Anda di halaman 1dari 32

IBNU RUSYD

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Perkembangan Pemikiran Islam Yang Diampu Oleh
Dr. H. Nurlaelah Abbas, Lc., MA.

Oleh :

ZULKIFLI
80100223017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ibnu Rusyd. Makalah ini telah kami

susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

sehingga dapat memperlancarpembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima


kasih kepada semuapihak yang telah berkontribusi dalampembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih

ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami

berharap semoga makalah tentang Ibnu Rusyd ini dapat memberikan manfaat

maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Makassar, 22 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A . Latar Belakang .................................................................................... 1
B . Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3


A. Riwayat hidup Ibnu Rusyd ................................................................. 3
B. Pemikiran Ibnu Rusyd ........................................................................ 6
C. Tanggapan ataspendapat Al-Ghazali ................................................ 8
D. Gerakan Averroisme di Eropa ............................................................ 18

BAB III PENUTUP .................................................................................... 22


A. Kesimpulan .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Di Andalusia, tepatnya di kota Cordova lahir seorang filosof


Muslim terkenalbernama IbnuRusyd. Ketika itu Andalusia (Spanyol)
merupakan salah satu pusat peradaban Islam yang maju dan
cemerlang serta banyak menghasilkan ilmuan-ilmuan muslim besar
seperti Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail. Di sisi lain, Eropa (baca:
masyarakat kristen Eropa) masih berada dalam zaman kegelapan,
kebodohan dan terkungkung dalam hegemoni kekuasaangereja (The dark
middle ages),sehingga dapat dilihat dalamkonteks sejarahbahwa dengan
munculnya peradaban Islam di Andalusia, telah menjadi jembatan bagi
Eropa untuk mengetahui dan mempelajari Ilmu pengetahuan khususnya
filsafat. Dengandemikiandunia Islam telah memberikankontribusi
yang besar bagikemajuan Eropa.

Sebagaiseorang filosof, IbnuRusyd banyak


memberikankontribusinya dalam khasanah dunia filsafat, baik filsafat yang
berasal dari Yunani maupun yang berasal dari filosof-filosof muslim
sebelumnya. Ibnu Rusyd dalam filsafatnya sangat mengagumi filsafat
Aristoteles dan banyak memberikan ulasan-ulasan atau komentar terhadap
filsafat Aristoteles sehingga ia terkenal
sebagaikomentator Aristoteles.

Dalam makalah ini sekilas akan diuraikan beberapa pemikiran

filsafat Ibnu Rusyd, biografi dan karyanya, tanggapan terhadap kritik al-

Ghazali, di samping pengaruh pemikirannya dalam ilmu pengetahuan

yang kemudian
memunculkan gerakan Averroisme di Barat.

B. Rumusan Masalah
1
1. Bagaimanapemikiran Ibnu Rusyd?
2. Bagaimana tanggapan ataspendapat Al-Ghazali?

1
2

3. Bagaimana gerakan Averroisme di Eropa?


C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pemikiran Ibnu Rusyd
2. Untuk mengetahui tanggapan ataspendapat Al-Ghazali
3. Untuk mengetahui gerakan Averroisme di Eropa
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd

Nama lengkapnya, Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu


Rusyd dilahirkan di Cordova sebuah kota di Andalus. Ia terlahir pada
tahun 510 H/126 M, Ia lebih populer dengan sebutan Ibnu Rusyd.
Orang barat menyebutnya dengan sebuah nama Averrois. Sebutan ini
sebenarnya di ambil dari nama kakeknya. Keturunannya berasal dari
keluarga yang alim dan terhormat, bahkan terkenal dengan keluarga yang
memiliki banyak keilmuan. Kakek dan ayahnya mantan hakim di Andalus
dan ia sendiri pada tahun 565 H/1169 M diangkat pula menjadi hakim di
Seville dan Cordova. Karena prestasinya yang luar biasa dalam ilmu
hukum, pada tahun 1173 M ia
dipromosikan menjadiketua Mahkamah Agung, Qadhi al-Qudhat di Cordova.

Dalambukukarangan Nurcholis Madjid, dijelaskan tentang penamaan


Ibnu Rusyd, bahwapenyebutan Averriosuntuk Ibnu Rusyd adalah akibat dari
terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Oleh orang Yahudi, kata Arab
Ibnu diucapkan seperti kata Ibrani 9 bahasa Yahudi dengan Aben. Sedangkan
dalam standar Latin Rusyd menjadi Rochd. Dengan demikian nama Ibnu
Rusyd menjadi Aben Rochd. Akan tetapi, dalam bahasa Spanyol huruf
konsonan ”b” diubah menjadi ”v”, maka Aben menjadi Aven Rochd. Melalui
asimilasi huruf-hurufkonsonan dalam bahasa Arab disebut Idgham kemudian
berubah menjadi Averrochd, karena dalam bahasa Latin tidak ada huruf ”sy”,
huruf ”sy” dand dianggap dengan ”s” sehinggamenjadi Averriosd. Kemudian,
rentetan ”s” dan ”d” dianggap sulit dalam bahasa Latin, maka huruf ”d”
dihilangkan sehingga menjadi Averros. Agar tidak terjadi kekacauan antara
huruf ”s” dengan ”s” posesif maka antara ”o” dan ”s” diberi sisipan ”e”
4

sehingga Averroes, dan ”e” sering mendapat tekanan sehingga menjadi

Averrois.

Ibnu rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar


sekali ghairahnyapadailmu pengetahuan. Hal itu terbukti, IbnuRusyd
bersama-sama merivisi buku Imam Malik, Al-Muwaththa, yang
dipelajarinya bersama ayahnya Abu Al-Qasim dan ia menghapalnya. Ia
juga juga mempelajari matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan
ilmu pengobatan. Guru- gurunya dalam ilmu-ilmu tersebut tidak terkenal,
tetapi secara keseluruhan Cordova terkenal sebagai pusat studi filsafat.
Adapun seville terkenal karena aktivitas-aktivitas artistiknya. Cordova pada
saat itu menjadi saingan bagi Damaskus, Baghdad, Kairo, dan kota-kota
besar lainnya di negeri-negeri Islam
Timur.

