Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERZINAAN DALAM AGAMA ISLAM


Dosen Pengampuh : Dr. H. Rusdin Djibu, M.Pd

Di Susun Oleh :
Nama : Asniyati Yasin
Nim : 551423002
Kelas : B

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
TAHUN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidyah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul perzinaan dalam
agama islam. Saya mengucapkan terimakasih kepada semuah pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu saya
mengharapapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi informasi bagi masyarakat dan
memeberi manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

• A. Latar Belakang
• B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN


o A. Definisi Zina
• B. Dalil-dalil Larangan Mendekati Zina
o 1. Ayat-ayat Al-Qur’ān tentang Larangan Mendekati Zina
o 2. Hadis tentang Larangan Mendekati Zina
• C. Upaya Pencegahan dari Perbuatan Zina
o 1. Menjaga Pergaulan yang Sehat
o 2. Menjaga Aurat
o 3. Menjaga Pandangan
o 4. Menjaga Kehormatan
o 5. Meningkatkan Aktivitas dan Rajin Berpuasa

BAB III PENUTUP

• A. Kesimpulan
• B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah Swt. yang diberi amanah untuk
mengelola bumi ini sekaligus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan yang lebih besar
dibandingkan dengan makhluk Allah Swt. Oleh karena itu, keberadaan manusia
harus tetap menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan hidupnya secara benar
sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Proses tersebut di dalam ajaran Islam
dilakukan melalaui aturan dan proses yang mudah, yaitu melalui proses
pernikahan. Akad nikah hakikatnya adalah upaya meregenerasi manusia secara
benar, terhormat, dan bermartabat. Di sinilah agama Islam melarang segala bentuk
hubungan seksual yang tidak dilakukan secara sah dan benar sesuai syariat Islam.
Selain melanggar aturan agama, zina juga tidak sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk yang bermartabat dan terhormat. Bahkan perzinaan oleh agama-
agama samawi dianggap sebagai salah satu bentuk kejahatan terbesar dan terkotor
terhadap kemanusiaan. Selain itu, pangkal timbulnya kehancuran bagi sendi-sendi
kemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari zina?


2. Apa saja dalil-dalil tentang larangan mendekati zina?
3. Bagaimana upaya pencegahan dari perbuatan zina?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Zina

Pergaulan yang tidak dibatasi oleh aturan agama maupun susila akan berdampak
perilaku yang sangat dilarang oleh agama Islam. Salah satu dampak negatif dari
pergaulan bebas atau seks bebas adalah perilaku yang sangat dilarang oleh agama
Islam, yaitu zina.

1. Pengertian Zina

Kata zina berasal dari kata zana-yazni yang artinya hubungan layaknya suami istri
antara perempuan dengan laki-laki yang sudah mukalaf (balig) tanpa ikatan
pernikahan yang sah menurut syariat Islam. Zina adalah istilah hukum Islam yang
merujuk pada hubungan seksual yang melanggar hukum. Menurut yurisprudensi
tradisional, zina dapat mencakup perzinaan (dari pihak yang sudah menikah),
percabulan (dari pihak yang belum menikah), prostitusi, pemerkosaan, sodomi,
homoseksualitas inses, dan kebinatangan. Alquran sebagai sumber hukum
Islam tidak menyetujui pergaulan bebas yang berlaku di Arab pada saat itu, dan
beberapa ayat merujuk pada hubungan seksual yang melanggar hukum.

2. Hukum Zina

zina hukumnya haram, bahkan zina dianggap sebagai puncak keharaman. Hal
tersebut didasarkan pada firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Isrā ayat 32. Menurut
pandangan hukum Islam, perbuatan zina merupakan dosa besar yang
dikategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina, dan buruk. zina tidak disebutkan
dalam Al-Quran, namun semua setuju atas dasar hadis bahwa itu akan dihukum
dengan rajam jika pelakunya adalah muhsan (dewasa, bebas, muslim, dan telah
menikah). zina harus dibuktikan dengan kesaksian empat saksi mata tentang
tindakan penetrasi yang sebenarnya, atau pengakuan yang diulang empat kali dan
tidak ditarik kembali kemudian. Pemerkosaan secara tradisional dituntut di bawah
kategori hukum yang berbeda yang menggunakan aturan pembuktian yang
normal.
3. Kategori Zina
Perbuatan zina dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu zina muĥșan dan gairu
muĥșan.

• Zina muĥșan, yaitu penzina sudah balig, berakal, merdeka, dan sudah pernah
menikah. Hukuman terhadap zina muĥșan adalah dirajam atau dilempari
dengan batu sederhana sampai meninggal.
• Zina gairu muĥșan, yaitu penzina masih lajang, dan belum pernah menikah.
Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.

4. Hukuman bagi Penzina

Dalam hukum Islam, zina dikategorikan perbuatan kriminal atau tindak pidana.
Oleh sebab itu, orang yang melakukannya dikenakan sanksi atau hukuman sesuai
dengan syariat Islam. Hukuman pelaku zina ada dua, yaitu sebagai berikut.

• Dera atau pukulan sebanyak 100 (seratus) kali bagi penzina gairu muĥșan
dan ditambah dengan mengasingkan atau membuang pelakunya ke tempat
yang jauh dari tempat mereka. Hal ini didasarkan pada firman firman
Allah Swt. dalam surat an-Nūr ayat 2 serta hadis Rasulullah saw. yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dan Zaid bin
Khalid.
• Dirajam sampai mati bagi penzina muĥșan. Hukuman rajam dilakukan
dengan cara pelaku dimasukkan ke dalam tanah hingga dada atau leher.
Tempat untuk melakukan hukuman rajam adalah tempat yang banyak
dilalui manusia atau tempat keramaian. Hal ini didasarkan pada hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, dan An-Nasa’i.

5. Hukuman bagi Orang yang Menuduh Zina (Qazaf)

Mengingat beratnya hukuman bagi pelaku zina, maka hukum Islam telah
menentukan syarat-syarat yang berat bagi terlaksananya hukuman tersebut.
Syarat-syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

• Hukuman dapat dibatalkan bila masih terdapat keraguan terhadap


peristiwa atau perbuatan zina tersebut. Hukuman tidak dapat dilakukan
setelah benar-benar diyakini bahwa tidak terjadi perzinaan.
• Untuk meyakinkan perihal terjadinya zina tersebut, syaratnya harus ada
empat orang saksi laki-laki yang adil. Karena kesaksian empat orang
wanita tidak cukup untuk dijadikan bukti, sebagaimana empat orang
kesaksian laki-laki yang fasik.
• Kesaksian empat orang laki-laki yang adil ini pun masih memerlukan
syarat, syaratnya yaitu setiap laki-laki tersebut harus melihat persis
kejadiannya.
• Andaikan seorang dari keempat saksi menyatakan kesaksian yang berbeda
dengan kesaksian tiga orang lainnya atau salah seorang di antaranya
mencabut kesaksiannya, maka terhadap mereka semuanya dijatuhkan
hukuman menuduh zina. Hukuman bagi yang menuduh zina terhadap
perempuan baik-baik dengan didera sebanyak 80 (delapan puluh) kali
deraan. Hal ini didasarkan pada firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nûr ayat
4.

6. Dampak Negatif Zina

Berikut dampak negatif zina adalah sebagai berikut.

• Mendapat laknat dari Allah Swt. dan rasul-Nya.


• Dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat.
• Nasab menjadi tidak jelas.
• Anak hasil zina tidak bisa dinasabkan kepada bapaknya.
• Anak hasil zina tidak berhak mendapat warisan.

B. Dalil-dalil Larangan Mendekati Zina


1. Ayat-ayat Al-Qur’ān tentang Larangan Mendekati Zina
a. Surat Al-Isrā’ Ayat 32
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji,
dan suatu jalan yang buruk.”
Secara umum Surat Al-Isrā’ ayat 32 mengandung larangan mendekati zina serta
penegasan bahwa zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.
Allah Swt. secara tegas memberi predikat terhadap perbuatan zina melalui ayat
tersebut sebagai perbuatan yang merendahkan harkat, martabat, dan kehormatan
manusia. Karena bahayanya perbuatan zina, sebagai langkah pencegahan, Allah
Swt. melarang perbuatan yang mendekati atau mengarah kepada zina.
Tiga dampak negatif menimpa pada saat di dunia dan tiga dampak lagi akan
ditimpakan kelak di akhirat.
1) Dampak di Dunia
a) Menghilangkan Wibawa
b) Mengakibatkan Kefakiran
c) Mengurangi Umur
2) Dampak yang Akan Dijatuhkan di Akhirat
a) Mendapat Murka dari Allah Swt.
b) Hisab yang Jelek (Banyak Dosa)
c) Siksaan di Neraka

b. Surat An-Nûr Ayat 2


“Penzina perempuan dan penzina laki-laki, deralah masing-masing dari
keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah Swt., jika kamu
beriman kepada Allah Swt. dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”
hukuman bagi pelaku zina, maka ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai
bukti, yaitu (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau bukti
tulisan. Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi yang
berjumlah empat orang dan pengakuan pelaku.

2. Hadis tentang Larangan Mendekati Zina


a. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhotbah, ia
berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat/ menyepi dengan
seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang
perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya.” (H.R. Bukhari
dan Muslim).

A. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

“Barangsiapa beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir maka janganlah berdua-
duaan dengan wanita yang tidak bersama mahramnya karena yang ketiga adalah
setan.” (H.R. Ahmad)
b. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

“Barangsiapa beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir maka janganlah berdua-
duaan dengan wanita yang tidak bersama mahramnya karena yang ketiga adalah
setan.” (H.R. Ahmad)

C. Upaya Pencegahan dari Perbuatan Zina


1. Menjaga Pergaulan yang Sehat
2. Menjaga Aurat
3. Menjaga Pandangan
4. Menjaga Kehormatan
5. Meningkatkan Aktivitas dan Rajin Berpuasa
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasuci dan Mahamulia Allah Swt. yang menghendaki manusia untuk menjadi
makhluk-Nya yang mulia dan bermartabat termasuk dalam hal menyalurkan
kebutuhan biologis. Secara umum surat al-Isrā’ ayat 32 mengandung pesan-pesan
mengenai larangan mendekati zina karena zina merupakan perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk. Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya
suami istri di luar tali pernikahan yang sah. Surat an-Nûr ayat 2 berisi perintah
Allah Swt. untuk mendera penzina perempuan dan penzina laki-laki masing-
masing seratus kali.
Zina dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu muĥșan dan gairu muĥșan. Muĥșan
adalah penzina sudah balig, berakal, merdeka, sudah pernah menikah. Hukuman
terhadap muĥșan dirajam atau dilempari dengan batu sederhana sampai mati.
Sedangkan gairu muĥșan adalah penzina masih lajang, belum pernah menikah.
Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.
Tuduhan perzinaan harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti yang kuat, akurat,
dan sah. Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina, tanpa dapat
mendatangkan empat orang saksi.

Menghindari lingkungan yang di dalamnya terdapat perilaku hidup serba boleh


atau serba bebas, karena akan mengakibatkan dampak negatif terhadap perilaku
hidup yang suci dan terhormat. Hendaknya berupaya untuk selalu berada di
tengah-tengah lingkungan yang sehat dan baik agar terjaga dirinya dan
keluarganya dari kemaksiatan dan kemungkaran.

B. Saran

Hindarilah pergaulan bebas memang tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam
maupun praktek sosial, apalagi perbuatan zina. Perbuatan semacam itu bisa
menyebabkan banyak kemudaratan khususnya bagi diri mereka yang
melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai