Anda di halaman 1dari 10

NAMA : DEVI DELIYANTI

KELAS : SAA4B
NIM : 11210321000020
ABSEN : 10
UAS AGAMA YAHUDI
FILSAFAT DAN MISTICISME
Penemuan kembali filsafat Yunani kuno pada abad pertengahan di antara Geonim dari akademi-
akademi Babilon abad ke-10 membawa filsafat rasionalis ke dalam agama Yahudi Alkitab -
Talmud . Filsafat itu pada umumnya bersaing dengan Kabala . Kedua aliran itu kemudian
menjadi bagian dari sastra klasik Rabinik, meskipun kemunduran rasionalisme skolastik terjadi
dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang menarik Yahudi pada pendekatan Kabbalistik. Bagi
orang Yahudi Ashkenazi , emansipasi dan pemikiran sekuler sejak abad ke-18 mengubah cara
pandang terhadap filsafat. Komunitas Ashkenazi dan Sefardimkemudian berinteraksi lebih
ambivalen dengan budaya sekuler daripada komunitas Yahudi di Eropa Barat. Dalam
menanggapi modernitas yang beragam, pemikiran-pemikiran filosofis Yahudi dikembangkan
dengan munculnya berbagai gerakan keagamaan. Perkembangan ini dapat dilihat sebagai
kelanjutan atau pemutusan dari kanon filsafat Rabinik pada Abad pertengahan dan aspek
dialektik historis lain dari pemikiran Yahudi, serta menghasilkan beragam sikap Yahudi
kontemporer terhadap metode-metode filsafat. (ILMU USHULUDDIN 4 (2), pp. ILMU USH75-
90)
Filsafat Yahudi kuno
Filsafat dalam Alkitab
Literatur Rabinik kadang-kadang memandang Abraham sebagai seorang filsuf. Beberapa
cendekiawan Yahudi berpendapat bahwa Ibrahim memperkenalkan suatu filosofi yang dipelajari
dari Melkisedek ; Beberapa menganggap Sefer Yetzirah "Kitab Penciptaan" karya Abraham.
Satu midras menggambarkan cara Abraham memahami bahwa dunia ini memiliki satu pencipta
dan pengarah melalui perbandingan antara dunia dan "sebuah rumah dengan satu cahaya di
dalamnya", yang sekarang disebut argumen dari desain . Zaburisikan ajakan-ajakan untuk
memuja kearifan Tuhan melalui ciptaan-ciptaan-Nya; karena itu, beberapa cendekiawan
berpendapat bahwa ajaran Yahudi mengandung dasar filosofis. Kitab Pengkhotbah sering
dianggap sebagai satu-satunya karya filosofis orisinil dalam Alkitab Ibrani ; penulisnya berusaha
memahami tempat manusia di dunia dan arti kehidupan.
Filo dari Aleksandria
Philo berusaha memadukan dan menyelaraskan filsafat Yunani dan Yahudi melalui alegori, yang
ia pelajari dari eksegesis Yahudi dan Stoikisme . Filo berusaha menjadikan filosofinya sebagai
sarana untuk mempertahankan dan membenarkan kebenaran-kebenaran agama Yahudi.
Kebenaran-kebenaran ini ia anggap tetap dan teguh, dan filsafat digunakan sebagai alat bantu
kebenaran , dan sarana untuk sampai pada kebenaran . Untuk tujuan ini, Filo memilih dari
prinsip-prinsip filosofis Yunani, menolak prinsip-prinsip yang tidak selaras dengan ajaran
Yahudi, seperti doktrin Aristoteles tentang keabadian dan dunia yang tidak dapat dihancurkannya
Bernard Revel, dalam disertasi tentang halakha Karait, menunjuk pada tulisan-tulisan Karait
abad ke-10, Jacob Qirqisani, yang mengutip Filo, yang menggambarkan cara para Karait
memanfaatkan karya-karya Filo dalam mengembangkan Yahudi Karait. Karya-karya Filo
menjadi penting bagi cendekiawan-cendekiawan Kristen Abad pertengahan yang memanfaatkan
karya-karya Karait untuk memberikan kepercayaan pada pernyataan mereka bahwa "ini adalah
keyakinan-keyakinan Yahudi", suatu pertalian yang secara teknis benar, tetapi memperdaya.
Pengetahuan Yahudi setelah penghancuran Bait Kedua
Setelah Romawi menghancurkan Bait Kedua pada tahun 70 M, Yahudi Bait Kedua menjadi
berantakan, [7] tapi tradisi Yahudi dipertahankan, terutama berkat manufer-manufer cerdas
Yohanan ben Zakai , yang menyelamatkan Sanhedrin dan memindahkannya ke Yamnia .
Spekulasi filosofis bukanlah pusat dari Yahudi Rabinik, meskipun beberapa cendekiawan
memandang Mishnah sebagai suatu karya filosofis. Rabi Akiba juga dipandang sebagai tokoh
filsafat. [8] Pernyataannya mencakup: 1.)"Betapa manusia disukai karena ia diciptakan menurut
suatu gambar; sebagaimana Alkitab mengatakan 'karena suatu gambar, Elokim menciptakan
manusia'" (Kej.ix.6) " , 2.) "Segala sesuatu telah diramalkan; tapi kebebasan [atau kehendak]
diberikan pada setiap orang" , 3.) "Dunia dikendalikan berdasarkan rahmat... tapi keputusan ilahi
dibuat berdasarkan banyaknya kebaikan atau kejahatan dalam tindakan seseorang" .
Setelah Perang Bar Kokhba , para cendekiawan Rabinik berkumpul di Tiberias dan Safed untuk
mengumpulkan dan menilai kembali ajaran Yahudi, hukum, teologi, liturgi, keyakinan-
keyakinan, dan struktur kepemimpinannya. Pada tahun 219 M, Akademi Sura (tempat Kalam
Yahudi muncul berabad-abad kemudian) didirikan oleh Abba Arika. Selama lima abad
kemudian, akademi-akademi Talmud fokus pada pembentukan kembali ajaran Yahudi dan
sedikit, jika ada, melanjutkan penyelidikan filsafat.
Siapa yang memengaruhi siapa?
Yahudi Rabinik memiliki aktivitas filsafat terbatas hingga filsafat ini ditentang oleh Islam ,
Yahudi Karait, dan Kristen. Dari sudut pandang ekonomi, dominasi perdagangan Radanit direbut
dengan pemaksaan peralihan Kristen dan Islam yang terkoordinasi serta penyiksaan, memaksa
cendekiawan-cendekiawan Yahudi untuk memahami ancaman-ancaman ekonomi yang baru
muncul. Penyelidikan untuk memahami itu memicu pemikiran-pemikiran baru dan intelektual di
antara para cendekiawan Yahudi dan Islam dalam bidang hukum, matematika, astronomi, logika,
dan filsafat. Cendekiawan Yahudi memengaruhi cendekiawan Islam dan cendekiawan Islam
memengaruhi cendekiawan Yahudi. Para cendekiawan kontemporer terus memperdebatkan
cendekiawan mana yang Muslim dan yang Yahudi. Beberapa "cendekiawan Islam" sebelumnya
adalah "cendekiawan Yahudi" yang terpaksa pindah kepercayaan. Beberapa cendekiawan
Yahudi dengan keinginan sendiri beralih ke Islam, sepertiAbdullah bin Salam . Ada juga
beberapa lainnya kemudian kembali ke Yahudi. Dan beberapa cendekiawan lahir dan dibesarkan
sebagai pengikut Yahudi, tetapi tidak jelas keyakinan religius mereka, seperti Ibnu al-Rawandi ,
mereka hidup sesuai dengan kebiasaan masyarakat di sekitar mereka.
Sekitar tahun 700 M, ʿAmr bin ʿUbaid Abu ʿUtsman al-Basri memperkenalkan dua aliran
pemikiran yang mempengaruhi cendekiawan Yahudi, Islam, dan Kristen:
Qadariyah
Ba hashamiyya Muktazilah
Kisah Ba hashamiyya Muktazilah dan Qadariyah sama pentingnya dengan simbiosis intelektual
Yahudi dan Islam di Spanyol yang Islami.
Sekitar tahun 733 M, Mar Natronai bin Habibai pindah ke Kairouan , kemudian ke Spanyol. Ia
menyalin Bavli Talmud untuk Akademi di Kairouan dari ingatannya, kemudian membawa satu
balapannya ke Spanyol.
Karaisme
Karait adalah kelompok Yahudi pertama yang aliran Yahudi-nya tunduk pada Muktazilah.
Dengan menolak Talmud dan tradisi Rabinik, kaum Karait mengambil kebebasan untuk
menginterpretasikan kembali Tanakh . Ini berarti meninggalkan struktur mendasar kepercayaan
Yahudi. Beberapa peneliti berpendapat bahwa dorongan utama pembentukan Karaisme adalah
reaksi terhadap pesatnya perkembangan Islam Syiah, yang mengakui Yahudi sebagai sesama
agama monoteisme, tetapi menyatakan bahwa Yahudi memperkecil monoteisme-nya dengan
tunduk pada otoritas Rabinik. Kaum Karait menyerap aspek-aspek tertentu dari sekte-sekte
Yahudi, seperti para pengikut Abu Isa (Syiah), Maliki (Sunni), dan Yudghanit (Sufi), yang
dipengaruhi oleh cendekiawan Islam-Timur, tapi tertahan pada Asy'ariyahsaat membahas sains.

TOKOH FILSUF FILSUF YAHUDI


Maimonides
Maimonides lebih jauh berpendapat, bahwa setiap hukum yang ada di masyarakat berasal dari
hukum ilahi. Tujuan adanya hukum tersebut adalah untuk membantu manusia mencapai
kebahagiaan, baik secara personal maupun secara sosial di dalam masyarakat dalam bentuk
terciptanya masyarakat yang harmonis. Di dalam masyarakat yang harmonis, setiap orang bisa
mewujudkan harapan dan bakat-bakatnya semaksimal mungkin. Hanya di dalam masyarakatlah
manusia mampu mencapai kesempurnaan dirinya. Kesempurnaan itu hanya dapat dicapai, jika
manusia hidup bermasyarakat, dan mematuhi hukum-hukum yang diberikan Tuhan kepada
Musa. (Maimonides di Dunianya, 2009)
Hukum-hukum Musa berisi larangan dan perintah. Jika masyarakat mematuhinya maka setiap
warganya akan mampu mencapai kesempurnaan sesuai dengan kemampuan mereka masing-
masing. Hukum-hukum Musa memang tidak detil, dan hanya berisi ringkasan yang harus
ditafsirkan secara bijaksana oleh pembacanya.Di dalam hukum-hukum itu terkandung perintah
bagi setiap orang Yahudi untuk menekuni filsafat dan ilmu pengetahuan, karena di dalam
keduanyalah pengetahuan yang sesungguhnya tentang Tuhan dapat diperoleh.
Maimonides juga banyak menulis dalam bentuk perumpamaan, terutama argumen yang
menurutnya akan mengundang kontroversi dari banyak orang. Dalam konteks filsafat politik, ia
pernah menulis, bahwa Tuhan akan marah pada mereka yang tidak patuh pada hukum. Tentu saja
Tuhan tidak akan secara harafiah marah. Maimonides hanya ingin menekankan arti penting
hukum dan tradisi Yahudi yang diturunkan oleh Musa bagi masyarakat Yahudi secara khusus,
dan bagi dunia pada umumnya.
Hukum Musa bagi Maimonides adalah hukum yang abadi. Hukum tersebut tidak dapat
digantikan. Namun perubahan di dalam sejarah manusia membutuhkan tafsiran segar atas
hukum-hukum Musa tersebut, supaya tetap relevan. Oleh karena itu dibutuhkan otoritas hukum
Yahudi yang memang bertugas untuk menafsirkan hukum-hukum Musa secara kontekstual.
Musa adalah tokoh yang sangat penting bagi Maimonides. Ia adalah sosok raja filsuf yang
pernah diharapkan oleh Plato untuk memimpin suatu masyarakat. Maka walaupun jaman
berubah, hukum-hukum Musa tetap dapat relevan, walaupun harus selalu ditafsirkan secara
kontekstual.
Menurut Kreisel seluruh karya Maimonides ditujukan untuk memahami dan mengajarkan
Talmud secara kontekstual. Di dalam proses memahami Talmud, ia sangat dipengaruhi oleh
filsafat Plato, al-Fārābī, dan Aristoteles. Ketiga filsuf itu memberikan perangkat filosofis yang
memadai bagi Maimonides untuk menafsirkan hukum-hukum Musa secara rasional, sehingga
bisa diterima oleh akal budi para pendengarnya. Di dalam proses itu, pemahaman tentang Tuhan
adalah sesuatu yang sangat esensial. Ia mengambil teori tentang penyebab pertama yang
dirumuskan oleh Aristoteles. Penyebab pertama adalah pikiran murni yang memikirkan dirinya
sendiri dan tidak memiliki entitas material.

Maimonides lalu menarik kesimpulan, bahwa penyebab pertama itu identik dengan Tuhan di
dalam tradisi Yahudi. Dalam arti ini fungsi pengetahuan adalah untuk semakin memahami dan
mencintai Tuhan. Pengetahuan tersebut bisa diperoleh, jika manusia mau menyentuh bidang
metafisika dan fisika. Metafisika adalah ilmu tentang benda-benda yang melampaui dunia
pengalaman manusia. Sementara fisika adalah ilmu tentang alam natural yang dapat diketahui
oleh panca indera. Kedua ilmu tersebut penting, supaya manusia semakin memahami dan
mencintai Tuhan.
Dalam konteks politik Maimonides banyak terinspirasi dari etika Aristoteles. Dengan kata lain ia
ingin menerapkan etika Aristotelian bagi masyarakat Yahudi secara keseluruhan. Tugas setiap
orang selain untuk memahami dan mencintai Tuhan adalah hidup seturut dengan ajaranNya.
Tuhan adalah kebaikan. Kebaikan menarik manusia ke arahnya. Dengan mengarah pada Tuhan,
hidup manusia akan mencapai kesempurnaan. “Dari perspektif ini”, demikian tulis Kreisel,
“aturan Maimonides adalah puncak prestasinya, adaptasi praktis dari filsafat politik teoritis
kepada hukum Yahudi.”
GERSONIDES
Karya filosofis terbesar dari Gersonides berjudul Wars of the Lord. Ia menulis buku itu selamat
12 tahun, dan selesai pada 1329. Menurut penelitian Chon-Sherbok, Gersonides setidaknya
memiliki enam tujuan utama dari penulisan buku itu, yakni ingin mengetahui apakah orang yang
belum mencapai kesempurnaan mampu untuk memasuki kehidupan selanjutnya , apakah orang
mampu mengetahui masa depan melalui mimpi, penampakan dari Tuhan, atau dari pewahyuan ,
apakah Tuhan mengetahui benda-benda yang ada di dunia , apakah ada campur tangan Tuhan di
dalam benda-benda dunia bagaimana sang penggerak utama dari berbagai ruang yang ada
(Tuhan) bekerja dan apakah dunia ini abadi atau diciptakan

Gersonides menolak pandangan Aristoteles, dan para pengikutnya, tentang Tuhan sebagai
penggerak pertama di dalam realitas. Ia berpendapat bahwa keberadaan Tuhan hanya dapat
dibuktikan, jika manusia mau secara jeli melihat dan memahami keteraturan realitas yang begitu
indah. Chon-Sherbok menyebut argumen ini sebagai argumen berdasarkan desain (argument by
design). Tata alam semesta yang begitu pas mengandaikan adanya intelegensi yang aktif
berperan di dalamnya. Intelegensi itu mewujud di dalam proses penciptaan kehidupan di bumi.
“Dengan demikian”, tulis Chon-Sherbok, “… dunia membentuk keseluruhan yang teratur
membutuhkan keberadaan ada yang lebih tinggi (supreme being) yang mengetahui tatanannya.”
Gersonides juga yakin bahwa orang mampu memahami Tuhan secara penuh. Hal ini tidak
membuat Tuhan menjadi ‘kurang agung’. Tuhan dapat dipahami jika manusia mau melihat
dirinya sendiri, dan kualitas-kualitas pribadinya, karena itu semua berasal dari kualitas-kualitas
Tuhan itu sendiri. Dengan lugas dapatlah dikatakan, bahwa manusia dapat menemukan Tuhan
dengan melihat dirinya sendiri. (Menachem Marc Kellner Speculum 52 (1), 1977, pp. 62-79)

Tuhan telah menciptakan hukum-hukum alam untuk membantu manusia menjalankan dan
menyempurnakan hidupnya. Namun seperti yang ditulis oleh Chon-Sherbok, fakta ini sama
sekali tidak membuat manusia kehilangan tanggung jawab moralnya. Tuhan juga memberikan
kehendak bebas pada manusia. Dengan kehendak bebasnya manusia mampu menafsirkan wahyu
dari Tuhan yang ada di kitab suci dan alam semesta. Di dalam proses itu, manusia pun
mendapatkan mimpi dan pewahyuan yang membuatnya mampu mencapai kebenaran itu sendiri.
Bentuk paling luhur dari kebebasan manusia adalah jiwanya yang tidak pernah mati. Dengan
mengembangkan jiwanya manusia mampu mencapai kesempurnaan moral dan intelektual.
Gersonides lebih jauh berpendapat, bahwa dunia adalah sesuatu yang diciptakan. Dunia tidak
abadi melainkan diciptakan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Jika tujuan itu sudah tercapai,
maka dunia akan hancur. Pola lahi
dan mati adalah pola yang secara umum dapat ditemukan di dunia. Maka secara logis dapatlah
ditarik kesimpulan, bahwa dunia pun memiliki pola yang serupa, yakni memiliki awal dan akhir.
Di dalam dunia yang sementara itu, manusia memiliki status yang istimewa.
Baginya manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Tuhan menciptakan manusia sebagai
mahluk yang paling unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan kemampuan akal
budinya, manusia mampu merumuskan dan mencegah bahaya yang kemungkinan akan
menimpanya. Juga dengan akal budinya, manusia mampu mencapai kebenaran. Akal budi
manusia mampu merumuskan konsep-konsep abstrak tentang Tuhan dan dunia. Inilah yang
membuat manusia istimewa. Kemampuan akal budi yang luar biasa mengandaikan keberadaan
jiwa. Dan jiwa manusia menurut Gersonides adalah entitas yang abadi.
Gersonides juga berpendapat bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa terpilih. Tuhan mewahyukan
dirinya kepada bangsa Yahudi. Dan ini tentu saja membuat bangsa Yahudi merasa spesial.
Banyak juga orang yang terpilih menjadi nabi di dalam tradisi Yahudi. Bagi Gersonides para
nabi adalah filsuf yang mendapat wahyu dari Tuhan, sehingga ia memiliki pengetahuan lebih
tentang alam semesta. Mereka mampu menterjemahkan wahyu dari Tuhan untuk bisa diterapkan
di dalam kehidupan individu ataupun masyarakat. Mereka adalah suara dan wakil Tuhan untuk
berbicara pada umat manusia
Gersonides juga berpendapat bahwa para nabi mampu menebak tempat dan kapan terjadinya
mukjizat. Dalam arti ini mukjizat adalah suatu kejadian yang melanggar semua hukum-hukum
alam. Mukjizat memiliki hukum-hukumnya sendiri yang bertentangan dengan hukum-hukum
alam. Salah satu bentuk mukjizat adalah keabadian jiwa manusia di tengah dunia yang tidak
abadi. Keabadian tersebut dapat dicapai, jika manusia mau membaktikan hidupnya untuk
mengikuti Torah Yahudi, sehingga mereka pada akhirnya mampu mencapai kesempurnaan moral
dan intelektual. Hanya manusia yang telah berusaha mewujudkan kesempurnaan moral dan
intelektual dalam hidupnyalah yang nantinya akan semakin cepat mencapai keabadian.
Lewi ben Gerson, kadang dikenal dengan nama Yunani-nya, Gersonides, or nama Latinnya
Magister Leo Hebraeus, atau dengan akronim bahasa Ibrani RaLBaG adalah seorang filsuf,
Rabbi, ahli Talmud, matematikawan, dokter Yahudi dari Prancis Abad pertengahan.

