Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMIKIRAN IBNU RUSD

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemikiran pendidikan islam

Dosen pengampu : Dr. Sunarto, M.Pd.I

Disusun oleh :

Rahmawati Alifia Ramadanti 2211010363

Risqiya Qurrota A‟yun 2211010375

KELAS K SEMESTER 2

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat- Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul "PEMIKIRAN
IBNU RUSD " ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemikiran pendidikan
islam. Makalah ini berisi tentang penjelasan. Dalam penyusunannya saya sebagai penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan, arahan, dan dukungan yang diberikan
dari segala pihak untuk menyelesaikan tugas ujian akhir semester ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh kami, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu masyarakat dalam
memahami dan menggunakan ejaan Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para
pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Bandar Lampung, 25 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

2.1 Biografi Ibnu Rusd ........................................................................................................... 3


2.2 Karya-karya Ibnu Rusd .................................................................................................... 3
2.3 Pokok-pokok pemikiran Ibnu Rusd .................................................................................. 5
2.4 Pemikiran Pendidikan Ibnu Rusd...................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 12

3.2 Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibnu Rusd atau dikenal juga dengan nama latin Averroes merupakan seorang filsuf,
dokter, dan cendekiawan muslim yang lahir di Córdoba, Andalusia pada tahun 1126
Masehi dan wafat pada tahun 1198 Masehi. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam
sejarah pemikiran Islam dan dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah
filsafat Barat.

Pemikiran Ibnu Rusd terutama berkaitan dengan filsafat, teologi, dan ilmu kedokteran.
Dalam bidang filsafat, Ibnu Rushd merupakan pengikut aliran Aristoteles dan
mengembangkan pemikirannya dalam karya-karya seperti "Tafsir atas Filsafat
Aristoteles", "Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid", dan "Tahafut al-Tahafut". Ia
juga berusaha untuk memadukan pemikiran Aristoteles dengan pemikiran Islam,
sehingga ia sering disebut sebagai seorang filusuf Islam Aristotelian.

Selain itu, Ibnu Rusd juga memberikan kontribusi penting dalam bidang teologi dan ilmu
kedokteran. Dalam bidang teologi, ia menulis karya-karya seperti "Tafsir atas
Metaphysics Aristoteles" dan "Kitab Fasl al-Maqal", di mana ia membahas tentang
hubungan antara keyakinan dan pemikiran rasional. Sedangkan dalam bidang kedokteran,
ia menulis buku "Kulliyat fi al-Tibb" yang menjadi referensi penting dalam bidang
kedokteran pada masa itu.

Secara umum, pemikiran Ibnu Rushd menekankan pentingnya menggunakan akal dan
rasionalitas dalam mencari kebenaran, dan ia berusaha untuk memadukan antara
pemikiran Aristoteles dengan ajaran Islam. Pemikiran-pemikirannya juga memberikan

1
pengaruh yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran di dunia
Islam maupun Barat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi Ibnu Rusd
2. Apa saja karya-karya Ibnu Rusd
3. Bagaimana pokok-pokok pemikiran Ibnu Rusd
4. Bagaimana pemikiran pendidikan Ibnu Rusd

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa tahu biografi Ibnu Rusd
2. Agar mahasiswa tau apa saja karya-karya Ibnu Rusd
3. Agar kita dapat mengetahui bagaimana pokok-pokok pemikiran Ibnu Rusd
4. Agar kita dapat mengetahui bagaimana pemikiran pendidikan Ibnu Rusd

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Ibnu Rusd

Ibnu Rusyd atau juga dikenal dengan sebutan „Al-Hafidz lahir di Cordova (Qurthubbah) pada
tahun 1126 M/ 520 H, oleh ayahnya ia diberi nama Abu al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn
Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau dilahirkan dari keluarga yang terhormat dan disegani di
daerahnya, terdidik dan dikenal dengan orang taat dalam beragama. Beliau mempunyai Ayah dan
kakek yang masyhur sebagai seorang hakim mulia yang adl dan memiliki wibawa yang tinggi
serta bijaksana di pengadilan Andalusia, yang kemudian hari jabatan tersebut juga dipegang oleh
Ibnu Rusyd. Sebagai seorang hakim, kakeknya banyak mencetuskan gagasan atau fatawa tertulis
yang sampai sekarang ini masih tersimpan rapi di perpustakaan Paris di Negara Prancis.