Sebagai seorang yang berasal dari keturunan terhormat, dan


keluarga ilmuan terutama fiqih, maka ketika dewasa iadiberikanjabatan
untuk pertama kalinya yakni sebagai hakim padatahun 565 H/1169 M, di
Seville. Kemudian iapun kembali ke Cordova, sepuluh tahun di sana,
iapun diangkat menjadi qhadi, selanjutnya ia juga pernah menjadi dokter
Istana di Cordova, dan sebagai seorang filosof dan ahli dalam hukum ia
mempunyai pengaruh besar di kalangan Istana, terutama di zaman Sultan
Abu Yusuf Ya’qub al-Mansur (1184-99 M). Sebagai seorang fiolosof,
pengaruhnya di kalangan Istana tidak disenangi oleh kaum ulama dan kaum
fuqaha. Sewaktu timbul peperangan antara Sultan Abu Yusuf dankaum
Kristen, sultan berhajat pada kat-kata kaum ulama dan kaum fuqaha.
Maka kedaan menjadi berubah, Ibnu Rusyd disingkirkan oleh kaum
ulama dan kaum fuqaha. Ia dituduh membawa aliran filsafat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam, akhirnya Ibnu Rusyd ditangkap
dandiasingkan kesuatu tempat yang bernama Lucena didaerah Cordova. Oleh
5

sebab itu, kaum filosof tidak disenangi lagi, maka timbullah pengaruh
kaum ulama dankaum fuqaha. IbnuRusyd sendirikemudiandipindahkan ke
Maroko
dan meninggal di sana dalamusia 72 tahunpadatahun 1198 M.

Sebagai seorang filsafat Islam didunia Islambagian Barat, Ibnu Rusyd


juga telah membuat sebuah karya dalam tulisannya. Karya-karya Ibnu Rusyd
benar-benarmemuat sudutpandang ke arah filsafat. Di antara karya-karyanya

adalah sebagai berikut :

a. Tahafut at-Tahafut. Kitab ini berupaya menjabarkan dengan


menyanggah butir demi butir keberatan terhadap al-Ghazali. Tahafut at-
Tahafut lebih luwes daripada fashl dalam menegaskan keunggulan
agama yang didasarkan pada wahyu atasakal yang dikaitkan dengan
agama yang murni rasional. Akan tetapi, Tahafut at-Tahafut juga
setiakepada Fashl, melalui pandangan terhadap diri Nabi yang
mempunyai akl aktif untuk melihat gambaran-gambaran secara
rasional. Seperti halnya juga para filsuf, dan yang mengubah gambaran-
gambaran tersebut dengan mengubahimajinasi menjadi simbol-simbol
yang sesuai kebutuhan orang awam. Dengan demikian,
rasioanlismereligius Ibnu Rusyd bukan sekedar reduksionisme, seperti
halnya paham Al-Muwahhidun, ini merupakan keyakinan pada
kemungkinan untuk membangun kemabli rantai penalaran secara
aposteriori.
b. Fash al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari’ah min al-Ittishal (Kitab

ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dengan agama)


c. Al-Kasyf’an Manahij al-Adillat fi ’Aqa’id al-Millat, (berisikan kritik

terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi)


d. Bidayat al-MujtahidwaNihayat al-Muqtashid, (berisikanuraian-uraiandi

bidang fiqih).
6

B. Pemikiran IbnuRusyd

Sebagai komentator Aristoteles tidak mengherankan jika pemikiran

Ibnu Rusyd sangat dipengaruhi oleh filosof Yunani kuno. Ibnu

Rusyd menghabiskan waktunya untuk membuat syarah atau komentar atas

karya- karya Aristoteles, dan berusaha mengembalikan pemikiran Aristoteles

dalam bentuk aslinya. Di Eropa latin, Ibnu Rusyd terkenal dengan nama

Explainer (asy-Syarih) atau juru tafsir Aristoteles. Sebagai juru tafsir

martabatnya tak lebih rendah dari Alexandre d’Aphrodise (filosof yang

menafsirkan filsafat
Aristoteles abad ke-2 Masehi) dan Thamestius.

Dalambeberapa hal Ibnu Rusyd tidak sependapat dengan tokoh-tokoh


filosof muslim sebelumnya, seperti al-Farabi dan Ibnu Sina dalam
memahami filsafat Aristoteles, walaupun dalam beberapa persoalan filsafat
ia tidak bisa lepas daripendapat darikedua filosof muslim tersebut.
Menurutnyapemikiran Aristotelestelah bercampur baur denganunsur-unsur
Platonisme yang dibawa komentator-komentator Alexandria. Oleh karena
itu, Ibnu Rusyd dianggap berjasa besar dalam memurnikan kembali
filsafat Aristoteles. Atas saran gurunya Ibnu Thufail yang memintanya
untuk menerjemahkan fikiran-fikiran
Aristoteles padamasa dinasti Muwahhidun tahun 557-559 H.

Namun demikian, walaupun IbnuRusyd sangat

mengagumiAristoteles bukan berarti dalam berfilsafat ia selalu mengekor

dan menjiplak filsafat Aristoteles. Ibnu Rusyd juga memiliki pandangan

tersendiri dalam tema-tema filsafat yang menjadikannya sebagai filosof

Muslim besar dan terkenal pada


masa klasikhingga sekarang.
1. Dalil ‘InayahAl-Ilahiyah (Pemeliharaan Tuhan)
Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan

manusi. Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan
7

manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia.
Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secarakebetulan, tetapi memang
sengaj
diciptakan demikian oleh sang penciptabijaksana. Ayat suci yang mendukung
dalil tersebut, diantaranya Q.S, al-Naba’:78:6-7.
‫ﻡ َ ً。َﻝ َﺃﻭ ﻝ‬石 ‫ﺍًﺩﺍ َﻩ ﻡ‬ ‫ﺍﻷﺭ。َﺽ‬ ‫َﺝ ﻉ。َﻥ‬石 .
。 َ‫ﺃ‬
‫ َﻝ‬石َ ‫ﺕﺍ ﺩ َﺍﻟﺞ ﺍ‬
Artinya: Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,. dan

gunung-gunung sebagaipasak? (QS. Al-Naba:6-7).


