam struktur sbb.:
• Nama penulis (mis: Paulus ..)
• Nama penerima (Kepada jemaat Allah di ...
• Salam pembukaan (kasih karunia dan damai
sejahtera dari ..)
• Doa harapan dan ucapan syukur (aku mengucap
syukur kepada Allah …)
• Isi surat (tubuh surat)
• Salam penutup/perpisahan (kasih karunia ....)
d. Gaya bahasa
Dikenal gaya pikiran dalam surat Paulus melompat-
lompat, sintaksnya patah-patah. Selain itu juga sulit
dimengerti karena sarat dengan konsep-konsep dengan
bahasa filsafat).
e. Pemahaman Kontekstual
Untuk memahami Surat-surat Kiriman Rasul Paulus perlu
dipelajari hal-hal sbb.:
• Harus mengenal Pembaca/Penerima Surat Kiriman tsb.
dan kebutuhan mereka.
• Surat-surat Kiriman tidak ditulis untuk tujuan
indoktrinasi tapi karena ada masalah.
• Masing-masing Surat harus dibaca/dimengerti
berdasarkan konteksnya.
C. PANGGILAN PAULUS UNTUK MENGINJILI ORANG-
ORANG NON-YAHUDI
Dari hasil pelayanan Paulus keberbagai tempat
terlihat bahwa Tuhan juga berkenan memanggil
orang-orang bukan Yahudi (bangsa kafir) untuk
masuk dalam persekutuan dengan Kristus. Dan
penerimaan itu adalah tanpa syarat, artinya tanpa
harus membuat mereka menjadi orang Yahudi dan
mengikuti tradisi Yahudi (mis. sunat).
Paulus dengan berani memberikan dasar Firman
Tuhan agar orang-orang Kristen (baik Yahudi atau
non-Yahudi) memahami pengajaran Alkitabiah dengan
benar, bahwa keselamatan adalah semata-mata
karena anugerah melalui iman bukan perbuatan.
D. STRATEGI PAULUS DALAM MENGABARKAN INJIL
Paulus adalah contoh seorang misionaris yang berhasil
sepanjang sejarah kekristenan. Hasil pelayanannya meliputi
seluruh wilayah Laut Tengah (meliputi 3 benua). Rahasia
keberhasilan pelayanannya adalah:
1. Pada pemberitaan yang disertai dengan kuasa Roh
Kudus.
Bukan kuasa manusia tapi kuasa yang datang dari atas.
2. Paulus adalah pemikir ulung dalam menyusun strategi
pelayanannya.
a. Ketidak tergantungan pada fasilitas.
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia saat itu,
Paulus betul-betul termasuk seorang yang luar biasa.
Misalnya, tidak tersedianya peta wilayah (dunia), seluruh
perjalanan darat harus ditempuh dengan berjalan kaki dll.
b. Kemampuan berkomunikasi
Paulus selalu siap menghadapi setiap kemungkinan;
dengan siapa pun dan di mana pun berada Paulus
selalu siap melayani (baik pemimpin agama,
politikus, atau orang biasa/baik di pasar atau di
istana).
c. Kemampuan intelektual
Paulus selain cerdas, juga rajin belajar. Segala
macam topik pembicaraan Paulus selalu
menguasai.
d. Tahan menderita dan tidak mudah putus asa.
Paulus tidak hanya rela mengeluarkan keringat bagi
pelayanannya, tapi juga air mata.
3. Latar Belakang Paulus
Walter M. Dunnett melukiskan latar belakang Paulus sbb.:
"Paulus adalah seorang Yahudi tulen. Inilah faktor utama
untuk bisa mengerti perangai dan kegiatannya. Dia
dilahirkan dalam keluarga Yahudi di kota Tarsus, propinsi
Kilikia, dan karenanya selama bertahun-tahun dia terkenal
sebagai Saulus dari Tarsus. Menurut pengakuannya
sendiri, dia seorang Farisi, demikian juga ayahnya (Kis.
23:6), berbicara bahasa Aram ("orang Ibrani asli"), dan
diajar membuat tenda pada masa mudanya (Kis. 18:3). Dia
berasal dari suku Benjamin (Fil 3:5). Menurut sejarahnya,
suku Benjamin itu orang-orang yang berjiwa pejuang, dan
agaknya, Paulus menyatakan semangat yang amat besar
dalam semua usahanya, terutama sekali dalam
penganiayaan terhadap gereja (Gal. 1:13).
Pada usia muda dia pergi ke Yerusalem, dan menurut
kesaksiannya yang tertulis dalam Kisah Para Rasul dia
belajar di bawah pimpinan Rabi Gamaliel I yang terkenal,
guru yang utama pada sekolah Hilel (Kis. 22:3). Dari kata-
katanya sendiri di surat Galatia, kita tahu bahwa Saulus
"jauh lebih maju" dari banyak temannya, karena ia "sangat
rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku" (Gal.
1:14).
Permulaan usaha Saulus untuk membasmi Gereja
bertepatan dengan pembunuhan Stefanus (Kis. 7:58-8:3).
Dia tidak saja menganiaya... "laki-laki dan perempuan" di
Yerusalem, tetapi dengan surat kuasa Imam Besar (Yusuf
Kayafas), dia pergi ke kota-kota lain untuk melaksanakan
tugasnya (Kis. 26:10-11). Pada perjalanan dinas seperti
itulah Saulus dari Tarsus berjumpa dengan Yesus dan
bertobat secara luar biasa."
4. Latar Belakang Teologia Paulus
Sebagai seorang Farisi Tulen, yang taat pada
Hukum Taurat, hal ini jelas ditunjukkan dalam
kesaksian hidupnya dan juga ketrampilannya dalam
menafsir (cara penafsiran Yahudi).
Paulus mengadopsi cara berpikir Yunani dalam
menyampaikan Injil kepada orang-orang non Yahudi.
Budaya Yunani adalah budaya yang diagung-
agungkan jaman itu, oleh karena itu mengerti
budaya Yunani merupakan satu cara memenangkan
mereka.
BAB VII
SEJARAH GEREJA MULA-MULA
A. LATAR BELAKANG
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan
perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke
Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh
Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa
yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan
memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi
saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di
ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi
oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-
murid-Nya.
B. PERMULAAN GEREJA
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani
adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku
memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia
diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi
dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung
arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen
sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.
Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum
kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul
dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya.
Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di
Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai
tempat di dunia (ujung-ujung dunia).
1. Gereja Di Palestina
a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus
yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke
Samaria dan sekitarnya (ps. 8).
2. Gereja di luar Palestina
a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke
Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul,
Afrika Utara, Asia & Eropa).
C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami
pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus
sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun
demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai
pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa,
justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin
berkembang.
1. Agama Negara
Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat
besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa
pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar
sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih
diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-
dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.
Namun demikian ada kekecualian untuk orang-
orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme
yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak
diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal
ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi
memberontak.
Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya
dianggap sebagai salah satu sekte agama
Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen
pertama tidak diharuskan untuk menyembah
kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi
secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak
peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah
Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai
sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu
keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya
diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada
mereka yang tidak patuh pada peraturan ini
mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat
berat.
2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus
ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab
dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran
Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus
membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada
Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.
Beberapa penyebab penganiayaan:
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang
menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara,
mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan
keluarga, dll.
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan
kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-
mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.
Kekaisaran Roma
Kitab Perjanjian Baru ditulis pada saat hampir seluruh dunia berada di bawah
kekuasaan kekaisaran Romawi. Beberapa kaisar Romawi:
1. Augustus, 27 SM- Tahun 14
2. Tiberius, tahun 14-37
3. Caligula, tahun 37-41
4. Claudius, tahun 41-54
5. Nero tahun 54 - 68
6. Galba, tahun 68 1. Otho, tahun 69
8. Vitellius, tahun 69
9. Vespasianus, tahun 69 - 79
10. Titus, tahun 79-81
11. Domitianus, tahun 81 - 96
12. Nerva, tahun 96-98
13. Trajanus, tahun 98-117
Tetapi di beberapa tempat dalam kitab Perjanjian Baru ada pula disinggung
mengenai keadaan politik dalam abad yang pertama itu, dan kepentingan
historisnya pun harus ditinjau dari latar belakang di atas.
x
TUGAS:
1. JELASKAN SELUK BELUK YUDAISME
2. BUKTIKAN BAHWA PB ADALAH FIRMAN ALLAH
3. SEBUTKAN PERBEDAAN ALLAH DALAM PL DAN
ALLAH DALAM PB
BAB VIII

BANGUNAN KOMPREHENSIF
DALAM PERJANJIAN BARU
KATA KUNCI
& PENULISAN KITAB-KITAB PB
KRONOLOGI KRISTUS
25/11/2020
Matius – 2/12/2020

Anda mungkin juga menyukai