Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU RUSYD

Dosen Pengampu
Hj. Maspuroh, S.Ag., M.Pd.I.

Miftahu Sa’adah
STAI Al-Azhary Cianjur, Jawa Barat, Indonesia

Siti Aisyah
STAI Al-Azhary Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
sittiaisyah2424@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini membahas tentang pemikiran filsafat Ibnu Rusyd. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, dalam kajian
ini bertujuan untuk menghadirkan fakta-fakta tentang pemikiran
filsafat ibn Rusyd. Dalam sejarah filsafat bukan hanya para filsuf
Yunani saja yang memiliki pemikiran-pemikiran yang sampai saat ini
digunakan dikalangan mahasiswa, banyak diantara para filsuf juga
yang menganut agama islam, diantara filsuf muslim yang terkenal
adalah Ibnu Rusyd. Beliau memiliki pengaruh yang besar didunia
filsafat, namun pengaruhnya tidak secara langsung melainkan melalui
murid-muridnya dari Eropa yang belajar di Spanyol, yang dimana
mereka memiliki pandangan tertentu mengenai hubungan Bahasa
Filsafat dan Bahasa Agama dan dimana pemikiran ini berakar pada
pemikiran Ibnu Rusyd, mereka dikenal sebagai Averoissme.
Pemikiran Ibnu Rusyd inilah yang menjadikan beliau menjadi filsuf
muslim yang memiliki pengaruh besar di daerah Barat.
Kata Kunci : Pemikiran, Filsafat, Ibnu Rusyd.
Abstract
This paper discusses the philosophical thought of Ibn Rushd. This type
of research is descriptive research, in this study the aim is to present
facts about ibn Rushd's philosophical thought. In the history of
philosophy, it is not only the Greek philosophers who have thoughts
that are currently being used among students, many of the
philosophers also embrace Islam, among the famous Muslim
philosophers is Ibn Rushd. He had a great influence on the world of
philosophy, but his influence was not directly but through his students
from Europe who studied in Spain, where they had certain views
regarding the relationship between the Language of Philosophy and
the Language of Religion and where these thoughts were rooted in the
thoughts of Ibn Rushd, they were known as Averoism. It was Ibn
Rushd's thoughts that made him a Muslim philosopher who had great
influence in the West. Keywords: Thought, Philosophy, Ibn Rushd.

A. Pendahuluan

Peradaban manusia selalu beriringan dengan berfilsafat. Semua


peradaban yang pernah hadir ke dunia pasti memiliki filosofinya masing-
masing. Ia juga membantah pandangan bahwa hanya orang Barat, khususnya
orang Yunani, yang berfilsafat. Adapun filsafat yang pernah berkembang selain
filsafat yunani adalah filsafat Persia, india, cina dan tentu filsafat islam.

Ibnu Rusyd adalah salah seorang filosof Muslim yang mempunyai


posisi terhormat dalam sejarah filsafat. Di dunia Barat ibn Rusyd dikenal
sebagai komentator paling otoritatif bagi filsafat Aristoteles, sehingga
ulasannya menjadi rujukan standar bagi filosof yang akan mengkaji filsafat
Aristoteles sampai abad ke-16 M. Sedangkan di Timur (khususnya di kalangan
Islam) ia dikenal sebagai filosof yang gigih membela filsafat dari kritik filosof
muslim lainnya. Dua posisi Ibnu Rusyd, baik di Barat maupun di Timur,
diperkuat
dengan kapasitasnya yang pernah menjabat sebagai pemangku hukum syari„at
(Qaadi) dan ahli fikih ternama. Penguasaannya terhadap hukum-hukum fikih
telah memudahkannya untuk menjembatani pemahaman kaum muslimin
terhadap agama dan filsafat. Karena itulah, memudahkan Ibnu Rusyd
membangun masterpiece pemikirannya dalam mempertemukan argumentasi
doktrin-doktrin agama dan juga filsafat.1

Ibnu Rusyd juga adalah salah satu tokoh yang paling popular dan
dianggap paling berjasa dalam membuka mata barat. Dalam dunia intelektual
barat, ibn Rusyd lebih dikenal dengan nama averros. Averroisme memiliki
pandangan tertentu tentang hubungan Bahasa Falsafat dan Bahasa Agama dan
pandangan ini berakar pada pemikiran Ibnu Rusyd.2 Terkenalnya Ibnu Rusyd
dikalangan barat, sehingga pada tahun 1200-1650 terdapat sebuah gerakan
yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd yang disebut
dengan viorrisme. Dari Ibnu Rusyd, banyak orang yang mempelajari Fisafat
yunani Aristoteles (384-322 s.M), karena Ibnu Rusyd terkenal sangat konsisten
pada filsafat Aristoteles.