2. DalilIkhtira’ (Dalil Ciptaan)

lil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini,


seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan,
tumbuh- tumbuhandan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati
bendamati lalu terjadikehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah yang
menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di angkasa
tundujk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja yang
ingin mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib mengetahui
hakikat segala sesuatu di alam
ini agar ia dapat mengetahui ciptaan hakiki pada semua realitas ini. Ayat suci
‫ ﻩ ﻱ‬yang‫ ﺃ‬mendukung dalil‫ﺏ‬tersebut, diantaranya Q.S, َal-Hajj:
。 َ73. ‫ﻥ‬
‫ َ َﺍَ َﺍ‬夕 ‫ َ ﺍﻝ ﺍ ﺱ‬石 ‫ﺭ‬夕夕夕 ‫ﻱ ﺽ‬ ‫ ﻑﺍﺱ ﺕ‬夕 ‫ﻱ َ َ َﻝ ﻩ‬石 ‫ﺍ‬
‫ﺏ ﻭﺍ ﺏ ﻝ َﻡ‬夕
‫ ﺕﺩ。ﻋﻮ‬石 ‫ﻭﻥ‬夕 ‫ﻥ。ﺩ‬石 ‫ﺍﻟَﻞ ﻡ‬石َّ ‫ ﺫ َﺍ ﺍ ً َ ﻝ ﻕﻭﺍ 。ﻥ‬石 ‫ﺍ ﻥ ﺕﻭﺍ َﻭ َﻝ ﻭ‬
ُّ ‫ﺏ‬ ‫ َﻕ ﻩ‬夕
。 。
‫ﻩ‬夕 ‫َﻝ ﻥ ﺇ‬石 ‫َﻭ ﻡ‬夕 ‫ﻩ‬夕 ‫ﺏ ﻝ‬夕 ‫ ﺱ。َﻱ‬夕 ‫ ﺍ َﺍﻟﺬ َﺷﻲ。ﺉًﺍ َّﻻ‬夕 ‫ﻭﺫ‬石 َ ‫ﺕﺏ‬
‫ﻉَﻑ‬ 夕 ‫َﺽ ﺏ‬夕 ‫ﻝ‬石 ‫ ﺍﻟﻄﺎ‬夕
‫ﻭﻝﻁ ﺍﻝﻡَ َﻭ‬
Artinya: Haimanusia, telahdibuat perumpamaan, maka
dengarkanlaholehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu
7
seru selain Allah sekali- kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun,
walaupun merekabersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
8

mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj:73)

3. Dalil Harkah (Gerak.)

Dalil iniberasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya sebagi


dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang digunakan
oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak
tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua jenis
gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang berakhir
pada yang bergerak pad dzatnya dengan sebab penggerak pertama yang
tidak bergerak sama sekali, baikpada dzatnyamaupun pada sifatnya. Akan
tetapi, Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh
Aristoteles bahwa gerak
itu qadim.
C. Tanggapan ataspendapat Al-Ghazali

Ibnu Rusyd dikenal oleh banyak orang sebagaifilosof yang

menentang al-Ghazali. Hal ini terlihat dalam bukunya berjudul Tahafutut-

tahafut, yang merupakan reaksi buku al-Ghazali berjudul Tahafutut

Falasifah. Dalam bukunya, Ibnu Rusyd membela pendapat-pendapat ahli

filsafat Yunani dan umat Islam yang telah diserang habis-habisan oleh

al-Ghazali. Sebagai pembela Aristoteles (filsafat Yunani), tentunya Ibnu

Rusyd menolak prinsip Ijraul-Adat dari al-Ghazali. Begitu pula al-Farabi,

dia juga mengemukakan prinsip hukum kausal dari Aristoteles. Perdebatan

panjang antara Al-Ghazali dan Ibn Rusyd, kiranya tidak akan pernah usai.

Karena keduanya memiliki pengikut setia dalam mempertahankan pendapat-

pendapat dari kedua pemikir


Islam tersebut.

Al-Ghazali adalah sebagai golongan filsafat Islam di dunia


Islam Timur, sedangkan Ibn Rusyd adalah sebagai salah satu pemikir dari
golongan
8
filsafat Islam didunia Islam Barat. Walau punkitatidakmembacakeseluruhan,
9

hanya melihat dari pembagian dalam daftar isi dalam buku itu, kita
sudah menilai bahwa pemikir Islam Timur dan Barat jelas-jelas akan
mengalami
perbedaan pendapat satu dengan yang lainnya.

Melalui buku Tahafut al-Falasifah (Kekacauan Pemikiran Para


Filsuf), Al-Ghazali melancarkan kritik keras terhadap para filsuf dalam 20
masalah. Tiga dari masalah tersebut, menurut Al-Ghazali, dapat
menyebabkan kekafiran: yaitu, qidamnya alam, Tuhan tidak mengetahui
perincian yang
terjadi di alam, dantidak adanya pembangkitan jasmani.

