Anda di halaman 1dari 4

Abstrak

Artikel ini berupaya menyelidiki aspek sosiologis dan teologis dari perzinahan. Di
Indonesia, perzinahan merupakan perilaku terlarang yang dibenci baik oleh hukum maupun
agama.Definisi agama dan hukumtentang perzinahan telah berubah seiring berjalannya
waktu.Berbagai penafsiran yang masih mempunyai makna yang sama dalam kenyataannya.
Informasi dalam publikasi ini berasal daritinjauan literatur menggunakan sumber yang relevan
langsung ke intinya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perzinahan memang terjadi.Karena
terkadang dilakukan secara asal-asalan, masyarakat mungkin tidak menyadarinya.secara rahasia.
Perzinahan masih terjadi dalam keadaan seperti itu.Namun Allah menawarkan kepada masing-
masing pihak kesempatan untuk segera memperbaiki dosa pribadinya. Jika Anda punya
pengalaman, itu berbeda.

Pendahuluan
Perbuatan zina tercakup dalam beberapa bentuk fiqh.Zina adalah perbuatan seksual yang
disengaja antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa adanya akad nikah yang
sah.Tanpa ada kecurigaan sama sekali. Al-Qur'an menekankan pada dosa perzinahan. Pezina
yang belum menikah dihukum (ghiru muhsan), yang mengacu pada pemukulan seratus kali,
didasarkan pada kitab suci Alquran.Sementara itu, pezina di Muhsan akan dilempari batu. Ketika
tiba saatnya Bahasa adalah tindakan melempar batu. Rajam adalah rajam zina yang dilakukan
Muhsan.Perzinahan adalah kejahatan yang sangat keji, dan pelakunya harus dihukum.Dikenakan
hukuman yang sangat berat, seperti cambuk atau rajam,karena alasan yang dapat diterima secara
moral dan logika.
Seseorang dikatakan berzina harus diteliti menggunakan sangat hati-hati
jangan hingga galat pada menentukan hukumannya. karena Jika keliru akan
merugikan orang lain, sebab eksekusi zina ialah sangat berat bagi para
pelakunya. Adapun dasar penetapan perbuatan zina sebagai berikut :

a. Adanya kesaksian empat orang,baligh, berakal, dan adil.Keempat


saksi memberikan kesaksian yang sama baik daerah, pelaku,ketika serta cara
melakukannya. apabila kondisi-syarat itu tidak terpenuhi,maka belum bisa dikatakan
berbuat zina.
b. Pengakuan pelaku yang sudah baligh dan berakal.
c. Qorina atau atau indikasi.
d. Qorina yg dapat disebut sebagai barang bukti perzinaan yang sah
artinya jelasnya kehamilan perempuan yg tidak bersuami. (bukan
perkosaan).

Adapun dasar hukum dalam al-qur’an dan hadis telah banyak disebutkan antara lain zina dera
atau cambuk seratus kali adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Nur ayat 2 yang berbunyi: ُ َ‫ا ة‬
‫يِ ِ َّ ى َ◌ لزانَ َّ الزانْ ا وُ وِ دْ لَ اجَّ فٍ ُ كلِ دَ احَ ا وُ مْ هِ نـَ مَ ةِ ائٍ مَ ةَ ْل دَ جَ الْ و ْأخُ ْذ كمُ َ َ ا تٌ ِِ همَ ةَ ب ْأفْ فِ نِ ي ر‬
‫ةَ ائَ طِ نَ مْ ن يِ نِ ُ ْ ؤم‬JJ‫يِ اهللا دِ ْ نِ ْ اْ ُ كنُ مْ َ ن تُ وِ نـُْ ؤمِ ِ اهللا تـِ بْ مَ وِ وِ رَ اْليـَ ْ د اَألخَ ْ شــهَ ْليَ ا وُ مَ هٌ َ َ ذابـِ عَ ف‬
‫ اْلم‬Artinya: “Pezina perempuan dan laki-laki hendaklah dicambuk seratus kali dan janganlah
merasa belas kasihan kepada keduanya sehingga mencegah kamu dalam menjalankan hukum
Allah, hal ini jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah dalam menjatuhkan
sanksi (mencambuk) mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.32
Macam-macam zina dan al-quran serta hadis sudah banyak dipaparkan anatara lain akan
dipaparkan menjadi berikut:

a) Zina Muhsan ialah perbuatan zina yg dilakukan oleh pria/perempuan yang


wajib menjaga kehormatannya. artinya, orang yg sudah berkeluarga
atau menikah.
b) Zina Ghoiru Muhsan maksudnya ialah perbuatan zina yang dilakukan
sang pria/perempuan yang belum menikah.