Dalam perjalanan menjalani hidupnya, para sejarawan menulis dan menyatakan bahwasanya
Ibnu Rusyd merupakan ilmuan yang sangat terkanal kedekatanya dengan para penguasa pada
waktu itu. Pada tahun 548 H/ 1153 M, Beliau dipanggil oleh khalifah al-Mu‟min ke Markasy
dengan maksud untuk meminta arahan dan sumbangan pemikiran serta gagasannya untuk
diterapkan pada sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga keilmuan dan pendidikan yang sedang
dibangun oleh khalifah pada waktu itu. Setelah itu, Ibnu Rusyd kembali ke Cordova dan
mengajar diberbagai fakultas selama kurang lebih 10 tahun.

Setelah Khalifah al-Mu‟min meninggal tahun 558H/ 1185 M, lalu digantikan oleh putranya yaitu
Abu Ya‟qub. Pertemuan Ibnu Rusyd dengan Khalifah Abu Ya‟qub Yusuf alMuwahhidin berawal
dari sahabatnya yang juga berkonsentrasi dalam kajian bidang fiilsafat, yaitu Ibnu Thufail.

2.2 Karya-karya Ibu Rusd

Ibnu Rusyd merupakan seorang sarjana yang paling giat dalam rajin belajar, membaca,
mengajar, dan membuat karya tulis (mengarang), sehingga tidak ada satu haripun dilewatkannya
untuk tidak belajar, kecuali ketika hari wafat ayahandanya dan ketika hari pernikahannya. Ibnu
Rusyd ialah seorang pemikir ilmu yang sangat terkenal di Andalusia. Selain menjadi seorang
pemikir ilmu, Ibnu Rushyd juga seorang penulis, dan telah banyak lahir berbagi bidang ilmu
darinya.

3
Ibn Rusyd memulai menuliskan sebuah karya dari ulusan-ulasan atas buku-buu Aristoteles.
Maka dari itu pemikiran pendidikannya sebagian besar adalah dari pemikiran Aristoteles. Ibnu
Rusyd berpendapat atas dasar pemikiran Aristoteles bahwa pengetahuan akan didapatkan melalui
rasional/ akal pemikiran. Munculnya pemikiran tersebut karena ia diminta untuk menerjemahkan
serta menfasirkan karya-karya Aristoteles oleh Ibnu Tufail yang ditujukan untuk Khalifah Abu
Ya'kub Yusuf dari dinasti Muwahhidun (558-580 H/ 1880 M). Ibnu Rusyd menghabiskan
watunya untuk berkomentar dan membuat karyakarya atas karya dari pemikiran Aristoteles. Ia
berusaha untuk mengembalikan pemikiran Aristoteles kedalam bentuk aslinya. Maka dari itu
tidak mengeherankan jika pemikiran Ibnu Rusyd sendiri dipengaruhi oleh filusuf Yunani kuno.

Menurut Ernest Renen seorang ilmuan yang berasal dari Perancis, telah berusaha untuk
mengumpulkan berbagai karya tulis dan karangankarangan Ibnu Rushyd dari berbagai
perpustakaan-perpustakaan di Europa. Akhirnya ia mendapatkan dan menemukan data di
perpustakaan Esccurial di Madrid di Negara Spanyol, bahwa jumlah karya-karya Ibnu Rushyd
kurang lebih sebanyak 78 buku yang secara umum dan global perbidangnya sebagai berikut:

a. Dalam bidang ilmu fiilsafat ada 28 buku.


b. Dalam bidang ilmu kedokteran/ kesehatan ada 20 buku.
c. Dalam bidang ilmu fiqih ada 8 buku.
d. Dalam bidang ilmu kallam ada 5 buku.
e. Dalam bidang ilmu astronomii ada 4 buku.
f. Dalam bidang ilmu sastra arab ada 2 buku.
g. Dalam bidang berbagaia ilmu lainya ada 11 buku.

