Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam melarang kita melakukan pergaulan bebas karena dapat


menjerumuskan kepada maksiat zina. Pergaulan yang tidak mengenal batas antara
laki- laki dan perempuan dan melanggar etika menyebabkan dampak negatif baik
pada diri pelakunya dan di lingkungan masyarakat. Di antara dampak-dampak
negatif tersebut adalah perbuatan zina dan akibatnya sangat besar.

Agama Islam menyebutkan di antara perbuatan dosa besar yang dapat


merusak pelakunya (berdampak besar) adalah perbuatan zina. Perbuatan zina
meninggalkan aib seumur hidup, bukan hanya bagi pelakunya akan tetapi nama
baik keluarga pun menjadi tercoreng. Anak dari hasil perbuatan zina tidak
mendapatkan status perwalian dari jalur bapak, sehingga jika yang lahir dari
hubungan zina tersebut anak perempuan maka ia tidak mempunyai wali ketika
menikah kelak.

Masa muda adalah masa yang sangat berharga. Anggota badan masih
sehat, tenaga masih kuat, kesempatan meraih cita-cita masih panjang, waktu
banyak yang luang, dan lain sebagainya. Jika masa-masa tersebut dimanfaatkan
untuk kebaikan maka hasilnya di hari tua adalah kebaikan. Sebaliknya, jika tidak
dimanfaatkan dengan baik maka yang ada hanya penyesalan. Kita pun sadar
bahwa penyesalan selalu berada di akhir. Orang bijak mengatakan, “Siapa yang
menanam maka ia yang akan menuai”.

Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk memanfaatkan masa muda


sebelum datang masa tua. Masa muda adalah masa yang labil, mudah terpengaruh
dan berubah. Lingkungan dan teman sangat berpengaruh dalam hal ini. Siapa
yang bermain api pasti terkena panasnya. Begitulah dalam bergaul, siapa yang
bergaul dengan orang baik maka ia akan mengikuti kebaikannya dan siapa yang
bergaul dengan teman yang buruk sifatnya maka ia akan terpengaruh olehnya.

1
Pergaulan bebas yang dimaksud pada bagian ini adalah pergaulan yang
tidak dibatasi oleh aturan agama maupun susila. Salah satu dampak negatif dari
pergaulan bebas adalah perilaku yang sangat dilarang oleh agama Islam, yaitu
zina. Hal inilah yang menjadi fokus bahasan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pergaulan bebas dan perbuatan zina?

2. Apakah hukuman bagi orang yang melakukan zina dan yang menuduh
zina?

3. Apakah kandungan dari surah Al-Isra/17 : 32?

4. Apa dampak dari pergaulan bebas dan zina?

5. Apa sajakah faktor penyebab maraknya pergaulan bebas?

6. Bagaimana cara menghindari pergaulan bebas dan perilaku zina?

7. Apakah kandungan dari surah An-Nur/24 : 2?

8. Apakah hukum dari perbuatan zina?

1.3 Tujuan

1. Agar pembaca memahami tentang pergaulan bebas dan perilaku zina

2. Meyakini bahwa pergaulan bebas dan zina merupakan larangan agama

3. Membiasakan sikap menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina

4. Untuk menjelaskan isi kandungan surah Al-Isra/27 : 32

5. Untuk menjelaskan isi kandungan surah An-Nur/24 : 2

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zina Dan Hukum Zina

A. Pengertian Zina

Zina secara bahasa berasal dari kata zana – yazni, yaitu hubungan badan
antara laki-laki dan perempuan yang sudah balig, tanpa adanya ikatan Pernikahan
yang sah sesuai dengan tuntunan agama Islam. Zina secara harfiah berarti fahisah
yaitu perbuatan keji, dan zina secara Istilah adalah hubungan selayaknya suami
istri yang dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki yang tidak terikat
dalam hubungan pernikahan, baik Itu dilakukan oleh salah satu atau keduanya
yang sudah menikah, atau pun Belum menikah sama sekali.

Menurut pasal 284 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) zina


adalah hubungan badan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan
yang bukan istri atau suaminya.

B. Hukum Zina

Para ulama telah bersepakat, bahwa hukum perbuatan zina adalah haram
bahkan zina dianggap sebagai puncak keharaman .Dalam Q.S. Al-Isra’/17:32,
terkandung larangan untuk tidak mendekati perbuatan zina. Kata “jangan
mendekati” seperti ayat tersebut, merupakan larangan mendekati sesuatu yang
dapat merangsang jiwa dan nafsu untuk melakukannya.

