OLEH
KELOMPOK I
Alkitab perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang susunannya tidak terjadi secara
kebetulan, meskipun merupakan kumpulan surat-surat dan tulisan yang ditulis oleh masing-
masing penulis tanpa saling mengetahui antara satu dengan yang lainnya. Susunan surat-surat
dalam PB tidak berderet menurut urutannya dan perbedaan isinya tidak saling menentang
melainkan saling melengkapi.
Kitab-kitab dan surat-surat di dalam PB ditulis dalam beberapa latar belakang politik,
sosial, ekonomi dan agama yang berbeda. Dan untuk menjadi suatu kesatuan utuh sejumlah 27
kitab, Perjanjian Baru telah melewati proses kanonisasi yang telah dilakukan oleh Bapak-bapak
Gereja pada awal kekristenan.
Secara garis besar kita juga dapat menggolongkan kitab-kitab dalam perjanjian baru
berdasarkan sifat dan konsepnya menurut ilmu missi. Ada 4 penggolongan sifatnya yaitu kitab
sejarah, kitab pengajaran, kitab penggembalaan dan kitab yang bersifat penjelasan tentang
penebusan Kristus. Berdasarkan konsep nya terdapat 3 garis besar yang mewakili seluruh konsep
missi di perjannian baru yaitu Konsep Matius, Konsep Lukas dan Konsep Paulus.
Pada Bab V dan BaB VI kita akan membahas mengenai Injil Matius yang akan mewakili
golongan kitab sejarah dan konsep Matius dan Surat Roma yang akan mewakili golongan kitab
pengajaran dan konsep Paulus.
BAB II
LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, EKONOMI DAN AGAMA DUNIA PERJANJIAN
BARU
Arus perjalanan sangat lancar jaman itu, karena adanya sistem jalan raya yang sangat baik.
Sistem jalan raya ini menghubungkan kota Roma dengan daerah-daerah jajahan yang terbentang
luas.
Arus perdagangan dari dan ke luar negeri dilakukan lewat laut. Pelabuhan Aleksandria adalah
salah satu pelabuhan terpenting. Banyak kapal-kapal besar berlayar dari sini. Hasil perdagangan
yang banyak didatangkan adalah biji-bijian.
D. LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
a. Agama Primitif
Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak
berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya.
Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan kaum muda.
Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena mendatangkan kesatuan. Tetapi di
lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi orang Kristen. Selain pemujaan-pemujaan itu ada
juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib. Namun ini pun kurang memuaskan
kehidupan rohani mereka.
Untuk mengatasi itu lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih disukai
karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada
pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme, Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme
dll.
b. Yudaisme
Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru,
karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua penulis-penulis PB adalah orang-orang
Yahudi yang mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami
tulisan-tulisan PB dengan baik akan ditentukan dari seberapa jauh kita mengerti tentang bangsa
Yahudi dan agama Yahudi.
Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus kembali melihat jauh ke belakang kepada
panggilan Allah terhadap Abraham. karena dari Abrahamlah bangsa "pilihan" ini berasal. Namun
demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang
terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah
kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat
mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir,
bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar
betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu
mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang
berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya
dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.
BAB III
KANON ALKITAB PERJANJIAN BARU
Kanon Alkitab adalah kumpulan kitab yang diyakini memiliki otoritas sebagai Firman Allah dan
layak menjadi tolak ukur bagi iman umat. Kata "kanon" sendiri adalah kata Yunani yang secara
harafiah berarti "tongkat pengukur", yaitu tongkat yang dijadikan sebagai standar pengukuran.
Dalam konteks Alkitab, "kanon" secara umum dipahami sebagai "daftar" kitab-kitab yang
menjadi "standar" atau "aturan" yang bersifat normatif bagi umat.
Proses penganonan Alkitab atau yang biasa dikenal dengan istilah "kanonisasi" adalah sebuah
proses yang berlangsung selama berabad-abad. Proses ini melibatkan diskusi yang rumit
mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan kitab mana yang tidak. Kitab-kitab yang
dianggap berwibawa ini kemudian dikenal dengan istilah "kanonisitas."
Alkitab Perjanjian Baru saat ini yang kita baca telah melewati proses kanonisasi yang di
lakukan oleh bapak-bapak gereja pada awal kekristenan, proses pengenalan dan
pengumpulannya dimulai pada abad-abad pertama dari gereja Kristen. Sejak awal sekali
beberapa kitab Perjanjian Baru telah diakui. Paulus menganggap tulisan-tulisan Lukas memiliki
otoritas yang sama dengan Perjanjian Lama (1 Timotius 5:18, Ulangan 25:4 dan Lukas 10:7).
Petrus mengakui tulisan-tulisan Paulus sebagai Kitab Suci (2 Petrus 3:15-16). Beberapa kitab
Perjanjian Baru diedarkan di antara gereja-gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:27). Klemen dari
Roma mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru (A.D. 95). Ignatius dari Antiokhia
mengenali sekitar tujuh kitab (A.D. 115). Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab
(A.D. 108). Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab (A.D. 185). Hippolytus
mengakui 22 kitab (A.D. 170-235). Kitab-kitab Perjanjian Baru yang paling diperdebatkan
adalah kitab Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes dan 3 Yohanes. “Kanon” pertama adalah
kanon Muratoria yang disusun pada tahun A.D. 170. Kanon Muratoria mencantumkan semua
kitab Perjanjian Baru kecuali kitab Ibrani, Yakobus dan 3 Yohanes. Pada A.D. 363 Konsili
Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama (bersama dengan Apokripha) dan 27 kitab-
kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo (A.D. 393) dan Konsili
Kartage (A.D. 397) juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki
otoritas.