Dari seluruh 78 buku tersebut, hampir semua buku menggunakan bahasa latin dan hibraw
(ibrani) bukan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa arab. Terkecuali ada 10 buku yaitu 3 buku
bidang kedokteran/kesehatan, 2 buku bidang filsafat 3 buku bidang fiqih, dan 2 buku bidang
kalam (telogi islam).

4
2.3 Pokok-pokok pemikiran Ibnu Rusd

a. Agama dan filsafat

Ibnu Rusyd menegaskan bahwa antara agama (Islam) dan filsafat tidak ada pertentangan. Inti
filsafat tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala yang ada ini.
Ibnu Rusyd mendasarkan argumennya dengan dalil Al-Quran (Al-A'raf : 185, Al-An'am : 75).
Menurut Ibnu Rusyd, ayat-ayat tersebut menyuruh manusia berpikir tentang wujud atau alam
yang tampak ini dalam rangka mengetahui Allah. Dengan demikian sebenarnya Al-Qur'an
menyuruh umat manusia berfilsafat atau mempelajari filsafat Yunani, bukan dilarang atau
diharamkan.

b. Qadimnya alam (awal penciptaan awal)

Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham qadim-nya alam itu tidak bertentangan dengan ajaran Al-
Qur'an. Bahkan sebaliknya, menurut para teolog yang mengatakan bahwa alam diciptakan Allah
dari tiada justru tidak mempunyai dasar dalam Al-Qur'an. Menurut Ibnu Rusyd, dari ayat-ayat
Al-Qur'an (QS. Hud: 7, QS. Al-Fushshilat: 11, QS Al-Anbiyaa: 30) dapat diambil kesimpulan
bahwa alam diciptakan Allah bukanlah dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada. Selain itu, ia
juga mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam tidaklah harus membawa pada pengertian
bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau tidak dijadikan oleh Allah. Bagi para filsuf muslim,
alam itu dikatakan qadim, justru karena alam itu diciptakan Allah, yakni diciptakan sejak
qidam/azali. Karena diciptakan-Nya sejak qidam, alam itu menjadi qidam pula. Bagaimanapun,
Allah dan alam tidak sama karena Allah adalah qadim yang mencipta, sedangkan alam adalah
qadim yang dicipta."

c. Kebangkitan jasmani

Menurut Al-Ghazali, salah satu unsur yang menyebabkan orang menjadi kafir adalah karena
mengingkari adanya kebangkitan jasmani di akhirat kelak. Dia mengatakan bahwa jiwa manusia
tetap wujud sesudah mati (berpisah dengan badan) karena ia merupakan substansi yang berdiri
sendiri. Ibnu Rusyd menyangkal pendapat Al-Ghazali itu, karena menurut Ibnu Rusyd, keimanan
terhadap kebangkitan jasmani adalah suatu keharusan bagi terwujudnya keutamaan akhlak,
keutamaan teori dan amalan lahir, karena seorang tidak akan memperoleh kehidupan yang
sebenarnya dalam dunia ini kecuali dengan amalan-amalan lahir, dan untuk kehidupan di dunia

5
dan di akhirat, tidak bisa tercapai kecuali dengan keutamaan- keutamaan teori. Dengan demikian
pengkafiran dalam masalah kebangkitan jasmani tidak beralasan, karena masalah ini bagi para
filsuf adalah persoalan teori."

