Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zina adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang
tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan
hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-
aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.
Zina merupakan perbuatan yang keji sehingga Allah melarang umat
manusia untuk mendekatinya, seperti firman Allah SWT berikut. “Dan janganlah
kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk.”
Walaupun sudah dilarang oleh Allah SWT dengan ayat di atas, tetapi masih
banyak saja manusia yang terjebak oleh tipu daya iblis. Karena perzinahan
dikemas sedemikian menarik oleh para iblis sehingga manusia banyak yang
tergoda dan terpikat melakukan perzinahan. Karena itulah target utama iblis untuk
menjerumuskan anak – anak adam.
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,”
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas maka kami menarik beberapa rumusan
masalah.
1) Apa yang dimaksud dengan zina?
2) Apa dasar penetapan zina?
3) Apa saja bahaya zina ?
4) Bagaimana hukuman zina?
5) Apa Hikmah diharamkannya zina?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zina
Zina adalah persentuhan dua alat kelamin dari jenis yang berbeda dan yang
tidak terikat oleh akad nikah atau kepemilikan dan tidak juga disebabkan oleh syubhat
(kesamaran).
Suatu perbuatan dapat dikatakan zina apabila memenuhi 2 unsur:
• Terjadi persetubuhan antara dua orang yang berbeda jenis kelaminnya
• Adanya unsur kesengajaan dan tanpa unsur paksaan.
Perbuatan yang tidak mengandung dua unsur diatas tidak dikatakan zina.
Misalnya jika ada dua orang yang berbeda kelaminnya bermesraan, berciuman atau
berpelukan, belum dapat dikatakan zina. Sehingga perbuatan tersebut tidak menjadikan
pelakunya dijatuhi hukuman had, berupa dera bagi yang belum menikah, dan hukuman
rajam bagi yang sudah menikah. Tetapi hukuman bagi orang yang bermesraan tersebut
adalah hukuman ta’zir yang bersifat edukatif.
Demikian pula dengan inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor untuk
memperoleh keturunan juga tidak dapat dikatakan zina. Sebab tidak terjadi
persetubuhan (bertemunya kelamin pria dan wanita). Namun Mahmud Syalthut
menganggap inseminasi buatan sebagai zina. Sebab terjadi percampuran nasab dan
pencemaran kelamin, padahal Islam sangat menjaga kesucian kelamin, dan kemurnian
nasab.2
Persetubuhan yang dilakukan karena unsur ketidak sengajaan juga tidak
termasuk zina. Misalnya seseorang melakukan persetubuhan dengan wanita yang dia
kira istrinya, tapi ternyata bukan. Demikian pula jika persetubuhan dilakukan dengan
unsur pemaksaan (perkosaan), maka yang dapat dikatakan zina adalah yang
memperkosa, dan yang diperkosa tidak disebut zina.

An Nur (ayat 2)
‫اَلازاَنإيفةت فواَلازاَإنيِ ففاَمجلإتدواَ تكال فواَإحةد إممنهتفماَ إماَئفةف فجملفدةة فوفل تفأمتخمذتكمم بإإهفماَ فرمأففةة إفيِ إديِإن ا‬
‫اإ إإمن تكمنتتمم‬
‫طاَئإففةة إمفن اَملتممؤإمإنيفن‬
‫تتمؤإمتنوفن إباَالإ فواَمليفموإم اَملإخإر فومليفمشهفمد فعفذاَبفهتفماَ ف‬
Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
Ayat di atas menyebutkan yaitu perempuan pezina yang gadis dan laki-laki
pezina yang masih jejaka, yakni yang keduanya pernah menikah, maka cambuklah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali cambukan, jika kesalahan terbukti sesuai
dengan syarat-syaratnya. Laksanakanlah ketentuan ini dengan sungguh-sungguh dan
janganlah kamu dicegah oleh belas kasih yang melimpah kepada keduanya dalam
menjatuhkan ketetapan agama Allah sehingga kamu mengabaikan ketentuan ini. Jika

2
kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, pasti kamu melaksanakan ketentuan ini
karena konsekuensi keimanan adalah melaksanakan ketetapan Allah dan hendaklah
pelaksanaan hukuman mereka berdua disaksikan oleh sekumpulan, yakni sedikitnya
tiga atau empat dari orang-orang munkar agar hukuman itu menjadi pelajaran bagi
semua pihak yang melihat dan mendengarnya.
Ayat tersebut menggunakan kata az-zaini dan az-zaniyah yakni menggunakan
patron kata yang mengandung makna kemantapan kelakukan itu pada yang
bersangkutan. Tentu saja kemantapan tersebut, tidak mereka peroleh kecuali setelah
berzina berulang-ulang tersebut. Nah, apakah jika demikian, seorang baru dijatuhi
hukuman yang disebut ayat ini, bila ia berulang-ulang melakukan perzinahan?
Mayoritas ulama berpendapat tidak, yakni siapa pun yang ditemukan berzina
atau mengaku berzina, dengan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan agama-walau
baru sekali-maka ia dijatuhi hukuman tersebut. Nah, jika demikian, mengapa ayat di
atas menggunakan patron kata tersebut?
Ketika menafsirkan Q.S al Maidah (5) : 38 yang menggunakan patron yang
sama untuk menunjuk pria dan wanita yang mencuri (pencuri), penulis antara lain
mengemukakan bahwa jawaban pertanyaan di atas antara lain ditemukan dalam
memahami sifat Allah al-Ghaffar yakni Yang Maha Pengampun. Imam Ghazali
menjelaskan bahwa al Ghaffar adalah yang menampakkan keindahan dan menutupi
keburukan. Dosa-dosa tulisnya adalah bagian dari sejumlah keburukan yang ditutupi-
Nya dengan jalan tidak menampakkannya di dunia serta mengenyampingkan siksanya
di akhirat.Orang lain yang tidak mengetahui bahwa Allah selama ini menutup
kesalahan yang bersangkutan menduga bahwa ia baru sekali mencuri tetap pada
hakikatnya telah berulang-ulang kali dan dari sini ayat di atas menamai mereka
pencuri.
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ada seseorang tertangkap basah
mencuri tetapi bersumpah berkali-kali bahwa baru kali itu dia mencuri. Sayyidina Ali
tetap memerintahkan memotong tangannya, sambi menyatakan Allah tidak
mempermalukan seseorang yang baru sekali melakukan dosa. Setelah sanksi hukum
dilaksanakan, beliau menggugah hati si pencuri dan bertanya kepadanya “telah berapa
kali engkau mencuri? Si pencuri menjawab; telah berkali-kali’
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan
dan ghayru muhshan.
 Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah).
 Pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak
memiliki pasangan sah.

3
2.2 Dasar-dasar dilarangnya zina / keharaman zina
An Nur (ayat 2)
‫اَلازاَنإيفةت فواَلازاَإنيِ ففاَمجلإتدواَ تكال فواَإحةد إممنهتفماَ إماَئفةف فجملفدةة فوفل تفأمتخمذتكمم بإإهفماَ فرمأففةة إفيِ إديِإن ا‬
‫اإ إإمن‬
‫طاَئإففةة إمفن اَملتممؤإمإنيفن‬
‫تكمنتتمم تتمؤإمتنوفن إباَالإ فواَمليفموإم اَملإخإر فومليفمشهفمد فعفذاَبفهتفماَ ف‬
Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
An-nisa’ ayat 15

‫لتيِ يِفمأتيفن اَملفاَإحفشةف إممن إنسِاَئإتكمم ففاَمستفمشإهتدواَ فعلفميإهان أفمربففعةة إممنتكمم ففإ إمن فشإهتدواَ ففأ فممإسِتكوهتان إفيِ اَملبتتيو إ‬
‫ت فحاتىَّ يِفتففوافاَهتان‬ ‫فو اَل ا‬
‫ت أفمو يِفمجفعفل ات لفهتان فسبيل‬ ‫اَملفممو ت‬

15. Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah
ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila
para saksi itu telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu)
dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang
lain kepadanya.
An- nisa’ ayat 25
25. Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya
untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang
beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu;
sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain[285], karena itu kawinilah mereka
dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang
merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula)
wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah
menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina),
maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang
bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut
kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan
kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(An-nisa’:25)

Zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar
seperti firman Allah :
Al-isra’ ayat 32

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-isra’:32)

