Di Susun Oleh :
Nama : Asniyati Yasin
Nim : 551423002
Kelas : B
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
• A. Latar Belakang
• B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
•
o A. Definisi Zina
• B. Dalil-dalil Larangan Mendekati Zina
o 1. Ayat-ayat Al-Qur’ān tentang Larangan Mendekati Zina
o 2. Hadis tentang Larangan Mendekati Zina
• C. Upaya Pencegahan dari Perbuatan Zina
o 1. Menjaga Pergaulan yang Sehat
o 2. Menjaga Aurat
o 3. Menjaga Pandangan
o 4. Menjaga Kehormatan
o 5. Meningkatkan Aktivitas dan Rajin Berpuasa
• A. Kesimpulan
• B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah Swt. yang diberi amanah untuk
mengelola bumi ini sekaligus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan yang lebih besar
dibandingkan dengan makhluk Allah Swt. Oleh karena itu, keberadaan manusia
harus tetap menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan hidupnya secara benar
sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Proses tersebut di dalam ajaran Islam
dilakukan melalaui aturan dan proses yang mudah, yaitu melalui proses
pernikahan. Akad nikah hakikatnya adalah upaya meregenerasi manusia secara
benar, terhormat, dan bermartabat. Di sinilah agama Islam melarang segala bentuk
hubungan seksual yang tidak dilakukan secara sah dan benar sesuai syariat Islam.
Selain melanggar aturan agama, zina juga tidak sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk yang bermartabat dan terhormat. Bahkan perzinaan oleh agama-
agama samawi dianggap sebagai salah satu bentuk kejahatan terbesar dan terkotor
terhadap kemanusiaan. Selain itu, pangkal timbulnya kehancuran bagi sendi-sendi
kemasyarakatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Definisi Zina
Pergaulan yang tidak dibatasi oleh aturan agama maupun susila akan berdampak
perilaku yang sangat dilarang oleh agama Islam. Salah satu dampak negatif dari
pergaulan bebas atau seks bebas adalah perilaku yang sangat dilarang oleh agama
Islam, yaitu zina.
1. Pengertian Zina
Kata zina berasal dari kata zana-yazni yang artinya hubungan layaknya suami istri
antara perempuan dengan laki-laki yang sudah mukalaf (balig) tanpa ikatan
pernikahan yang sah menurut syariat Islam. Zina adalah istilah hukum Islam yang
merujuk pada hubungan seksual yang melanggar hukum. Menurut yurisprudensi
tradisional, zina dapat mencakup perzinaan (dari pihak yang sudah menikah),
percabulan (dari pihak yang belum menikah), prostitusi, pemerkosaan, sodomi,
homoseksualitas inses, dan kebinatangan. Alquran sebagai sumber hukum
Islam tidak menyetujui pergaulan bebas yang berlaku di Arab pada saat itu, dan
beberapa ayat merujuk pada hubungan seksual yang melanggar hukum.
2. Hukum Zina
zina hukumnya haram, bahkan zina dianggap sebagai puncak keharaman. Hal
tersebut didasarkan pada firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Isrā ayat 32. Menurut
pandangan hukum Islam, perbuatan zina merupakan dosa besar yang
dikategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina, dan buruk. zina tidak disebutkan
dalam Al-Quran, namun semua setuju atas dasar hadis bahwa itu akan dihukum
dengan rajam jika pelakunya adalah muhsan (dewasa, bebas, muslim, dan telah
menikah). zina harus dibuktikan dengan kesaksian empat saksi mata tentang
tindakan penetrasi yang sebenarnya, atau pengakuan yang diulang empat kali dan
tidak ditarik kembali kemudian. Pemerkosaan secara tradisional dituntut di bawah
kategori hukum yang berbeda yang menggunakan aturan pembuktian yang
normal.
3. Kategori Zina
Perbuatan zina dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu zina muĥșan dan gairu
muĥșan.
• Zina muĥșan, yaitu penzina sudah balig, berakal, merdeka, dan sudah pernah
menikah. Hukuman terhadap zina muĥșan adalah dirajam atau dilempari
dengan batu sederhana sampai meninggal.
• Zina gairu muĥșan, yaitu penzina masih lajang, dan belum pernah menikah.
Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.
Dalam hukum Islam, zina dikategorikan perbuatan kriminal atau tindak pidana.
Oleh sebab itu, orang yang melakukannya dikenakan sanksi atau hukuman sesuai
dengan syariat Islam. Hukuman pelaku zina ada dua, yaitu sebagai berikut.
• Dera atau pukulan sebanyak 100 (seratus) kali bagi penzina gairu muĥșan
dan ditambah dengan mengasingkan atau membuang pelakunya ke tempat
yang jauh dari tempat mereka. Hal ini didasarkan pada firman firman
Allah Swt. dalam surat an-Nūr ayat 2 serta hadis Rasulullah saw. yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dan Zaid bin
Khalid.
• Dirajam sampai mati bagi penzina muĥșan. Hukuman rajam dilakukan
dengan cara pelaku dimasukkan ke dalam tanah hingga dada atau leher.
Tempat untuk melakukan hukuman rajam adalah tempat yang banyak
dilalui manusia atau tempat keramaian. Hal ini didasarkan pada hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, dan An-Nasa’i.
Mengingat beratnya hukuman bagi pelaku zina, maka hukum Islam telah
menentukan syarat-syarat yang berat bagi terlaksananya hukuman tersebut.
Syarat-syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhotbah, ia
berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat/ menyepi dengan
seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang
perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya.” (H.R. Bukhari
dan Muslim).
“Barangsiapa beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir maka janganlah berdua-
duaan dengan wanita yang tidak bersama mahramnya karena yang ketiga adalah
setan.” (H.R. Ahmad)
b. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
“Barangsiapa beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir maka janganlah berdua-
duaan dengan wanita yang tidak bersama mahramnya karena yang ketiga adalah
setan.” (H.R. Ahmad)
A. Kesimpulan
Mahasuci dan Mahamulia Allah Swt. yang menghendaki manusia untuk menjadi
makhluk-Nya yang mulia dan bermartabat termasuk dalam hal menyalurkan
kebutuhan biologis. Secara umum surat al-Isrā’ ayat 32 mengandung pesan-pesan
mengenai larangan mendekati zina karena zina merupakan perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk. Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya
suami istri di luar tali pernikahan yang sah. Surat an-Nûr ayat 2 berisi perintah
Allah Swt. untuk mendera penzina perempuan dan penzina laki-laki masing-
masing seratus kali.
Zina dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu muĥșan dan gairu muĥșan. Muĥșan
adalah penzina sudah balig, berakal, merdeka, sudah pernah menikah. Hukuman
terhadap muĥșan dirajam atau dilempari dengan batu sederhana sampai mati.
Sedangkan gairu muĥșan adalah penzina masih lajang, belum pernah menikah.
Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.
Tuduhan perzinaan harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti yang kuat, akurat,
dan sah. Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina, tanpa dapat
mendatangkan empat orang saksi.
B. Saran
Hindarilah pergaulan bebas memang tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam
maupun praktek sosial, apalagi perbuatan zina. Perbuatan semacam itu bisa
menyebabkan banyak kemudaratan khususnya bagi diri mereka yang
melakukannya.