Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia zaman modern seperti ini kita sering dihadapkan dengan
masalah-masalah yang kerap menodai agama dengan pergaulan yang tanpa dibatasi
dengan aturan atas hukum yang mengikat kepada penganut agama. Sehingga menjadi
sebuah keprihatinan bagi kita umat yang beragama Islam dengan kebiasaan orang
yang tidak peduli dengan aturan yang dalam hal ini menurutnya sebagai penghalang
atas apa yang ingin dilakukan atau dengan kata lain untuk menuruti keinginan hawa
nafsunya, dan hal tersebut merupakan tindakan yang paling hina bagi makhluk Allah
yang kemulyaannya sangat tinggi daripada makhluk ciptaan Allah yang lain.
Padahal agama sama sekali tidak melarang hambanya untuk melakukan
sesuatu yang jika hal itu tidak akan merusak atau menjadi mudharat bagi yang
membangkang. Betapa banyak orang-orang yang melakukan hubungan seks secara
bebas terjangkit hubungan seks secara bebas terjangkit oleh penyakit yang
mematikan, adakah renungan tentang semua itu, itu adalah tanda-tanda kebesaran
Allah bagi orang yang berakal. Bab ini begitu menarik untuk dibahas karena banyak
dalil dan dasar-dasar agama yang melarang perbuatan keji tersebut. Bab ini juga sagat
penting bagi kita kaum muda yang sangat rentan untuk terjerumus kedalam
kemaksiatan ini.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas maka kami menarik beberapa rumusan masalah.
1) Apa yang dimaksud dengan zina?
2) Apa dasar penetapan zina?
3) Apa saja bahaya zina ?
4) Bagaimana hukuman zina?
5) Apa Hikmah diharamkannya zina?
C. Tujuan Pembahasan
1) Pengertian tentang zina.
2) Mengetauhi dasar-dasar dilarangnya zina.
3) Penjelasan mengenai bahaya zina.
4) Hukuman bagi pelaku zina.
5) Mengetauhi hikmah di haramkannya zina.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zina
1

Zina adalah persentuhan dua alat kelamin dari jenis yang berbeda dan yang tidak
terikat oleh akad nikah atau kepemilikan dan tidak juga disebabkan oleh syubhat
(kesamaran).
Suatu perbuatan dapat dikatakan zina apabila memenuhi 2 unsur:
Terjadi persetubuhan antara dua orang yang berbeda jenis kelaminnya
Adanya unsur kesengajaan dan tanpa unsur paksaan.
Perbuatan yang tidak mengandung dua unsur diatas tidak dikatakan zina.
Misalnya jika ada dua orang yang berbeda kelaminnya bermesraan, berciuman atau
berpelukan, belum dapat dikatakan zina. Sehingga perbuatan tersebut tidak
menjadikan pelakunya dijatuhi hukuman had, berupa dera bagi yang belum menikah,
dan hukuman rajam bagi yang sudah menikah. Tetapi hukuman bagi orang yang
bermesraan tersebut adalah hukuman tazir yang bersifat edukatif.
Demikian pula dengan inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor untuk
memperoleh keturunan juga tidak dapat dikatakan zina. Sebab tidak terjadi
persetubuhan (bertemunya kelamin pria dan wanita). Namun Mahmud Syalthut
menganggap inseminasi buatan sebagai zina. Sebab terjadi percampuran nasab dan
pencemaran kelamin, padahal Islam sangat menjaga kesucian kelamin, dan kemurnian
nasab.2
Persetubuhan yang dilakukan karena unsur ketidak sengajaan juga tidak termasuk
zina. Misalnya seseorang melakukan persetubuhan dengan wanita yang dia kira
istrinya, tapi ternyata bukan. Demikian pula jika persetubuhan dilakukan dengan
unsur pemaksaan (perkosaan), maka yang dapat dikatakan zina adalah yang
memperkosa, dan yang diperkosa tidak disebut zina.
An Nur (ayat 2)

Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
Ayat di atas menyebutkan yaitu perempuan pezina yang gadis dan laki-laki
pezina yang masih jejaka, yakni yang keduanya pernah menikah, maka cambuklah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali cambukan, jika kesalahan terbukti sesuai
dengan syarat-syaratnya. Laksanakanlah ketentuan ini dengan sungguh-sungguh dan
janganlah kamu dicegah oleh belas kasih yang melimpah kepada keduanya dalam
menjatuhkan ketetapan agama Allah sehingga kamu mengabaikan ketentuan ini. Jika
kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, pasti kamu melaksanakan ketentuan ini
karena konsekuensi keimanan adalah melaksanakan ketetapan Allah dan hendaklah
pelaksanaan hukuman mereka berdua disaksikan oleh sekumpulan, yakni sedikitnya
tiga atau empat dari orang-orang munkar agar hukuman itu menjadi pelajaran bagi
semua pihak yang melihat dan mendengarnya.
Ayat tersebut menggunakan kata az-zaini dan az-zaniyah yakni menggunakan
patron kata yang mengandung makna kemantapan kelakukan itu pada yang
bersangkutan. Tentu saja kemantapan tersebut, tidak mereka peroleh kecuali setelah
berzina berulang-ulang tersebut. Nah, apakah jika demikian, seorang baru dijatuhi
hukuman yang disebut ayat ini, bila ia berulang-ulang melakukan perzinahan?
Mayoritas ulama berpendapat tidak, yakni siapa pun yang ditemukan berzina
atau mengaku berzina, dengan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan agama-walau
baru sekali-maka ia dijatuhi hukuman tersebut. Nah, jika demikian, mengapa ayat di
atas menggunakan patron kata tersebut?
Ketika menafsirkan Q.S al Maidah (5) : 38 yang menggunakan patron yang
sama untuk menunjuk pria dan wanita yang mencuri (pencuri), penulis antara lain
3

mengemukakan bahwa jawaban pertanyaan di atas antara lain ditemukan dalam


memahami sifat Allah al-Ghaffar yakni Yang Maha Pengampun. Imam Ghazali
menjelaskan bahwa al Ghaffar adalah yang menampakkan keindahan dan menutupi
keburukan. Dosa-dosa tulisnya adalah bagian dari sejumlah keburukan yang ditutupiNya dengan jalan tidak menampakkannya di dunia serta mengenyampingkan siksanya
di akhirat.Orang lain yang tidak mengetahui bahwa Allah selama ini menutup
kesalahan yang bersangkutan menduga bahwa ia baru sekali mencuri tetap pada
hakikatnya telah berulang-ulang kali dan dari sini ayat di atas menamai mereka
pencuri.
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ada seseorang tertangkap basah
mencuri tetapi bersumpah berkali-kali bahwa baru kali itu dia mencuri. Sayyidina Ali
tetap memerintahkan memotong tangannya, sambi menyatakan Allah tidak
mempermalukan seseorang yang baru sekali melakukan dosa. Setelah sanksi hukum
dilaksanakan, beliau menggugah hati si pencuri dan bertanya kepadanya telah berapa
kali engkau mencuri? Si pencuri menjawab; telah berkali-kali
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina
muhshan dan ghayru muhshan.

Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah).
Pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak
memiliki pasangan sah.

B. Dasar-dasar dilarangnya zina


An Nur (ayat 2)


Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
An-nisa ayat 15


15. Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah
ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila
para saksi itu telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu)
dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan
yang lain kepadanya.
An- nisa ayat 25


25. Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup
perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini
wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui
keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain [285], karena itu
kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut
yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina
dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan
apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan
perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanitawanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi
6

orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di
antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.(An-nisa:25)
Al-isra ayat 32


32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-isra:32)
An-nuur ayat 4




Hukum menuduh wanita yang baik-baik berzina
4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-nuur :4)
Al-azhab ayat 32
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa.

Maka

janganlah

kamu

tunduk[1213] dalam

berbicara

sehingga

berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah


perkataan yang baik, (Al-azhab :32)
An-nuur ayat 25


25. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut
semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan
(segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya). (An-nuur:25)
C. Bahaya zina
Berikut ini adalah beberapa akibat buruk dan bahaya zina:
Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan

keburukan,

yakni

berkurangnya agama si pezina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk

keperibadian, dan hilangnya rasa cemburu.


Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang

sangat diperdulikan dan perhiasan yang sangat indah dimiliki perempuan.


Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga

tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.


Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di

hadapan Allah maupun sesama manusia.


Tumbuhnya sifat liar di hati pezina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak

terarah.
Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak

dipercaya.
Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dideteksi oleh orang-orang yang

memiliki hati yang bersih melalui mulut atau badannya.


Kesempitan hati dan dada selalu dirasakan para pezina.
Pezina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari di dunia maupun

di akhirat.
Perzinaan menjadikan terputusnya hubungan persaudaraan, durhaka kepada orang
tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan

keturunan.
Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya, sehingga
membebani kehinaan yang berkepanjangan kepada pezina dan kepada seluruh

keluarganya.
Kehinaan yang melekat kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam
daripada kekafiran. Kafir yang memeluk Islam, maka selesai persoalannya, namun
dosa zina akan benar-benar membekas dalam jiwa. Walaupun pelaku zina telah

bertaubat dan membersihkan diri, pezina masih merasa berbeda dengan orang

yang tidak pernah melakukannya.


Jika wanita hamil dari hasil perzinaan, maka untuk menutupi aibnya ia
mengugurkan kandungannya. Selain telah berzina, pezina juga telah membunuh
jiwa yang tidak berdosa. Jika pezina adalah seorang perempuan yang telah
bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan membiarkan anak itu
lahir, maka pezina telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga
suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisanmereka tanpa disadari siapa dia

sebenarnya.
Perzinaan akan melahirkan generasi yang tidak memiliki silsilah kekeluargaan
menurut hubungan darah (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak

memilikistatus sosial yang jelas.


Zina dapat menimbulkan permusuhan dan menyalakan api dendam pada keluarga

wanita dengan lelaki yang telah berzina dengan wanita dari keluarga tersebut.
Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarga pezina, mereka akan merasa jatuh
martabat di mata masyarakat, sehingga mereka tidak berani untuk mengangkat

wajah di hadapan orang lain.


Perzinaan
menyebabkan
sepertiAIDS, sifilis, kencing

menularnya
nanah,

dan

penyakit-penyakit
penyakit-penyakit

berbahaya
lainnya

yang

ditularkan melalui hubungan seksual.


Perzinaan adalah penyebab bencana kepada manusia, mereka semua akan
dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang menjadi tradisi dan dilakukan secara
terang-terangan.
D. Cara Pelaksanaan Hukum
Sumber hukum yang pertama dalam Islam ialah al-Quran. Dengan demikian
sudahlah ada patokan hukum dengan adanya 2 pada surat An nur ini. Tetapi belumlah
cukup berpegang pada bunyi ayat saja, melainkan hendaklah diperhatikan pula betapa
caranya rasul Allah melaksanakan hukum.
Sebab itu maka sunnah Rasulullah adalah sumber hukum yang kedua.
Menurut rasul Allah saw; yang melakukan zina itu dibagi atas dua tingkat, yaitu yang
mendapat hukum sangat berat dan yang dijatuhi hukuman berat yang mendapat
hukum sangat berat ialah orang muhshan.
Meskipun pelemparan dengan batu itu tidak tersebut dalam ayat, dia menjadi
hujjah (alasan), karena demikianlah telah dilakukan oleh Rasulullah saw dan
menjalankan hukum ini diterima dan perawi-perawi yang dapat dipercaya, yaitu Abu

Bakar, Umar, Ali Jahir bin Abdullah, Abu Said al Khudari, Abu Hurairah, Zayid bin
Khalid Buraidah Al Aslami. Semuanya sahabat-sahabat yang besar-besar dan ternama.
Hukuman ini pernah dilakukan oleh rasul Allah saw kepada seorang sahabat
yang bernama Maiz, yang datang sendiri mengakui terus terang kepada Nabi bahwa
dia telah bersalah berbuat zina. Dia sendiri yang minta dihukum. Berkali-kali Nabi
saw mencoba meringankan soal ini, sehingga beliau berkata; mungkin baru engkau
pegang-pegang saja, mungkin tidak sampai engkau setubuhi, dan sebagainya, tetapi
Maiz berkata juga terus-terang bahwa dia memang telah berzina, bahwa dia memang
telah melanggar larangan Tuhan, dan belumlah dia merasa ringan dari pukulan dan
pukulan batin sebelum dia dihukum. Maka atas permintaannya sendirilah dia dirajam,
sampai mati.
Kejadian itu pula hal demikian pada dua orang wanita, seorang dari suku Bani
Lukham dan seorang lagi dari persukuan Bani Ghamid, datang pula mengaku
dihadapan Nabi bahwa mereka telah terlanjur berzina. Seorang di antaranya sedang
hamil dari perzinahan itu. Sebagai Maiz kedua perempuan itu rupanya merasa
tekanan batin yang amat sangat sebelum hukuman itu dijalankan atas diri mereka,
sehingga dijalankan pula hukuman rajam itu, hukum tersebut baru dijalankan setelah
anaknya lahir dan besar, lepas dari menyusui. Itu pun perempuan itu sendiri juga yang
datang melaporkan diri.
Berdasarkan hukum Islam, hukuman bagi pelaku zina adalah hukuman had.
Namun hukuman ini dibedakan antara pelaku zina yang belum menikah dan yang
sudah menikah.

Pelaku zina yang belum menikah hukumannya adalah didera/dipukul dengan


tongkat, tangan atau benda tumpul lainnya sebanyak 100 kali. Hukuman dera ini
tidak boleh berakibat fatal bagi yang didera. Oleh karena itu disarankan
pukulan/dera tidak hanya pada satu bagian saja, melainkan pada berbagai bagian
tubuh, kecuali bagian vita dan rawan.

Pelaku zina yang sudah menikah hukumannya adalah dirajam sampai mati. Dari
Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah
membuat jalan untuk mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis
hukumannya seratus cambukan dan diasingkan setahun. Duda berzina dengan
janda hukumannya seratus cambukan dan dirajam. (H.R. Muslim).

E. Hikmah diharamkannya zina


10

Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan termasuk dosa
besar. Hikmah diharamkannya adalah :
1. Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari hasil
2.
3.
4.
5.

zina, umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.


Menjaga dari jatuhnya harga diri dan juga kehormatan keluarga.
Menjaga tertib dan terjaganya urusan rumah tangga.
Timbulnya rasa kasih sayang dari anak hasil perkawinan yang sah.
Terjaganya akhlak islamiyah yang akan mengangkat harkat martabat manusia
dihadapan sesama dan dihadapan sang kholik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Zina adalah segala persetubuhan diluar nikah. Asal persetubuhan itu belum atau
tidak disahkan dengan nikah, atau tidak dapat disahkan dengan kedua belah pihak
atau tidak suka misal pihak yang seorang memaksa atau memperkosa atas pihak
lain.
2. Perempuan dan laki-laki yang tidak muhshan, misalnya perempuan yang tidak
atau belum bersuami dan laki-laki yang belum beristri dilakukan hukuman sebagai
tersebut dalam ayat, yaitu dipukul cambuk, atau dengan rotan 100 kali, dihadapan
khayalak ramai kaum muslim, dan orang atau laki dan perempuan yang
terbentang. Orang-orang yang tidak patut berzina, karena hidupnya berbenteng
oleh pandangan masyarakat, sehingga pandangan umum sudah menganggap dia
tidak patut berbuat demikian. Yaitu keduanya baligh, berakal, lagi merdeka dan
laki-lakinya beristri dan perempuannya ada bersuami dihubungkan keberatan dari
suaminya atau istrinya yang sah itu. Hukumannya ialah dirajam, yaitu diikat dan
dibawa ketengah kumpulan orang ramai, lalu dilempari dengan batu sampai mati.
B. Saran / Kritik
Kami sepenuhnya menyadari akan kekurangan makalah ini, dengan penuh
kerendahan hati, kami menanti kritik/saran yang bersifat membangun guna
memperbaiki makalah kami selanjutnya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Modul Aqidah Akhlak kelas IX semester ganjil tahun ajaran 2011-2012 mengenai

perilaku tercela zina


Modul Fiqih kelas IX semester ganjil tahun ajaran 2011-2012 tentang hukum Zina
http://www.digitalkios.co/digital-info/makalah+tentang+perzinahan.html
http://jamalludinzabbo.wordpress.com/2010/07/13/perzinahan-dalam-islam/
http://defenders-muhammad.blogspot.com/2009/06/perzinahan-dalam-hukum-

islam.html
http://www.scribd.com/doc/4856647/makalah-agama-perzinahan
http://www.butikjilbabpermata.com/search/makalah-perzinahan-menurut-islam

12

Anda mungkin juga menyukai