Dominasi pengaruh filsafat Yunani kian menimbulkan tantangan


tersendiri terhadap eksistensi filsafat Islam dan juga masalah. Secara internal
munculnya pandangan kritisisme dan tuduhan negatif oleh kalangan ulama
orthodok terhadap pemikiran filsafat Islam. Secara eksternal ada pendapat
bahwa sebenarnya filsafat Islam tidak ada, yang ada hanyalah umat Islam
memfilsafatkan filsafat Yunani agar sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam penyusunan jurnal ini, penulis menarik masalah dari latar


belakang di atas yaitu terkait dengan Penjelasan tentang Ibnu Rusyid dan
sejarahnya, karya-karya Ibnu Rusyid serta pemikiran-pemikiran filsafat Ibnu
Rusyid. Maka dari itu urgensi untuk melakukan penelitian terhadap pemikiran
filsafat ibn Rusyd ini sangat harus dilakukan oleh kita yang notabenenya
sebagai

1
Amin Abdulah, Mendamaikan Agama dan Filsafat, (Yogyakarta : Kalimedia 2015),
h.18
2
Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam, (Bandung, Mizan), h.1072
mahasiswa aktif, supaya tidak ada lagi kerancuan-kerancuan untuk berfilsafat.
Dan jurnal ini kami jadikan sebagai bahan belajar kelompok atau diskusi serta
untuk menambah wawasan tentang pemikiran filsafat Ibnu Rusyd.

A. Pembahasan
1. Riwayat hidup Ibnu Rusyd
Ibn Rusyd atau nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad bin Rusyd, kelahiran Andalusia yang berasal dari
keturunan Arab. Ibn Rusyd lahir di Andalusia (Spanyol) tepatnya di kota
Kordoba tahun 526H/1198 M. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga ahli
fiqh, ayahnya Ahmad atau Abu Al Qasim seorang hakim di Kordoba
demikian juga kakeknya sangat terkenal dengan ahli fiqh. Dengan demikian
ia lahir dari keluarga terhormat, taat dan alim dalam beragama Islam, ayah
dan kakeknya adalah penganut mazhab Maliki.3
Lingkungan itulah yang membuat Ibn Rusyd kecil sangat absius
terhadap ilmu pengetahuan, ia tumbuh menjadi anak yang memiliki
kejeniusan luar biasa. Pada usia anak-anak saat itu, Ibn Rusyd sudah
mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti Al-Qurán, fiqih , hadits, serta
mendalami ilmu-ilmu eksak seperti matematika, kedokteran, logika, filsafat
dan astronomi. Ketika dia remaja, dia meninggalkan lingkaran keluarga untuk
belajar.. Ibn Rusyd mendatangi para fuqaha yang menonjol di kawasan
Andalusia, untuk berguru serta meniimba ilmu.
Diantara para fuqaha itu antara lain Abu Muhammad bin Rizq,
Abdullah Al Mazir, Abu Al Aim Basykawal, Abu Marwan bin Masarrah,
Abu Bakar bin Samhun, dan Abu Ja'far bin Abdul Aziz. Maka dari itulah,
ketika Ibn Rusyd tumbuh dewasa, ia terkenal dengan ilmuwan yang ahli
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Dalam bidang kedokteran, Ibn Rusyd belajar pada Abu Marwan bin
Kharbul dan Abu Ja'far Harun At Tirjil. Dalam bidang filsafat, ia belajar pada