Ibnu Rusyd menggambarkan kebangkitan rohani dengan analogi tidur. Sebagaimana tidur, jiwa
tetap hidup, begitu pula ketika manusia mati, badan hancur, jiwa tetap hidup dan jiwalah yang
akan dibangkitkan.

d. Kerasulan nabi

Banyak filsuf dan para ulama kalam yang membicarakan masalah kenabian. Pembuktian
kerasulan para ulama kalam menyatakan apabila orang berbicara dan berkehendak dapat
mengutus hamba-hambanya, maka bagi Allah juga apabila berbicara dan berkehendak dapat
mengutus rasul-Nya. Pembuktian ini adalah melalui jalan Kias, namun jalan tersebut hanya bisa
membawa kesimpulan yang mungkin saja. Bagi golongan Asy'ariyah dalam memperkuat Kias
itu adalah bahwa orang yang mengaku menjadi utusan Allah, maka harus menunjukkan benar-
benar bahwa ia diutus Allah untuk hamba-hamba-Nya, dan tanda ini dinamakan mukjizat

Pembuktian yang seperti itu menurut Ibnu Rusyd hanya bersifat memuaskan hati, tetapi tidak
meyakinkan, namun ia menyadari bahwa pembuktian itu sesuai dengan kebanyakan orang
Apabila diteliti dengan seksama pembuktian mengandung berbagai kelemahan. Diantara lain
yaitu dari mana kita mengetahui bahwa mukjizat yang tampak pada seseorang yang mengaku
nabi itu adalah tanda dari Allah yang menunjukkan bahwa ia adalah benar-benar rasul- Nya
Mukjizat menurut Ibnu Rusyd ada dua macam, yaitu:

 Mukjizat luaran (alkarami) yakni mukjizat yang sesuai dengan sifat yang karena seorang
nabi disebut nabi, seperti menyembuhkan penyakit, membelah lautan dan sebagainya.
 Mukjizat yang sesuai (alimasib) dengan sifat kenabian tersebut, yaitu syariat (peraturan)
yang dibawanya untuk kebahagiaan manusia.

6
e. Pengetahuan Allah

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa para filsuf Muslim tidaklah mempersoalkan apakah Allah
mengetahui hal- halyang juzi (perincian yang terjadi) pada alam sementara ini atau tidak
mengetahuinya. Seperti halnya setiap ulama Islam, para filsuf Muslim juga berpandangan bahwa
Allah mengetahui hal-hal yang bersifat juz'i pada alam ini. Yang mereka persoalkan adalah
bagaimana cara Allah mengetahui hal-hal yang bersifat juz'i itu. Menurut Ibnu Rusyd, para filsuf
Muslim berpendapat bahwa pengetahuan Allah tentang hal- hal demikian karena pengetahuan
manusia mengambil bentuk efek (akibat dari memperhatikan hal-hal juzi itu). sedangkan
pengetahuan Allah merupakan sebab, yakni sebab bagi munculnya hal-hal yang bersifat juzi itu.
Selain itu, perbedaan tersebut disebabkan oleh pengetahuan Allah itu bersifat qadim, yakni
semenjak azali Allah mengetahui hal-hal bersifatjuzi di alam semesta ini, betapa pun kecilnya hal
tersebut. Manusia tidak memiliki pengetahuan sama sekali. tetapi kemudian secara berangsur-
angsur memperoleh pengetahuan setelah memperhatikan bagian demi bagian alam secara
seksama.

