Bahasa Daerah
TRAKTOR
KELOMPOK I
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun
untuk memenuhi tugas makalah BAHASA DAERAH sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada guru bidang bahasa daerah yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini, sehingga
kami menjadi lebih mengerti, mengetahui, dan memahami tentang materi
TRADISI MAKASSAR. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril
dan materil.
Saya menyadari bahwa kami hanya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari
kesalahan, maka dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi
dan jauh dari kesempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna
memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam isi makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Terima kasih
I. PENDAHULUAN ........................................................................................
B. Tujuan ....................................................................................................
C. Manfaat ..................................................................................................
A. Aru .........................................................................................................
B. Pakkiok Bunting.....................................................................................
C. Doangang ................................................................................................
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
A. Latar Belakang
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah
sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya
Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal
bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini
bukan berati perang antar suku Makassar suku Bugis, karena di pihak Gowa ada
sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya.
Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini.
Di kabupaten gowa terkenal dengan beberapa tradisi seperti Aru.
Aru atau Angngaru merupakan ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering
disampaikan oleh orang-orang di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan
kepada atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya,
masyarakat kepada pemerintahnya.
Tradisi yang kedua yang sering dilakukan di kabupaten gowa adalah pakkio
bungting. pakkio bunting adalah semacam sanjak khusus diucapkan pada waktu
pengantin laki-laki akan naik ke rumah pengantin perempuan atau sebaliknya. Sanjak
ini tidak dinyanyikan tetapi diucapkan dengan perasaan dan dengan irama yang
menarik.
Tradisi yang ketiga yang sering dilakukan di kabupaten gowa adalah doangang.
Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang hampir
sama maknanya dengan mantra dalam sastra indonesia. Kata doangang mengandung
makna permohonan, permintaan atau harapan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tradisi makassar sebagai berikut, yaitu:
1. Agar siswa-siswi mengetahui sejarah dan naskah aru
2. Agar siswa-siswi mengetahui sejarah dan naskah pakkiok bunting
3. Agar siswa-siswi mengetahui pengertian dan jenis-jenis doangang
C. Manfaat
1. Aru
A. Sejarah Aru
Aru atau Anngaru adalah semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia, yang
sering diucapkan oleh para Tubarani (abdi kerajaan) atau wakil dari salah
seorang gallarrang kepada rajanya pada masa Kesultanan Gowa di masa silam.
Aru atau Anggaru adalah adat istiadat yang telah turun temurun di sulawesi
selatan. Aru biasanya dilakukan pada saat penjemputan raja-raja goa, raja
makassar. Selain itu aru juga sebagai pertanda orang yang paling berani menantang
seseorang yang akan melawan raja, tak takut dengan badi' (Pisau) karena mereka
kebal dengan pisau atau kris.
Pada saat tampil di hadapan Sang Raja, Tubarani yang akan Anngaru
mengambil posisi berlutut dengan posisi badan tegap, tangan kanan memegang badik
yang terhunus, dengan wajah yang menatap ke arah depan dengan penuh kemantapan
dan keyakinan hati sebagai tanda atas kesetiaan kepadanya.
Pada masa peperangan, para prajurit Kerajaan Gowa yang akan berangkat ke
medan perang, terlebih dahulu mengucapkan sumpah setia (Aru atau Anngaru) di
depan Sombayya ri Gowa bahwa ia akan berjuang untuk mempertahankan wilayah
kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum
melangkahi mayat musuhnya. Pada saat diucapkan, Aru ini dapat membakar
semangat juang para prajurit, dan menimbulkan jiwa patriotisme di kalangan laskar
prajurit kerajaan. Tapi pada masa damai, tradisi Anngaru ini diucapkan saat akan
mengangkat pejabat baru kerajaan. Aru yang diucapkan itu merupakan dorongan atau
motivasi untuk mewujudkan cita-cita dalam membangun kerajaan. Pada masa
sekarang ini, tradisi Anngaru sering digunakan dalam berbagai hal, antara lain pada
upacara adat, kegiatan pemerintahan, maupun penyambutan tamu-tamu
kehormatan. Aru yang diucapkan pada upacara tersebut selain memiliki nilai magis,
juga berfungsi sebagai pemahaman, kebanggaan dan pelestarian budaya.