4
An-nuur ayat 4
Hukum menuduh wanita yang baik-baik berzina
4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-nuur :4)
Al-azhab ayat 32
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya [1214] dan ucapkanlah
perkataan yang baik, (Al-azhab :32)
An-nuur ayat 25
25. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya,
dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala
sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya). (An-nuur:25)

2.3 Bahaya zina


Berikut ini adalah beberapa akibat buruk dan bahaya zina:
 Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan, yakni
berkurangnya agama si pezina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk
keperibadian, dan hilangnya rasa cemburu.
 Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang
sangat diperdulikan dan perhiasan yang sangat indah dimiliki perempuan.
 Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
 Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
 Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga
tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
 Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di
hadapan Allah maupun sesama manusia.
 Tumbuhnya sifat liar di hati pezina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak
terarah.
 Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak
dipercaya.
 Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dideteksi oleh orang-orang yang
memiliki hati yang bersih melalui mulut atau badannya.
 Kesempitan hati dan dada selalu dirasakan para pezina.
 Pezina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari di dunia maupun di
akhirat.
 Perzinaan menjadikan terputusnya hubungan persaudaraan, durhaka kepada
orang tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan
keturunan.

5
 Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya, sehingga
membebani kehinaan yang berkepanjangan kepada pezina dan kepada seluruh
keluarganya.
 Kehinaan yang melekat kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam
daripada kekafiran. Kafir yang memeluk Islam, maka selesai persoalannya,
namun dosa zina akan benar-benar membekas dalam jiwa. Walaupun pelaku zina
telah bertaubat dan membersihkan diri, pezina masih merasa berbeda dengan
orang yang tidak pernah melakukannya.
 Jika wanita hamil dari hasil perzinaan, maka untuk menutupi aibnya ia
mengugurkan kandungannya. Selain telah berzina, pezina juga telah membunuh
jiwa yang tidak berdosa. Jika pezina adalah seorang perempuan yang telah
bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan membiarkan anak
itu lahir, maka pezina telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan
keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa
disadari siapa dia sebenarnya.
 Perzinaan akan melahirkan generasi yang tidak memiliki silsilah kekeluargaan
menurut hubungan darah (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki
status sosial yang jelas.
 Zina dapat menimbulkan permusuhan dan menyalakan api dendam pada keluarga
wanita dengan lelaki yang telah berzina dengan wanita dari keluarga tersebut.
 Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarga pezina, mereka akan merasa jatuh
martabat di mata masyarakat, sehingga mereka tidak berani untuk mengangkat
wajah di hadapan orang lain.
 Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti AIDS,
sifilis, kencing nanah, dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui
hubungan seksual.

Perzinaan adalah penyebab bencana kepada manusia, mereka semua akan


dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang menjadi tradisi dan dilakukan secara
terang-terangan.