Kritik Al-Ghazali tentang apakah Allah tahu terhadap hal-hal kecil atau tidak. la memandang
bahwa Allah Maha Segala Tahu, baik besar ataupun kecil. Berbeda dengan Ibnu Rusyd, Allah
hanya tahu yang universal bukan perkara yang kecil. Ibnu Rusyd menyangkal bahwa Allah tidak
mengetahui hal-hal yang kecil, tidaklah seperti yang ditudingkan Semuanya harus dilihat apakah
pengetahuan Allah itu bersifat qadim atau hadis terhadap peristiwa kecil itu. Dalam hal ini, Ibnu
Rusyd membedakan ilmu qadim dan ilmu baru terhadap hal kecil tersebut. Ibnu Rusyd rupanya
ingin mengklarifikasi permasalahan yang diungkap oleh Al-Ghazali. Menurut Ibnu Rusyd, Al-
Ghazali dalam hal ini salah paham, sebab para filsuf tidak ada yang mengatakan demikian, yang
ada ialah pendapat mereka bahwa pengetahuan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama
dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu. Jadi menurut Ibnu Rusyd, pertentangan
antara Al-Ghazali dan para filsuf timbul dari penyamaan pengetahuan Allah dengan pengetahuan
manusia. Pengetahuan manusia tentang perincian diperoleh melalui pancaindra, dan dengan
pancaindra ini pulalah pengetahuan manusia tentang sesuatu selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan pengindraan yang dicernanya. Sedangkan pengetahuan tentang kulliyah diperoleh
melalui akal dan sifatnya tidak berhubungan langsung dengan perincian (juziyyah) yang materi
itu

7
2.4 Pemikiran Pendidikan Ibnu Rusd

Ibnu Rusyd memiliki gagasasan bahwa tujuan dasar dari filsafat adalah memperoleh
pengetahuan yang benar dan bagaimana berbuat dengan benar. dalam hal ini filsafat sesuai
dengan agama, sebab tujuan agamapun tidak lain adalah untuk menjamin pengetahuan yang
benar bagi seluruh umat manusia dan menunjukan jalan yang benar bagi kehidupan yang praktis.
Pengetahuanyang sejati bagi filosof dan kaum agamis adalah pengetahuan tentang Tuhan,
tentang akhirat dan kebahagian serta tentang ketidakbahagiaan.

Dengan menyebarnya ajaran Islam dan ekspansi umat Islam ke penjuru dunia menjadikan serta
memperkaya khazanah pemikiran muslim. Melalui proses interaksi Islam dengan budaya-budaya
lain seperti Persia, India, Yunani, serta lainnya menjadikan keilmuan Islampun lahir. Lahirnya
berbagai bidang keilmuan tersebut seperti Falsafah (Filsafat), ilmu kallam (teologi Islam), serta
tasawwuf yang tidak dapat dipisahkan dari hubungan interaksi-interaksi tersebut.

Secara eksplisit, Ibnu Rusyd memang tidak pernah mengemukakan pemikiran-pemikirannya di


bidang pendidikan dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi, konsep-konsep itu bisa kita ketahui
dari pemikiran-pemikiran filsafat yang dikemukakan Ibnu Rusyd di dalam beberapa karyanya,
antara lain:

1. Tentang Ilmu Pengetahuan

Menurut Ibnu Rushyd ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu ilmu nadhari (teoretis), dan
ilmu 'amali (praktis). Ilmu nadhari adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui ('ilm), dan
mengenal (ma'rifah) esensi ilmu, tanpa tuntutan untuk mengamalkannya, dalam kehidupan
praktis. Sedangkan ilmu 'amali bertujuan untuk diamalkan dalam kehidupan praktis (Rusyd,
1998). Ilmu toretis terbagi menjadi tiga, yaitu (1) 'ilm al-asyya' alta'alimiyyah (ilmu pendidikan)
(2) 'ilm al-asyya' al-thabi'iyyah (ilmu kealaman) (3) 'ilm al-asyya' al-ilahiyyah (ilmu ketuhanan).
Ilmu praktis juga dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) ilmu akhlaq, (2) ilmu mengatur keluarga, dan
ilmu mengatur masyarakat (politik). Pemikiran ini didasari oleh kenyataan bahwa pada dasarnya,
Alquran dan hadist merupakan pedoman umat islam yang didalamnya terkandung ilmu teoritis
dan ilmu praktis.

8
a. Tujuan Pendidikan

Menurut Ibnu Rusyd, pada dasarnya diturunkannya shari‟at bertujuan mendidik manusia untuk
mengetahui kebenaran/ haq, ialah pengetahuan serta pemahaman yang benar, dan perbuatan yang
benar. Pengetahuan serta pemahaman yang benar merupakan mengetahui dan memahami bahwa
Allah SWT dan seluruh hal yang wujud sesuai dengan kenyataannya, terutama wujud yang
agung dari berbagai wujud tersebut, dan mengetahui kebahagian dan kesengsaran di akhirat.

Agar bisa melakukan perbuatan yang benar, satu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah
mempunyai pengetahuan yang benar. Dengan demikian, tujuan pendidikan adalah untuk
memberikan pengetahuan yang benar sehingga bisa mengimplementasikan menjadi perbuatan
yang benar pula.

b. Subjek Pendidikan

Menurut Ibnu Rusyd subjek Pendidikan terbagi menjadi dua, yakni masyarakat awam, dan
masyarakat terpelajar. Masyarakat awam adalah masyarakat yang hanya mengandalkan
kemampuan inderanya dalam memandang hakikat sesuatu sehingga sesuatu dikatakan ada, hanya
jika dapat dilihat dan disentuh. Jika dikatakan ada sesuatu yang tidak dapat dilihat dan disentuh,
mereka akan menolak dan lebih meyakini bahwa sesuatu itu tidak ada. Sedangkan kelebihan
masyarakat terpelajar adalah bahwa mereka memandang sesuatu dengan menggunakan akalnya.

Pengetahuan akal tidak hanya bergantung pada sesuatu yang berbentuk fisik saja, tetapi juga
yang non fisik. Oleh karena itu, pengetahuan mereka terhadap sesuatu bisa melewati batas “yang
tidak nampak”, bagi pandangan masyarakat awam. Masyarakat terpelajar sendiri juga dibagi dua,
yakni ahl-al-jadal dan ahl- al-burhan. ahl-al-jadal, meskipun bisa mengetahui, menta‟wil secara
mendalam tapi argumennya belum meyakinkan karena tidak didukung dengan logika yang tepat,
sedangkan ahl- al-burhan mempunyai argumen yang lebih mantap.

Dalam pandangan Ibnu Rusyd, peserta didik diposisikan sebagai masyarakat awam yang hanya
mengetahui lewat pandangan mata, sedangkan guru atau pendidik diposisikan sebagai
masyarakat terpelajar yang pengetahuannya menembus sesuatu yang tak kasat mata. Tugas
masyarakat terpelajar adalah memberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat awam.

9
c. Materi Pendidikan

Materi/bahan pendidikan ialah cara yang disampaikan oleh pendidik atau dipelajari oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran. Materi pendidikan harus disesuaiikan sesuai tingkat kesiapan
berpikir manusia sebagai subyek pendidiikan. Tentunya tingkat kesiapan berpikir orang awam
berbeda dengan orang terpelajar. Oleh karenanya, materi pendidikan yang disampaikan kepada
ahl al-khitab (masyarakat awam), tentu saja berbeda dari materi pendidikan yang disampaikan
kepada ahl al-jadal (masyarakat terpelajar bukan filsuf), dan ahl al-burhan (masyarakat terpelajar
filsuf). Begitu pula materi pendidikan yang disampaikan kepada ahl aljadal, berbeda dari materi
pendidikan yang disampaikan kepada ahl al-burhan.

d. Metode Pembelajaran

Sebagaimana materi pendidikan, menurut Ibn Rusyd, metode pengajaran juga harus disesuaikan
dengan tingkat pemikiran peserta didik. Ibnu Rusyd membagi metode tersebut menjadi dua,
yakni metode tradisional atau metode retorik yang biasa digunakan oleh orang awam dan metode
rasional yang biasa digunakan oleh Ahl al-Jadal dan Ahl-al-Burhan.

e. Proses Pembelajaran

menurut Ibnu Rusyd. Proses pembelajaran berkenaan dengan metode pengajaran yang
digunakan, lebih ditunjukkan melalui cara khusus untuk pendidik dalam mengajarkan program
keagamaan kepada peserta didik. Oleh karena itu, diperlukannya perhatian khusus yang
disesuaikan pada prinsip-prinsipnya, bahwa pendidikan ialah suatu tanggung jawab yang
membutuhkan keterkaitan yang kuat antara dua individu yaitu antara pendidik dan peserta didik.

