Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TOKOH TOKOH ILMUAN ISLAM

OLEH

1.FAHRUL FAHRUDIN

2. DELLA APRILIYA

3.INDRI APRILIYANI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkat
Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga
kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi
Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu
istiqomah sampai akhir zaman.

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan tema TOKOH TOKOH IMUAN ISLAM. Yang mana di
dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai IBNU RUSYD.

Namun, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin.

Medan, 25 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I..................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

C. Metode penulisan......................................................................................................... 4

BAB II.................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5

A. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd........................................................................................ 5

B. Pemikiran Ibnu Rusyd ....................................................................................... 6

BAB III................................................................................................................................. 9

PENUTUP............................................................................................................................ 9

A.Kesimpulan.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berfilsafat adalah bagian dari peradaban manusia. Semua peradaban yang pernah timbul
didunia pasti memiliki filsafat masing-masing. Kenyataan ini juga sekaligus membantah
pandangan bahwa yang berfilsafat hanya orang barat saja, khususnya orang yunani. Diantara
filsafat yang pernah berkembang, selain filsafat yunani adalah filsafat Persia, cina, India, dan
tentu saja filsafat islam.

Tokoh yang paling popular dan dianggap paling berjasa dalam membuka mata barat adalah
Ibn-Rusyd. Dalam dunia intelektual barat, tokoh ini lebih dikenal dengan nama averros.
Begitu populernys Ibnu Rusyd dikalangan barat, sehingga pada tahun 1200-1650 terdapat
sebuah gerakan yang disebut viorrisme yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran
Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusydlah mereka mempelajari Fisafat yunani Aristoteles (384-322
s.M), karena Ibnu Rusyd terkenal sangat konsisten pada filsafat Aristoteles. Maka dari itu
pada kesempatan kali ini pemakalh mencoba untuk mengkaji filsafat beliau.

2. Rumusan Masalah

Memberi penjelasan tentang Riwayat Hidup Ibnu Rusyd

Memahami pengertian agama dan filsafat menurut Ibnu rusyd

Memahami pengertian metafisika dan moral menurut Ibnu rusyd

3. Metode Penulisan

Metode penulisan yang di gunakan dalam menyelesaikan makalah ini melalui pengumpulan
data dengan alat bantu dari beberapa buku dan artikel di internet.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd


Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd
atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M (520 H) Ia berasal dari keluarga
ilmuan. Ayahnya dan kakeknya adalah para pencinta ilmu dan merupakan ulama yang sangat
disegani di Spanyol. Ayahnya adalah Ahmad Ibnu Muhammad (487-563 H) adalah seorang
fqih (ahli hokum islam) dan pernah menjadi hakim di Cordova. Sementara kakeknya,
Muhammad Ibn Ahmad (wafat 520 H-1126 M) adalah ahli fiqh madzhab Maliki dan imam
mesjid Cordova serta pernah menjabat sebagai hakim agung di Spanyol. Sebagaimana ayah
dan kakeknya Ibnu Rusyd juga pernah menjadi hakim agung di Spanyol.
Pada tahun 548 H/1153 M, Ibnu Rusyd pergi ke Marakesh (Marakusy) Maroko atas
permintaan Ibnu Thufail (w. 581 H/1185 M), yang kemudian memperkenalakannya dengan
khalifah Abu Ya’qub Yusuf. Dalam pertemuan pertama anatara Ibn Rusyd dengan Khalifah
terjadi proses Tanya jawab diantara keduanya tentang asal-usul dan latar belakang Ibnu
Rusyd, selain itu mereka juga membahas tentang berbagai persoalan filsafat. Ibnu Rusyd
menyangka bahwa petanyaan ini merupakan jebakan khalifah, karna persoalan ini sangat
kurasial dan sensitif ketika itu.
Ternyata dugaan itu meleset. Khalifah yang pencinta Ilmu ini malah berdiskusi dengan ibnu
thufail tentang masalah-masalah di atas. Khalifah Abu ya’kub dengan fasih dan lancar
menjelasan persoalan-persoalan itu dan mengutif pendapat-pendapat seperti plato dan
aristoteles. Khalifah dan ibnu thufail, sama-sama terlibat dalam diskusi yang berat. Terlihat
bahwa khalifah yang memang pencinta ilmu pengetahuan ini sangat menguasai persoalan
ilmu filsafat pendapat-pendapat mutakallimin atau teolog Plato dan Aristiteles. Ibnu Rusyd
kagum pada pengetahuan khalifah tentang filsafat. Karenanya ia pun berani menyatakan
pendapatnya sendiri. Pertemuan pertama ini ternyata membawa berkah bagi ibnu Rusyd. Ia
diperintahkan oleh khalifah untuk menterjemahkan karya-karya aristoteles menafsirkannya.
Pertemuan itu pun mengantarkan Ibnu Rusyd untuk menjadi qodhi di sevile setelah dua
tahun mengabdi ia pun diangkat menjadi hakim agung di kordoba, selain tu pada tahun 1182
ia kembali keistana muwahidun di marakhes menjadi dokter pribadi khalifah pengganti ibnu
thufail.
Pada tahun 1184 khalifah Abu Yakub Yusuf meninggal dunia dan digantikan oleh putranya
Abu Yusuf Ibnu Ya’kub Al-Mansur. Pada awal pemerintahannya khalifah ini menghormati
Ibnu Rusyd sebagaimana perlakuan ayahnya, namun pada 1195 mulai terjadi kasak-kusuk
dikalangan tokoh agama, mereka mulai menyerang para filsafat dan filosof. Inilah awal
kehidupan pahit bagi Ibnu Rusyd. Ia harus berhadapan oleh pemuka agama yang memiliki
pandangan sempit dan punya kepentingan serta ambisi-ambisi tertentu. Dengan segala cara
mereka pun memfitnah Ibnu Rusyd. Akhirnya Ibnu Rusyd diusir dari istana dan dipecat dari
semua jabatnnya. Pada tahun 1195 ia diasingkan ke Lausanne, sebuah perkampungan
yahudi yang terletak sekitar 50 km di sebela selatan cordova. Buku-bukunya dibakar di
depan umum, kecuali yang berkaitan dengan bidang kedokteran, matematika serta
astronomi yang tidak dibakar. Selain Ibn Rusyd, terdapat juga beberapa tokoh fukaha’ dan
sastrawan lainnya yang mengalami nasib yang sama, yakni Abu ‘Abd Allah ibn Ibrahim
(hakim di afrika), Abu Ja’far al-Dzahabi, Abu Rabi’ al-Khalif dan Nafish Abu al-‘Abbas.
Menurut Nurcholish, penindasan dan hukuman terhaap Ibn Rusyd ini bermula karena
Khalifah al-Mansyur ringin mengambil hati para tokoh agama yang biasanya memiliki
hubungan emosional dengan masyarakat awam. Khalifah melakukan hal ini karena didesak
oleh keperluan untuk memobilisasi rakyatnya menghadapi pemberontakan orang-orang
Kristen Spanyol. Disamping itu,hal yang cukup menarik, sikap anti kaum muslim Spanyol
terhadap filsafat dan para filosof lebih keras daripada kaum muslim Maghribi atau Arab. Ini
digunakan oleh pimpinan-pimpinan agama untuk memanas-manasi sikap anti terhadap
filsafat dan cemburu kepada filosof.
Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan dan situasi kembali normal, khalifah
menunjukkan sikap dan kecenderungannya yang asli. Ia kembali memihak kepada pemikirab
kreatif Ibn Rusyd, sutau sikap yamg sebenarnya ia warisi dari ayahnya. Khalifah al- Mansyur
merehabilitasi Ibn Rusyd an memanggilna kembali ke istana. Ibn Rusyd kembali mendapat
perlakuan hormat. Tidak lama setelah itu, pada 19 Shafar 595 H/ 10 Desember 1197 Ibn
Rusyd meninngal dunia di kota Marakesh. Beberapa tahun setelah ia wafat, jenazahnya
dipindahkan ke kampung halamannya, Cordova.

