Anda di halaman 1dari 12

ASPEK DAN AJARAN

SADUKI
Saduki adalah nama dari kelompok aristokratik Yahudi yang berkuasa di Yerusalem hingga Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M. Kaum Saduki juga bertanggung jawab terhadap ibadah yang dilakukan di Bait Suci sebagai kaum imam, di mana hampir seluruh imam-imam dapat digolongkan sebagai kaum ini. Jabatan Imam Besar Yahudi pada umumnya diduduki oleh orang Saduki, tetapi tidak semua orang Saduki adalah imam. Ada kemungkinan bahwa orang-orang Saduki juga terdiri dari orang awam yang kaya dan tuan-tuan tanah. Kaum Saduki tidak meninggalkan bukti tertulis tentang diri mereka, sehingga keterangan mengenai kaum ini didapat dari kelompok-kelompok yang menentang mereka, sehingga kebanyakan pandangan terhadap mereka adalah negatif.. Di dalam kisah-kisah Injil dari Perjanjian Baru, kaum Saduki sering digambarkan sebagai lawan Yesus. Kemudian sumber tertulis lainnya mengenai kaum Saduki berasal dari Flavius Yosefus.

Latar Belakang
Nama Saduki diduga berasal dari Zadok yang merupakan nama imam agung yang hidup pada masa raja Daud.. Aktivitas mereka dalam bidang politik, sebenarnya telah dimulai sejak masa pemerintahan Kekaisaran Persia, di mana mereka berkontak dengan penguasa asing dan cenderung menerima Helenisasi. Orang-orang Saduki berkuasa pada masa Yohanes Hirkanus, Aristobulus, dan Alexander Yaneus. Pada masa pemberontakan dan pemerintahan Makabe, dominasi imam berkurang dan kaum Farisi lebih berkuasa (tahun 76-67 SM). Setelah itu, pada masa pemerintahan Romawi, kaum Saduki kembali mendapatkan posisi penting di bidang politik.

Ciri-ciri
Politik
Kaum Saduki berlaku sebagai aristokrat di tengah masyarakat Yahudi yang dijajah oleh Romawi, karena itu mereka memiliki hubungan dengan pemerintah Romawi. Posisi Imam Besar, yang merupakan posisi tertinggi di Bait Suci, menjadi perantara antara rakyat Yahudi dengan gubernur Romawi. Dengan demikian, sikap politis kaum Saduki mendua, sebab sebagai orang Yahudi sejati seharusnya mereka tidak menerima adanya penguasa-penguasa asing di negeri Yahudi, namun di sisi lain, mereka bersikap realistis terhadap kenyataan bahwa Romawi lebih kuat dan Yahudi tidak berdaya.

Kebudayaan
Terhadap perluasan budaya Yunani atau Helenisme yang sejak masa pemerintahan dinasti Seleukid mulai dilakukan di tanah Yahudi, mereka juga bersikap mendua. Mereka bersikap simpati dan condong terhadap Helenisme, serta bermaksud menyerap sebanyak mungkin, tetapi sekaligus mereka ingin mempertahankan identitas Yahudi. Hal itu berarti mereka harus menetapkan apa yang paling hakiki dari agama Yahudi sedemikian rupa, sehingga tersedia bidang-bidang lain yang dapat menyerap Helenisme. Dengan demikian, di dalam kehidupan sehari-hari, kaum Saduki condong menyesuaikan diri dengan kehidupan Yunani, sedangkan dalam bidang keagamaan mereka memegang teguh agama Yahudi seturut Taurat Musa.Hal tersebut dimungkinkan karena mereka tidak seperti kaum Farisi yang memegang pelbagai tafsiran dan hukum tambahan dari Taurat Musa.

