Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

Bahasa Daerah

TRAKTOR

KELOMPOK I

SRI RAHAYU NINGSIH G41115007


ANDI ASRI AINUN G41115001
NURBAYA G41115
INDRA G41115

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun
untuk memenuhi tugas makalah BAHASA DAERAH sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada guru bidang bahasa daerah yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini, sehingga
kami menjadi lebih mengerti, mengetahui, dan memahami tentang materi
TRADISI MAKASSAR. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril
dan materil.
Saya menyadari bahwa kami hanya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari
kesalahan, maka dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi
dan jauh dari kesempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna
memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam isi makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Terima kasih

Makassar, 01 Desember 2016

Muh Reski Pratama Arsyad


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

I. PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................................

B. Tujuan ....................................................................................................

C. Manfaat ..................................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

A. Aru .........................................................................................................

1. Sejarah Aru ......................................................................................

2. Naskah Aru ......................................................................................

B. Pakkiok Bunting.....................................................................................

1. Sejarah Pakkiok Bunting..................................................................

2. Naskah Pakkiok Bunting..................................................................

C. Doangang ................................................................................................

III. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah
sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya
Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal
bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini
bukan berati perang antar suku Makassar suku Bugis, karena di pihak Gowa ada
sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya.
Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini.
Di kabupaten gowa terkenal dengan beberapa tradisi seperti Aru.
Aru atau Angngaru merupakan ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering
disampaikan oleh orang-orang di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan
kepada atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya,
masyarakat kepada pemerintahnya.
Tradisi yang kedua yang sering dilakukan di kabupaten gowa adalah pakkio
bungting. pakkio bunting adalah semacam sanjak khusus diucapkan pada waktu
pengantin laki-laki akan naik ke rumah pengantin perempuan atau sebaliknya. Sanjak
ini tidak dinyanyikan tetapi diucapkan dengan perasaan dan dengan irama yang
menarik.
Tradisi yang ketiga yang sering dilakukan di kabupaten gowa adalah doangang.
Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang hampir
sama maknanya dengan mantra dalam sastra indonesia. Kata doangang mengandung
makna permohonan, permintaan atau harapan.
B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah tradisi makassar sebagai berikut, yaitu:
1. Agar siswa-siswi mengetahui sejarah dan naskah aru
2. Agar siswa-siswi mengetahui sejarah dan naskah pakkiok bunting
3. Agar siswa-siswi mengetahui pengertian dan jenis-jenis doangang

C. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan tradisi makassar sebagai berikut, yaitu:


1. Mendapatkan ilmu tentang aru
2. Mendapatkan ilmu tentang pakkiok bunting
3. Mendapatkan ilmu tentang doangang
BAB II
PEMBAHASAN

1. Aru

A. Sejarah Aru

Aru atau Anngaru adalah semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia, yang
sering diucapkan oleh para Tubarani (abdi kerajaan) atau wakil dari salah
seorang gallarrang kepada rajanya pada masa Kesultanan Gowa di masa silam.
Aru atau Anggaru adalah adat istiadat yang telah turun temurun di sulawesi
selatan. Aru biasanya dilakukan pada saat penjemputan raja-raja goa, raja
makassar. Selain itu aru juga sebagai pertanda orang yang paling berani menantang
seseorang yang akan melawan raja, tak takut dengan badi' (Pisau) karena mereka
kebal dengan pisau atau kris.
Pada saat tampil di hadapan Sang Raja, Tubarani yang akan Anngaru
mengambil posisi berlutut dengan posisi badan tegap, tangan kanan memegang badik
yang terhunus, dengan wajah yang menatap ke arah depan dengan penuh kemantapan
dan keyakinan hati sebagai tanda atas kesetiaan kepadanya.
Pada masa peperangan, para prajurit Kerajaan Gowa yang akan berangkat ke
medan perang, terlebih dahulu mengucapkan sumpah setia (Aru atau Anngaru) di
depan Sombayya ri Gowa bahwa ia akan berjuang untuk mempertahankan wilayah
kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum
melangkahi mayat musuhnya. Pada saat diucapkan, Aru ini dapat membakar
semangat juang para prajurit, dan menimbulkan jiwa patriotisme di kalangan laskar
prajurit kerajaan. Tapi pada masa damai, tradisi Anngaru ini diucapkan saat akan
mengangkat pejabat baru kerajaan. Aru yang diucapkan itu merupakan dorongan atau
motivasi untuk mewujudkan cita-cita dalam membangun kerajaan. Pada masa
sekarang ini, tradisi Anngaru sering digunakan dalam berbagai hal, antara lain pada
upacara adat, kegiatan pemerintahan, maupun penyambutan tamu-tamu
kehormatan. Aru yang diucapkan pada upacara tersebut selain memiliki nilai magis,
juga berfungsi sebagai pemahaman, kebanggaan dan pelestarian budaya.
B. Naskah Aru

Atta..Karaeng
Tabe Kipammoporang Mama
Ridallekang Labbiritta
Riempoang Matinggita
Ri sari Karatuanta

Inakke Minne, Karaeng


Lambara Tatassalana Gowa
Nakarappekangi Sallang, Karaeng
Pangngulu Ribarugaya
Nanatepokangi Sallang
Pasorang Mattangnga Parang

Inai-Inaiannamo Sallang, Karaeng


Tamappattojengi Tojenga
Tamappiadaki Adaka
Kusalagai Sirinna
Kuisara Parallakkenna
Berangja Kunipatebba
Pangkulu Kunisoeyang

Ikatte Anging, Karaeng


Naikambe Lekok Kayu
Ammiriko Anging
Namarunang Lekok Kayu
Iya Sani Madidiyaji Nurunang
Ikatte Jene, Karaeng
Naikambe Batang Mammanyu
Assolongko Jene
Namammanyu Batang Kayu
Iya Sani Sompo Bonangpi Kianyu

Ikatte Jarung, Karaeng


Naikambe Bannang Panjai
Taleko Jarung
Namamminawang Bannang Panjai
Iya Sani Lambusuppi Nakontu Tojeng
Makkanamamaki Mae, Karaeng
Naikambe Mappajari
Mannyabbu Mamaki Mae Karaeng
Naikambe Mapparupa

Punna Sallang Takammaya


Aruku Ri Dallekanta
Pangkai Jerakku
Tinra Bate Onjokku

Pauwang Ana Ri Boko


Pasang Anatanjari
Tumakkanaya, Karaeng
Natanarupai Kananna

Sikammajinne Aruku Ri Dallekanta


Dasi Nadasi Natarima Pangngaruku
Nasaba Alla TaAla

Salama

2. Pakkiok Bunting

A. Sejarah Pakkiok Bunting

Dalam setiap penyelenggaraan perkawinan, sudah lazim diselenggarakan


perjamuan dengan iringan orkes atau electone. Masyarakat kita sudah jarang
menyaksikan berbalas pantun pada saat iringan pengantin pria tiba di rumah
pengantin perempuan. Bahkan peran pemuka adat, tokoh-tokoh masyarakat dan sanro
tergantikan oleh waria (calabai) sebagai anrong bunting. Orang-orang tua pun yang
mengawinkan anaknya lambat laun lebih menyukai penyelenggaraan perkawinan
yang sifatnya instan, cepat selesai.
Padahal yang sebenarnya dalam Upacara adat perkawinan Makassar,
dahulunya terdapat acara memanggil pengantin pria saat akan tiba di rumah
mertuanya, yang lazim disebut Pakio Bunting . Saat ini sudah sangat sukar kita
temukan basa kabuyu-buyu seperti Pakio Bunting ini diucapkan, kecuali sedikit
orang tua yang masih mengetahui dan memahami maknanya. Dalam Pakio Bunting
sebenarnya terkandung Pesan-pesan tu-riolo (leluhur) Bugis Makassar kepada
pasangan pengantin sebelum mengarungi bahtera rumah tangga yang sebenarnya,
termasuk didalamnya bagaimana memperlakukan mertua, menanamkan kecintaan
kepada pasangan, dan apa yang harus dilakukan / tanggung jawab setelah berumah
tangga, maka dari itulah penting bagi para generasi muda untuk dapat mengetahui,
menghafal ataupun mengaplikasikan/ mempergunakannya disetiap acara perkawinan
sebagai langkah untuk dapat melestarikan budaya pakkiok bunting ini
Pakkio Bunting berasal dari dua kata (bahasa makassar) yang artinya
Pakkio = Panggilan, memanggil sedangkan bunting artinya pengantin atau
mempelai. Pakkio Bunting adalah rangkaian kalimat-kalimat yang dilantunkan oleh
seseorang yang dituangkan untuk memanggil pengantin (mempelai) saat tiba di
rumah mempelai pasangannya.
Zaman dahulu, jika rombongan pengantin sudah tiba di rumah pasangan
pengantin tersebut, mereka tak akan menaiki anak tangga atau masuk ke rumah jika
mereka tidak di panggil secara resmi. Dan biasanya, jika lantunan Pakkio
Buntingsudah diucapkan, si pelantun juga menaburkan beras kepada pengantin
tersebut.
B. Naskah Pakkiok Bunting

Iya dende iya dende nia tojemmi daeng bunting


bunting salloa nitayang, sallowa niminasai
kukanroa ri nabbiya kupalaka ri batarayya

Nampaki riujung boritta daeng bunting, ri cappa parallakkengku


naku kella kellaki guru, kukellainta sunggu ri kaisilangnganga

Naruppaiki jama daeng bunting, nabuntuliki agama


naku erang maki antama ri dallekanna tuka ballakku
nianrongia kayu bang, nicoccorangia kama
nibaringanga doangang patampulo.

Naku panai tommaki poeng daeng bunting, ri paladang atehaya


ni rinring pangngompo, ni dego dego rokko nijajariya samiallah.
Naku paonjo tommaki pole daeng bunting,
dasere nijaling sujju, nialanroi empo tahiya
naku sungkeang tommaki pole daeng bunting
pakkebbu nibarisallang

Naki tulusumo nai mammempo daeng bunting


nammempo tommo pole daeng bunting, anak guru mangngajita
nalonjo sulengkamo pole daeng bunting, anak guru sarapatta

Sallo salloki ammempo daeng bunting


nia tommi daeng ngimang, niwakkelanga appanikka
ana anana tumakkayya, cucunna tu madinaya
tau lannyinga ri junnu, tangkasaka ri satinja
tau assayya gauna nitarimayya pappalana

Jari nakanamo sabbina, kalabini malabbiritta daeng bunting


lani nikkamaki anne daeng bunting, ri dallekanna adaka
tumannappukia ada gallarrang tumabbicaranta

Jari lebbakki ninikka daeng bunting


nierang maki antama, ampabattui nikkata
ri bili kaisilangnganga ri kasoro isilang
ri palungang sunduseng ri tappere waistabaraking
ri timbao mata bulang, pakkalli mata bintoeng

Tappa kicinimamo ilalang daeng bunting


baine anrong anatta kalabini malabbiritta
sangkontu sanrapang mami iya daeng bunting
anak bidadariyya, naroko pakeang nalimpo passarimanang

Appalampa kelommami bunting baineya


nakana kelonnaoh daeng, sungguma anne ri itungku
tenemi pamaikku, kugappa tommi lebanga ri minasangku

Nakana pole kelonna bainea


oh daeng, sikatutuiki tope kisipakainga mole mole
tenamo anne parekanna maloloa

Nakana tossing kelonna bunting buranea


oh andi, bulaennako atingku intannako pamaikku
belo belonako nyawaku parammatanako matangku
manna batara andi malla ngaseng mallaggasi.
Nakana pole bunting buranea
bosi timurung dinging palate lalakanna sunniaya
gau ri Ali pangngssengang ri Fatimah

Naki kanang tommo pole daeng bunting


nikka bateng, manassana katojenganta nikanaya isilang
Kitinro sampappamamo sallang daeng bunting
naki sorong lima gadutta ri kananna tiring dada
naki buang ribarambang panakkukanta sossoranta ri nabbiya

Antemami kamma daeng bunting


katurungang nampa nisanda labangang
nampa niolo ka tujui nabbi kipare oloang
Natamparang pepemamo sallang daeng bunting
na biseang taibani
sombala kapasamamo sallang daeng bunting
nasannampi bombang nataena kekkena
linopi anging nataena galluruna

Na kacinikang tommo sallang daeng bunting


kassi kebona madinah
namammumba tommo sallang daeng bunting
taka mangngalialia

Kimabborong borong sarre daeng bunting


ki mamana unti jawa
sembang katupa, roliki lappa lappatta
pinruang tujuh pintallung tassalapangngi patampulossere

Nipalamungang tommaki sallang daeng bunting


unti tene ri dallekang ballatta
kimanai kimanaung namatene pamaitta
ikatte sipammanakang