B. Pemikiran Ibnu Rusyd

 Agama dan Filsafat


MMasalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal yang baru dalam
pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal ini tidak diterima begitu saja
oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali
terhadap pemikiran mereka seraya menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya
dapat digolongkan sebagai pemikiran sesat dan kufur.
Terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil membela keabsahan pemikiran
mereka serta membenarkan kesesuain ajaran agama dengan pemikiran falsafah. Ia
menjawab semua keberatan imam Ghazali dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari
al-Ghazali sebelumya. Dalam bukunya Tahafut al-Tahafut (The incoherence of the
incoherence = kacau balau yang kacau). Sebuah buku yang sampai ke Eropa, dengan rupa
yang lebih terang, daripada buku-bukunya yang pernah dibaca oleh orang Eropa
sebelumnya. Dalam buku ini kelihatan jelas pribadinya, sebagai seorang muslim yang saleh
dan taat pada agamanya. Buku ini lebih terkenal dalam kalangan filsafat dan ilmu kalam
untuk membela filsafat dari serangan al-ghazali dalam bukunya yang berjudul Tahafut al-
Falasifah.
Menurut Ibnu Rusyd, Syara’ tidak bertentangan bertentangan dengan filsafat, karena fisafat
itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar tentang alam empiris ini sebagai dalil adanya
pencipta. Dalam hal ini syara’pun telah mewajibkan orang untuk mempergunakan akalnya,
seperti yang jelas dalam irman Allah : “Apakah mereka tidak memikirkan (bernalar)tentang
kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-Araf: 185) dan
firman Allah suiarah Al-Hasyr: 2 yang artinya: “Hendaklah kamu mengambil Itibar (ibarat)
wahai orang-orang yang berakal”. Bernalar dan ber’itibar hanya dapat dimungkinkan dengan
menggunakan kias akali, karena yang dimaksud dengan I’tibar itui tiadak lain dari mengambil
sesuatu yang belum diktahui dari apa yang belum diketahui.
Akan tetapi, dalam agama ada ajaran tentang hal-hal yang ghaib seperti malikat,
kebangkitan jasad, sifat-sifat surga dan neraka dan lain-lain sebagainya yang tidak dapat
diapahami akal, maka hal-hal yang seperti itu kata Ibn Rusyd merupakan lambang atau
simbol bagi hakikat akali. Dalam hal ini, ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang
mengatakan, wajib kembali
kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-hal yang tidak mampu akal memahaminya.

 Metafisika

Dalam masalah ketuhanan, ibnu rusyd berpendapat bahwa allah adalah penggerak pertama
(muharrik al awwal), sifat positif yang diberikan oleh allah adalah akal. Wujud allah adalah
esa-nya. wujud Dan ke esa-annya tidak berbeda dengan zat-nya. Dalam pembuktian adanya
tuhan sendiri, golongan hasywiyah, shufiyah, mu’tazilah, asy’ariyah dan falasifah, masing-
masing golongan tersebut mempunyai pendappat yang berbeda satu sama lainnya.dengan
menggunakan ta’wil dalam mengartikan kata kata syari’i sesuai dengan kepercayaan
mereka.golongan hasywiyah misalnya mereka berpendapat bahwa cara mengenal tuhan
adalah melalui sama’ (pendengaran) saja, bukan melalui akal. Mereka berpegang pada
riwayat-riwayat syr’I yang muttashil tanpa menggunakan ta’wil. Ibnu rusyd menolak jalan
pikiran yang demikian, karenanya islam mengajak kita untuk memperhatikan alam maujud
ini dengan akal pikiran kita. Cara mengenal tuhan menurut golongan tasawuf adalah bukan
berupa pemikiran yang tersusun dari premis-premis yang menghasilkan kesimpulan, akan
tetapi melalui jiwa yang ketika terlepas dari hambatan-hambatan duniawi dan
menghadapkan pikiran pada zat yang maha mengampuni. Ibnu rusyd mengatakan bahwa
keterangan tersebut pun tidak bisa diperlakukan untuk umum, karena derajat keimanan
manusia tidaklah bisa disama ratakan. Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd menolak
dalil-dalil yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena tidak sesuai
dengan apa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam berbagai ayatnya, dan karena itu
Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam
berbagai ayatnya, dan karena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya
sesuai, tidak saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.
a. Dalil ‘inayah (pemeliharan)
Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan manusia. Artinya segala
yang ada ini, mulai dari siang, malam, matahari bulan dan lain sebagainya, memang
dijadikan untuk tujuan kelangsungan manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan
kehidupan manusia. Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi
memang sengaja diciptakan dan dipelihara demikian oleh sang pencipta bijaksana.
b. Dalil Ikhtira’ (penciptaan)
Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini, seperti ciptaan pada
kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati benda mati lalu terjadi kehidupan padanya, sehingga
yakin adanya Allah yang menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di
angkasa tunduk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja yang ingin
mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib mengetahui hakikat segala sesuatu di
alam ini agar ia dapat mengetahui ciptaan hakiki pada semua realitas ini.
c. Dalil harkah (Gerak.)
Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya sebagai dalil yang
meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang digunakan oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil
ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-
ubah. Gerakan tersebut menunjukkan adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan
bukan benda yaitu tuhan.

Dalil pertama dan dalil kedua disepakati oleh semua pihak karena sesuai dengan syari’at
karena adanya ayat-ayat al-qur’an yang mengisyaratkan pada dalil tersebut. Sedangkan dalil
ketiga adalah dalil yang pertama kali dicetuskan oleh aristoteles yang kemudian
dipergunakan oleh ibnu sina, alfarabi dan ibnu rusyd sendiri.

 Moral
Ibnu rusyd membenarkan teori plato bahwa manusia adalah makhluk social yang
membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan.
Dalam mencapai kebahagiaan yang merupakan tujuan akhir bagi manusia, diperlukan
bantuan agama yang akan meletakkan dasar-dasar keutaman akhlak secara praktis, juga
bantuan filsafat yang juaga mengajarkan keutamaan teoristis, untuk itu diperlukan
kemampuan berhubungan dengan akal aktif.
Ibnu rusyd merupakan filsuf muslim rasional, yang mempercayai kekuatan akal, dan
menggunakannya sebagai alat untuk mencari kebenaran di samping wahyu, namun bukan
berarti kebebaan liar seperti yang terjadi pada averoisme yang free thinker ateis, ia tidak
mengutamakan akal daripada wahyu. Tetapi mewariskan pada kita pemikiran rasional yang
sesuai dengan sinyal kebenaran yang dipantulkan oleh al quran dan hadith, tidak ada
satupun ajarannya yang tidak sesuai dengan alquran dan al hadith. Berbeda dengan
averoisme yang mengajarkan double truth, yang akhirnya menganggap manusia tidaklah
butuh agama dan menjadi ateis. Na’udzu billahi min dzalik.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad Ibn
Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M (520
H) Ia berasal dari keluarga ilmuan.

Pemikiran Ibnu Rusyd di antaranya ialah:

1. Agama dan Filsafat

Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal yang baru dalam
pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal ini tidak diterima begitu
saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam

2. Metafisika meliputi:

· Dalil wujud Allah

· Dalil ‘inayah (pemeliharan)

· Dalil Ikhtira’ (penciptaan)

· Dalil harkah (Gerak.)

3. Ibnu rusyd membenarkan teori plato bahwa manusia adalah makhluk social yang
membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai
kebahagiaan. Dalam mencapai kebahagiaan yang merupakan tujuan akhir bagi
manusia, diperlukan bantuan agama yang akan meletakkan dasar-dasar keutaman
akhlak secara praktis, juga bantuan filsafat yang juaga mengajarkan keutamaan
teoristis, untuk itu diperlukan kemampuan berhubungan dengan akal aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Hasyimsyah nasution, filsafat islam, radar jaya Jakarta 1999

Muhammad Iqbal, Ibnu Rusyd dan Averroisme, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004)
h. 21-25

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986) h. 161-175

Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat islam, (Bulan Bintang: Jakarta, 1991) h.

Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama
Semarang, 1993), h.86

Anda mungkin juga menyukai