Keagamaan
Hanya mengakui Taurat Musa

Menurut Yosefus, kaum Saduki menolak konsep takdir, kekekalan jiwa, dan ganjaran kekal setelah kematian, serta mereka menerima adanya kehendak bebas. Ia juga mencatat bahwa kaum Farisi memberi aturan-aturan tertentu kepada orang banyak yang tidak dicatat oleh Musa, dan orang-orang Saduki menolaknya. Dengan demikian, kaum Saduki hanya mengakui kewibawaan lima kitab Taurat Musa dan menolak tradisi-tradisi lisan yang merupakan tafsiran terhadap Taurat Musa, dan banyak umum diterima oleh rakyat banyak. Selain itu, kaum Saduki menolak konsep kebangkitan orang mati, dan adanya malaikat dan roh. Ditambah lagi, mereka juga curiga terhadap kepercayaan populer masyarakat Yahudi tentang Mesias yang datang dari Allah untuk membebaskan tanah Yahudi dari penjajahan.
Ritual Keagamaan

Karena penekanan yang amat kuat terhadap kitab Taurat Musa, kaum Saduki amatlah memandang penting penyembahan Allah melalui kultus Bait Suci di Yerusalem. Kaum Saduki cenderung percaya bahwa selama mezbah-mezbah masih mengepulkan asap di Bait Suci, dan bila kultus-kultus masih dijalankan dengan setia, maka tuntutan-tuntutan agama akan dipenuhi, dan Tuhan ada beserta mereka. Karena itulah, setelah Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M, otomatis kelompok Saduki menghilang karena tidak ada ritual yang dapat dijalankan lagi.

ESENI
Eseni (bahasa Inggris: Essenes) adalah nama bagi salah satu sekte Yahudi yang hidup dan berkembang di tepi Laut Mati sejak tahun 65-an SM hingga 70-an M. Informasi tentang kelompok ini terdapat di dalam naskah-naskah Laut Mati, meskipun di dalam naskah-naskah tersebut tidak pernah disebut mengenai nama Eseni. Nama Eseni digunakan oleh Filo, Yosefus, dan Plinius (sejarawan-sejarawan Yahudi dan Romawi) untuk menyebut kelompok yang memiliki banyak persamaan dengan kelompok yang disebut di dalam naskah-naskah Laut Mati. Kaum Eseni disebut juga komunitas Qumran sebab Qumran adalah nama tempat yang menjadi pusat kelompok Yahudi tersebut, sebagaimana dikisahkan oleh naskah-naskah Laut Mati. Para ahli Perjanjian Baru cenderung menyamakan komunitas Qumran dengan kaum Eseni, atau menganggap Qumran sebagai pusat dari kelompok-kelompok Eseni lainnya yang terpencar-pencar di Palestina atau di luarnya. Kaum Eseni menganggap bahwa dunia telah menjadi sangat jahat dan kotor, sehingga mereka berupaya membentuk komunitas sendiri, di mana mereka dapat menjaga kesucian hidup mereka serta terlindungi dari dunia yang jahat. Mereka percaya bahwa Allah akan segera mengintervensi jalannya dunia ini dan menetapkan pemerintahan Allah yang benar di dunia. Karena itulah, mereka membentuk komunitas yang mandiri di Qumran dan mempraktikkan hidup yang terpisah dari dunia luar.

Hubungan Kaum Eseni dengan Kelompok Yahudi Lainnya


Kaum Eseni, sebagaimana kelompok-kelompok Yahudi lainnya, muncul sebagai respons terhadap konflik-konflik politik yang muncul, di mana identitas Yahudi sedang terancam oleh Helenisasi yang dilancarkan oleh penjajah Romawi. Akan tetapi, masing-masing kelompok Yahudi tersebut memilih cara dan norma yang dianggap penting sehingga tidak jarang bertentangan satu dengan yang lain. Kaum Eseni memiliki pertentangan yang kuat terhadap kelompok Farisi dan Saduki, di mana kelompok Farisi dianggap oleh mereka kurang mengikuti hukum Taurat secara literer, sedangkan kaum Saduki dianggap sebagai pemimpin-pemimpin agama yang korup dan salah mengerti hukum Tuhan dalam menjalankan kultus Bait Suci.

Kaum Eseni di Qumran


Qumran terletak di daerah dataran tinggi yang luas di dekat Laut Mati dengan dikelilingi gunung-gunung dan mata air di bagian bawahnya. Di situ komunitas Eseni mendirikan bangunan-bangunan yang sebenarnya telah mulai dibangun tahun 150 SM, ketika Yohanes Hirkanus sedang memerintah di Yerusalem dan kaum Saduki memegang kekuasaan. Bangunan-bangunan tersebut dihancurkan tahun 68 M pada waktu pemberontakan Yahudi pertama oleh tentara Romawi, di mana bangunan-bangunan dibumi-hanguskan dan penghuninya diusir. Orang-orang Romawi kemudian membangun kembali bangunan-bangunannya dan digunakan sebagai kompleks prajurit-prajurit. Setelah sempat direbut oleh Bar Khokba pada pemberontakan kedua, akhirnya bangunanbangunan tersebut menjadi puing-puing saja setelah pemberontakan tersebut ditumpas. Bangunan utama berbentuk empat persegi panjang, berlantai dua, ukuran kasarnya 35 X 70 meter. Salah satu sudutnya diperkuat menjadi bentuk sebuah menara pengawal dengan ruangan-ruangan gudang di bawahnya dan tiga ruangan sempit di atasnya. Di samping itu terdapat sejumlah ruangan sempit dengan bangku-bangku sekeliling tembok. Sebagian besar ruangan berfungsi sebagai ruang pertemuan, dan salah satu ruangan dilengkapi dengan meja-meja tulis, wadah-wadah tinta, dan baskom tempat cuci tangan bagi para ahli tulis. Kemudian bangunan ini dilengkapi juga dengan ruang makan dan ruang menyimpan alat-alat makan. Tata letak bangunan ini menunjukkan bangunan ini dipakai sebagai tempat tinggal suatu komunitas yang cukup besar.

Pengajaran Kaum Eseni


Guru kebenaran
Keterangan mengenai pengajaran Kaum Eseni didapat dari dua dokumen penting, yakni buku Peraturan Persekutuan atau Petunjuk Disiplin, dan buku Peraturan Damaskus. Para ahli berpendapat bahwa Peraturan Damaskus adalah pengembangan lebih lanjut dari Petunjuk Disiplin. dari masa setelah pemberontakan Makabe, ketika pengharapan orang-orang beragama digoyahkan oleh sifat-sifat keduniawian raja-raja Hasmoni. Menurut Peraturan Damaskus, beberapa orang pencari kebenaran kemudian memperoleh pencerahan dari seorang "Guru Kebenaran". Karena itulah, sosok "Guru Kebenaran" ini terdapat di dalam

tulisan-tulisan kaum Eseni dan di dalam kidung-kidung pujian yang menggambarkan kehidupan dan karya beliau. Guru Kebenaran digambarkan sebagai seorang yang berasal dari keluarga imam tingkat tinggi Yahudi yang kemudian melihat dunia sekitarnya, yaitu adat istiadat Yahudi, telah dirusakkan dan umat Israel dianggap menyeleweng dari Allah. Kemudian ia menjadi pengkhotbah pembela Taurat dan berhasil mengumpulkan sejumlah pengikut. Ia mengecam orang-orang sezamannya beserta seluruh pemimpin-pemimpin agama. Ia juga menelaah Kitab Suci dan dari situ membangun peraturan-peraturan dan tafsiran-tafsiran baru yang kemudian diajarkan kepada murid-muridnya. Persekutuan itu dianggap sebagai Israel yang benar, dan anggotanya dianggap sebagai "anak-anak terang".Diduga bahwa setelah sang guru meninggal akibat penganiayaan, kemudian murid-muridnya mengundurkan diri dari kehidupan masyarakat umum dan mendirikan komunitas Qumran, di mana mereka terus menelaah Kitab Suci, mentaati peraturan-peraturan yang ketat, dan menantikan hari Tuhan, di mana Allah akan datang sebagai tanda kemenangan mereka.

Taurat Bagi Israel Yang Baru


Komunitas ini sangat memandang negatif kepada dunia yang dianggap telah dikuasai oleh kuasa jahat, sedangkan komunitas mereka adalah anak-anak terang yang menantikan Tuhan turun ke dunia untuk menghancurkan kuasa kegelapan. Untuk menjaga kemurnian diri selaku anak-anak terang, kaum Eseni melakukan berbagai disiplin dan mengikuti peraturan yang ketat. Beberapa peraturan tersebut adalah tidak diizinkan memiliki barang milik pribadi, berjaga-jaga sepanjang malam, belajar bersama anggota lain, menyanyikan kidung-kidung, dan memanjatkan doa. Sebagai penegak dari sistem ini, terdapat jabatan penilik, inspektur, dan hakim, serta imam-imam.

Perang Terakhir
Kelompok ini menafsirkan Kitab Habakuk dalam melihat sejarah dunia. Ketika hari akhir akan datang, seorang nabi akan muncul untuk memproklamasikan kedatangan hari tersebut. Kemudian Allah akan mengutus dua orang mesias, yang satu seorang imam dan yang satu seorang prajurit.] Mesias imam dipandang sebagai Guru Kebenaran yang dihidupkan kembali dan diberikan kuasa, sedangkan mesias prajurit akan berasal dari garis keturunan Daud dan bertugas memimpin pasukan Allah dalam perang terakhir melawan kuasa kegelapan. Keduanya akan memerintah umat Yahudi selaku umat Allah dan memperbarui peraturan Israel.

PARA TOKOH
YUDITH
Yudith adalah seorang pahlawan perempuan Yahudi. Dalam bahasa Ibrani nama Yudith berarti "Perempuan Yahudi". Ia adalah seorang janda Manasye yang saleh. Prestasinya yang legendaris diceritakan di dalam Kitab Yudit, salah satu kitab apokrifa. Yudith berhasil menyelamatkan dari penghancuran total yang dilakukan oleh tentara Asyur. Dalam kitab ini berisi macam-macam sindiran terhadap era Asyur, Babel, dan Persia. Yudith terkenal dengan ceritanya yang membunuh Holofernes, panglima Asyur. Ketika itu Holofernes yang sedang mabuk berencana untuk memperkosa Yudith di tempat tidur pribadinya setelah makan dan minum sepuasnya di malam hari. Namun demikian, karena mabuk Holofernes pun pingsan. Saat itulah Yudith menarik pedang Holofernes dan menebasnya dua kali, memenggal kepada Holofernes dan kemudian membawa kepalanya keluar dari kamp Asyur. Ia adalah pejuang iman yang gigih. Perjuangannya diwarnai dan didasarkan atas pengalaman religius yang mendalam dan hidupnya dijadikan pujian bagi Allah. Sebagai pejuang ia tidak kehilangan sosok feminin yang lembut, cantik dan anggun. Seluruh pribadinya mencerminkan kelembutan, kecantikan dan keanggunan. Yudith juga seorang sosok ibu yang mandiri dan kreatif dan hal tersebut ditunjukkan dalam kedewasaannya. Ia menunjukkan keberanian yang luar biasa untuk menghadapi musuh ketika seluruh bangsanya digelisahkan oleh lawan. Bagi Yudith, kekerasan harus dilawan dengan kelembutan. Ada lukisan yang sangat perkasa mengenai Yudith, yang sedang mengangkat tinggi-tinggi kepala Holofernes. "Nebukadnezar yang menjadi raja orang-orang Asyur di Niniwe" merupakan kalimat pembukaan kitab Yudit yang merupakan salah satu kitab dalam Alkitab Deuterokanonika, atau lebih dikenal sebagai Alkitab Katolik. Kitab-kitab yang biasanya diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Begitu banyak penyimpangan sejarah dan geografi dalam kitab Yudit ini, sehingga hanya sedikit sarjana yang meragukannya sebagai sekedar fiksi. Beberapa orang menganggap 'penyimpangan' ini sengaja dilakukan untuk memberi tahu pembaca bahwa "jika ada kesamaan nama dan tempat, maka ini terjadi karena faktor kebetulan." Kitab ini banyak mengandung anakronisme sejarah, artinya banyak sekali ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan peristiwa dan waktunya. Kitab ini bercerita tentang kemenangan bangsa Yahudi, sebuah kemenangan berkat seorang bernama Yudit, seorang wanita yang memenggal kepala pemimpin pasukan musuh. Membaca kitab ini membuat orang teringat kitab Ester, sama-sama bercerita tentang kehancuran musuh oleh seorang wanita cantik luar biasa.

*** Nebukadnezar mengalami kemenangan yang luar biasa dan menaklukkan kerajaan-kerajaan di bumi. Lalu dalam tahun kedelapan belas kekuasaannya, tersiarlah kabar bahwa ia hendak menghukum seluruh bumi. Ia mengirim jenderalnya, Holofernes untuk menghukum wilayah yang telah menolak titahnya. Jenderal ini menghancurkan satu per satu daerah tersebut sehingga akhirnya mulai menyerang bangsa Yahudi dengan mengepung Betulia, sebuah kota berkubu. Setelah sebulan lebih, warga yang sengsara karena pengepungan menuntut pemimpin mereka untuk menyerahkan diri. Di sinilah Yudit, seorang janda cantik dan kaya masuk ke dalam cerita. Ia menegur orang-orang karena tidak percaya kepada Allah. Dan berjanji, dengan pertolongan Allah akan membebaskan Betulia. Setelah berdoa dan memohon berkat Allah, Yudit mulai melaksanakan rencananya. Banyak yang mempertanyakan nilai moral doa Yudit ini. Doa meminta Allah memberkati akal bulusnya. Walaupun demikian, banyak juga yang membenarkan janda ini, karena apa yang dilakukannya adalah untuk membela diri dan membela orang-orangnya terhadap penyerang yang tidak mengenal belas kasihan. Menurut mereka, Yudit hanya bertindak sebagai alat Tuhan, dan Ia memberkati apa yang dilakukan ini; Allah bekerja melalui kekejaman dan peperangan merupakan hal yang biasa terjadi dalam Perjanjian Lama. Kembali ke cerita Yudit, ia membuka kain kabung yang dipakainya, menanggalkan pakaian janda, lalu mandi. Mengurapi diri dengan minyak wangi yang terbaik, merias wajah serta mengenakan pakaian terbaik yang selalu dipakai sewaktu Manasye, suaminya masih hidup. Ia mengambil kasut dan memasang segala macam perhiasan. Janda ini berubah menjadi seorang wanita yang tampak cantik sekali. Seperti yang digambarkan oleh penulis kitab Yudit: "Maka ia tampak cantik sekali, sehingga membujuk mata semua orang laki-laki yang melihat dia." (Yudit 10:4) Lalu bersama dengan dayangnya masuk ke kamp tentara yang sedang mengepung kota. Penjaga menahan Yudit lalu bertanya: "Pihak manakah engkau? Dari mana engkau datang dan ke mana engkau mau pergi?" Sahutnya: "Aku ini seorang perempuan Ibrani. Aku melarikan diri dari mereka, karena tidak lama lagi mereka akan diserahkan menjadi mangsa kamu. Aku ingin menghadap Holofernes, panglima besar bala tentaramu, untuk memberitahukan kebenaran kepadanya dan menunjukkan jalan yang harus ditempuh untuk menguasai seluruh pegunungan tanpa kehilangan satu orang atau satu jiwa yang hiduppun antara anak buahnya." Tercengang-cenganglah mereka atas kecantikan Yudit dan mereka menakjubi orang-orang Israel karena dia. Berkatalah mereka satu sama lain: "Siapa gerangan akan menghina bangsa yang memiliki perempuan secantik itu di tengah-tengahnya? Dari sebab itu tidaklah baik meninggalkan seorang laki-laki saja dari antara mereka. Yang masih hidup kelak kiranya mengakali seluruh bumi!"