Dengan demikian, larangan mendekati zina mengandung peringatan agar


tidak terjerumus dalam sesuatu yang berpotensi mengantarkan kepada langkah
untuk melakukannya. Sebagaimana sebuah perumpamaan, barang siapa yang
berada di sekeliling suatu jurang, ia dikhawatirkan akan terjerembap ke dalamnya.
Demikian juga dengan mendekati perbuatan zina, dikhawatirkan akan membawa

3
seseorang benar-benar melakukannya. Dan dalam hukum Islam, perbuatan zina
merupakan dosa besar yang dikategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina, dan
buruk.

Dalam pandangan Islam, zina merupakan perbuatan kriminal (jarimah)


yang dikategorikan hukuman hudud, yakni sebuah jenis hukuman atas perbuatan
maksiat yang menjadi hak Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang berhak
memaafkan kemaksiatan zina tersebut, baik oleh penguasa atau pihak berkaitan
dengannya.

2.2 Hukuman Bagi Pezina

a) Hukuman untuk perbuatan zina muhsan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa zina muhsan adalah


perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sama-
sama sudah menikah.

Hukuman untuk pelaku zina muhsan adalah:

1.) Hukuman dera atau dicambuk sebanyak 100 kali.

2.) Hukuman rajam yaitu hukuman mati dengan cara dilempari batu atau
sejenisnya.

b) Hukuman untuk perbuatan zina ghairu muhsan

Zina ghairu muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh


perempuan dan laki laki yang belum menikah.

Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah:

1) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka maka
hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan dari
wilayah tempat tinggalnya.
2) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka
hukumannya adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal
dunia.

4
c) Hukuman perbuatan zina dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP)

Dalam pasal 284 KUHP, pelaku perbuatan zina dapat diancam dengan
hukuman 9 (sembilan) bulan penjara.

KUHP menganggap bahwa hubungan badan antara laki-laki dan


perempuan di luar perkawinan adalah zina. Namun tidak semua perbuatan
zina dapat dihukum. Perbuatan zina yang dapat dihukum adalah perbuatan
yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang sudah menikah
terhadap pelaku sendiri hanya dapat dilakukan oleh salah satu pasangan
dari pelaku perbuatan zina tersebut, atau yang merasa tercemar akibat
perbuatan tersebut.

Dalam Islam, hukuman bagi pezina baru dapat diterapkan apabila


memenuhi unsur-unsur perbuatan zina dengan beberapa kriteria berikut
ini:

1. Perzinaan dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah dan


disengaja.
2. Pelakunya adalah mukalaf. Bila seorang anak kecil atau orang yang
tidak berakal (gila) melakukan hubungan seksual di luar pernikahan,
maka tidak dapat dituntut dalam pelanggaran perbuatan zina secara
syar’i.
3. Dilakukan secara sadar tanpa paksaan, artinya kedua belah pihak
saling menghendaki, bukan karena paksaan, karena jika salah satu
pihak merasa terpaksa, maka dia bukanlah pelaku melainkan korban.
Dalam hal ini pelaku tetap dikenakan hukuman had, sedangkan korban
tidak dikenakan hukuman.
4. Terdapat bukti-bukti telah terjadi perzinaan. Setidaknya ada tiga alat
untuk pembuktian perbuatan zina, yaitu
a) Saksi; para ulama bersepakat bahwa zina tidak dapat
dibuktikan kecuali adanya 4 orang saksi. Menurut ijtima’
ulama, saksi dalam tindak pidana zina haruslah berjumlah 4
orang laki-laki, beragama Islam, balig, berakal sehat, hifzun

5
(mampu mengingat), dapat berbicara, bisa melihat dan adil.
Apabila ada 1 saksi perempuan, maka perempuan tersebut
harus dua orang sehingga dapat dikatakan saksi. Dengan kata
lain, 1 orang saksi laki-laki dapat digantikan dengan 2 orang
saksi perempuan.
b) Pengakuan; menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i 1 kali
pengakuan saja sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman.
Sedangkan Imam Abu Hanifah beserta pengikutnya
berpendapat bahwa hukuman zina baru bisa diterapkan setelah
adanya 4 kali pengakuan yang dikemukakan satu persatu di
tempat yang berbeda-beda.
c) Adanya qarinah; (indikasi) kehamilan. Seorang perempuan
wajib dijatuhi hukuman had jika perempuan yang hamil
tersebut tidak memiliki suami.

Dan apabila pelaku zina tidak bertobat maka dihukum sebagaimana ayat Al-
Qur’an dibawah ini: 5‫َو ٱَّلِذ يَن اَل َيۡد ُع وَن َم َع ٱِهَّلل ِإَلٰـ ًها َء اَخ َر َو اَل َيۡق ُتُلوَن ٱلَّنۡف َس ٱَّلِتى َح َّر َم ٱُهَّلل ِإاَّل ِبٱۡل َح ِّق‬
‫ ) ِإاَّل َم ن َتاَب‬٦٩( ‫ ) ُيَضٰـَع ۡف َلُه ٱۡل َع َذ اُب َيۡو َم ٱۡل ِقَيٰـ َم ِة َو َيۡخ ُلۡد ِفيِهۦ ُمَهاًنا‬٦٨( ‫َو اَل َيۡز ُنو ۚ‌َن َو َم ن َيۡف َع ۡل َذ ٲِلَك َيۡل َق َأَثاً۬م ا‬
) ٧٠( ‫َو َء اَم َن َو َع ِمَل َع َم ً۬ال َص ٰـِلً۬ح ا َفُأْو َلٰٓـِٕٮَك ُيَبِّدُل ٱُهَّلل َس ِّئَـاِتِه ۡم َحَس َنٰـ ٍ۬تۗ‌ َو َك اَن ٱُهَّلل َغ ُفوً۬ر ا َّر ِح يً۬م ا‬

Artinya:“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah
dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat
gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu,
dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan
mengerjakan amal saleh. Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan, dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”(QS. Al-
Furqon: 68–70).

2.3 Hukuman Penuduh Zina


Mengingat beratnya hukuman bagi pelaku zina, maka hukum islam telah
menentukan syarat-syarat yang berat bagi terlaksananya hukuman tersebut.
Syarat-syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

6
a. Hukuman dapat dibatalkan bila masih terdapat keraguan terhadap
peristiwa atau perbuatan zina tersebut. Hukuman tidak dapat dilakukan
setelah benar-benar diyakini bahwa tidak terjadi perzinaan.
b. Untuk meyakinkan perihal terjadinya zina tersebut, syaratnya harus ada
empat orang saksi laki-laki yang adil. Karena kesaksian empat orang
wanita tidak cukup untuk dijadikan bukti, sebagaimana empat orang
kesaksian laki-laki yang fasik.
c. Kesaksian empat orang laki-laki yang adil ini pun masih memerlukan
syarat, syaratnya yaitu setiap laki-laki tersebut harus melihat persis
kejadiannya.
d. Andaikan seorang dari keempat saksi menyatakan kesaksian yang berbeda
dengan kesaksian tiga orang lainnya atau salah seorang di antaranya
mencabut kesaksiannya, maka terhadap mereka semuanya dijatuhkan
hukuman menuduh zina. Hukuman bagi penuduh zina terhadap perempuan
baik-baik dengan didera sebanyak 80 (delapan Puluh) kali deraan. Hal ini
didasarkan pada firman Allah Swt. Dalam Q.S. An-Nûr/24:4.

Adapun hadis tentang orang yang menuduh zina :

‫ وهو َبِر يٌء مما قال ُج ِلد يوم القيامة إال أن يكون كما قال‬،‫من َقَذ َف َم ْم ُلوَك ُه‬

Aritnya: Siapa saja yang menuduh hamba sahayanya berzina maka hukumannya
akan dijatuhi pada hari kiamat nanti kecuali jika kenyataan berbicara sebagaimana
yang dikatakannya (tuduhannya adalah benar). (HR Bukhari dan Muslim)
2.4 Ayat Tentang Zina Dan Pergaulan Bebas

A. Surat Al -Isra/17 : 32

‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز َنى ِإَّنُه َك اَن َفاِح َش ًة َو َس اَء َس ِبياًل‬

Artinya:"Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra' [17]:32).
Secara umum Q.S. al-Isrā’/17:32 mengandung larangan mendekati zina
serta penegasan bahwa zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang
buruk. Allah SWT secara tegas memberi predikat terhadap perbuatan zina melalui
ayat tersebut sebagai perbuatan yang merendahkan harkat, martabat, dan
kehormatan manusia.

7
Zina menjerumuskan pelakunya ke jalan yang buruk yaitu siksaan.
Adakalanya balasan dari perbuatannya terjadi di dunia atau ditangguhkan di
akhirat. Ketahuilah, bahwa di antara perbuatan dosa yang dipercepat balasannya
di dunia adalah perbuatan zina. Oleh karena itu, jauhilah segala perbuatan yang
menjerumuskan pada perbuatan zina.

Di satu sisi, seks dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang suci.
Namun di sisi lain, karena adanya perbuatan zina, maka menjadikan seks itu
sesuatu yang kotor dan menjijikkan serta akan berpotensi menimbulkan berbagai
penyakit yang membahayakan kehidupan manusia jika terjadi penyimpangan
dalam penyalurannya. Mendekati perbuatan zina saja sudah terlarang, apalagi jika
sampai melakukannya, maka tentu saja pelakunya telah melakukan perbuatan
yang keji dan menempuh jalan yang sangat buruk.

Berikut ini merupakan contoh perilaku mendekati perbuatan zina yang


terjadi di sekitar kehidupan kita, yaitu:

1) Menjalani pergaulan bebas, yaitu pergaulan yang tidak berlandaskan


pada norma, aturan dan batasan agama. Berpacaran, berduaan di
tempat-tempat sepi, melakukan kontak fisik antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram, berpelukan, berciuman dan hal-hal
lain yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan
zina.
2) Mendatangi tempat-tempat yang dapat mengundang nafsu syahwat.
3) Berkhayal dan berimajinasi tentang aurat lawan jenis.
4) Melihat konten, tayangan video, film, TV atau media yang dapat
merangsang nafsu syahwat, melakukan panggilan video yang
mengandung imajinasi seksual (VCS).
5) Membaca artikel, buku, bacaan atau sumber-sumber yang lain yang
dapat membangkitkan nafsu birahi.
6) Mengenakan pakaian yang tidak menutupi aurat, terbuat dari bahan
yang tipis dan transparan serta memperlihatkan lekuk tubuh seorang
perempuan yang dapat menggoda lawan jenis.

8
Begitu kejinya perbuatan zina, Sayyid Qutub pun menjelaskan bahwa di
Dalamnya terdapat beberapa keburukan yaitu:

a) Penempatan asal muasal kehidupan (sel sperma dan sel telur), bukan
pada tempat yang sah.
b) Berpotensi untuk terjadinya tindak kejahatan berikutnya yaitu
menggugurkan atau membunuh janin apabila terjadi kehamilan.
c) Berpotensi terjadinya penelantaran jika bayi hasil perzinaan tersebut
dibiarkan lahir dan hidup
d) Tidak jelasnya nasab seseorang, sehingga menjadi hilang kepercayaan
Menyangkut kehormatan dari anak yang dilahirkan
e) Keluarga dari pelaku perbuatan perzinaan menjadi rapuh, sedangkan
keluarga merupakan wadah yang terbaik untuk mendidik dan
menyiapkan generasi muda yang memikul tanggung jawab pada
kehidupan selanjutnya.

Sedemikian buruknya perbuatan zina, Rasulullah Saw. Bahkan pernah


nersabda apabila seseorang melakukan zina, maka iman telah lepas dari dirinya
sebagaimana hadis berikut ini:

‫ِإَذ ا َزَنى الَّرُجُل َخ َر َج ِم ْنُه اِإل يَم اُن َك اَن َع َلْيِه َك الُّظَّلِة َفِإَذ ا اْنَقَطَع َر َجَع ِإَلْيِه اِإل يَم اُن‬

Artinya: “Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya
seakan-akan dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya).Jika
dia lepas dari zina, maka iman itu akan kembali padanya,” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).
B. Surat An-Nur/24 : 2

‫الَّز اِنَيُة َو الَّز اِني َفاْج ِلُدوا ُك َّل َو اِحٍد ِم ْنُهَم ا ِم اَئ َة َج ْل َدٍة َو اَل َتْأُخ ْذ ُك ْم ِبِهَم ا َر ْأَف ٌة ِفي ِد يِن ِهَّللا ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُن وَن ِباِهلل‬
‫َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو ِليُتُه َع َذ اَبُهَم َطاِئَفٌة ِم َن اْلُم ْؤ ِمِنيَن‬

Artinya:“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing


dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”

9
Surah An-Nür/24: 2 menjelaskan hukuman bagi pelaku zina. Allah Swt.
Mengkhususkan hukuman perbuatan zina dibandingkan dengan hukuman-
hukuman lainnya.

a. Hukuman pelaku zina muhsan adalah dirajam, yaitu dilempar dengan batu
yang berukuran sedang sampai meninggal dunia.

b. Hukuman pelaku zina gairu muhsan adalah hukuman fisik dan mental, yaitu
dicambuk (100 kali) dan diasingkan dari negerinya selama satu tahun.

c. Allah SWT. Melarang hamba-hamba-Nya kasihan kepada para pelaku zina. Hal
itu sebenarnya juga berlaku pada seluruh macam hukuman (hudud) yang
disyariatkan agama. Akan tetapi, dalam hukuman zina ada suatu kekhususan.
Kebanyakan orang tidak mempunyai perasaan marah dan sikap kasar terhadap
pezina seperti sikap mereka pada pencuri

D. Allah SWT memerintahkan agar hukuman terhadap pelaku zina dilakukan di


hadapan orang-orang mukmin agar menimbulkan efek jera bagi pelakunya dan
membuat takut orang lain melakukannya.

E. Penyebutan kata az-zaniyah/perempuan pezina lebih didahulukan daripada kata


az-zani/laki-laki pezina. Karena akibat dari perzinahan tersebut dapat nampak
dengan jelas terlihat pada perempuan akibat Kehamilan (jika sampai terjadi
kehamilan) atau dampak negatif yang diakibatkan perzinaan lebih banyak
ditanggung oleh perempuan daripada laki-laki.

F. Dalam aturan dan norma agama, perempuan apalagi seorang gadis, tidak
dibenarkan untuk pergi ke tempat-tempat yang sepi kecuali dengan mahramnya.
Berbeda dengan laki-laki yang dapat pergi kemana saja sendirian. Karena apabila
terjadi sesuatu, maka sesungguhnya pihak perempuanlah yang paling dirugikan.

Hak untuk menerapkan hukuman rajam hanya khalifah (kepala negara)


atau orang-orang yang ditugasi olehnya. Ketentuan ini berlaku bagi negeri yang
menerapkan syari’at Islam sebagai hukum positif dalam suatu negara. Sebelum
memutuskan hukuman bagi pelaku zina, maka ada empat hal yang dapat dijadikan
sebagai bukti, yaitu (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau

10
bukti tulisan. Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi
yang berjumlah empat orang dan pengakuan pelaku.

Pengakuan pelaku, didasarkan beberapa hadis Nabi saw. Ma’iz bin al-
Aslami, sahabat Rasulullah saw. Dan seorang wanita dari al-Gamidiyyah dijatuhi
hukuman rajam ketika keduanya mengaku telah berzina. Di samping kedua bukti
tersebut, berdasarkan Q.S. an-Nûr/24:6-10, ada hukum khusus bagi suami yang
menuduh istrinya berzina. Menurut ketetapan ayat tersebut seorang suami yang
menuduh istrinya berzina sementara ia tidak dapat mendatangkan empat orang
saksi, maka ia dapat menggunakan sumpah sebagai buktinya. Jika ia berani
bersumpah sebanyak empat kali yang menyatakan bahwa dia termasuk orang-
orang yang benar, dan pada sumpah kelima ia menyatakan bahwa laknat Allah
SWT. Atas dirinya jika ia termasuk yang berdusta, maka ucapan sumpah itu dapat
mengharuskan istrinya dijatuhi hukuman rajam. Namun demikian, jika istrinya
juga berani bersumpah sebanyak empat kali yang isinya bahwa suaminya
termasuk orang-orang yang berdusta, dan pada sumpah kelima ia menyatakan
bahwa laknat Allah SWT. Atas dirinya jika suaminya termasuk orang-orang yang
benar, dapat menghindarkan dirinya dari hukuman rajam. Jika hal ini terjadi,
keduanya dipisahkan dari status suami istri, dan tidak boleh menikah selamanya.
Inilah yang dikenal dengan li’an.