Adanya Interaksi/ hubungan dalam proses pembelajaran memiliki arti yang cukup luas, tidak
hanya sekedar interaksi antara guru dan siswa, akan tetapi juga adanya suatu hubungan yang
edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian materi pelajaran saja, tetapi lebih dari itu uga
adanya penekanan dan pembentukan nilai dan sikap yang pada diri peserta didik dalam
menjalani proses belajar.

f. Hasil Belajar Siswa menurut Ibnu Rusyd.

Sebagaimana dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan bayani, pendekatan


burhani, dan pendekatan irfani. Salah satunya pendekatan irfani yang digunakan, yakni

10
pendekatan pemahaman yang berpusat pada instrumens pengalamam batiin, dawq, qallb,
wiijdan, bashirah, dan intuiisi yang ditujukan kepada hasil belajar siswa dari pemikiran Ibnu
Rusyd, lebih ditekankan dalam memahami kedekatan diri sebagai makhluk (ciptaan-Nya) dengan
Tuhannya.

11
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ibnu Rusyd atau dalam bahasa barat sering disebut Averroes dikenal sebagai seorang dokter, ahli
hukum, dan salah satu tokoh fiilsafat yamg sangat menonjol pada periode perkembangann
filsafat (700-1200 M). Beliau berasal dari keluarga yang memiliki antusias serta perhatian yang
dalam terhadap ilmu pengetahuan. Ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan
diAndalusia, dan dia sendiri pernah menduduki beberapa jabatan, seperti sebagai Qadli (haakim)
di Sevilla, dan Qadi al-Qudlat (Hakim Mulia) di Cordova.

Menurut Ibnu Rusyd dibagi menjadi dua yaitu ilmu nadhari (teoretis), dan ilmu 'amali (praktis).
Ilmu nadhari adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui ('ilm), dan mengenal (ma'rifah)
esensi ilmu, tanpa tuntutan untuk mengamalkannya, dalam kehidupan praktis. Sedangkan ilmu
'amali bertujuan untuk diamalkan dalam kehidupan praktis.

Tujuan pendidikan menurut ibnu Rusyd adalah untuk memberikan pengetahuan yang benar
sehingga bisa mengimplementasikan menjadi perbuatan yang benar pula. Untuk itu, materi
pendidikan dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang kesiapan
berpikir manusia sebagai subyek pendidikan. Tentunya tingkat kesiapan berpikir orang awam
berbeda dengan orang terpelajar. Yang mana apabila direlavansika dengan dunia kontemporer
saat ini perlu adanya Kerjasama bagi seluruh civitas pendidikan yaitu dengan cara menentukan
kurikulum, materi pelajaran dan metode pembelaaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik agar tujuan utama dari pendidikan itu sendiri dapat dicapai secara maksimal.

4.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang sudah berpastisipasi dalam pembuatan makalah ini. Tidak
dipungkiri juga bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini oleh karena itu kami sebagai
penulis meminta kritik dan saran agar kami dapat berkembang dan lebih bagus dalam membuat
sebuah makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sunarto,S.Pd.I.,M.Pd.I, Pemikiran Pendidikan Islam, Cetakan Februari 2023

Abror, A. (2021). Pemikiran Ibnu Rusyd tentang Pendidikan dan Relevansinya dengan Dunia
Kontemporer. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr , 10 (2), 128-140.

Fitrianah, R. D. (2018). Ibnu Rusyd (Averroisme) Dan Pengaruhnya Dibarat. El-Afkar: Jurnal
Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis, 7(1), 15-30.

13

Anda mungkin juga menyukai