Ketika Yudit tiba di hadapan Holofernes serta para pejabatnya, maka mereka sekalian takjub atas kecantikan parasnya. oleh hamba-hambanya. Holofernes bergembira atas Yudit dan minum amat banyak air anggur. Bahkan sebanyak itu belum pernah diminumnya pada satu hari sepanjang seluruh umur hidupnya. (Yudit 10:12,13,19,23) Singkat cerita, pada hari keempat, Holofernes tertidur karena mabuk, Yudit dalam hati berkata: "Ya Tuhan, Engkau Allah Yang Mahakuasa, sudilah kiranya dengan rela memandang pekerjaan tanganku pada saat ini yang akan menjadi keluhuran Yerusalem.Cerita pembunuhan itu ditulis dalam Yudit 13:7-8: Didekatinyalah pembaringan itu, dipegangnya rambut kepala Holofernes lalu berkatalah ia: "Ya Tuhan, Allah Israel, kuatkanlah aku pada saat ini." Maka diparangnya tengkuk Holofernes sampai dua kali dengan segenap kekuatannya dan begitu dipenggalnya kepalanya.Yudit lalu meninggalkan kamp, penjaga telah mengenalnya sehingga tidak memeriksa tas yang sekarang sudah disisi kepala orang nomor dua setelah Nebukadnezar. Tanpa pemimpin, pasukannya yang sedang melakukan pengepungan ini tercerai berai. *** Pemandangan pembunuhan ini sangat populer bagi para seniman abad pertengahan maupun seniman jaman renaisance. Lucas Cranach melukiskan ekpresi tak bersalahnya Yudit yang kontras sekali dengan ekspresi kepala Holofernes yang sudah terpenggal.H. Neil Richardson dalam komentarnya terhadap kitab Yudit ini berkata: Kitab ini tidak diakui sebagai kitab suci oleh orang Yahudi, walaupun demikian, kitab ini termasuk dalam Septuaginta, yang menjadi Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Yudit juga tetap ada dalam Perjanjian Lama-nya Roma Katolik, meskipun para reformator Protestan menempatkannya sebagai apokrifa.Kesulitan yang dialami oleh orang Yahudi pada masa itu membuat banyak orang Yahudi yang akhirnya menerima cara hidup Yunani. Tetapi ada juga yang tetap setia pada tata cara dan aturan agama Yahudi. Menurutnya, penulis kitab Yudit termasuk kelompok terakhir ini, menulis untuk memberi semangat kepada pembacanya untuk tidak terpengaruh budaya Yunani dan agama bangsa kafir serta tetap setia kepada Allah Israel. Banyak orang yang mengkritik masalah moral dalam kitab ini, 'mencapai tujuan menghalalkan segala cara'. Tujuannya: mulia -- menyelamatkan orang Yahudi. Caranya: menggunakan akal bulus, godaan nafsu, pembunuhan, serta berdoa sepanjang waktu untuk berkat Allah untuk mencapai tujuan mulia ini -- Sebuah dilema moral.Kitab Yudit termasuk dalam apokrifa, e-bible dalam salah satu halaman FAQ-nya menjawab tentang apokrifa ini: Apokrifa berisi tambahan sejarah yang sangat menolong untuk mengerti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahkan bagi yang tidak menganggapnya se-level dengan ke-66 buku yang diakui oleh orang Kristen sebagai kitab yang diinpsirasikan Roh Kudus. Gereja memiliki pendapat yang beragam tentang apokrifa, beberapa berkata itu baik untuk dibaca, asal jangan dipakai sebagai dasar membangun doktrin; Beberapa membangun doktrin atasnya, dan beberapa menghindarinya.

ESTER
Kitab Ester adalah sebuah melodrama. Kitab ini dibacakan pada perayaan Purim (sekitar bulan Maret). Dalam kitab ini nama Allah atau pun nama YHWH tidak disebutkan. Namun, itu tidak berarti bahwa tidak ada pimpinan Tuhan di dalam kitab ini. Kejadian yang ada di dalam kitab ini berlokasi di Susa, ibukota Persia, pada musim dingin. Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Persia setelah abad ke 5 SM.

Isi
Kitab ini menceritakan perkawinan seorang perempuan Israel yang bernama Hadasa (mengganti namanya dengan nama Persia, Ester) dengan raja Ahasyweros. Ester terpilih menjadi seorang permaisuri menggantikan ratu Wasti yang dipecat karena berani membantah perintah dan mempermalukan raja Ahasyweros di hadapan tamu-tamunya. Ester kemudian menjadi permaisuri di Kerajaan Persia. Suatu ketika muncullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi yang baru saja dinaikkan pangkatnya membuat ulah. Haman mengeluarkan perintah agar semua orang berlutut dan sujud kepadanya setiap kali ia lewat. Perintah ini memberatkan orang Yahudi yang karena agamanya hanya bersedia sujud kepada Tuhan. Salah seorang Yahudi yang terkenal berani berbuat demikian adalah Mordekhai, saudara Ester. Haman sangat murka menyaksikan pembangkangan ini. Ia menyusun muslihat untuk memusnahkan orang Yahudi. Namun berkat pertolongan Ester, bangsa Yahudi berhasil selamat dari rancangan itu. Bahkan akhirnya justru Hamanlah yang menemukan ajalnya di tiang gantungan. Kitab Ester adalah kisah tentang orang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia dulu pada waktu Raja Ahasyweros. Mereka diselamatkan waktu ada rencana memusnahkan mereka. Peristiwa dalam kisah ini terjadi di kota Susan, salah satu kota penting di kerajaan Persia. Orang Yahudi yang tinggal di situ dan di beberapa daerah lain di kerajaan itu, adalah keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilon beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang Yahudi itu mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih untuk tinggal di Babilon. Sesudah itu, Babilon menjadi bagian dari kerajaan Persia. Orang Yahudi tidak bercampur baur dengan suku lain di kerajaan itu dan mempertahankan adat, budaya, dan agama mereka. Karena itu, banyak orang lain membenci mereka. Kisah ini menceritakan seorang pejabat Persia yang bernama Haman menjadi marah dengan seorang Yahudi yang bernama Mordekhai. Akibatnya, Haman membuat rencana membunuh semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaan itu. Tuhan menyelamatkan orang Yahudi melalui seorang wanita Yahudi yang dipilih oleh Raja Ahasyweros menjadi istrinya dan ratu baru. Nama wanita itu adalah Ester anak Abihail. Pada akhir kisah ini, Haman dibunuh dan orang Yahudi diselamatkan, musuh mereka dimusnahkan dan Mordekhai menjadi pejabat tertinggi di kerajaan

itu, hanya raja sendiri yang lebih tinggi. Semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Persia merayakan keselamatan yang ajaib itu. Sampai sekarang orang Yahudi masih merayakan peristiwa ini tiap tahun pada Hari Raya Purim. Purim jatuh sekitar satu bulan sebelum Paskah Yahudi. Tiap kali orang Yahudi disiksa dan dianiaya, kisah Ester ini memberi orang Yahudi harapan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka lagi.

Penulis dan tanggal


Tidak diketahui siapa yang menulis Kitab Ester ini, tetapi diperkirakan seorang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia, karena jelas si penulis itu tahu adat dan kebiasaan Persia; dan tidak disebut sama sekali tentang tanah Yudea atau kota Yerusalem. Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.

Latar belakang

Pada waktu peristiwa dalam kisah ini terjadi, kerajaan Persia cukup besar dan kuat. Kerajaan itu meliputi semua tanah dari India di bagian timur sampai daerah Etiopia/Sudan di bagian barat Kerajaan itu dibagi 127 propinsi atau wilayah. Memang perlu banyak pejabat dan petugas pemerintah untuk mengurus daerah yang begitu luas. Dalam Kitab Ester pejabat itu diberi beberapa jabatan: misalnya pembesar, pegawai, bangsawan, biduanda, sida-sida. Waktu raja ingin mengeluarkan perintah atau titah untuk seluruh kerajaan titah itu ditulis di kertas yang panjang. Kertas itu digulung dan ujungnya ditutup dengan lilin yang meleleh. Kemudian raja memasang segelnya, yaitu dia menekan lilin yang masih lembek itu dengan cincin yang khusus yang dia selalu pakai. Pola cincin itu tertinggal di lilin dan menjadi tanda bahwa raja yang mensahkan surat itu. Segel raja itu adalah seperti tanda tangan yang dipakai di dokumen dan surat sekarang. Kalau raja memberi cincin itu kepada orang lain, berarti orang itu juga bisa mengeluarkan titah apa saja dengan kuasa raja. Sesudah perintah atau titah ditulis, langsung diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang dipakai oleh semua suku-suku yang ada di kerajaan itu. Beberapa bahasa itu memakai abjad sendiri, jadi titah itu ditulis menurut abjad tiap bahasa. Lalu pesuruh naik kuda dan membawa terjemahan titah itu ke setiap wilayah kerajaan. Kalau raja sudah mengeluarkan titah, titah itu sama sekali tidak bisa ditarik kembali (Ester 1:18, Ester 8:8). Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu Ratu Wasti menolak perintah raja (Ester 1:12) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi (Ester 7:2-4), keduanya terjadi pada waktu pesta.

Istana raja
Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di kota Susan. Istana raja yang di Susan itu sangat luas. Kompleks istana dibangun di atas tanah yang tinggi/berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi benteng. Kompleks istana, atau benteng istana itu (lihat 1:2, 5; 2:3, 5, 8; 3:15; 8:14; 9:6, 11, 12) sekitar 120 hektar luasnya. Ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain tinggal di dalam kompleks istana itu.Banyak pelayanan raja ada sida-sida (kasim), yaitu, orang laki-laki yang sudah dikebiri. Orang sida-sida dihargai karena dikenal sebagai orang yang sangat setia. Sidasida khusus dipercayai menjaga istri-istri (gundik) raja. Tidak ada laki-laki lain yang diizinkan masuk ke rumah para wanita itu. Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia ucapkan, itu menjadi titah, atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja.

Struktur
Kitab Ester dibagi menjadi 10 pasal:

Pasal 1: 22 ayat o 1:1-22 Ratu Wasti dibuang Pasal 2: 23 ayat o 2:1-18 = Ester diangkat menjadi ratu o 2:19-23 = Mordekhai mengetahui suatu sekongkolan Pasal 3: 15 ayat o 3:1-15 = Muslihat Haman untuk memunahkan orang Yahudi Pasal 4: 17 ayat o 4:1-17 = Usaha Mordekhai untuk menolong orang Yahudi Pasal 5: 14 ayat o 5:1-8 = Ester menghadap raja o 5:9-14 = Haman menyuruh mendirikan tiang penyulaan untuk Mordekhai Pasal 6: 14 ayat o 6:1-14 = Mordekhai dihormati Pasal 7: 10 ayat o 7:1-10 = Haman diadukan oleh Ester dan dihukum mati Pasal 8: 17 ayat o 8:1-17 = Perintah raja yang menguntungkan orang Yahudi Pasal 9: 32 ayat o 9:1-19 = Tindakan orang Yahudi terhadap musuhnya o 9:20-32 = Penetapan hari raya Purim Pasal 10: 3 ayat o 10:1-3 = Kebesaran Mordekhai

LIDIA
Lidia dari Tiatira Kapel di Filipi, tempat Paulus membaptis Lidia Lidia dari Tiatira adalah salah satu tokoh perempuan dalam Alkitab, khususnya dalam bagian Perjanjian Baru, pada kitab Kisah Para Rasul. Ia dikenal sebagai penjual kain ungu. Perempuan ini bukanlah seorang dari bangsa Israel, melainkan ia adalah seorang Yahudi. Gadis ini tinggal di Tiatira. Tiatira adalah sebuah kota kecil yang terletak di Asia Kecil (Asia Minor). Ia bertemu dengan Paulus dan Silas ketika Paulus dan Silas hendak memberi pengajaran tentang Kristus di kota Filipi. Awalnya, kota tersebut belum mengenal Kristus dan belum mendapatkan pengajaran tentang Kristen. a tertarik dengan pengajaran yang diberikan oleh kedua rasul tersebut dan mendengarkannya dengan baik. Pengajaran yang diberikan oleh Paulus membuatnya memilih untuk menjadi seorang Kristen. Akhirnya, perempuan ini memutuskan untuk dibaptis beserta seisi rumahnya. Setelah itu, ia memberi tumpangan kepada Paulus dan pengikutnya untuk tinggal semalam di rumahnya. Ia adalah seorang Eropa pertama yang bertobat dan memberi diri dibaptis oleh pengajaran Paulus di wilayah Eropa, khususnya di kota Filipi.

Anda mungkin juga menyukai