Sehubungan serangan dan pengkafiran Al-Ghazali, Ibn Rusyd


tampil membela para filsuf dari serangan dan pengkafiran tersebut. Dalam
rangka pembelaan itulah ia menulis buku Tahafut al-Tahafut (Kekacauan
dalam Kekacauan). Berikut perdebatan Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
Perincian 20
persoalan di atas adalah sebagai berikut:
a. Alam qadim (tidal bermula),
b. Keabadian (abadiah) alam, masa dan gerak,
c. Konsep Tuhan sebagai pencipta alam dan bahwa alam adalah produk

ciptaan-Nya; uangkapan ini bersifat metaforis,


d. Demonnstrasi/ pembuktian eksistensi Penciptaan alam,
e. Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu dan tidak mungkin pengandaian

duawajib al wujud,

f. Penolakan akan sifat-sifat Tuhan,


g. Kemustahilankonsep genus (jins) kepada Tuhan,
h. Wujud Tuhan adalah wujud yang sederhana, wujud murni, tanpa kuiditas

atau esensi
i. Argumen rasional bahwa Tuhan bukantubuh (jism),
10

j. Argumen rasional tentang sebab dan Pencipta alam (hukum alam

tak dapat berubah),


k. PengetahuanTuhan tentang selain diri-Nya dan Tuhan mengetahui species

dan secara universal,


l. Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri,
m. Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu (juziyyat) melainkan

secaraumum,
n. Langit adalah mahluk hidup dan mematuhi Tuhan dengan gerak putarnya,

o. Tujuan yang menggerakkan,


p. Jiwa-jiwa langit mengetahui partikular-partikularyang bermula,

q. Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa,


r. Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak

menempatiruang, tidak ter pateripadatubuh dan bukantubuh,

s. Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur, dan

watak keabadiannya membuatnya mustahil bagi kita

membayangkan
kehancurannya.
t. Penolakanterhadapkebangkitan Jasmani.

Dari 20 persoalan ini ada 3 hal yang dianggap paling

membahayakan “kestabilan” umat yaitu: pertama, alam kekal (qadim) atau

abadi dalam arti tidakberawal. Filsuf-filsuf mengatakan (yang jugadiyakini

Ibn Rusyd) bahwa alam itu qadim. Qadim-nya Tuhan atas alam sama dengan

qadim-nya illat atas ma’lul-nya (sebab-akibat), yaitu dari segi zat dan

tingkatan, bukan dari segi


zaman ataumasa.
1. Qadimnya Alan
Namun menurut Al-Ghazali, pendapat para filsuf bahwa alam kekal

dalam arti tidak bermula tidak dapat diterima kalangan teologi Islam, karena
11

menurut konsep teologi Islam, Tuhan adalah pencipta. Yang


dimaksud pencipta ialah mengadakan sesuatu dari tiada (creatio ex nihilio).
Kalau alam dikatakan tidak bermula, berarti alam bukanlah diciptakan,
dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Pendapat seperti ini yang
memunculkan bentuk
kekafiran.

Ibn Rusyd, begitujuga para filsuf lainnya, berpendapat bahwa creatio


ex nihilio tidak mungkin terjadi. Dari yang tidak ada (al- ‘adam),
atau kekosongan, tidak mungkin berubah menjadi ada (al-wujud). Yang
mungkin
terjadi ialah “ada” yang berubah menjadi “ada” dalambentuk lain.

Pendapat ini didukung oleh beberapa ayat Alquran yang


mengandung pengertian bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari sesuatu
yang sudah ada,
bukandaritiada. Dalam hal ini merekamerujukapadaal-Qur’an Surat Ibrahim
‫ﺭ‬ ‫ﻉ‬
ayat 47-48:
‫َﻓﻼ َﺡَﺱَﺏ َّﻥ 。َﺕ ﺍﻟَََّﻞ َﻝ ﻑ‬石‫ﺥ。ﻡﻱ‬夕 ‫ﻩﺏ‬石 ‫ﺩ‬石 ‫ ﻉ。َﻭ ﻩﻝ‬夕‫َّﻥ ﺇَ ﺭ‬石 ‫ﺍﻟَََّﻞ ﺯﻱ ﺯ‬石
。 *‫ َﻭﻭ。 ﺏﻡ ﺭ‬夕 ‫ َّ َﺩﻝ‬夕 ‫ ﺕ‬夕 ‫ﺍﻷﺭﺽ‬。 َ ‫。ﻍﻱ‬石 ‫ﺍﻷﺭ َ 。ﺽ‬
‫ َ َ َﺯﻭﺍ‬石َّ ‫ِﻟﻞ‬石 石 ‫ ﺍﻝﺍ ﺡ‬石 ‫ﻭﻭ ﺍﻝَّﺍﻩ ﺭ‬夕 َّ‫。。ﻕﺍﻡ ﺫ‬ ‫ﻭ‬石 ‫ﺍﻧﺖ‬
夕 ‫ َﺍﻝﺱ ﺍ َﺍ ﺕ‬夕
Artinya: “Karena itu janganlahsekali-kali kamu mengira Allahakan
menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka
semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah
yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa.” (Q.S. Ibrahim: 47-48).

Ayat ini, menurut Ibn Rusyd, mengandung arti bahwa sebelum


adanya wujud langit-langit dan bumi telah ada wujud yang lain, yaitu wujud
11
air yang
di atasnya terdapat tahta kekuasaan Tuhan, dan adanya masa sebelum masa
12

diciptakannya langit dan bumi. Tegasnya, sebelum langit dan bumi diciptakan,

telah ada air, tahta, dan masa.

Menurut al-Ghazali, sesuai dengan kaum teolog Muslim, bahwa

alam diciptakan Allah dari tiadamenjadi ada (al- ’ijadmin al’adam,cretio ex

nihilo). Penciptaan dari tiadalah yang memastikan adanya Pencipta. Yang

ada tidak membutuhkan yang mengadakan. Justru itulah alam ini mesti

diciptakan dari tiada menjadi ada. Sementara itu, menurut filosof Muslim,

alam ini qadim,


artinya alam ini diciptakan dari sesuatu (materi) yang sudah ada.

Bagi Ibnu Rusyd, Al-Ghazali telah keliru dalam menarik


kesimpulan bahwa tidak ada seorang filosof Muslim pun yang
berpendapat bahwa qadimnya alam sama dengan qadimnya Allah. Akan
tetapi yang mereka maksudkan adalah yang ada berubah menjadi ada
dalam bentuk lain. Karena penciptaan dari tiada (al- ’adam), menurut filosof
Muslim adalah suatu yang mustahil dan tidak mungkin terjadi. Dari tidak
ada (nihil) tidak bisa terjadi
sesuatu. Oleh karena itu, materi asal alam inimesti qadim.

Al-Ghazali di sini juga membantah bahwa perkataan “Tuhan

lebih dahulu adanya daripada alam dan masa” ialah bahwa Tuhan

sudah ada sendirian, sedangkan alam belum ada, kemudian Tuhan ada

bersama-sama dengan alam. Dalam keadaan pertama kita membayangkan

adanya zat yang sendirian, yaitu zat Tuhan, dan dalam keadaan keduakita

membayangkan dua zat, yaituzat Tuhandanzat alam. Kita tidak perluadazat

(wujud) yang ketiga, yaitu masa, apalagi yang dimaksud dengan masa ialah

gerakan benda (alam), yang berarti bahwa sebelum ada benda (alam)

sudah barang tentu belum


adanyamasa.
Dalam perdebatan di atas, kita akan mendapatkan satu pandangan

bahwaperdebatan ini tidak akan pernah usai. Karena dari satu sisi Al-Ghazali
13

menganggap bahwapendapat filsuf dan termasuk Ibn Rusyd tentang


qadimnya alam termasuk membawakekafiran. Kemudiandisisi yang lain Ibn
Rusyd juga enggan pendapatnya dianggap akan atau telah menimbulkan
kekafiran. Dan lagi, kedua tokoh ini mungkin juga para pengikut
keduanya, sama-sama
memiliki dasaryang kuat dan meyakinkan.

Dalam Fashl al-Maqal, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa

perselisihan antara mereka tentang alam ini hanyalah perselisihan dari segi

penamaan atau
semantik. Lebih lanjut dijelaskan, mereka sepakat bahwa segala yang ada ini
terbagike dalam tiga jenis:

1. Jenis Pertama, wujudnya karenasesuatu yang lain darisesuatu, dengan


arti wujudnya ada Pencipta dan yang diciptakan dari benda serta
didahului dengan indera, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
dan lainnya.
Wujud ini mereka namakan dengan Baharu.

2. enis Kedua, wujudnya tidak karena sesuatu, tidak pula dari sesuatu
dan tidak didahului oleh zaman. Wjud ini sepakat mereka namakan
dengan qadim. Ia hanya dapat diketahui dengan bukti pikiran.
Ia yang menciptakan segala yangadadan memeliharanya.
Wjudyangqadiminilah
yang disebut Allah.

3. Wujud yang ketiga ini adalah wujud di tengah-tengah antara kedua

jenis di atas, yaitu wujudyangtidak terjadi berasal dari sesuatu, tidak

didahului oleh zaman, tetapiterjadinyakarena sesuatu (diciptakan).

Wujud jenis ini adalah alam semesta. Wujud alam ini ada

kemiripannya dengan wujud jenis pertamadanyang kedua.

Dikatakanmirip dengan jenis yang pertama karena wujudnya dapat

kita saksikan dengan indera, dan dikatakan wujudnyamirip dengan


13
jenis yang kedua karena wujudnya tidak didahului
oleh zaman dan adanya sejak azali. Yang mengutamakan kemiripannya
14

denganbaharu, maka wujud alaminimereka sebut baharu, dan siapa

yang mengutamakan kemiripannya dengan yang qadim, maka mereka

katakan ala ini qadim. Namun sebenarnya, wujud pertengahan (alam)

ini tidak benar-benar qadim dantidak pula benar-benarbaharu. Sebab,

yang benar- benar qadim adanya tanpa sebab, dan yang benar-benar

baharu pasti
bersifat rusak.
2. Pengetahuan Tuhan

Masalah Kedua yang digugat oleh Al-Ghazali adalah


tentang pengetahuan Tuhan. Golongan filsuf berpendirian bahwa
Tuhan tidak mengetahui hal-hal (peristiwa-peristiwa) kecil, kecuali
dengan cara yang umum. Alasan mereka ialah bahwa yang baru ini dengan
segala peristiwanya selalu berubah, sedangkan ilmu selalu mengikuti apa
yang diketahui. Dengan perkataan lain, perubahan perkara yang diketahui
menyebabkan perubahan ilmu. Kalau ilmu ini berubah, yaitu dari tahu
menjadi tidak tahu atau sebaliknya, berarti Tuhan mengalami perubahan,
sedangkan perubahan pada
zat Tuhantidak mungkinterjadi (mustahil).

Kritik al-Ghazali kedua adalah tentang pernyataan yang mengatakan

bahwa Tuhan hanya mengetahui tentang diri-Nya, atau pernyataan

yang menyatakan bahwa Tuhan Maha Segala Tahu, tetapi pengetahuan-

Nya itu bersifat kulli, tidak dapat dibenarkan. Menurut Al-Ghazali, setiap

yang maujud ini diciptakan karena kehendak Tuhan, dan juga setiap yang

terjadi di alam ini atas kehendak-Nya. Tentulah seluruhnya itu diketahui oleh

Tuhan, sebabyang berkehendakharuslah mengetahui yang dikehendakinya.

Jadi, Tuhan tentunya


mengetahui segala sesuatu yang secararinci.
Mengenai penjelasan di atas, Ibnu Rusyd menyangkal bahwa Tuhan

tidak mengetahui hal-hal yang kecil, tidaklah seperti yang ditudingkan.


15

Semuanya harus dilihat apakah pengetahuan Tuhan itu bersifat qadim

atau hadis terhadapperistiwakecil itu. Dalam hal ini, IbnuRusyd

membedakanilmu
qadim dan ilmu baru terhadap halkecil tersebut.

Ibn Rusydrupanya ingin mengklarifikasi permasalahanyang diungkap


oleh Al-Ghazali. Menurut Ibn Rusyd, Al-Ghazali dalam hal ini salah
paham, sebab para filsuftidakada yang mengatakan demikian,
yangadaialahpendapat mereka bahwa pengetahuan tentang perincian yang
terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian
itu. Jadi menurut Ibn Rusyd, pertentangan antara Al-Ghazali dan para
filsuf timbul dari penyamaan pengetahuan Tuhan dengan pengetahuan
manusia. Pengetahuan manusia tentang perincian diperoleh melalui panca
indera, dan dengan panca indera ini pulalah pengetahuan manusia tentang
sesuatu selaluberubah dan berkembang sesuaidengan penginderaanyang
dicernanya. Sedangkan pengetahuan tentang kulliyah diperoleh melalui
akal dan sifatnya tidak berhubungan langsung
dengan rincian-rincian (juziyyah) yang materi itu.

Pendapat kedua fiilosof ini sangat menarik untuk dilihat sudut


perbedaannya, oleh sebab itu Oliver Leaman mencoba memahami kedua
pemikir tersebut dengan pendekatan ajaran agama. Bahwa pembahasan kedua
pemikir tersebut didasarkan padapembedaan pengetahuan, yakni
pengetahuan
Tuhan dan Manusia. Dalambukunya diungkapkan;

Tuduhan yang menarik ini semula timbul dari cara para filosof
membedakan antara pengetahuan kita dan pengetahuan Tuhan. Dilihat dari
sudut pandang agama, Islam sangat jel;as mengajarkan bahwa Tuhan
mengetahui setiap dan segala sesuatu yang ada di atas dunia yang sementara
ini. Seperti seorang manusia boleh menduga bahwa pengetahuan seperti itu
adalah penting sekali untuk tindakan penentuan keputusan tentang nasibjiwa
16

manusia setelah mati. Bagaimanapun juga, suatu pikiran yang mengatakan

bahwa Tuhan menciptakan alam semesta, kemudian setelah itumelupakannya

bukanlah pikiran menarik bagi paham ortodok Islam. biasnya ada sedikit

keraguan, bagaimanakah pandangan al-Qur’an tentang hakikat kekuasaan

Tuhan (Qudrat Tuhan). Bahkan, Tuhan mengetahui semua

pemikiran- pemikiran manusia “Sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dan mengetahui apayangdibisikkan oleh hatinya, dankamilebih

dekat kepadanya dari pada urat lehernya”. Dia (Allah) mengetahui

dengan persis individu-


individu yang baru dilahirkan.

Jadi,dalam hal iniapakahbenar Ibnu Rusyd berpandanganseorang

Al- Ghazali salah dalam hal pembacaan sehingga menimbulkan

kesalahpahaman? Atau inihanya Ibn Rusyd tidak mememilikiargumen lain

tentang pengetahuan Tuhan? Di manakah letak permasalahan yang

dimaksud Al-Ghazali? Mungkinkah permasalahannyahanya pada

kesalahpahamanAl-Ghazali sendiri
kepada para filosof, seperti yang dikatakan Ibnu Rusyd? Atau sebaliknya?
3. Kebangkitan Jasmani

Masalah yang ketiga yang digugat oleh al-Ghazali adalah

kebangkitan jasmani. Masalah yang terakhir ini, para filosof menolak konsep

kebangkitan jasmani, karena mereka menganggap hal tersebut mustahil.

Menurut mereka unsur jasmani (fisik) manusia yang telah mati akan diproses

oleh alam. Proses alam panjang tersebut tidak menutup kemungkinan

merubah unsur pertama menjadi bagian dari fisik manusia yang lain.

Dengan demikian, jika kebangkitan ukhrawi manusia dalam bentuk

fisiknya yang semula, maka terdapat kemungkinan manusia yang

dibangkitkan dalam bentuk fisik yang


tidak sempurna.
17

Al-Ghazali tidak sepaham dengan pendapat para filosof di atas.


Dia mengatakan bahwa jiwa manusia tetap wujud sesudah mati (berpisah
dengan badan) karena ia merupakan substansi yang berdiri sendiri.
Al-Ghazali
mengungkapkan:

“ …adalah bertentangan dengan seluruh keyakinan Muslim,

keyakinan mereka yang mengatakan bahwabadan jasmani tidak akan

dibangkitkan pada hari Kiamat, tetapi jiwa (roh) yang terpisah dari

badanyang akandiberipahala dan hukuman, dan pahala atau hukuman

itupun akan bersifat spiritual dan bukannya bersifat jasmaniah.

Sesungguhnya, mereka itu benar di dalam menguatkan adanya pahala dan

hukuman yang bersifat jasmaniah dan mereka dikutuk oleh hukum yang

telah diwahyukan dalam pandangan yang mereka


nyatakan itu.

Dalam membantah gugatan Al-Ghazali, Ibnu Rusyd mencoba untuk

menggambarkan kebangkitan rohani melalui analogi tidur. Ketika manusia

tidur, jiwa tetap hidup, begitu pula ketika manusia mati, maka badan akan

hancur, jiwa tetap hidup bahkan jiwalah yang akan dibangkitkan. Adapun
ungkapannya sebagai berikut:

“ … perbandingan antara kematian dan tidur dalam masalah ini

adalah bukti yang terangbahwa jiwaitu hidup teruskarena aktivitas dari jiwa

berhenti bekerja pada saat tidur dengan cara membuat tidak bekerjanya

organ-organ tubuhnya, tetapikeberadaan ataukehidupan jiwatidaklah

terhenti. Maka sudah semestinya keadaanya pada saat kematian akan

sama dengan keadaannya ketikatidur..dan bukti inilah yang dapat

dipahamiolehseluruhorang dan cocok untuk diyakini oleh orang banyak

atau orang awam, dan akan menunjukkan jalan bagi orang-orang yang

terpelajar yang keberlangsungan hidup daripada


jiwa itu adalah satu hal yang pasti. Hal inipun terang gambling dari firman
18

Tuhan, “Tuhan mengambil jiwa-jiwa pada saat kematiannya untuk kembali

kepada-Nya, dan jiwa-jiwa orangyang belummatipada saat tidur mereka.

Perdebatandi atas sebenarnya adalah perdebatan antara para filosof


dan Al-Ghazali. bukan antara Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali. Namun,
adanya pendidikan yang dikenyam Ibn Rusyd adalah dari para filosof atau
bahkan "kebencian" Ibn Rusyd terhadap Al-Ghazali, maka Ibn Rusyd tidak
tinggal diam dengankecamanAl-Ghazali terhadapparafilosof. PerdebatanAl-
Ghazali
dan Ibnu Rusyd punterjadi.

D. Gerakan Averroismedi Eropa

Averroisme merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukkan penafsiran filsafat Aristoteles yang dikembangkan Ibnu Rusyd

oleh pemikir- pemikirBarat-Latin, ataujugadisebut gerakan intelektual yang

berkembang di
Barat pada abad ke 13- 17.

Kontak Eropa dengan pemikiran Ibnu Rusyd bermula dari


sikap pemerintah al-Muwahhidun setelah kematian Abu Ya’cub tahun
1184 M, seterusnya digantikanoleh putranya Abu Yusuf al-Mansur.
Iaterpengaruh oleh fitnah orang yang tidak suka kepada Ibnu Rusyd,
sehingga beliau ditangkap dan disingkirkan ke Lucena di selatan
Cardova. Pemerintah juga memerintahkan untuk membakar semua
karyanya dan sekaligus melarang membaca karya-karyanya.[19] Beberapa
pengikut setia dari muridnya seperti Maimunides, Joseph Benjehovah,
bangsa Yahudi ini menyambut Rusyd dengan rasakecintaandi Lucena.
Disini IbnuRusyd melanjutkan pekerjaannya
mengajardan mengarang,umumnya murid beliau adalah bangsa Yahudi.
Pemikirannyaterus berkembang diEropa dengan diterjemahnyabuku-

buku Rusyd dari bahasa Arab ke bahasa latin dan Ibrani, selanjutnya
19

menggoncangkan sosio-religius yang selama ini telah merantai akal mereka

dengan kebijakan gereja.

Pengaruh Ibnu Rusyd ini semakin menunjukkan bentuknya

dengan munculnya gerakan Averroisme di Barat yang mencoba

mengembangkan gagasan-gagasan Ibnu Rusyd yang rasional dan ilmiyah.

Pada mulanya istilah ini dimaksudkan sebagai bentuk penghinaan terhadap

pendukungnya. Tidak seorang pun yang berani dengantegas menyatakan

dirinya sebagaipendukung Averroisme. Barulah setelah masa Johannes

Jandun (1328) yang pertama kali menegaskan dirinya secara terbuka sebagai

pengikut Averroisme dan diikuti oleh Urban dari Bologna (1334) serta

Paul dari Venesia (1429), para pendukung pemikiran Ibnu Rusyd lainnya

mulai berani secaraterang-terangan


menyatakan pendirian mereka.

Tokoh yang terkenal sebagai pelopor Averroisme adalah Siger

de Brabant (1235- 1282) dan diikuti oleh murid-muridnya seperti Boethius

de Decie, Berner vanNijveldan Antonius van Parma.

[21]Paramahasiswatersebut mempelajari, meneliti dan menela’ahkarya-

karyaulasan Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles. Landasan rasionalitas

yang dikembangkan Ibnu Rusyd ternyata sangat menarik perhatian

mereka. Timbul kesadaran di kalangan sarjana-sarjana Barat untuk

mengoptimalkan penggunaan akal dan meninggalkan paham-paham

yang bertentangan dengan semangat rasional. Pada gilirannya Barat bangkit

dari keterpurukan menuju puncak pengetahuan, sehingga Nouruzzaman

mengatakan Spanyol sebagai jembatan penyebrangan


muslim ke Barat.

Ajaran-ajaran mereka yang terilhami oleh pemikiran IbnuRusyd

antara lain adalah pandangan mereka tentang pembuktian keberadaan Tuhan

dengan
teori gerak. Sama dengan Ibnu Rusyd, mereka memandang bahwa segala
20

sesuatu di dunia ini mesti ada yang menggerakkannya. Karena tidak


mungkin ada rentetan gerak yang tiada hentinya itu tanpa ada
penggeraknya, maka sampailah mereka pada kesimpulan adanya
penggerak utama. Itulah yang dalam bahasa Ibnu Rusyd disebut al-
Muharrik al-Awwal (Tuhan). atau Prima
Causa menurut Aristoteles.

Berdasarkan pandangan ini, merekajuga mengikuti Ibnu Rusyd dalam

pandangan merekatentang teorikausalitas. Meskipun Tuhan adalah penyebab

segala sesuatu, Tuhan hanyalah menciptakan akal pertama saja,

sedangkan secara seterusnya diciptakan oleh akal-akal berikutnya. Inilah

yang dimaksud Ibnu Rusyd dengan hukum-hukum alam terhadap

penciptaan Tuhan. Jadi, sebagaimana Ibnu Rusyd, mereka memahami

bahwa penciptaan Tuhan terhadap segala sesuatu bukanlah secara

langsung, tetapi melalui hukum- hukumalam yang tetap yang telah

diciptakan-Nya terhadapsegala ciptaan-Nya


tersebut.

Padatahun 1270, paham Averroisme yang diajarkan Siger van


Brabant dan murid-muridnya diharamkan oleh gereja. Para penguasa Kristen
ketika itu menganggap ajaran Ibnu Rusyd berbahaya bagi akidah orang
Kristen. Lalu pada tahun 1277 M pandangan-pandangan Averroisme secara
resmi dilarang di Paris melalui sebuah undang-undang yang dikeluarkan
gereja. Siger van Brabant sendiriakhirnyadihukum mati oleh
gerejatujuhtahunkemudian. Pada tahun-tahun berikutnya, Paus semakin
meningkatkan aksinya menentang universitas yang mengajarkan pemikiran
Aristoteles dan Ibnu Rusyd. Banyak tokoh-tokoh Averroisme dihukum
dan buku-buku karangan Ibnu Rusyd dibakar. Selama tahun 1481- 1801,
tidak kurang dari 340.000 pengikut Rusyd dihukum, dan hamper 32.000
diantaranya dibakar hidup-hidup. Pendapat lain
mengatakan sejak tahun 1481- 1499 pengikut Rusyd telah dibakar sebanyak
21

10.022 orang dan 66.860 orang dihukum gantung serta 97.023 orang duhukum

dengan berbagai sisksaan.

Namun demikian, larangan dan kutukan gereja terhadap

Averroisme tidak membuat surut perkembangan gerakan intelektual ini,

malah sebaliknya semakin menyebar ke berbagai wilayah lainnya di Eropa.

[26] Apalagi setelah Johannes mengeluarkan statemen bahwa

Averroismeitubenar, kitab Suci juga benar, baginya kebenaran ada dua

yaitu kebenaran filosofis dan kebenaran


teologi.

Gerakan Averroisme yang ditandai oleh semangat rasional inilah

yang yang melahirkan renaisans di Eropa, artinya kebangkitan Eropa dalam

bidang ilmupengetahuan warisan Yunani dan Romawi yang pernah padam.

Sekaligus melepaskan keterikatan dengan gereja sebagai agama mayoritas

Eropa. Era renaisans Eropa muncul pada abad ke- 14 hingga sekitar

pertengahan abad ke-


17.

Inti renaisans adalah mengangkat kembali kedaulatan manusia yang


telah dirampas oleh Dewa dan motologi dalam waktu yang berabad-
abad lamanya. Kehidupan berpusat pada manusia bukan pada Tuhan. Tokoh-
tokoh Averroismemeyakinikebenaran pandangan Ibnu Rusyd tentang
keharmonisan antara akal dan wahyu, filsafat dan agama, menimbulkan
kesadaran bagi merekauntuk mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan
sebagai warisan dari
peradaban Yunani dan Islam.
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jika mau menilai dengan jujur, maka usaha pendamaian agama dan

filsafat yang dilakukan IbnuRusyd melebihi upaya yang dilakukan para

filosof Muslim seperti al_kindi, al-Farabi dan lain-lain. Dalam rumusannya

terlihat, perpaduanutuh kebenaran agama dan filsafat dengan argumentasi

yang kokoh dan sepenuhnya berangkat dari ajaran agama Islam. Dengan

keunggulan itu, Ibnu Rusyd mampu mematahkan “serangan” Al-Ghazali

dengan cara yang


lebih tajam danjelas.

Maka dari itu terlihat sikap tegas, jujur, terbuka dan penguasaan serta

kedalaman ilmu pengetahuan pada diri Ibnu rusyd. Dari sikap dan

pandangannya demikian pula kemudian Ibnu Rusyd terlihat seorang filsuf

Islam yang paling dekat pandangan keagamaannya dengan golongan

orthodoks. Dan dari riwayat hidupnya diketahui bahwa diantara filsuf Islam,
tidak ada yang menyamainya dalam keahliannya dalambidang figh Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Athif al-Iraqi, Muhammad. Al-Naz’ah al- “Aqliyah fi Falsafah Ibnu Rusyd,


Kairo: Dar al-Ma’arif, 1979.
Asari, Hasan. Dari Yunani Hingga Renaisans: Melacak Peranan Peradaban
Islam Dalam Tradisi Intelektual Barat, Journal Analytica Islamica, Volume I,
Nomor I, Medan: Pasca Sarjana IAIN SUMUT, 1999.
Al-Nadwi, Abu al-Hasan. Islam and The World, Lucknow: Academy of
Islamic Recearch and Publication, 1979.
Abduh, Muhammad. Ilmu dan Peradaban Islam Menurut Islam dan Kristen,
terj. Mahyuddin syah. Bandung; Diponegoro, 1992.
Ahmad, Zainal Abidin. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd, Jakarta: Bulan Bintang: 1975.
Al-Ahwani, Ahmad Fuad. Filsafat Islam, penyunting: Sutardji Calzoum
Bachri, Cet. Kedelapan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Mesir: Dar al-ma’arif, t. t.
Hossein Nasir, Seyyed. Intelektual Islam, terj. Suharsono & Djamaluddin
M.Z., Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996.
Hanafi, Ahmad. Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1996. Iqbal, Muhammad. Ibn Rusyd & Averroisme, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2004. Leaman, Oliver. Pengantar Filsafat Islam, terj. M. Amin Abdullah,
Jakarta: Rajawali, 1989.
Madjid, Nurcholis, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina,
1997 Muhammad Amin, Miska. Epistemologi Islam. Jakarta: UI-Press,
1983. Madkur, Ibrahim. Fi al-Falsafah al-Islamiyah, Juz- 1, Kairo: Dar al-Ma’arif,
1968. Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam, Cet keempat. Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999.
Nasution, Harun. Fi al-Falsafah al-Islamiyah, Juz-2, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1976
,Islam Rasional, Bandung: Mizan,
1995.
---------------------,”Al-Ghazali dan Filsafat”, Makalah Simposium tentang Al-
Ghazali diselenggarakan oleh BadanKerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta
Se- Indonesia, Jakarta: 26 Januari 1985
Qadir,C.A. Filsafat danIlmu PengetahuanDalam Islam, terj. Hasan Basari,
Jakarta: yayasan Obor, 1991.
Qasim, Mahmud. Dirasah fi al-Falsafah al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Ma’arif,
1973. , Falsafah IbnuRusyd waAtharruhafi al-Tafkiral-Gharbi,
Sudan: Jamia’ah Ummi Durman al-Islamiyah,
1967. Rusyd, Ibnu, Fashl al-Maqal wa Taqrir Bayin al-Syari’ah wa al-Hikmat
min al- Ittishal, Tahkik Muhammad Immarat, Kairo: Dar al-Ma’arif,
1972
----------------. Kaitan Filsafat dengan Syari’at, judul asli, Fashl al-Maqal fi ma
baina al-Hikmah wa al-Syari’ahmin al-Ittishal, terj. Ahmad Shodiq Noor, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996.
Syarif, M.M. History of Muslim Philosophy, vol. I, Wisbaden: Otto
Horossowitz, 1963
Shiddiqi, Nauruzzaman. Tamaddum Muslim Bunga Rampai Kebudataan
Muslim: Jakarta: Bulan Bintang, 1986.

23
Qasim, Mahmud, Falsafah Ibnu Rusyd wa Atharruha fi al-Tafkir al-Gharbi
Sudan: Jamia’ah Ummi Durman al-Islamiyah, 1967
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004

24

Anda mungkin juga menyukai