Anda di halaman 1dari 11

Biografi Ibnu Rusyd 10 Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd lahir di

Cordoba pada tahun 520 H/1126 M. Seorang tokoh terkemuka Islam wilayah barat, yang namanya
sangat masyhur di Eropa, dikenal sebagai Averroes dan memberi banyak pengaruh pada pemikir-
pemikir barat. Terlahir dari keluarga Faqih yang terhormat, kadi negara terkemuka di Spanyol.
Kakeknya, Abu al-Walid Muhammad (senama dengan Ibnu Rusyd) adalah kadi Cordova terkemuka
dan memainkan peran penting dalam perlawanan kota itu terhadap kekuasaan alMurabithun,
meskipun kemudian Cordova ditaklukkan al-Murabithun. Sang kakek menulis berbagai karya teoritis
dalam ushul fikih dan dalam studi atas berbagai pendapat yang ditawarkan oleh beberapa mazhab
besar fikih (ikhtilaf). Ini menghubungkannya dengan gagasan pembaruan fikih Maliki yang
menganjurkan pengintegrasian penalaran analogi. Meneruskan sang kakek, ayahnya, Abu al-Qasim
Ahmad menduduki posisi

Kepala pengadilan di Andalusia, di samping itu meneruskan tradisi keluarga sebagai salah seorang
ahli hukum terkemuka dari mazhab Maliki. Ibnu Rusyd pun menjadi seorang Malikiyah, bersama
ayahnya, dia merevisi al-Muwatta’ dan menghafal seluruh isinya. Dia juga mempelajari matematika,
fisika, astronomi, logika, filsafat dan kedokteran. Dia belajar ilmu kedokteran kepada Abu Ja’far
Harun dan Abu Marwan Ibnu Jarbun. Adapun filsafat dan teologi, dia perolehi dari Ibnu Thufayl. Di
zamannya, Cordova terkenal sebagai pusat studi-studi filsafat, sedangkan

Seville terkenal karena aktivitas-aktivitas artistiknya. Tetapi tradisi ilmiah ini, seperti tradisi keilmuan
di wilayah lainnya mengalami pasang surut. Keseluruhan tradisi ilmiah ini disesuaikan dengan ide-ide
penguasa (khalifah). Jika sang

10 Disadur dari buku “Filsafat Islam”, Drs. H. Achmad Gholib, MA, cetakan 1, 2009, Jakarta: Faza
Media

10penguasa seorang rasionalis, dia akan membangun tradisi filsafati di wilayahnya,

Jika sang penguasa tertarik pada hal-hal sufistik, dia akan mendorong rakyatnya

Untuk mengabaikan tradisi-tradisi duniawi. Termasuk di dalam hal ini, kepercayaan

Penguasa terhadap mazhab-mazhab fikih, yang bisa jadi menekankan satu mazhab

Fikih dan mengabaikan yang lain.

Di Spanyol, tradisi filsafati mengalami pasang surut yang signifikan. Di

Bawah Khalifah Abdurrahman al-Nashir (912-961) filsafat menjadi sangat maju,

Namun pasca Abdurrahman kegiatan ilmiah menurun terutama pada zaman Hasyim

Dan penguasa al-Murabithun Ketika dinasti ini ditaklukkan dinasti al-Muwahhidun,

Kegiatan filsafat dihidupkan kembali, terutama zaman Abu Ya’qub Yusuf. Ibnu

Thufail berjaya di masa ini, dan melalui Ibnu Thufail pula, Ibnu Rusyd dikenalkan

Ke dalam lingkungan istana. Hasil dari pertemuan ini Ibnu Rusyd diangkat sebagai

Kadi di Seville. Atas dorongan Abu Ya’qub pula, Ibnu Rusyd menganalisis karya-

Karya Aristoteles.

Kepiawaiannya mengulas ide-ide Aristoteles menghantarkannya menjadi


Seorang yang dijuluki dengan “komentator Aristoteles”. Kemampuannya disebut

Michael Dante setara dengan Euclid, Ptolemeus, Hippocrates, Ibnu Sina dan Galen.