2.5 Pengertian, Bentuk Dan Faktor Penyebab Pergaulan Bebas

A. Pengertian Pergaulan Bebas

Dari segi bahasa, pergaulan adalah proses bergaul, sedangkan bebas adalah
lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu dan terbatasi sehingga boleh
bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya secara leluasa). Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa pergaulan bebas adalah Interaksi individu atau
kelompok yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat sehingga
menyebabkan rusaknya citra pribadi ataupun lingkungan di mana peristiwa itu
terjadi.

Kartono, seorang ilmuwan sosiologi, menjelaskan bahwa pergaulan bebas


merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk

11
pengabaian sosial, sehingga mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Contoh
bentuk pergaulan bebas yang terjadi di sekitar kita, yaitu praktik seks
bebas/perbuatan zina.

B. Bentuk Pergaulan Bebas

1. Pacaran.

2. Seks atau sekadar saling pegang bagian tubuh antar pasangan pranikah.

3. Pemakaian obat-obatan terlarang.

4. Meminum alkohol atau minuman keras lainnya.

5. Tawuran antar kelompok.

6. Clubbing atau pergi ke diskotik dan tempat sejenisnya

C. Faktor Pergaulan Bebas

a. Faktor minimnya pengetahuan agama dan faktor iman.

Kedua faktor ini merupakan hal yang berasal dari diri sendiri. Kurangnya
pengetahuan agama dan iman akan mudah mendorong diri melakukan hal-hal
negatif yang bertentangan dengan agama dan hukum yang berlaku.

b. Faktor lingkungan, seperti orang tua, teman, dan tetangga.

Tidak sedikit remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena


masalah keluarga. Selain inu, yang menjadi penyebabnya adalah terpengaruh oleh
temannya yang berperilaku buruk.

c. Faktor pengetahuan yang minim serta rasa ingin tahu yang tinggi.

Kurangnya pengetahuan akan dampak buruk dari hal yang dilakukan dapat
menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif. Pada umumnya, seorang remaja
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Apabila menemukan atau melihat
suatu hal yang baru, ia selalu ingin mencobanya.

d. Faktor

12
Pada zaman sekarang terdapat banyak media yang mudah diakses oleh
semua umur yang berisi konten-konten negatif. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi
mendorong para remaja mengakses media tersebut. Setelah melihat, rasa ingin
tahu itu pun akan terus berkembang, seperti ingin mengetahui rasa dan ingin
mencoba hal yang baru dia lihat. Oleh karena itu, pengawasan orang tua adalah
hal yang sangat penting dalam faktor tersebut.

2.6 Dampak Zina Dan Pergaulan Bebas

Imam Sayuţi dalam kitabnya al-Jami’ al-Kabir menuliskan bahwa


perbuatan zina dapat mengakibatkan enam dampak negatif bagi pelakunya. Tiga
dampak negatif menimpa pada saat di dunia dan tiga dampak lagi akan
ditimpakan kelak di akhirat.

1. Dampak di dunia
a) Menghilangkan wibawa

Pelaku zina akan kehilangan kehormatan, martabat atau harga dirinya di


masyarakat. Bahkan pezina disebut sebagai sampah masyarakat yang telah
mengotori lingkungannya.

b) Mengakibatkan kefakiran

Perbuatan zina juga akan mengakibatkan pelakunya menjadi miskin sebab ia akan
selalu mengejar kepuasan nafsu. Pelaku harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit hanya untuk memenuhi nafsunya.

c) Mengurangi umur

Perbuatan zina tersebut juga akan mengakibatkan umur pelakunya berkurang


lantaran akan terserang penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Saat ini
banyak sekali penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas,
seperti HIV/AIDS, infeksi saluran kelamin, dan sebagainya.

2. Dampak yang akan dijatuhkan di akhirat


a) Mendapat murka dari Allah Swt.

