BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan manusia. Peraaturan itu dapat terealisir dalam kehidupan nyata bila
menurut syariat islam ialah larangan-larangan syara yang diancam oleh Allah
syariat yang dikategorikan dalam istilah jarimah atau jinayah. Pakar fikih telah
oleh syariat. Dengan kata lain melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan
yang membawa kepada hukuman yang ditentukan oleh syariat adalah kejahatan.
1
Chuzaimah T. Yanggo, Problema Hukum Islam Kontemporer II, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996, hal. 76
2
Abdul Qadir Audah, al-Tasyiri al-Jinai al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wad’I Jilid I,
Misr: al-Qahiran, 2005, hal. 57
3
Abu Zahra, al-Jarimah, Beirut: Dar al-Fikr al- Arabi, tt, hal.2
2
sosial dan produk dari masyarakat yang selalu mengalami perkembangan, bahkan
dapat dikatakan bahwa usia kejahatan seumur dengan usia manusia karena
Demikian pula hal hasrat seksual antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu
hudud, qishos-diyat dan ta’zir, sehingga manusi bisa memelihara diri dari dari
perbuatan keji dan mungkar tersebut. Tetapi banyak di antara manusia yang tidak
Sebagai contoh jarimah zina yang secara jelas di sebutkan oleh Allah
i
I
Artinya : perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah
tiaptiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
4
Koesparnomo Irsan, Kejahatan Susila dan Pelecehan dalam Perspektif Kepolisian,
Yogyakarta, Tp, 1995 hal. 85
5
Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : CV Toha
Putra, 1989, hal.. 257
3
dan laki laki yang berzina hukuman dari tia-tiap orang keduanya seratus kali
cambuk dan tidak boleh ada belas kasihan untuk menjalankan hukuman Allah,
beriman.
hukum Islam terlalu kejam dan sudah tidak relevan dengan pekembangan
zaman sekarang dan hanya belaku pada saat turunnya ayat tersebut saja,
Dilihat dari bentuk hukuman zina itu semata tanpa melihat aspek yang
nilai Islam tentu akan melihat dengan sudut pandang yang berbeda, misalnya
dampak dari perbuatan zina terhadap anak yang akan dilahirkan, tentu hanya
kata lain jika perbutan zina itu hanya semata-mata sebgaimana cara pandang
6
Neng Djubaedah,. Perzinahan dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ditinjau
dari Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 7
4
dan cara berfiir orang-orang barat, maka akan berbeda dengan cara pandang
Selain surat An-nur ayat 2 juga di jelaskan dalam Qur’an Surat Al-
Isra:32
Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
antara lain: zina mukhson dan zina ghoiru mukhson, pelacuran, homoseksual,
keunggulan (garis keturunan) dan ternyata tidak ada akibat negatif, hal itu tidak
berarti bahwa secara logika Inses menjadi sah-sah saja. Namun sekali lagi, tidak
ada sesuatu yang diharamkan Islam yang tidak mengandung bahaya. Sehingga
boleh jadi secara dlohir Inses (baik karena sedarah maupun sepersusuan) bagi
penjagaan jalur murni ini tidak ada bahaya, namun bisa saja secara kejiwaan
7
Sayyid Sabiq.. Fiqh Sunnah (terj). Bandung: PT Al- Ma’arif, 1990, hal. 95
5
Karena moral masyarakat secara kolektif baik yang dibentuk oleh agama
maupun yang dibentuk oleh akal budi menolak praktek ini sebagai bentuk
memandang haram hanya saja terdapat perbedaan para imam mazhab dalam
penerapan hukumannya.
Sebagai isu kekerasan seksual, Inses bukanlah kasus baru. Fakta tentang
dari istilah Inses. Inses adalah hubungan badan atau hubungan seksual yang
terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah dimana ikatan
pertalian darah diantara mereka cukup dekat misalnya antara kakak dengan
adik, bapak dengan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki atau paman
dengan keponakan. Dalam hal ini hubungan seksual yang terjadi ada yang
bersifat sukarela dan ada yang bersifat paksaan. Yang bersifat paksaan itulah
adalah perkosaan Inses, karena kasus inilah yang lebih banyak dilaporkan oleh
melakukan hubungan seksual dengan orang dari keluarga yang sama. Inses
6
yang sering terjadi adalah antara ayah dengan anak perempuannya. Menurut
Masland dan Estridge Inses adalah jenis perlakuan atau penyiksaan secara
seksual yang melibatkan dua anggota keluarga dalam satu keluarga, ayah
dengan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki, saudara laki-laki dengan
saudara perempuan dan kakek dengan cucu perempuan. Inses biasanya dapat
terjadi karena rumah mereka sangat sempit, akses untuk main keluar tidak ada
atau sangat terbatas. Kalau keluar misalnya untuk main atau bergaul dengan
nafsu biologisnya.
ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan dan takut
dihukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui bahwa otoritas dan
kekuatan superior orang dewasa biasanya mendorong anak menyetujui dan mau
melakukannya. Ini mungkin juga merupakan dorongan bagi sebagian anak atau
remaja untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang dewasa atau
bagaimana jika pelaku adik beradik yang tidak ada unsur pemaksaan. Atau jika
kejahatan inses tersebut termasuk kepada perbuatan zina lalu bagaimana jika
inses tersebut dilakukan karena salah satunya ada karena keterpaksaan. Untuk
mengetahui hukuman atas kejahatan inses tersebut tentulah terlebih dahulu akan
7
ditentukan kejahatan tersebut termasuk kepada jarimah zina atau tidak termasuk
jarimah zina. Jika kejahatan inses tergolong pada jarimah zina maka hukuman
atas itu sudah jelas hukumannya sebagaimana yang terdapat pada surah An-Nur
ayat 2. Dalam hal ini Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal,
Ulama Zahiriyah, Ulama Zaidiyah dan pendapat Abu Yusuf serta Muhammad
perbuatan zina dan wajib atasnya hukuman hudud, jika seseorang menikahi
menikahi perempuan yang tidak halal untuk dinikahi seperti ibunya, putrinya,
atau bibinya dan menyetubuhinya, ia tidak wajib untuk dijatuhi hukuman hudud
inses tersebut, dan adapun alasan penulis meneliti pandangan Imam Abu
Hanifah adalah karena Imam Abu Hanifah berbeda pendapat atau kontra
dengan pendapat Imam-Imam lainnya seperti Imam Syafi’I, Imam Malik, Imam
ahmad bin Hanbal, Ulama Zaidiyah, Ulama Zahiriyah, dan Abu Yusuf (murid
8
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid IV, Bogor: PT. Kharisma Ilmu,
tt, hal. 163-164
9
Ibid.
8
Imam Abu Hanifah), oleh karena itu maka judul penelitian ini adalah: Analisis
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
D. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
hubungan seksual sesama muhrim (Inses) baik yang di dalamnya ada unsur
keterpaksaan maupun yang di dalamnya ada unsur suka sama suka dan
dalamnya ada unsur keterpaksaan maupun yang di dalamnya ada unsur suka
2. Sifat penelitian
muhrim (inses) menurut Imam Abu Hanifah perspektif Hukum Pidana Islam.
Dalam penelitian ini yang merupakan jenis penelitian pustaka, maka data
dan sumber data yang digunakan adalah terbagi kepada tiga bagian sebagai
berikut:
a. Sumber data primer adalah sumber data utama yakni kitab al-Tasyiri al-
hukum pidana islam, seperti Jaih Mubarok (Kaidah Fiqh jinayah), Ahmad
baik yang diperoleh dari pustaka kampus maupun pustaka wilayah ataupun
5. Analisis data
E. Sistematika Penulisan
BAB II : Biografi Imam Abu Hanifah meliputi : Nasab Imam Abu Hanifah,
yang di dalamnya ada unsur suka sama suka menurut hukum pidana
Islam