6
2.4 Cara Pelaksanaan Hukum
Sumber hukum yang pertama dalam Islam ialah al-Qur’an. Dengan demikian
sudahlah ada patokan hukum dengan adanya 2 pada surat An nur ini. Tetapi belumlah
cukup berpegang pada bunyi ayat saja, melainkan hendaklah diperhatikan pula betapa
caranya rasul Allah melaksanakan hukum.
Sebab itu maka ‘sunnah Rasulullah” adalah sumber hukum yang kedua.
Menurut rasul Allah saw; yang melakukan zina itu dibagi atas dua tingkat, yaitu yang
mendapat hukum sangat berat dan yang dijatuhi hukuman berat yang mendapat hukum
sangat berat ialah orang muhshan.
Meskipun pelemparan dengan batu itu tidak tersebut dalam ayat, dia menjadi
hujjah (alasan), karena demikianlah telah dilakukan oleh Rasulullah saw dan
menjalankan hukum ini diterima dan perawi-perawi yang dapat dipercaya, yaitu Abu
Bakar, Umar, Ali Jahir bin Abdullah, Abu Said al Khudari, Abu Hurairah, Zayid bin
Khalid Buraidah Al Aslami. Semuanya sahabat-sahabat yang besar-besar dan ternama.
Hukuman ini pernah dilakukan oleh rasul Allah saw kepada seorang sahabat
yang bernama Ma’iz, yang datang sendiri mengakui terus terang kepada Nabi bahwa
dia telah bersalah berbuat zina. Dia sendiri yang minta dihukum. Berkali-kali Nabi
saw mencoba meringankan soal ini, sehingga beliau berkata; ‘mungkin baru engkau
pegang-pegang saja, mungkin tidak sampai engkau setubuhi, dan sebagainya, tetapi
Ma’iz berkata juga terus-terang bahwa dia memang telah berzina, bahwa dia memang
telah melanggar larangan Tuhan, dan belumlah dia merasa ringan dari pukulan dan
pukulan batin sebelum dia dihukum. Maka atas permintaannya sendirilah dia dirajam,
sampai mati.
Kejadian itu pula hal demikian pada dua orang wanita, seorang dari suku Bani
Lukham dan seorang lagi dari persukuan Bani Ghamid, datang pula mengaku
dihadapan Nabi bahwa mereka telah terlanjur berzina. Seorang di antaranya sedang
hamil dari perzinahan itu. Sebagai Ma’iz kedua perempuan itu rupanya merasa tekanan
batin yang amat sangat sebelum hukuman itu dijalankan atas diri mereka, sehingga
dijalankan pula hukuman rajam itu, hukum tersebut baru dijalankan setelah anaknya
lahir dan besar, lepas dari menyusui. Itu pun perempuan itu sendiri juga yang datang
melaporkan diri.
Berdasarkan hukum Islam, hukuman bagi pelaku zina adalah hukuman had.
Namun hukuman ini dibedakan antara pelaku zina yang belum menikah dan yang
sudah menikah.
 Pelaku zina yang belum menikah hukumannya adalah didera/dipukul
dengan tongkat, tangan atau benda tumpul lainnya sebanyak 100 kali.
Hukuman dera ini tidak boleh berakibat fatal bagi yang didera. Oleh
karena itu disarankan pukulan/dera tidak hanya pada satu bagian saja,
melainkan pada berbagai bagian tubuh, kecuali bagian vita dan rawan.
 Pelaku zina yang sudah menikah hukumannya adalah dirajam sampai
mati.

7
2.4 Hikmah diharamkannya zina
Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan
termasuk dosa besar. Hikmah diharamkannya adalah :
1. Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari hasil
zina, umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.
2. Menjaga dari jatuhnya harga diri dan juga kehormatan keluarga.
3. Menjaga tertib dan terjaganya urusan rumah tangga.
4. Timbulnya rasa kasih sayang dari anak hasil perkawinan yang sah.
5. Terjaganya akhlak islamiyah yang akan mengangkat harkat martabat manusia
dihadapan sesama dan dihadapan sang kholik.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Zina adalah segala persetubuhan diluar nikah. Asal persetubuhan itu belum atau
tidak disahkan dengan nikah, atau tidak dapat disahkan dengan kedua belah
pihak atau tidak suka misal pihak yang seorang memaksa atau memperkosa atas
pihak lain.
2. Perempuan dan laki-laki yang tidak muhshan, misalnya perempuan yang tidak
atau belum bersuami dan laki-laki yang belum beristri dilakukan hukuman
sebagai tersebut dalam ayat, yaitu dipukul cambuk, atau dengan rotan 100 kali,
dihadapan khayalak ramai kaum muslim, dan orang atau laki dan perempuan
yang terbentang. Orang-orang yang tidak patut berzina, karena hidupnya
berbenteng oleh pandangan masyarakat, sehingga pandangan umum sudah
menganggap dia tidak patut berbuat demikian. Yaitu keduanya baligh, berakal,
lagi merdeka dan laki-lakinya beristri dan perempuannya ada bersuami
dihubungkan keberatan dari suaminya atau istrinya yang sah itu. Hukumannya
ialah dirajam, yaitu diikat dan dibawa ketengah kumpulan orang ramai, lalu
dilempari dengan batu sampai mati.

Zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar
seperti firman Allah :
Al-isra’ ayat 32
32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-isra’:32)

3.2 Saran
Kami sepenuhnya menyadari akan kekurangan makalah ini, dengan penuh
kerendahan hati, kami menanti kritik/saran yang bersifat membangun guna
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Saran kami sesuai ayat diatas janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk

Anda mungkin juga menyukai