Komentar- komentarnya ditulis secara ilmiah, dengan mengutip pemikiran

Aristoteles dan menafsirkan maksud pemikiran Aristoteles berdasarkan

Perspektifnya. Uraian Ibnu Rusyd mirip sekali dengan tulisan-tulisan tafsir,

Menyampaikan pemikiran Aristoteles murni dan ditafsirkan maksudnya pasca

Penulisan pemikirannya. Sebuah karya sederhana namun berhasil menunjukkan sisi

Ilmiah sebuah metode penulisan. Komentarnya dipadukan pula dengan pemikiran

Filsuf-filsuf muslim, termasuk upayanya menyintesis agama dan filsafat. Ibnu

Rusyd sendiri jauh lebih dikenal dan dihargai di Eropa Tengah daripada di Timur.

Tulisan-tulisannya lebih banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin, sedangkan

Teksnya yang asli dalam bahasa Arab banyak yang hilang dan terbakar dan dilarang

Diterbitkan lantaran semangat anti filsafat dan filsuf yang berakar dalam

Masyarakat. Di sisi lain, bangsa Eropa seakan-akan menerima angin segar, karena

11selama berabad-abad tidak berhasil menyintesis agama (gereja) dengan ilmu

Pengetahuan. Sebuah kemampuan skolastik yang kemudian menggema di Eropa.

Prestasi filsafat Ibnu Rusyd mengalami antiklimaks ketika Abu Ya’qub

Yusuf wafat dan digantikan oleh Abu Yusuf. Sultan Abu Yusuf membutuhkan

Dukungan ulama dan fukaha untuk mengerahkan massa menghadapi peperangan

Melawan kaum Kristen. Tokoh-tokoh filsafat seperti Ibnu Rusyd yang telah

Dianggap berseberangan dengan agamawan terpaksa disingkirkan. Sebuah

Keputusan politik yang tragis, Ibnu Rusyd diasingkan ke Lucena, sebuah kota kecil

Di selatan Cordova yang kebanyakan dihuni oleh orang Yahudi. Pengasingan

Dilakukan atas tuduhan sebagian ulama dan fukaha bahwa Ibnu Rusyd adalah

Seorang zindik dan kafir. Semua tulisannya dibakar, terutama buku-buku filsafat,

Kecuali buku-buku kedokteran, astronomi dan matematika.

Sejawat ilmiahnya di Seville berusaha keras membela Ibnu Rusyd dari segala

Tuduhan. Sejawat-sejawatnya ini yang mendesak Khalifah Yusuf al-Manshur untuk

Direhabilitasi namanya dan diundang oleh Khalifah ke Maroko. Ibnu Rusyd

Memilih Maroko sebagai pelabuhan terakhirnya. Di Maroko inilah, Ibnu Rusyd

Menghembuskan nafas terakhirnya pada 9 Safar 595 H (10 Desember 1198 M).
Setelah tiga bulan berlalu, jenazahnya dipindahkan ke Cordova untuk dikebumikan

Di perkuburan keluarganya.

Yang menarik dari Ibnu Rusyd, adalah kemampuannya di dua bidang

Sekaligus. Sebagai seorang fakih sekaligus seorang filsuf ternama. Kemampuan

Fikihnya dibuktikan melalui karya fenomenal Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-

Muqtashid, sebuah uraian logis tentang hukum Islam yang monumental. Karya itu

Merupakan risalah tentang ikhtilaf (ilmu perbandingan mazhab) yang menilai dan

Mempertimbangkan dalam setiap hal, setiap sudutnya, pendapat- pendapat yang

Diajukan oleh berbagai mazhab kecil atau individu terkemuka, bukan hanya oleh

Mazhab besar. Ikhtilaf dijadikan metode oleh Ibnu Rusyd, sebagai suatu cara

Menyoroti prinsip-prinsip yang menimbulkan perbedaan. Gagasan utamanya,

Bahwa kecenderungan doktrin sang pemilik mazhab, dan individu mazhab tidak

12bersifat memaksa. Setiap doktrin itu diberikan berdasarkan batas-batasnya sendiri,

Dan bahkan mungkin terjadi satu mazhab disetujui oleh mazhab lain.

Dan sebagai seorang Malikiyah, Ibnu Rusyd mengkaji peran Kias sebagai

Alternatif hukum Islam. Uniknya, Ibnu Rusyd pun mengkaji Kias dengan teknik-

Teknik Aristotelian. Secara umum, Ibnu Rusyd mengajukan Kias sebagai sebuah

Alternatif ijtihad di luar taklid pada mazhab-mazhab yang ada. Bidayah

Mengisyaratkan bahwa seorang fakih adalah seseorang yang dapat menerapkan

Suatu hukum pada fakta dan situasi yang nyata. Tujuannya adalah, memberi

Kesempatan pada umat untuk memihak pada satu hukum sesuai dengan situasi yang

Dijalaninya tanpa mengandalkan fanatisme berlebihan pada satu mazhab. Dengan

Demikian Kitab Bidayah berperan sebagai bagian dari evolusi yang membawa

Metodologi ke sistem klaim-klaim universal.

Fakta terpenting dari Ibnu Rusyd adalah kemuliaan akhlaknya yang sangat

Masyhur, ia dikenal sebagai seseorang yang selalu mengenakan pakaian sederhana

Dan tidak pernah dituduh berkorupsi, ia dengan tekun melaksanakan kewajiban-

Kewajibannya sebagai kadi, selalu menjaga kesopanan, kedermawanan dan

Kerendahan hati, bergaul dengan rakyat biasa dan sultan. Kemasyhurannya dalam

Kemuliaan akhlaknya menunjukkan bahwa ia adalah tokoh besar yang sangat

Bijaksana.
B.

Karya-karya Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd terkenal sebagai seorang filsuf yang menentang Al Ghazali.

Dimasa hidupnya, Al-Ghazali mendalami ilmu filsafat dan telah menulis buku

Sebagai kesimpulan tentang kajiannya terhadap ajaran ilmu filsafat, yang terkenal

Adalah bukunya tahafuth al-falasifah. Buku tersebut memang ditujukan untuk

Membongkar dan serangan terhadap paham filsafat dan membuktikan kekeliruan

Padanya dari ajaran agama, khususnya filsafat Al-Farabi dan Ibnu Sina. Dalam

Kesimpulannya, Al-Ghazali menetapkan 20 soal sebagai batil dan pada akhir

Bukunya tiga soal di antaranya adalah kafir, sehingga dari sini ia mengkafirkan para

13filsuf. Tiga soal tersebut adalah:

1. Pendapat filsuf bahwa alam itu azali atau qadim ( eternal in the past)

2. Pendapat filsuf bahwa Allah tidak mengetahui juz’iyat (hal-hal yang juz’i

/ individual/ partikular).

3. Paham filsuf yang mengingkari adanya kebangkitan tubuh di hari

Akhirat.

Menurut Al-Ghazali bahwa siapa saja yang menganut salah satu dari tiga

Paham tersebut, jatuh ke dalam kekafiran. Polarisasi dan kesimpulan ini mampu

Mempengaruhi pemahaman umat sehingga menjadi sanggahan dan serangan tajam

Terhadap filsafat dan filsuf. Hal demikian berimplikasi pada sikap negatif dan

Penolakan umat pada ilmu ini yang akhirnya menutup pintu kajian terhadap ilmu-

Ilmu filsafat di dunia Islam.

Tetapi, tentu tidak mudah bagi orang memahami dialog-dialog dan bantahan-

Bantahan yang ditulis Al-Ghazali dalam rangka memaparkan peliknya argumen dan

Materi kajian para filsuf, menurut yang dipahaminya dan argumen-argumen untuk

Menjatuhkan argumen para filsuf. Itu saja sudah cukup bukti Hujjah dan pengaruh

Keilmuan Al-Ghazali pada pemahaman keagamaan umat saat itu. Begitu pula pelik

Dan risikonya memberi bantahan dan sanggahan terhadap serangan Al-Ghazali

Tersebut, seperti dilakukan Ibnu Rusyd.