B. Naskah Aru
Atta..Karaeng
Tabe Kipammoporang Mama
Ridallekang Labbiritta
Riempoang Matinggita
Ri sari Karatuanta
Salama
2. Pakkiok Bunting
3. Doangang
Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang
hampir sama maknanya dengan mantra dalam sastra indonesia. Kata doangang
mengandung makna permohonan, permintaan atau harapan. Doangang berbeda
dengan jenis sastra lainnya sebab doangang dianggap memiliki berkah dan
mengandung kesaktian atau kekuatan gaib bila diyakini oleh pemakainya. Oleh
karena itu, hampir seluruh aktivitas masyarakat Makassar pada masa lampau
didahului dengan membaca doangang dengan harapan agar mereka selamat dunia
akhirat.
Pemakai doangang harus memperhatikan beberapa persyaratan agar doangang
yang dibacanya mendapat berkah dari Allah, yaitu tidak boleh membanggakan atau
menyombongkan diri. Doa itu tidak diucap pada sembarang waktu dan tempat, harus
yakin bahwa doa yang diucapkan itu mempunyai daya gaib, serta dipakai dengan
maksud untuk membela diri atau menolong orang.
Umumnya doangang diberikan kepada orang yang akan merantau kenegeri orang
jauh dari kampung halaman, doangang ini diberikan oleh tetua adat, dukun atau
orang-orang yang dituakan dalam masyarakat Makassar.
Tabel 1. Jenis-Jenis Doangang.
Doangang Terjemahan
Doangang Punna La Naungko Doa Ketika Akan Menjejakkan Kaki
Ri Butta Ditanah Rantau
I kau Butta kuonjo' Wahai tanah yang aku injak
Palewanga' Tallasakku Luruskanlah jalan hidupku
Eranga' mange Bawalah aku
Ri Kaminang Mate'nea ketempat yang paling baikl
Doangang Punna A'jappa Doa Ketika Mulai Berjalan
Bunga ribireang kukangkang Bunga biraeang yang ku genggam
Bunga bulang kusoeang Bunga bulan yang kuayunkan
Bunga ni ngaia ri lino Bunga yang disukai didunia
i nakke ngaseng pata Saya semua yang punya
saba' Allahu Ta'ala Karena Allah semata
Doangang Punna Lattinro Doa Ketika Akan Tidur
Kupantinromi tubuku Saya sudah menidurkan tubuh saya
kukalimbu' sahada'ku dengan berselimut syahadat
Patampulo malaeka' Empat puluh malaikat
Anjagaia' i lalang tinro yang menjagaku didalam tidur
Saba' Allahu Ta'ala Karena Allah semata
Doangang Punna Ambangung Doa Ketika Bangun Dari Tidur
Tinro Dunia ini sudah kugenggam
Kukangkangmi anne linoa Sudah kuusapkan keseluruh tubuhku
Kupasapu ri rupangku Aku membawa diriku
Kuerang kale Menginjak tanah yang selamat
Butta salama' kuonjo' Karena Allah semata
Lanri Allahu Ta'ala
Doangang Sollana Ni Doa Agar Dikasihani Orang
Kamaseangko Saya adalah anak yang berbahagia
I nakke minne Ana' I lalang Yang selalu diikuti oleh pujian
mate'ne Baik hamba maupun raja
Napinawanga' pammuji Semua mengasihi dan menyayangi saya
Ata - Karaeng Berkah Allah semata
Mammuji Mangngamaseang
aseng ri nakke
Barakka' La Ilaha Illallah
Doangang Pa'bongka Setang Doa Pengusir Setan
Kau setang kau longga' Kau setan kau tinggi
Pali'-palili kalennu Singkirkan dirimu
Lammaloi yukkung Yukkung akan lewat
Baja' bassia Baja besi
Panggala-gala Buttayya Benguat tanah
Hu.. Kumpayakum Jadilah, maka jadilah
Doangang Parampa' Nassu Doa Penghilang Marah
Limbu'bu'jintu pa'mai'nu Perasaanmu itu hanya debu
Bombangjintu nassunu Marahmu hanya ombak
Kulappa' na kuonjokang Akan kulipat dan kuinjak
Tamammoterang Sampai tidak kembali
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hajar, J. 2011. Bahasa Daerah Makassar. Fakultas Ilmu Daerah. Universitas Negeri
Makassar: Makassar.
Riswandi, D. 2010. Syair Pakkiok Bunting Kabupaten Gowa. Jurusan Ilmu Budaya.
Universitas Hasanuddin: Makassar.