3
Suyudono, Yusuf, Bersama Ibnu Rusyd Menengahi Filsafat dan Ortodoksi, (Semarang,
Wali Songo Press, 2008), h.13
Ibnu Bajjah, yang di barat dikenal dengan Avinpace, filosof besar di Eropa
sebelum Ibn Rusyd. Selain itu, ia juga berhubungan dengan dokter raja
Dinasti Muwahhidun dan Abu Marwan bin Zuhr. Selain menjalin
perhubungan yang akrab dengan Ibnu Zuhr, Ibn Rusyd mempunyai hubungan
yang baik dengan kerajaan Islam Muwahidin terutama dengan amir ketiga
khalifah Abu Yusuf Al-Mansyur. Melalui hubungan dan kepercayaan
tersebut, Ibnu Rusyd kemudian diangkat menjadi hakim di Seville pada tahun
1169. Dua tahun kemudian ia diangkat menjadi hakim di Cordoba, disusul
dengan dilantiknya menjadi tabib istana pada tahun 1182. Namun sayang
terjadinya pro dan kontra terhadap apa yang diajarkan Ibn Rusyd, kemudian
banyak juga ulama yang tidak menyukainya, bahkan ada yang sampai
mengkafirkan Ibn Rusyd. Ada juga sekelompok ulama yang berusaha untuk
menyingkirkan dan memfitnah bahwa Ibn Rusyd telah menyebarkan ajaran
filsafat yang menyimpang dari ajaran Islam. Atas tuduhan itulah, Ibn Rusyd
diasingkan oleh pemerintah ke Lucena. Tidak hanya itu, banyak diantara
karya-karya filsafatnya diharamkan untuk dipelajari dan juga dibakar.
Setelah beberapa orang terkemuka dapat meyakinkan khalifah Al-
Mansur tentang kebersihan dari Ibn Rusyd dari tuduhan dan fitnah tersebut,
maka Ibn Rusyd baru dibebaskan. Akan tetapi tidak lama kemudian fitnah
dan tuduhan seperti semula kembali terulang. Maka pada akhirnya, Ibn Rusyd
diasingkan ke Negeri Maghribi (Maroko). Disanalah kemudian Ibn Rusyd
menghabiskan sisa-sisa umurnya hingga datang ajal menjemputnya hingga
pada tangga 19 Shafar 595 H/10 Desember 1198 M, ia wafat dengan
meninggalkan banyak warisan keilmuan yang dikenal Barat dan Timur.
Kematiannya menjadikan kehilangan yang cukup besar bagi kerajaan dan
umat Islam di Sepanyol. Beliau tidak meninggalkan sebarang harta benda
melainkan ilmu dan tulisan dalam berbagai bidang seperti falsafah,
tatabahasa, nahwu, fiqh, kedokteran, ilmu kalam, falak, muzik, dan kaji
bintang.
Selama hidupnya, Ibn Rusyd seorang yang suka hidup bersahaja dan
juga sederhana tanpa memperdulikan tentang harta benda dan pakaian.
Namun, sifatnya sangat murah hati bahkan kepada orang-orang yang
memusuhi atau
menghinanya. Inilah salah satu ciri kebaikannya, ia juga terkenal dengan
kerendahan hatinya yang ekstrim, terutama terhadap orang miskin. Sebagian
besar hidupnya dihabiskan sebagai dokter dan hakim, tetapi di Barat ia
dikenal sebagai seorang filsuf yang mempelajari dan mengomentari gagasan-
gagasan Aristoteles. Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang menghasilkan
banyak artikel di berbagai bidang. Ia ahli dalam hukum Islam, filsafat,
astronomi, bahasa, fisika dan Kalam serta mahir dalam kedokteran. Menurut
Ibrahim Madkur, Ibnu Rusyd adalah filosof Islam besar terakhir dalam dunia
filsafat Islam.
2. Karya Ibn Rusyd
Kejeniusan dan kebesaran Ibn Rusyd bisa dilihat pada karya-karyanya.
Dalam berbagai karyanya Ibn Rusyd selalu membagi pembahasannya ke
dalam tiga bentuk, yaitu pendapat, komentar, dan kritik. Ia adalah seorang
komentator sekaligus kritikus ulung. Banyak sekali ulasannya terhadap karya-
karya filsuf besar terdahulu, antara lain ulasannya terhadap karya-karya
Aristoteles. Dalam ulasannya Ibn Rusyd tidak semata-mata memberi
komentar (anotasi) terhadap filsafat Aristoteles, tetapi juga menambahkan
pandangan-pandangan filosofisnya sendiri, suatu hal yang belum pernah
dilakukan oleh filsuf semasa maupun sebelumnya. Ibn Rusyd banyak
mengomentari karya-karya filsof muslim pendahulunya kemudian banyak
yang diterjemahkan kedalam bahasa latin dan ibrani.4
Susunan kronologis karya-karya Ibnu Rusyd pertama kali dikemukakan
oleh M. Alonso dalam bukunya La Cronogia en Las Obras des Averoes pada
tahun 1943. Karya-karya Ibnu Rusyd dibedakan dengan karya-karya yang
didasarkan pada pemikiran Ibnu Rusyd sendiri dan karya-karya yang
merupakan tafsir atas karya Ibnu Rusyd, orang lain, khususnya Aristoteles.
Beberapa karya Ibn Rusyd yang masih dapat dilacak diantaranya
sebagai berikut:

4
Musa Yusuf, Bayn al Din wa al falsafat fi ra’yi ibn Rusyd wa falasifat ‘asr al wasit,
(Kairo, Darul Ma‘arif, 1980), h.44
1. Filsafat dan hikmah
a) Tahafut At Tahafut (kerancuan dalam Kerancuan) adalah tanggapan
atas buku Al-Ghazali Tahafut Al Falasifah (Kerancuan Para Filosof)5
b) Jauhar Al Ajram As Samawiyah (Struktur Benda-benda Langit)
c) Ittishal Al 'Aql Al Mufarriq bi Al Insan (Komunikasi Akal yang
Membedakan dengan Manusia)
d) Masa'il fi Mukhtalif Aqsam Al Manthiq (Beberapa Masalah tentang
Aneka Bagian Logika)
e) Syuruh Katsirah 'ala Al Farabi fi Masa'il Al Manthiqi Aristha
(Beberapa Komentar terhadap Pemikiran Aristoteles)
f) Maqalah fi Ar Radd 'ala Abi Ali bin Sina (Makalah Jawaban untuk
Ibnu Sina), dan lainnya banyak sekali.
2. Ilmu kalam
a) Fashl Al Maqal fima Baina Al Hikmah wa Asy Syari'ah min Al Ittishal
(Uraian tentang Kitan filsafat dan Syari'ah)
b) I'tiqad Masyasyin wa Al Mutakallimin (Keyakinan kaum Liberalis dan
Pakar Ilmu Kalam)
c) Manahij Al Adillah fi 'Aqaid Al Millah (Beberapa Metode
Argumentatif dalam Akidah Agama), dan lain-lain.
3. Fikih dan ushul fikih
a) Bidayah Al Muqtashid wa An Nihayah Al Muqtashid (Dasar Mujtahid
dan Tujuan Orang yang Sederhana). Ibn Jafar Zahabi mengakuinya
sebagai buku terbaik dari mazhab Maliki, selain itu, buku ini
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan sangat terkenal.
b) Ad Dar Al Kamil fi Al Fiqh (Studi Fikih yang Sempurna)
c) Risalah Adh Dhahaya (Risalah tentang Kurban), dan lain-lain.
4. Ilmu astronomi
a) Maqalah fi Harkah Al Jirm As Samawi (Makalah tentang Gerakan
Meteor)

5
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), h.166

b) Kalam 'ala Ru'yah Jirm Ats Tsabitah (Pendapat tentang Melihat Meteor
yang Tetap Tak Bergerak)
5. Ilmu Nahwu
a) Kitab Adh Dharuri fi An Nahw (Yang Penting dalam Ilmu Nahwu)
b) Kalam 'ala Al Kalimah wa Al Ism Al Musytaq (Pendapat tentang Kata
dan Isim Musytaq)
6. Kedokteran
a) Al Kulliyat fi Ath Thibb (Studi Lengkap tentang Kedokteran).
Sebanyak 7 jilid dan akan menjadi referensi serta buku wajib di
beberapa universitas Eropa. Diterjemahkan ke dalam bahasa Latin,
Inggris dan Ibrani.
b) Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi Ath Thibb. Secara kauntitas kitab ini
paling banyak beredar. Menjadi bahan kajian ilmu kedokteran di
Oxford University Leiden dan Universitas Sourborn Paris.
c) Maqalah fi At Tiryaq (Makalah tentang Obat Penolak Racun), yang
telah diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani.
d) Nasha'ih fi Amr Al Ishal (Nasihat tentang Penyakit Perut dan
Mencret), yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan Ibrani.
e) Mas'alah fi Nawaib Al Humma (Masalah tentang Penyakit Demam)
3. Pemikiran Filsafat Ibn Rusyd
a. Agama dan Filsafat
Persoalan agama dan filsafat atau wahyu dan akal bukanlah hal
yang baru dalam pemikiran Islam, temuan-temuan pemikiran Islam
mengenai hal ini tidak diperhatikan oleh sebagian ulama dan peneliti
Islam. Reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka telah disebutkan di
atas, Ibnu Rusyd tampak membela legitimasi gagasan dan membenarkan
kesesuaian ajaran agama dengan pemikiran filosofis. Ia menjawab semua
argumentasi Imam Ghazali dengan argumentasi yang tidak kalah dengan
argumentasi al-Ghazali sebelumnya.
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa pengetahuan bersumberkan atas
dua hal yaitu, realitas dan wahyu. Wahyu akan melahirkan ilmu-ilmu
keagamaan (ulum al-syar‘iyah). Dua sumber pengetahuan ini tidak
bertentangan tetapi selaras dan saling berkaitan karena keduanya berasal
dari sumber yang sama tidak mungkin bertentangan.6