Dalam hal itu, Ibnu Rusyd melakukan tiga upaya sekaligus yaitu membela

Para filsuf yang dikafirkan Al-Ghazali, melakukan klarifikasi paham filsafat dan
Menyanggah paham Al-Ghazali. Pembelaan terhadap para filsuf dilakukan dengan

Merumuskan harmonisasi agama dan filsafat, klarifikasi paham filsafat dilakukan

Dengan menguraikan maksud filsafat yang sebenarnya tentang soal-soal yang

Dikafirkan dan sanggahan terhadap Al-Ghazali dengan mengelaborasi “kesalahan”

Persepsinya. Semua itu dilakukan Ibnu Rusyd dengan berpikir rasional dan

Menafsirkan agama pun secara rasional, namun ia tetap berpegang pada sumber

Agama itu sendiri, yaitu Al-Quran.

14Bukunya yang khusus menentang filsafat Al Ghazali, Tahafutut-tahafut,

Adalah reaksi dari buku Al Ghazali, Tahafut Al-falasifah. Ibnu Rusyd banyak

Mengarang buku, tetapi yang asli berbahasa Arab sampai ke tangan kita sekarang

Hanya sedikit. Di antara karangan-karangannya yang masih dapat kita temukan

Adalah sebagai berikut:

1. Fashlul Maqal fima bainal Hikmah wasy Syari’ah minal ittishal, berisikan

Korelasi antara agama dan filsafat.

2. Al-Kasyfu ‘an Manahijil Adillat fi ‘Aqa’idil Milat, berisikan kritik terhadap

Metode para ahli ilmu kalam dan sufi.

3. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, berisikan uraian-uraian di

Bidang fikih. 11

C. Pokok-pokok Pemikiran Ibnu Rusyd

1. Agama dan Filsafat

Ibnu Rusyd menegaskan bahwa antara agama (Islam) dan filsafat tidak ada

Pertentangan. Inti filsafat tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui

Pencipta segala yang ada ini. Ibnu Rusyd mendasarkan argumennya dengan dalil Al

-Quran (Al-A’raf : 185, Al-An’am : 75),

ْ‫ن‬
‫ِ ض َو َم ا ح﮲َ َل ق اللُّٰ ه ِم ں س﮶َ ى ٍء َّو َا‬
ْ‫﮵‬
‫ْ ﮲‬
‫ال َْر‬
ْ ‫ك ِْو ت السَّ مٰ ِٰو ت َو ا‬ ُ ‫﮵َ﮲‬ ‫اَ َو َْل م‬
ُ َ‫﮲ِى َم ل‬ ‫ْظ ُر ْو ا‬
ْ‫﮵‬
١٨٥ – ‫﮲ ُْو َن‬ ِ‫﮵ُْؤ م‬ ٗ‫﮳َعْ َد ه‬ ‫ٍ ث‬
ْ‫﮵‬ ِ‫﮳ِاَيِّ َح د‬ َ‫﮲‬ ‫﮴َ َر ب اَح﮳َ لُ ُه ْم‬ ْ‫﮴‬‫ِ د ا‬
َ َ ‫َ ن ﮴‬
ٓ ٰ ‫َع‬
ُ َّ‫﮵‬ ْ‫س ى اَن‬
‫ك ْو‬

“dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala

Sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan

Mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al

Quran itu?”

11 Zar, Sirajuddin, Haji. 2009. Filsafat Islam: Filsuf dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pers

15(Q.S. Al-A’raf:185)

٧٥ –
َِ ‫ك ْو َن ِم ں ْال ُم ْو ﮴‬
ْ‫ ں‬‫﮵ِِ﮲‬ ُ ‫ِ ض َو ِل﮵‬
‫َ ﮲‬
‫َ ﮲‬
‫ال َْر‬
ْ ‫ك ْو َ ت السَّ مٰ ِٰو ت َو ا‬ ِ ‫﮲ُِر ٓ ْي ا‬ ‫َو ٰ َك ِذ َل ك‬
ُ َ‫َْ م َم ل‬‫﮳ْ ٰر ِه ﮵‬

“dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan

(kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia

Termasuk orang yang yakin.” (Q.S. Al-An’am : 75)

Menurut Ibnu Rusyd, ayat-ayat tersebut menyuruh manusia berpikir tentang

Wujud atau alam yang tampak ini dalam rangka mengetahui Allah. Dengan

Demikian, sebenarnya Al-Qur’an menyuruh umat manusia berfilsafat, atau

Mempelajari filsafat Yunani, bukan dilarang atau diharamkan. 12

2. Qadimnya Alam (awal penciptaan alam)

Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham qadim-nya alam itu tidak

Bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Bahkan sebaliknya, menurut para teolog

Yang mengatakan bahwa alam diciptakan Allah dari tiada justru tidak mempunyai

Dasar dalam Al-Qur’an. Seperti dalam beberapa firman-Nya:

‫َ َن َع رْ س﮶ُ هٗ َع لَى ْال َم ۤا ِء‬ ‫﮵َّ ٍا م َّو‬ ْ ‫َو هُ َ و الَّ ِذ يْ ح﮲َ َل ق السَّ مٰ ِٰو ت َو ا‬
َ ‫ ِ﮴َّ ة ا‬ ِ‫﮲ِى س‬ ‫ال ََْر ض‬
ْ‫﮵‬
 ‫﮳َْ ِع د ْال َم ِْو ت َل﮵‬ ‫﮶ ُْو َن ِم ں‬ ْ‫﮲َّ ُك ْم َّم ْ ُع و‬
‫ َ﮴ُ ْو َلں‬ َْ ‫ ِل﮵َ َلُ َو ُك ْم ا‬‫﮳‬
َ ْ‫﮵ُّ ُك ْم اَح‬
ِ ‫ ﮴ُْ َل ت ا‬ ‫س ں َع َ ًم ال َۗو لَ ِٕىں‬
َّ‫﮲‬
ْ‫ۢ ﮲‬

‫﮳‬
‫ْ ﮲‬
‫ُ ﮲‬
٧ – ‫ٌ ﮲ْں‬
ٓ
ِ ‫﮲َ ُر ْٓو ا اِنْ ٰه َذ ا ِا َّ ال‬
‫﮳ِ﮵‬ ُّ‫س حْ ٌر م‬ َ ‫﮵ْں ك‬ ِ‫الَّذ‬

‫َ ﮲‬

“dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan

Adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di

Antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk

Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-

Orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (Q.S.

12 Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Hal 229. Bandung: Pustaka Setia

16Hud : 7)

َٓ‫﮴َ الَ﮴‬ َ‫﮴ْٔا َط ْو عً ا اَ ْو َكرْ ًه ۗ ا‬‫ِ ض ا‬

ِ‫﮵‬
ْ ِ‫﮴َ اَ ل لَ َه ا َو ل‬ َ‫﮲‬ ٌ‫﮴َ ٰو ى ِالَى السَّ َم ۤا ِ ء َو ِه ى ُد ح﮲َ ان‬ ْ‫﮶ُ َّ م اس‬
‫ال َْر‬
َ‫﮵‬
ٓ
١١ – ‫َ ﮲ْں‬

‫ْ﮲َا َط ۤا ِٕى ِع ﮵‬ ‫﮴َ﮵‬


َ ‫ا‬

“kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih

Merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu

Keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya

Menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.”(Q.S. Fushilat : 11)

‫﮲ٰهُ َم ۗ ا َو ح﮳َ َع لْ﮲َا ِم ں‬ ْ‫﮴‬


َ ‫﮴‬ َ‫﮲‬ َ‫﮲‬ ‫﮴ً ا‬
ْ ‫﮴‬ َ‫﮲َ﮴َا ر‬ ‫ال ََْر ض‬ َ ‫﮵ْں ك‬ ِ‫﮵َ ر الَّذ‬ ‫اَ َو َْل م‬
ْ ‫﮲َ ُر ْٓو ا َاَ ّن السَّ مٰ ِٰو ت َو ا‬

َ‫﮲‬

َ

‫َ ﮲‬
٣٠ – ‫﮲ ُْو َن‬ ِ‫﮵ُْؤ م‬ ‫﮲َ ال‬
َ ‫س﮶َ ى ٍء َح ى﮵ٍّۗ ا‬
ْ‫ْال َم ۤا ِ ء ُ َّ كل ﮵‬

“dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit

Dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
Antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiya : 30)

Menurut Ibnu Rusyd, dari ayat-ayat Al-Qur’an (Q.S. Hud: 7, Q.S. Al-

Fushshilat: 11, Q.S Al-Anbiyaa’: 30) dapat diambil kesimpulan bahwa alam

Diciptakan Allah bukanlah dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada. Selain itu,

Ia juga mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam tidaklah harus membawa pada

Pengertian bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau tidak dijadikan oleh Allah.