Bunting naimaki mae, ri ballana matoanta


matoang tuna, ipara kamase mase

3. Doangang

Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang
hampir sama maknanya dengan mantra dalam sastra indonesia. Kata doangang
mengandung makna permohonan, permintaan atau harapan. Doangang berbeda
dengan jenis sastra lainnya sebab doangang dianggap memiliki berkah dan
mengandung kesaktian atau kekuatan gaib bila diyakini oleh pemakainya. Oleh
karena itu, hampir seluruh aktivitas masyarakat Makassar pada masa lampau
didahului dengan membaca doangang dengan harapan agar mereka selamat dunia
akhirat.
Pemakai doangang harus memperhatikan beberapa persyaratan agar doangang
yang dibacanya mendapat berkah dari Allah, yaitu tidak boleh membanggakan atau
menyombongkan diri. Doa itu tidak diucap pada sembarang waktu dan tempat, harus
yakin bahwa doa yang diucapkan itu mempunyai daya gaib, serta dipakai dengan
maksud untuk membela diri atau menolong orang.
Umumnya doangang diberikan kepada orang yang akan merantau kenegeri orang
jauh dari kampung halaman, doangang ini diberikan oleh tetua adat, dukun atau
orang-orang yang dituakan dalam masyarakat Makassar.
Tabel 1. Jenis-Jenis Doangang.
Doangang Terjemahan
Doangang Punna La Naungko Doa Ketika Akan Menjejakkan Kaki
Ri Butta Ditanah Rantau
I kau Butta kuonjo' Wahai tanah yang aku injak
Palewanga' Tallasakku Luruskanlah jalan hidupku
Eranga' mange Bawalah aku
Ri Kaminang Mate'nea ketempat yang paling baikl
Doangang Punna A'jappa Doa Ketika Mulai Berjalan
Bunga ribireang kukangkang Bunga biraeang yang ku genggam
Bunga bulang kusoeang Bunga bulan yang kuayunkan
Bunga ni ngaia ri lino Bunga yang disukai didunia
i nakke ngaseng pata Saya semua yang punya
saba' Allahu Ta'ala Karena Allah semata
Doangang Punna Lattinro Doa Ketika Akan Tidur
Kupantinromi tubuku Saya sudah menidurkan tubuh saya
kukalimbu' sahada'ku dengan berselimut syahadat
Patampulo malaeka' Empat puluh malaikat
Anjagaia' i lalang tinro yang menjagaku didalam tidur
Saba' Allahu Ta'ala Karena Allah semata
Doangang Punna Ambangung Doa Ketika Bangun Dari Tidur
Tinro Dunia ini sudah kugenggam
Kukangkangmi anne linoa Sudah kuusapkan keseluruh tubuhku
Kupasapu ri rupangku Aku membawa diriku
Kuerang kale Menginjak tanah yang selamat
Butta salama' kuonjo' Karena Allah semata
Lanri Allahu Ta'ala
Doangang Sollana Ni Doa Agar Dikasihani Orang
Kamaseangko Saya adalah anak yang berbahagia
I nakke minne Ana' I lalang Yang selalu diikuti oleh pujian
mate'ne Baik hamba maupun raja
Napinawanga' pammuji Semua mengasihi dan menyayangi saya
Ata - Karaeng Berkah Allah semata
Mammuji Mangngamaseang
aseng ri nakke
Barakka' La Ilaha Illallah
Doangang Pa'bongka Setang Doa Pengusir Setan
Kau setang kau longga' Kau setan kau tinggi
Pali'-palili kalennu Singkirkan dirimu
Lammaloi yukkung Yukkung akan lewat
Baja' bassia Baja besi
Panggala-gala Buttayya Benguat tanah
Hu.. Kumpayakum Jadilah, maka jadilah
Doangang Parampa' Nassu Doa Penghilang Marah
Limbu'bu'jintu pa'mai'nu Perasaanmu itu hanya debu
Bombangjintu nassunu Marahmu hanya ombak
Kulappa' na kuonjokang Akan kulipat dan kuinjak
Tamammoterang Sampai tidak kembali
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari makalah mengenai tradisi makassar dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Aru atau Anngaru adalah semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia, yang
sering diucapkan oleh para Tubarani (abdi kerajaan) atau wakil dari salah
seorang gallarrang kepada rajanya pada masa Kesultanan Gowa di masa silam.
2. Pakkio Bunting adalah rangkaian kalimat-kalimat yang dilantunkan oleh
seseorang yang dituangkan untuk memanggil pengantin (mempelai) saat tiba di
rumah mempelai pasangannya.
3. Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang
hampir sama maknanya dengan mantra dalam sastra indonesia. Kata doangang
mengandung makna permohonan, permintaan atau harapan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, A. 2013. Aru Anggaru (Adat Bugis Makassar). Universitas Negeri


Makassar: Makassar.

Hajar, J. 2011. Bahasa Daerah Makassar. Fakultas Ilmu Daerah. Universitas Negeri
Makassar: Makassar.

Riswandi, D. 2010. Syair Pakkiok Bunting Kabupaten Gowa. Jurusan Ilmu Budaya.
Universitas Hasanuddin: Makassar.

Ramlahwati, T. 2012. Doangang. Jurusan Ilmu Budaya. Universitas Hasanuddin:


Makassar.

Anda mungkin juga menyukai