Dalam buku Tahafut al-Tahafut (Inkoherensi dari Inkoherensi =


Chaotic Chaos). Sebuah buku yang datang ke Eropa dengan lebih mudah
daripada buku apa pun yang pernah dibaca orang Eropa sebelumnya.
Dalam buku ini jelas terlihat kepribadiannya sebagai seorang muslim
yang taat dan taat pada agamanya. Buku ini lebih dikenal di kalangan
filsafat dan Kalam karena mempertahankan filsafat dari serangan al-
Ghazali. Di dalam Tahafut al-Falasifah menurut Ibnu Rusyd, syara tidak
bertentangan dengan filsafat, karena filsafat pada hakekatnya tidak lebih
dari cerminan alam empiris itu sebagai dalil adanya Sang Pencipta. Dalam
hal ini, syara' juga memaksa manusia untuk menggunakan akalnya,
sebagaimana yang jelas dari firman Allah: "Apakah mereka tidak
memikirkan (akal) tentang kerajaan-kerajaan langit dan bumi dan segala
yang diciptakan Allah?" (Qs. Al-Araf: 185) dan juga dalam firman Allah
surah Al-Hasyr: 2 yang artinya:
―Hendaklah kamu mengambil Itibar (as) wahai orang-orang yang berakal‖.

Penalaran dan 'itibar' hanya dimungkinkan dengan akal sehat,


karena 'itibar' hanya berarti sesuatu yang belum diketahui dan mengambil
dari apa yang belum diketahui. Akan tetapi, agama memiliki ajaran
tentang hal-hal yang tidak terlihat, seperti malaikat, kebangkitan badan,
sifat-sifat surga dan neraka, dan lain-lain, yang tidak dapat dipahami oleh
akal. Maka hal-hal tersebut menuru Ibnu Rusyd, adalah simbol atau
lambing inti dari akal. Dalam hal ini, ia sependapat dengan Imam al-
Ghazali yang mengatakan bahwa pengembalian itu wajib kepada
petunjuk agama tentang hal-hal yang tidak dapat dipahami akal.

Dengan demikin, pengetahuan manusia berarti berdasarkan data-


data masuk lewat indra. Karena itu menurut ibn rusyd, pengetahuan

6
Ibid., h.19
manusia tidak bias disamakan dan dibandingkan dengan pengerahuan
tuhan. Pengetahuan manusia didasarkan pada penilaian rasio atas realitas
sehingga ia bias berubah atas perubahan objek, semetara pengaetaahuan
tuhan justru sebaliknya.7

b. Metafisika

Mengenai ketuhanan, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah


pembela pertama (muharrik al awwal), sifat positif yang diberikan Allah
adalah akal. Wujud Allah adalah esa-Nya. bentuk dan ke esaan-Nya tidak
berbeda dengan substansinya. Kemudian secara hierarkis dan urutan
kualitasnya, wujud-wujud terpisah hanya bekerja menggerkan benda-
benda langit, suau bentuk materi yang dianggap sebagai wujud mulia,
agung dan bercahaya, sehingga tindakan-tindakannya juga dinilai sebagai
sebaik-baik tindakan alam wujud. 8
Hal tersebut membuktikan adanya
Tuhan itu sendiri. Kelompok Hasywiyah, Shufiyah, Mu'tazilah,
Asy'ariyah dan Falasifah, masing-masing kelompok tersebut memiliki
pendapat yang berbeda satu sama lain. Misalnya golongan Hasywiyah
mengatakan bahwa cara untuk mengetahui bahwa Tuhan itu sama saja
yaitu melalui (mendengar) dan bukan melalui akal. Mereka melestarikan
kisah-kisah syr'i muttashil tanpa ta'wil. Ibnu Rusyd menolak cara berpikir
seperti itu, maka Islam mengajak kita untuk memperhatikan dunia materi
ini dengan akal kita.

Cara mengenal Tuhan, menurut tasawuf, bukanlah dalam bentuk


pemikiran, yang terdiri dari premis-premis yang membuat kesimpulan,
tetapi melalui jiwa ketika membebaskan diri dari hambatan duniawi dan
menghadapkan roh dengan substansi yang maha pengampun. Ibnu Rusyd
mengatakan bahwa pembuktian tidak bisa dianggap universal karena
derajat keimanan seseorang tidak bisa disamakan. Dalam menunjukkan

7
Ibnu Rusyd, Kaitan Filsafat dengan Syariat……h.29
8
Ibn Rusyd, Tahafut, I…..h.318
keberadaan Tuhan, Ibnu Rusyd menolak penegasan dari beberapa
kelompok sebelumnya karena tidak sejalan dengan apa yang digariskan
oleh Syariah dalam kedua ayat tersebut, dan dengan demikian Ibnu
Rusyd mengajukan tiga argumen. yang ia anggap dalam berbagai ayatnya
sesuai dengan al-Qur'an, maka dari itu Ibnu Rusyd mengajukan tiga
argumentasi yang menurutnya cocok tidak hanya untuk masyarakat
umum tetapi juga untuk kalangan terdidik secara khusus.

Berdasarkan penafsirannya atas ayat-ayat Alquran, 9


Ibn Rusyd
menawarkan tiga cara yang tepat untuk mencapai Tuhan, dan ketiga cara
ini bisa diikuti masyarakat awam maupun terpelajar. Bedanya, orang
awam hanya puas dengan pengetahuan indrawi, sedangkan kaum
terpelajar hanya bisa percaya setelah ada pembuktian.10

1) Dalil ‗inayah (Pemeliharaan)


Dalil ini didasarkan pada tujuan segala sesuatu yang berhubungan
dengan manusia. Artinya segala sesuatu yang ada, mulai dari siang,
malam, matahari, bulan dan seterusnya diciptakan untuk
kelangsungan hidup manusia. Pertama, segala sesuatu yang ada
sesuai dengan kehidupan manusia dan kedua, keselarasan ini tidak
terjadi secara kebetulan, tetapi sengaja diciptakan dan dipelihara
sedemikian rupa oleh Pencipta yang bijaksana.11
2) Dalil Ikhtira‘ (Penciptaan)
Dalil ini didasarkan pada fenomena yang diciptakan oleh semua
makhluk ini, seperti penciptaan kehidupan mati dan berbagai hewan,
tumbuhan, dll. Menurut Ibn Rusyd, kami mengamati benda mati dan
kemudian kehidupan terjadi di dalamnya, jadi kami percaya bahwa
Allah menciptakannya. Demikian pula, berbagai bintang dan benda

9
Teks-teks yang dimaksud, antara lain, QS. An-Naba‘,6-7; Al-Furqan,61; ‗Abasa,24; Al-
Thariq,5-6; Al-Ghasiyah,17; Al-Hajj,63; Al-Baqarah,21-22; Ya Sin,33; Ali Imran,191.
10
Ibid., h.48
11
Ibn Rusyd, Al-Kasyf’an Manahij……h.46
Yusuf Musa, Bain al-Din wa al-Filsafat (Mesir, Dar al-Ma‘arif, t,th.), h.147
langit di langit sepenuhnya tunduk pada peraturannya. Oleh karena
itu, siapa pun yang ingin mengenal Tuhan dengan sebenarnya harus
mengetahui hakekat segala sesuatu di alam, sehingga ia dapat
mengetahui ciptaan sejati dari semua realitas ini.

3) Dalil Harkah (Gerak)


Klaim ini dibuat oleh Aristoteles, dan Ibn Rusyd melihatnya sebagai
asumsi yang meyakinkan tentang keberadaan Tuhan, seperti yang
digunakan oleh Aristoteles sebelum dia. Dalil ini menjelaskan bahwa
gerak ini tidak tetap dalam ruang tetapi terus berubah. Gerak
menunjukkan adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan
juga bukan objek, yaitu Tuhan.12
Semua pihak sepakat bahwa usul pertama dan usul kedua sesuai
dengan syariah karena ayat-ayat Al-Qur'an yang merujuk pada usul ini.
Teori ketiga adalah argumen pertama Aristoteles, yang kemudian
digunakan oleh Ibnu Sina, Alfarabi, dan Ibnu Rusyd sendiri.
c. Moral

Ibnu Rusyd membenarkan teori Plato bahwa manusia adalah


makhluk sosial yang membutuhkan kerja sama untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mencari kebahagiaan. Mencapai kebahagiaan
merupakan tujuan akhir manusia, membutuhkan bantuan agama, yang
meletakkan dasar bagi kebajikan moral praktis, dan bantuan filosofis,
yang juga mengajarkan kebajikan teoretis.

Ibnu Rusyd adalah filosof Islam rasional yang percaya pada


kekuatan nalar dan menggunakannya sebagai alat untuk mencari
kebenaran di luar wahyu, tetapi ini tidak menyiratkan kebebasan liar
seperti dalam Averoisme, yang merupakan pemikir bebas ateis, dia tidak
mengutamakan akal daripada wahyu. Namun selain pemikiran rasional

12
Ibn Rusyd, Tahafut, I, h.313
yang konsisten dengan tanda-tanda kebenaran yang tercermin dalam
Alquran dan Hadits, tidak ada ajarannya yang bertentangan dengan
Alquran dan al-Hadits. Berbeda dengan Averroisme yang mengajarkan
kebenaran ganda yang pada akhirnya menyatakan bahwa manusia tidak
membutuhkan agama dan menjadi ateis.

B. Simpulan
Ibnu Rusyd lahir di Andalusia (Spanyol) tepatnya di kota Kordoba
pada tahun 526 H/1198 M. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga ahli Fiqh,
ayahnya Ahmad atau Abu Al Qasim adalah seorang hakim di Cordoba dan
kakeknya adalah seorang ahli Fiqh yang terkenal. Sepanjang hidupnya, Ibnu
Rusyd adalah seorang yang ingin hidup sederhana dan bersahaja, terlepas dari
harta benda dan pakaiannya. Karya-karya Ibnu Rusyd membedakan antara
karya-karya yang didasarkan pada pemikirannya sendiri dan karya-karya Ibnu
Rusyd yang merupakan tafsir atas karya-karya orang lain, khususnya
Aristoteles. Pemikiran filsafat Ibn rusyd ialah pemikiran rasional yang
konsisten dengan tanda-tanda kebenaran yang tercermin dalam Alquran dan
Hadits, tidak ada ajarannya yang bertentangan dengan Alquran dan al-Hadits.
Ibn Rusyd adalah filosof Islam rasional yang percaya pada kekuatan nalar dan
menggunakannya sebagai alat untuk mencari kebenaran di luar wahyu, tetapi
ini tidak menyiratkan kebebasan liar seperti dalam Averoisme, yang
merupakan pemikir bebas ateis, dia tidak mengutamakan akal daripada
wahyu.

Daftar Pustaka
Buku:

A. Khudori Soleh. 2016. Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Amin Abdulah. 2015. Mendamaikan Agama dan Filsafat. Yogyakarta: Kalimedia


Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Imam Al-Ghazali. 2015, Keramcuan Filsafat (Tahafut Al-Falasifah). Yogyakarta:


Grup Relasi Inti Media, Anggota IKAPI.
Jurnal:

Muhammad Iqbal. 2011. Ibn Rusyd dan Averroisme Pemberontakan


Terhadap Agama. Indonesia: Cita Pustaka Media Perintis.

Musa Yusuf. 1980. Bayn al Din wa al falsafat fi ra’yi ibn Rusyd wa


falasifat ‘asr al wasit. Kairo: Darul Ma‘arif.

Seyyed Hossein Nasr. Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam. Bandung:


Mizan. Suyudono, Yusuf. 2008. Bersama Ibnu Rusyd Menengahi Filsafat
dan Ortodoksi.

Semarang: Wali Songo Press.

Yusuf Musa. Bain al-Din wa al-Filsafat. Mesir: Dar al-Ma‘arif.

Anda mungkin juga menyukai