FILSAFAT YAHUDI KOMTEMPORER


Pemikiran religi Yahudi modern bukan sekedar kategori kronologis yang menunjukkan refleksi
Yahudi yang terjadi di dunia modern. Sebaliknya, itu adalah kategori yang menunjukkan sehat
oleh orang Yahudi tentang Yudaisme dan takdir Yahudi yang terjadi di dalam — atau setidaknya
berusaha untuk memperhitungkan — proses kognitif yang dari dunia modern. Mewarisi citra
pengetahuan alkitabiah, yang bertumpu pada konsep penciptaan, wahyu, dan penebusan ilahi,
pemikiran Yahudi modern berusaha menyesuaikan diri dengan kepekaan modern dan konsepsi
kebenaran. Dalam hal ini tentu saja pada dasarnya sama dengan pemikiran keagamaan modern
(Hardiman, 2004) pada umumnya.Namun, ada kekhasan pengalaman Yahudi di khas dunia
modern yang menentukan agenda dan perubahan pemikiran Yahudi modern.
Oleh karena itu harus diingat bahwa orang Yahudi pertama kali benar-benar menghadapi dunia
modern selama perjuangan panjang untuk emansipasi di abad kedelapan belas dan kesembilan
belas. Perjuangan ini bukan hanya proses hukum tetapi melibatkan Eropa dalam debat yang
intens dan luas yang memungkinkan meninjau Yahudi untuk berpartisipasi dalam dunia modern.
Dalam pembuktian selama seabad ini, orang Yahudi menjadi sangat peka terhadap citra
Yudaisme yang berlaku dalam budaya Eropa. Tak heran, pemikiran Yahudi modern dengan
demikian sering dipandu oleh motif apologetik. Postur defensif ini juga didorong oleh
munculnya politik anti-Semitisme dan rasial modern, yang tidak terbatas pada massa tetapi
mendapat dukungan vokal lebih dari beberapa intelektual.Integrasi orang-orang Yahudi ke dalam
negara dan budaya modern, yang dicapai meski ditentang terus-menerus, menyebabkan
restrukturisasi mendalam kehidupan Yahudi, baik secara organisasi maupun budaya. Orang-
orang Yahudi tidak lagi berada di bawah aturan wajib para rabi dan Taurat. Dalam memperoleh
identitas politik dan budaya masyarakat non-Yahudi di mana mereka tinggal, orang Yahudi
cenderung kehilangan banyak budaya terhormat mereka, termasuk, mungkin yang paling
signifikan, pengetahuan tentang bahasa Ibrani dan tradisi teks suci.Selain itu, bagi banyak orang,
hubungan perjanjian Israel dengan Tuhan sebagai umat pilihan yang saat ini berada di
pengasingan tetapi dengan saleh menunggu Medias Tuhan dan pemulihan ke Tanah Perjanjian
tidak lagi terbukti dengan sendirinya dan tidak ambigu. Orang-orang Yahudi tidak lagi berada di
bawah aturan wajib para rabi dan Taurat. Dalam memperoleh identitas politik dan budaya
masyarakat non-Yahudi di mana mereka tinggal, orang Yahudi cenderung kehilangan banyak
budaya terhormat mereka, termasuk, mungkin yang paling signifikan, pengetahuan tentang
bahasa Ibrani dan tradisi teks suci.Selain itu, bagi banyak orang, hubungan perjanjian Israel
dengan Tuhan sebagai umat pilihan yang saat ini berada di pengasingan tetapi dengan saleh
menunggu Medias Tuhan dan pemulihan ke Tanah Perjanjian tidak lagi terbukti dengan
sendirinya dan tidak ambigu. Orang-orang Yahudi tidak lagi berada di bawah aturan wajib para
rabi dan Taurat. Dalam memperoleh identitas politik dan budaya masyarakat non-Yahudi di
mana mereka tinggal, orang Yahudi cenderung kehilangan banyak budaya terhormat mereka,
termasuk, mungkin yang paling signifikan, pengetahuan tentang bahasa Ibrani dan tradisi teks
suci.Selain itu, bagi banyak orang, hubungan perjanjian Israel dengan Tuhan sebagai umat
pilihan yang saat ini berada di pengasingan tetapi dengan saleh menunggu Medias Tuhan dan
pemulihan ke Tanah Perjanjian tidak lagi Pemikiran Yahudi modern dengan demikian
dibebankan tidak hanya dengan tugas menjelaskan Yudaisme kepada non-Yahudi dan Yahudi
yang terasing dari sumber-sumber tradisi mereka, tetapi juga dengan memikirkan kembali
beberapa konsep fundamental dari tradisi yang mengandung sifat dari tradisi tersebut. Yahudi
sebagai bangsa (perjanjian, pemilihan, pengasingan, Mesias, dan janji penebusan nasional) dan,
secara umum, makna komunitas, sejarah, dan takdir Yahudi. Pertanyaan-pertanyaan ini
mendapatkan urgensi unik di pertengahan abad ke-20 karena Holocaust dan berdirinya Negara
Israel.Jadi, sementara filsafat Yahudi abad pertengahan terutama berkaitan dengan masalah
rekonsiliasi iman dan akal yang relatif terbatas, pemikiran Yahudi modern lebih luas dan karena
kebutuhan lebih beragam, menangani berbagai dilema orang Yahudi di dunia modern.