Bagi para filsuf muslim, alam itu dikatakan qadim, justru karena alam itu

Diciptakan Allah, yakni diciptakan sejak qidam/azali. Karena diciptakan-Nya sejak

Qidam, alam itu menjadi qidam pula. Bagaimanapun, Allah dan alam tidak sama

Karena Allah adalah qadim yang mencipta, sedangkan alam adalah qadim yang

Dicipta. 13

13 Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Hal 229. Bandung: Pustaka Setia

173. Kebangkitan Jasmani

Menurut Al-Ghazali, salah satu unsur yang menyebabkan orang menjadi kafir

Adalah karena mengingkari adanya kebangkitan jasmani di akhirat kelak. Dia

Mengatakan bahwa jiwa manusia tetap wujud sesudah mati (berpisah dengan

Badan) karena ia merupakan substansi yang berdiri sendiri. Ibnu Rusyd menyangkal

Pendapat Al-Ghazali itu, karena menurut Ibnu Rusyd, keimanan terhadap

Kebangkitan jasmani adalah suatu keharusan bagi terwujudnya keutamaan akhlak,

Keutamaan teori dan amalan lahir, karena seorang tidak akan memperoleh

Kehidupan yang sebenarnya dalam dunia ini kecuali dengan amalan-amalan lahir,

Dan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, tidak bisa tercapai kecuali dengan

Keutamaan-keutamaan teori. Dengan demikian pengkafiran dalam masalah

Kebangkitan jasmani tidak beralasan, karena masalah ini bagi para filsuf adalah

Persoalan teori. 14

Ibnu Rusyd menggambarkan kebangkitan rohani dengan analogi tidur.

Sebagaimana tidur, jiwa tetap hidup, begitu pula ketika manusia mati, badan

Hancur, jiwa tetap hidup dan jiwalah yang akan dibangkitkan. 15

4. Kerasulan Nabi

Banyak filsuf dan para ulama kalam yang membicarakan masalah kenabian.
Pembuktian kerasulan para ulama kalam menyatakan apabila orang berbicara dan

Berkehendak dapat mengutus hamba-hambanya, maka bagi Allah juga apabila

Berbicara dan berkehendak dapat mengutus rasul-Nya. Pembuktian ini adalah

Melalui jalan Kias, namun jalan tersebut hanya bisa membawa kesimpulan yang

Mungkin saja. Bagi golongan Asy’ariyah dalam memperkuat Kias itu adalah bahwa

Orang yang mengaku menjadi utusan Allah, maka harus menunjukkan benar-benar

Bahwa ia diutus Allah untuk hamba-hamba-Nya, dan tanda ini dinamakan mukjizat.

14 Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 301-302

15 Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Hal 234. Bandung: Pustaka Setia

18Pembuktian yang seperti itu menurut Ibnu Rusyd hanya bersifat memuaskan

Hati, tetapi tidak meyakinkan, namun ia menyadari bahwa pembuktian itu sesuai

Dengan kebanyakan orang. Apabila diteliti dengan seksama pembuktian

Mengandung berbagai kelemahan. Di antara lain yaitu dari mana kita mengetahui

Bahwa mukjizat yang tampak pada seseorang yang mengaku nabi itu adalah tanda

Dari Allah yang menunjukkan bahwa ia adalah benar-benar rasul-Nya. Mukjizat

Menurut Ibnu Rusyd ada dua macam, yaitu:

a.

Mukjizat luaran (al karami) yakni mukjizat yang sesuai dengan

Sifat yang karena seorang nabi disebut nabi, seperti menyembuhkan

Penyakit, membelah lautan dan sebagainya.

b.