Adapun wanita hamil dan orang sakit, maka pelaksanaan hukum atasnya
ditunda hingga perempuan hamil itu melahirkan dan orang yg sakitsembuh asal penyakitnya.
Imam Syafi’i Abu Abdullah karena pada prinsipnya kesalahan hanya
dibebankan pada orang yang melakukannya. Soal hukuman (panishment) bagi para pezina
mushan dan ghoiru mushan banyak disparitas pandangan. berdasarkan Mazhab Dzahiri pelaku
zinamuhsan (pelaku zina yang sudah kawin) menerima hukuman rangkap: dera
dahulu kemudian rajam sesuai Hadis Nabi: “Pelaku zina yang sudahkawin atau pernah kawin itu
didera 100 kali serta dirajam”.Berkaitan menggunakan hukuman bagi pezina itu, Imam
Syafi’i pula berpendapat; eksekusi rajam (stoning to death), yg berarti hukuman tewas bagi
pelaku zina muhsan sudah seharusnya dibebankan atas pelaku zina bila perbuatan zina itu
diketahui oleh empat orang saksi. Bagi Imam Syafi’i hukuman dera sangat pantas
diberikan pada pelaku zina muhsan sebab si pelaku zina seharusnya (harus) menjaga
loyalitas dan nama baik keluarga, dan lagi perbuatan zina itu mengandung bahaya
bahaya yg akbar bagi keluarganya, masyarakat, dan negara. hukuman dera
(flogging) yang cukup ringan, berdasarkan Imam Syafi’i, patut diberikan pada pelaku
zina yg belum kawin (ghairu muhsan), sebab si pelaku masih hijau, belum berpengalaman,
maka dengan hukuman dera itu dibutuhkan mampu memberi kesadaran padanya, sebagai
akibatnya dia tidak mau mengualangai perbuatannya yang tercela

Zina adalah perbuatan yg sangat tercela dan pelakunyadikenakan hukuman yg amat berat, baik
itu aturan dera maupun rajam,karena alasan yg bisa dipertanggungjawabkansecara
moral dan logika.Kenapa zina diancam dengan eksekusi berat. Hal ini ditimbulkan sebab
perbuatan zina sangat dicela sang Islam dan pelakunya dieksekusi menggunakan eksekusi rajam
(dilemparibatu sampai mangkat menggunakan disaksikan
orangpoly), Jika dia muhsan. Bila dia ghairu muhsan, maka dieksekusi cambuk 100 kali.
Adanya perbedaan hukuman tadi karena muhsan seharusnya mampu lebih menjaga
diri buat melakukan perbuatan tercela itu, apalagi jika masih pada ikatan perkawinan yg berarti
menyakiti dan mencemarkannama baik keluarganya, sementara ghairu muhsan belum pernah
menikah.
Namun keduanya tetap sangat dicela sang Islam dan tak boleh diberi belas
kasihan.Ancaman keras bagi pelaku zina tadi karena pada pandanganIslam
zina, merupakan perbuatan tercela yang menurunkan derajat dan harkat
humanisme secara umum . bila zina tak diharamkan pasti martabat manusia akan
hilang karena rapikan hukum perkawinan dalam masyarakat akan rusak. di samping itu pelaku
zina berarti mengingkari nikmat Allah SWT perihal kebolehan dan anjuran Allah
SWT untuk menikah.seseorang yg melakukan zina bukan muhsan sama terdapat lelaki
atau wanita harus dikenakan ke atas mereka hukuman sebat 100 kali sebat/cambuk dan di buang
keluar negeri/diasingkan selama setahun

Secara global zina terbagi 2 bagian, yaitu zina yg mendapatkan eksekusi had (zina
haqiqi) serta zina yang tidak mendapatkan eksekusi had melainkan hanya menerima dosa (zina
majazi), walaupun masih termasuk kategori zina. Imam Ghazali lebih jelas menamai ke 2 zina
itu dengan bahasa zina yang Nampak untuk zina yg mendapatkan had serta zina tersembunyi
buat zina yg tidak menerima had. Zina tersembunyi atau majazi ada 5 (5) macam yaitu:
a. Zina mata (ain) ialah zina waktu seorang
memandang lawan jenisnya dengan perasaan suka .
b. Zina hati (qalbi) adalah zina saat memikirkan atau
mengkhayalkan lawan jenis menggunakan perasaan suka
serta senang .
c. Zina ucapan (mulut) adalah zina waktu membicarakan
versus jenis yg diikuti menggunakan perasaan suka .
d. Zina tangan(yadin) ialah zina waktu menggunakan sengaja
memegangbagiantubuh lawan jenisdiikuti menggunakan
perasaan suka serta senang terhadapnya.Zina luar adalah zina yang diperbuat
antar versus jenis yg bukan muhrim menggunakan melibatkan indera kelamin

Kesimpulan
Syariat Islam memerintahkan umat manusia untuk menjaga kesucian diri yaitu dengan cara
menghindari perbuata Zina. Free sex atau zina merupakan sebuah pelanggaran terhadap manusia
dan juga kepada Allah swt. Zina dalam Islam termasuk dosa besar, setelah dosa melakukan
kesyirikan, dan membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan agama. Selain itu, banyak
menimbulkan dampak negatif, bagi pelaku maupun masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan
upaya pencegahannya serta solusinya agar tercipta kemaslahatan Bersama
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai