Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sebuah Filusuf Ibnu Rusyd

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


FILSAFAT ISLAM
DosenPengampu:
“M. Rizal Fanani, M.Ud”

DisusunOleh :
Kelompok
1. M. Muhktar Ali
2. M.Nazrul Faizin
3. Nugroho Agung Purwandani
4. Yanuar Akhmad Triadi
5. Usamma As Sabits

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


SUNAN GIRI TRENGGALEK

1
KATAPENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Swt, atas


seluruh nikmat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah dianugerahkan
kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Rosululloh Saw,beserta keluarga dan pengikut setianya, semoga kesuksesan
senantiasa terwujud dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sejalan dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan
terimakasih banyak kepada:
1. M. Rizal Fanani, M.Ud, selaku Ketua Sekolah Tinggi lmu Tarbiyah
Sunan Giri
2. M. Rizal Fanani, M.Ud, selaku Dosen Pengampu mata kuliah Filsafat
Islam
3. Semua pihak yang turut membantu dalam pembahasan materi ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sedemikian
rupa.Akhirnya,semoga Alloh meridhoi usaha kami dan mencatat nya sebagai
amal saleh kami.Dan apabila terdapat kesalahan-kesalahan yang ada dalam
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami akan selalu
berkenan untuk menerima setiap kritik dan saran. Semoga materi ini bisa
menambah wawasan ilmu yang barokah bagi kita semua. Amien.

Trenggalek,03 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd....................................................................5
B. Pemikiran Dari Tokoh Ibnu Rusyd.......................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah bagian dari peradaban manusia. Semua peradaban yang
pernah timbul didunia pasti memiliki filsafat masing-masing. Kenyataan ini
juga sekaligus membantah pandangan bahwa yang berfilsafat hanya orang
barat saja, khususnya orang yunani.
Tokoh yang paling popular dan dianggap paling berjasa dalam
membuka mata barat adalah Ibn-Rusyd. Begitu populernys Ibnu Rusyd
dikalangan barat, sehingga pada tahun 1200-1650 terdapat sebuah gerakan
yang disebut viorrisme yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran
Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusydlah mereka mempelajari Fisafat yunani
Aristoteles (384-322 s.M), karena Ibnu Rusyd terkenal sangat konsisten pada
filsafat Aristoteles.
Filsafat Islam, sebagaimana sejarah muslim umumnya, telah melewati
lima tahap yang berlainan. Tahap pertama berlangsung dari abad 1 H/7 M
hingga jatuhnya Baghdad. Tahap kedua adalah tahap keguncang-guncangan
selama setengah abad. Tahap ketiga merentang dari adab ke-4/14 hingga
abad ke 12/18. tahap keempat adalah tahap yang paling menyedihkan,
berlangsung sampai setengah abad, inilah zaman kegelapan islam. Tahap
kelima bermula pada pertengahan abad ke 13 /19, yang merupakan priode
renaisans modern

B. Rumusan Masalah
1. Mendalami Filsafat yang di bawa oleh tokoh Ibnu Rusyd

C. Tujuan Masalah
1. Lebih mengenal dan mendalami tentang Filsafat Ibnu Rusyd
2.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd


Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad Ibn
Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M
(520 H) Ia berasal dari keluarga ilmuan. Ayahnya dan kakeknya adalah para
pencinta ilmu dan merupakan ulama yang sangat disegani di Spanyol.
Ayahnya adalah Ahmad Ibnu Muhammad (487-563 H) adalah seorang fqih
(ahli hokum islam) dan pernah menjadi hakim di Cordova. Sementara
kakeknya, Muhammad Ibn Ahmad (wafat 520 H-1126 M) adalah ahli fiqh
madzhab Maliki dan imam mesjid Cordova serta pernah menjabat sebagai
hakim agung di Spanyol. Sebagaimana ayah dan kakeknya Ibnu Rusyd juga
pernah menjadi hakim agung di Spanyol.
Pendidikan awalnya dimulai dari belajar Al-Qur’an di rumahnya
sendiri dengan ayahnya. Selanjutnya ia belajar dasar-dasar ilmu keislaman
seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Ilmu Kalam, bahasa Arab dan Sastra. Dalam
ilmu fiqih ia belajar dan menguasai kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik.
Selain kepada ayahnya sendiri, ia juga belajar kepada Abu Muhammad
Ibn Rizq dalam disi[plin ilmu perbandingan hukum islam (fiqh ikhtilaf) dan
kepada Ibn Basykual dibidang hadits. Dalam bidang ilmu kedokteran dan
filsafat ia belajar kepada Abu Ja’far Harun al-Tardjalli (berasal dari Trujillo).
Selain itu gurunya yang berjasa dalam bidang kedokteran adalah Ibn Zhuhr.
Pada tahun 548 H/1153 M, Ibnu Rusyd
pergi ke Marakesh (Marakusy) Maroko atas permintaan Ibnu Thufail (w. 581
H/1185 M), yang kemudian memperkenalakannya dengan khalifah Abu
Ya’qub Yusuf. Dalam pertemuan pertama anatara Ibn Rusyd dengan Khalifah
terjadi proses Tanya jawab diantara keduanya tentang asal-usul dan latar
belakang Ibnu Rusyd, selain itu mereka juga membahas tentang berbagai
persoalan filsafat. Ibnu Rusyd menyangka bahwa petanyaan ini merupakan
jebakan khalifah, karna persoalan ini sangat kurasial dan sensitif ketika itu.

5
Ternyata dugaan itu meleset. Khalifah yang pencinta Ilmu ini malah
berdiskusi dengan ibnu thufail tentang masalah-masalah di atas. Khalifah Abu
ya’kub dengan fasih dan lancar menjelasan persoalan-persoalan itu dan
mengutif pendapat-pendapat seperti plato dan aristoteles. Khalifah dan ibnu
thufail, sama-sama terlibat dalam diskusi yang berat. Terlihat bahwa khalifah
yang memang pencinta ilmu pengetahuan ini sangat menguasai persoalan ilmu
filsafat pendapat-pendapat mutakallimin atau
teolog Plato dan Aristiteles. Ibnu Rusyd kagum pada pengetahuan khalifah
tentang filsafat. Karenanya ia pun berani menyatakan pendapatnya sendiri.
Pertemuan pertama ini ternyata membawa berkah bagi ibnu Rusyd. Ia
diperintahkan oleh khalifah untuk menterjemahkan karya-
karya aristoteles menafsirkannya. Pertemuan itu pun mengantarkan Ibnu
Rusyd untuk menjadi qodhi di sevile setelah dua tahun mengabdi ia pun
diangkat menjadi hakim agung di kordoba, selain tu pada tahun 1182 ia
kembali keistana muwahidun di marakhes menjadi dokter pribadi khalifah
pengganti ibnu thufail.
Pada tahun 1184 khalifah Abu Yakub Yusuf meninggal dunia dan
digantikan oleh putranya Abu Yusuf Ibnu Ya’kub Al-Mansur. Pada awal
pemerintahannya khalifah ini menghormati Ibnu Rusyd sebagaimana
perlakuan ayahnya, namun pada 1195 mulai terjadi kasak-kusuk dikalangan
tokoh agama, mereka mulai menyerang para filsafat dan filosof. Inilah awal
kehidupan pahit bagi Ibnu Rusyd. Ia harus berhadapan oleh pemuka agama
yang memiliki pandangan sempit dan punya kepentingan serta ambisi-ambisi
tertentu. Dengan segala cara mereka pun memfitnah Ibnu Rusyd.
Akhirnya Ibnu Rusyd diusir dari istana dan dipecat dari semua jabatnnya. Pada
tahun 1195 ia diasingkan ke Lausanne, sebuah perkampungan yahudi yang
terletak sekitar 50 km di sebela selatan cordova. Buku-bukunya dibakar di
depan umum, kecuali yang berkaitan dengan bidang kedokteran, matematika
serta astronomi yang tidak dibakar. Selain Ibn Rusyd, terdapat juga beberapa
tokoh fukaha’ dan sastrawan lainnya yang mengalami nasib yang sama,

6
yakni Abu ‘Abd Allah ibn Ibrahim (hakim di afrika), Abu Ja’far al-Dzahabi,
Abu Rabi’ al-Khalif dan Nafish Abu al-‘Abbas.
Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan dan situasi kembali
normal, khalifah menunjukkan sikap dan kecenderungannya yang asli. Ia
kembali memihak kepada pemikiran kreatif Ibn Rusyd, sutau sikap yamg
sebenarnya ia warisi dari ayahnya. Khalifah al- Mansyur merehabilitasi Ibn
Rusyd an memanggilna kembali ke istana. Ibn Rusyd kembali mendapat
perlakuan hormat. Tidak lama setelah itu, pada 19 Shafar 595 H/ 10 Desember
1197 Ibn Rusyd meninngal dunia di kota Marakesh. Beberapa tahun setelah ia
wafat, jenazahnya dipindahkan ke kampung halamannya, Cordova.

B. Pemikiran Ibnu Rusyd


a. Agama dan Filsafat
Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal
yang baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang
hal ini tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam.
Telah tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka
seraya menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat
digolongkan sebagai pemikiran sesat dan kufur.
Terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil
membela keabsahan pemikiran mereka serta membenarkan kesesuain
ajaran agama dengan pemikiran falsafah. Ia menjawab semua keberatan
imam Ghazali dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari al-Ghazali
sebelumya.
Menurut Ibnu Rusyd, Syara’ tidak bertentangan bertentangan
dengan filsafat, karena fisafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar
tentang alam empiris ini sebagai dalil adanya pencipta. Dalam hal ini
syara’pun telah mewajibkan orang untuk mempergunakan akalnya, seperti
yang jelas dalam firman Allah : “Apakah mereka tidak memikirkan
(bernalar)tentang kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah.” (Al-Araf: 185) dan firman Allah suiarah Al-Hasyr: 2

7
yang artinya: “Hendaklah kamu mengambil Itibar (ibarat) wahai orang-
orang yang berakal”. Bernalar dan ber’itibar hanya dapat dimungkinkan
dengan menggunakan Qias akali, karena yang dimaksud dengan I’tibar itui
tiadak lain dari mengambil sesuatu yang belum diktahui dari apa yang
belum diketahui.
Qyas akali merupakan suatu keperluan yang tidak dapat dielakkan.
Setiap pemikir wajib mempelajari kaidah-kaidah kias dn dalil serta
mempelajari ilmu logika dan falsafah. Bernalar dengan kaidah yang benar
akan membawa kepada kebenaran yang diajarkan agama, karena
kebenaran tidak saling bertentangan, tapi saling sesuai dan menunjang.
Seperangkat ajaran yang disebut dalam al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai sesuatu yang pada lahirnya berbeda dengan filsafat, sehingga
difahami bahwa filsafat itu bertentangan dengan agama. Dalam hal ini
Ibnu Rusyd menjawab dengan konsep takwil yang lazim digunakan dalam
masalah-masalah seperti ini.
Dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang harus difahami menurut
lahirnya, tidak boleh dita’wilkan dan ada juga yang harus dita’wilakan dari
pengertian lahiriah.
Adapun jika keterangan lahiriahnya sesuai dengan keterangan
filsafat, ia wajib diterima menurut adanya. Dan jika tidak, ia harus
dita’wilkan. Namun ta’wil itu sendiri tidak sembarang orang dapat
melakukannya atau disampaikan kepada siapa saja. Yang dapat melakukan
ta’wil itu adalah para filosof atau sebagian mereka, yakni orang-orang
yang telah mantap dalam memahami ilmu pengetahuan. Adapun
penyampaian ta’wil itu dibatasi pada orang-orang yang sudah yakin, tidak
kepada selain mereka yang ampang menjadi kufur.
Agama islam kata Ibn Rusyd tidak mengandung dalam ajarannya
hal-hal yang bersifat rahasia, seperti ajaran trinitas dalam agama Kristen.
Semua ajarannya dapat dipahami akal karena akal dapat mengetahui segala
yang ada. Dari itu, iman dan pengetahuan akali merupakan kesatuan yang
tidak bertentangan, karena kebenaran itu, pada hakikatnya adalah satu.

8
Akan tetapi, dalam agama ada ajaran tentang hal-hal yang ghaib
seperti malikat, kebangkitan jasad, sifat-sifat surga dan neraka dan lain-
lain sebagainya yang tidak dapat diapahami akal, maka hal-hal yang
seperti itu kata Ibn Rusyd merupakan lambing atau simbolm bagi hakikat
akali. Dalam hal ini, ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang
mengatakan, wajib kembali kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-
hal yang tidak mampu akal memahaminya.

b. Keberadaan Tuhan Dan Alam Semesta


Dalam sebuah filasafatnya Ibnu Rusyd ia menjelaskan tentang
keberadaan tuhan yaitu antara lain :
1. Dalil wujud Allah, Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd
menolak dalil-dalil yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan
sebelumnya karena tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh
Syara’, baik dalam berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd
mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an
dalam berbagai ayatnya, dank arena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan
tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak saja bagi orang awam, tapi
juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.
2. Dalil ‘inayah (pemeliharan), Dalil ini berpijak pada tujuan segala
sesuatu dalam kaitan dengan manusi. Artinya segala yang ada ini
dijadikan untuk tujuan kelangsungan manusia. Pertama segala yang
ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan kedua, kesesuaian ini
bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang sengaj diciptakan
demikian oleh sang pencipta bijaksana.
3. Dalil Ikhtira’ (penciptaan), Dalil ini didasarkan pada fenomena
ciptaan segala makhluk ini, seperti ciptaan pada kehidupan benda mati
dan berbagai jenis hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Menurut
Ibn Rusyd, kita mengamati benda mati lalu terjadi kehidupan
padanya,sehingga yakin adanya Allah yang menciptakannya.
Demikian juga berbagai bintang dan falak di angkasa tundujk

9
seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja yang ingin
mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib mengetahui
hakikat segala sesuatu di alam ini agar ia dapat mengetahui ciptaan
hakiki pada semua realitas ini.

Selain itu Ibnu Rusyd juga memberikan filsafat nya tentang semesta
dan isi nya antara lain yaitu :
1. Materi dan forma, Seperti dalam halnya metafisika, ibnu rusyd juga
di pengaruhi oleh Aristoteles dalam fisika. Dalam teori Aristoteles,
ilmu fisika membahas yang ada (maujud) yang mengalami perubahan
seperti gerak dan diam. Dari dasarnya itu, ilmu fisika adalah materi
dan forma
2. Bangunan alam, Para filosof klasik mengatakan, bahwa bentuk bundar
adalah yang paling sempurna, sehingga gerak melingkar merupakan gerak
yang paling Afdol. Gerak inilah yang kekal lagi azali. Dengan sebab gerak
ini, maka jisim-jisim samawi memiliki bentuk bundar. Karena jisim-jisim ini
bergerak melingkar, maka alam semesta ini merupakan sesuatu planit yang
bergerak melingkar.Dan planit ini hanya satu saja, sehingga tidak ada
kekosongan. Demikianlah alam falak itu saling mengisi. Jadi alam ini
terdiri dari jisim-jisim samawi yang tunggal dan benda-benda bumi
yang terdiri dari percampuran emoat anasir melalui falak-falak. Dari
percampuran ini timbulah benda-benda padat, tumbuhan hewan, dan
akhirnya manusia.
3. Manusia, Dalam masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh
teori Aristoteles. Sebagi bagian dari alam, manusia terdiri dari dua
unsure materi dan forma.. jasad adalah materi dan jiwa adalah forma.
Seperti halnya Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai
“kesempurnaan awal bagi jisim alami yang organis.” Jiwa disebut
sebagai kesempurnaan awal untuk membedakan dengan kesempurnaan
lain yangmerupakan pelengkap darinya, seperti yang terdapat pada

10
berbagai perbuatan. Sedangkan disebut organis untuk menunjukan
kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota.

Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam
filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingnnya,
karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tak pernah membaca dan
menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam
perkawinan dirinya.
Karangannya meliputi berbagai-bagai ilmu, seperti fiqih, usul, bahasa,
kedokteran, astronom politik, akhlak dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh
ribu lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan
karangan sendiri, atau ulasan atau ringkasan. Karma sangat tinggi
penghargaannya terhadap aristoteles, maka tidak mengherankan jik ia
memberi perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan meringkaskan
filsafat Aristoteles. Buku-buku yang lain yang diulasnya adalah buku
Karangan Plato, Iskandar Aphrodisias, Plotinus, Galinus, Al-Farabi, Ibnu
Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Bajjah. Karya-karya aslinya dari Ibnu Rusyd yang
penting, yaitu:
1. Tahafut al-Tahafut (The incoherence of the incoherence = kacau balau
yang kacau). Sebuah buku yang sampai ke Eropa, dengan rupa yang lebih
terang, daripada buku-bukunya yang pernah dibaca oleh orang Eropa
sebelumnya. Dalam buku ini kelihatan jelas pribadinya, sebagai seorang
muslim yang saleh dan taat pada agamanya. Buku ini lebih terkenal dalam
kalangan filsafat dan ilmu kalam untuk membela filsafat dari serangan al-
ghazali dalam bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Muhammad ibnu Ahmad bin
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir
di Cordova, 1126M (520 H) Ia berasal dari keluarga ilmuan. Pemikiran Ibnu
Rusyd di antaranya ialah:
1. Agama dan Filsafat
Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal
yang baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal
ini tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam
2. Keberadaan tuhan dan alam semesta
Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan kedua,
kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang sengaj
diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana.begitulah filasafat Ibnu
Rusyd

B. Saran
Dengan apa yang kita pelajari ini, bisa menambah wawasan kita
semua. Dan jika ada kata salah dari penulis atau bahasa yang kurang tepat,
atau pembahasan materi yang menyimpang. kritik dan saran anda akan kami
dengar guna untuk memperbaiki masalah yang ada agar lebih baik kedepan
nya. Kami dari penilis mengucapkan terimakasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Ahamd. 2004. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia


Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama

13

Anda mungkin juga menyukai