Mukjizat yang sesuai (al imasib) dengan sifat kenabian tersebut,

Yaitu syariat (peraturan) yang dibawanya untuk kebahagiaan

Manusia. 16

5. Pengetahuan Allah

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa para filsuf Muslim tidaklah mempersoalkan

Apakah Allah mengetahui hal-hal yang juz’i (perincian yang terjadi) pada alam

Sementara ini atau tidak mengetahuinya. Seperti halnya setiap ulama Islam, para

Filsuf Muslim juga berpandangan bahwa Allah mengetahui hal-hal yang bersifat

Juz’i pada alam ini. Yang mereka persoalkan adalah bagaimana cara Allah

Mengetahui hal-hal yang bersifat juz’i itu. Menurut Ibnu Rusyd, para filsuf Muslim
Berpendapat bahwa pengetahuan Allah tentang hal-hal demikian karena

Pengetahuan manusia mengambil bentuk efek (akibat dari memperhatikan hal-hal

Juz’i itu), sedangkan pengetahuan Allah merupakan sebab, yakni sebab bagi

Munculnya hal-hal yang bersifat juz’i itu. Selain itu, perbedaan tersebut disebabkan

Oleh pengetahuan Allah itu bersifat qadim, yakni semenjak azali Allah mengetahui

Hal-hal bersifat juz’i di alam semesta ini, betapa pun kecilnya hal tersebut. Manusia

Tidak memiliki pengetahuan sama sekali, tetapi kemudian secara berangsur-angsur,

16 Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Hal 304. Bandung: Pustaka Setia

19memperoleh pengetahuan setelah memperhatikan bagian demi bagian alam

Secara seksama.

Kritik Al-Ghazali tentang apakah Allah tahu terhadap hal-hal kecil atau tidak.

Ia memandang bahwa Allah Maha Segala Tahu, baik besar ataupun kecil. Berbeda

Dengan Ibnu Rusyd, Allah hanya tahu yang universal bukan perkara yang kecil.

Ibnu Rusyd menyangkal bahwa Allah tidak mengetahui hal-hal yang kecil, tidaklah

Seperti yang ditudingkan. Semuanya harus dilihat apakah pengetahuan Allah itu

Bersifat qadim atau hadis terhadap peristiwa kecil itu. Dalam hal ini, Ibnu Rusyd

Membedakan ilmu qadim dan ilmu baru terhadap hal kecil tersebut.

Ibnu Rusyd rupanya ingin mengklarifikasi permasalahan yang diungkap oleh

Al-Ghazali. Menurut Ibnu Rusyd, Al-Ghazali dalam hal ini salah paham, sebab

Para filsuf tidak ada yang mengatakan demikian, yang ada ialah pendapat mereka

Bahwa pengetahuan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan

Pengetahuan manusia tentang perincian itu. Jadi menurut Ibnu Rusyd, pertentangan

Antara Al-Ghazali dan para filsuf timbul dari penyamaan pengetahuan Allah dengan

Pengetahuan manusia. Pengetahuan manusia tentang perincian diperoleh melalui

Pancaindra, dan dengan pancaindra ini pulalah pengetahuan manusia tentang

Sesuatu selalu berubah dan berkembang sesuai dengan pengindraan yang

Dicernanya. Sedangkan pengetahuan tentang kulliyah diperoleh melalui akal dan

Sifatnya tidak berhubungan langsung dengan perincian (juziyyah) yang materi itu. 17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd

Dilahirkan di Cordova, Andalusia pada tahun 510 H/1126 M, sekitar 5 tahun

Wafatnya Al-Ghazali. Ibnu Rusyd terkenal sebagai pengulas karya-karya

17 Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Hal 236-238. Bandung: Pustaka Setia

20Aristoteles (Komentator), karena pikiran-pikirannya mencerminkan usahanya yang keras untuk


mengembalikan pikiran-pikiran Aristoteles kepada kemurniannya. Beliau meninggal pada 10
Desember 1198 M/ 9 Safar 595 H di Marakesh dalam usia 72 tahun menurut perhitungan Masehi
dan 75 tahun menurut perhitungan tahun Hijrah.

2. Karya-karya Ibnu Rusyd: a) Fashl al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari’ah min al-ittishal ,
berisikan korelasi antara agama dan filsafat.

b) Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adillat fi ‘Aqa’id al-Milat, berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu
kalam dan sufi.

c) Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid, berisikan uraianuraian di bidang fikih.

3. Pemikiran Ibnu Rusyd: a) Agama dan filsafat b) Qadimnya alam c) Kebangkitan jasmani d)
Kerasulan Nabi e) Pengetahuan Allah

Anda mungkin juga menyukai