MISTICISME YAHUDI
Mistisisme Yahudi memiliki banyak bentuk.

Tradisi mistik Yahudi kaya dan beragam, dan mistisisme Yahudi memiliki banyak bentuk.
Cendekiawan Moshe Idel mengelompokkan berbagai ekspresi mistisisme Yahudi menjadi dua
tipe mendasar: sedang dan intensif. Mistisisme moderat bersifat intelektual. Ini adalah upaya
untuk memahami Tuhan dan dunia Tuhan , dan pada akhirnya memengaruhi dan mengubah alam
ketuhanan. Jenis mistisisme ini menggabungkan banyak aspek Yudaisme tradisional,
termasukTorah mempelajari dan melaksanakan perintah-perintah, menanamkan kegiatan-
kegiatan ini dengan makna mistik. Mistisisme intensif, di sisi lain, bersifat pengalaman. Mistikus
intensif menggunakan kegiatan keagamaan nontradisional, termasuk nyanyian dan meditasi ,
dalam upaya berkomunikasi dengan Tuhan. (Dennis, pp. 33-57)
Asal
Bentuk pertama mistisisme Yahudi muncul pada abad awal milenium pertama. Mistisisme
Merkavah adalah bentuk awal yang paling umum. Mistikus Merkavah bertujuan untuk
memahami dan mengalami penglihatan takhta ilahi yang dibahas dalam bab pertama kitab
Yehezkiel dalam Alkitab. Bentuk lain dari mistisisme awal berfokus pada eksplorasi metode
misterius yang digunakan Tuhan untuk menciptakan dunia. Sefer Yetzirah , karya mistisisme
penciptaan yang paling penting, menggambarkan penciptaan dunia melalui susunan huruf dan
angka.
Kabbalah adalah bentuk mistisisme Yahudi yang paling terkenal. Itu berkembang di Spanyol
abad ke-13 dengan tulisan Zohar, yang awalnya dikaitkan dengan orang bijak abad ke-2 Shimon
bar Yohai. Zohar adalah komentar tentang Taurat, terutama berkaitan dengan pemahaman dunia
ilahi dan hubungannya dengan dunia kita. Berdasarkankabbalah , Tuhan sebagai Tuhan — juga
dikenal sebagai Ein Sof atau “Yang Tak Terbatas” — tidak dapat dipahami oleh manusia.
Namun, Tuhan dapat dipahami dan dijelaskan sebagai terungkap dalam sepuluh atribut mistik,
atau sefirot .

Sebagian besar dari semua Kabbalah masa depan, termasuk Kabbalah abad ke-16 yang penting
dari Isaac Luria – yang teologi penciptaannya yang rumit menggambarkan bagaimana Tuhan
berkontraksi untuk memberi ruang bagi dunia – berkaitan dengan sefirot . Abraham Abulafia
adalah yang paling penting dari mistikus intensif abad pertengahan. Dia mencoba mencapai
keadaan kenabian melalui metode pengalaman Kabbalah. Hasidisme , sebuah gerakan
keagamaan yang muncul pada abad ke-18, menyebarkan pemikiran dan kehidupan mistis kepada
massa Yahudi Eropa dengan mengajarkan bahwa semua orang dapat memiliki hubungan
pengalaman dengan Tuhan.
Zaman Baru
Konsep mistik tradisional menembus pemikiran Yahudi arus utama hingga hari ini (misalnya,
gagasan tentang tikkun olam, atau perbaikan dunia , dan tentang tzimtzum, pembatasan diri
Tuhan), dan teks-teks yang berasal dari mistik telah menembus liturgi Yahudi (termasuk Lecha
Dodi ,himne malam jumat menyambut hari sabat, dan puisi liturgi lainnya). Selain itu, studi
akademik mistisisme Yahudi telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, terutama
karena karya seorang sarjana, Gershom Scholem. Scholem menemukan dan menafsirkan
berbagai manuskrip mistik dan menjelaskan asal-usul dan perkembangan mistisisme Yahudi.
Dengan munculnya spiritualitas Zaman Baru, mistisisme Yahudi juga mengalami kebangkitan
yang populer. Kelompok Yahudi seperti gerakan Pembaruan mengajarkan mistisisme kepada
orang Yahudi nontradisional yang cenderung spiritual, sementara institusi kontroversial seperti
Kabbalah Center menawarkan mistisisme yang lebih universal dan magis kepada orang Yahudi
dan non-Yahudi.

RESUME AGAMA YAHUDI

filsafat Yahudi” adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan begitu saja. Cukuplah kita sadari
bersama kekurangan yang ada di dalam konsep itu, bahwa itu lebih merupakan konsep yang
berguna untuk kepentingan pembelajaran.
Dengan demikian pertama-tama, filsafat yahudi adalah suatu displin akademik. Filsafat yahudi
adalah suatu penemuan (invention) dari para sejarahwan filsafat abad ke -19. Mereka ingin
menyatukan para filsuf berdarah Yahudi ke dalam satu kerangka untuk bisa dipelajari dan
ditanggapi secara kritis. Sebelum abad ke-19, tidak ada orang yang secara eksplisit mengajukan
tesis ataupun pertanyaan terkait dengan filsafat yahudi. Sebabnya sederhana yakni karena tidak
ada yang disebut sebagai filsafat yahudi. Tidak ada filsuf sebelum abad ke-19 yang mengakui
filsafat yahudi sebagai cabang dari filsafat. Para filsuf berdarah Yahudi seringkali digolongkan di
dalam aliran-aliran filsafat tertentu, namun bukan filsafat yahudi. Hal ini sebenarnya bisa
dimengerti, karena pada masa pra-modern dan modern, filsafat, teologi, dan ilmu pengetahuan
masih berada di dalam satu kesatuan. Pada masa-masa itu, perbedaan antara ketiganya seringkali
tidak jelas.
Di peradaban Islam yang justru merupakan tempat yang subur bagi berkembangnya pemikiran
para filsuf yang berdarah yahudi, orang-orang seperti Maimonides ataupun Gersonides (yang
akan kita bedah isi pemikirannya pada bab-bab berikutnya) tidak memandang diri mereka
sebagai bagian dari para filsuf yahudi. Dalam arti tertentu mereka lebih tepat ditempatkan
sebagai para filsuf yang memberikan tafsiran yang kreatif dan rasional atas tradisi Yahudi yang
memang telah berkembang ribuan tahun sebelumnya. Mereka adalah para filsuf yang
menggunakan konsep-konsep filosofis sebagai dasar bagi tafsiran atas tradisi Yahudi.
DAFTAR PUSTAKA
IQBAL HASANUDIN ILMU USHULUDDIN 4 (2), 75-90, 2017
Yogyakarta: Gre Publishing, 2010
Maimonides di Dunianya, 2009
Menachem Marc Kellner
Speculum 52 (1), 62-79, 1977
F Budi Hardiman Gramedia Pustaka Utama, 2004
Dennis, Geoffrey. Ensiklopedia Mitos, Sihir, dan Mistisisme Yahudi (Llewellyn
Worldwide, 2007)

Anda mungkin juga menyukai