13
Perbuatan zina merupakan salah satu dosa besar, sehingga para pelakunya akan
mendapat murka dari Allah Swt. Kelak di akhirat.

b) Ĥisab yang jelek (banyak dosa)

Pada saat hari perhitungan amal (yaumul hisab), para pelaku zina akan menyesal
karena mereka akan diperlihatkan betapa besarnya dosa akibat perbuatan zina
yang dia lakukan semasa hidup di dunia. Penyesalan hanya tinggal penyesalan,
semuanya sudah terlanjur dilakukan.

c) Siksaan di neraka

Para pelaku perbuatan zina akan mendapatkan siksa yang berat dan hina kelak di
neraka. Dikisahkan pada saat Rasulullah saw. Melakukan Isra’ dan Mi’raj beliau
diperlihatkan ada sekelompok orang yang menghadapi daging segar, tetapi mereka
lebih suka memakan daging yang amat busuk daripada daging segar. Itulah
siksaan dan kehinaan bagi pelaku zina. Mereka berselingkuh padahal mereka
mempunyai istri atau suami yang sah. Kemudian, Rasulullah saw. Juga
diperlihatkan ada satu kaum yang tubuh mereka sangat besar, namun bau
tubuhnya sangat busuk, menjijikkan saat dipandang, dan bau mereka seperti bau
tempat pembuangan kotoran (comberan). Rasul kemudian bertanya, ‘Siapakah
mereka?” Dua Malaikat yang mendampingi beliau menjawab, “Mereka adalah
pezína laki-laki dan perempuan.”

Adapun dampak dari perbuatan zina adalah:

1) Dilaknat oleh Allah Swt. Dan Rasul-Nya.


2) Dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat di sekitarnya.
3) Garis keturunan/nasab menjadi tidak jelas.
4) Anak hasil perbuatan zina tidak dapat dinasabkan kepada garis keturunan
ayah biologisnya.
5) Anak hasil perbuatan zina, tidak dapat menuntut warisan dari ayahnya
6) Apabila anak hasil perbuatan zina berjenis kelamin perempuan, maka akan
mendatangkan persoalan perwalian pada saat pernikahannya.
7) Menyebabkan kematian su’ul khatimah.
8) Terjerumus ke dalam dosa besar.

14
9) Merusak masa depan dan menimbulkan penyesalan seumur hidup.

Sedemikian buruknya perbuatan zina, Rasulullah SAW. Bahkan pernah bersabda


apabila seseorang melakukan zina, maka iman telah lepas dari dirinya
sebagaimana hadis berikut ini:

‫ِإَذ ا َزَنى الَّرُجُل َخ َر َج ِم ْنُه اِإل يَم اُن َك اَن َع َلْيِه َك الُّظَّلِة َفِإَذ ا اْنَقَطَع َر َجَع ِإَلْيِه اِإل يَم اُن‬

Artinya: “Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-
akan dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya) jika dia lepas
dari zina, maka iman itu akan kembali padanya,” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

2.7 Menghindari Zina Dan Pergaulan Bebas

1. Menjaga Pergaulan yang Sehat

Beruntunglah para pemuda dan remaja yang dapat menjaga pergaulan


sesuai dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan pergaulan yang sehat, bernilai
positif, dan mengandung manfaat. Pergaulan yang sehat antara laki-laki dan
perempuan merupakan pergaulan yang terbebas dari nafsu yang dapat mengarah
kepada hubungan seksual di luar nikah.

Pergaulan remaja dan muda-mudi saat ini memang sudah sedemikian tipis
batasan-batasannya. Tidak mudah untuk membatasi pergaulan itu. Ditambah lagi
dengan berbagai kemudahan akses, baik melalui telepon, SMS, chatting, dan situs
jejaring sosial. Dengan berbagai sarana itu pergaulan remaja pada umumnya saat
ini menjadi begitu dekat dan mudah. Persoalan yang lebih memprihatinkan adalah
para remaja tidak paham dan kadang tidak peduli mana batas-batas yang wajar,
mana yang tidak wajar, dan mana yang sudah kebablasan.

Apa batasan pergaulan itu? Dalam hal ini Rasulullah saw. Memberikan
batasan berupa larangan berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan melalui
hadis berikut:

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َأَّنُه َسِمَع الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْخ ُطُب َيُقْو ُل اَل َيْخ ُلَو َّن َر ُج ٌل ِب ِإْمَر َأِة ِإاَّل َو َم َعَه ا ُذ ْو َم ْح َر ٍم‬
)‫ ( رواه البخاري ومسلم‬... ‫َو اَل ُتَس اِفُر اْلَم ْر َأُة الاَّل َم َع ِذ ي َم ْح َر م‬

Artinya: “Dari Ibnu Abbas; bahwa Rasulullah saw. Bersabda, Janganlah seorang
laki-laki berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya), dan

15
janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya.” (H.R. Bukhari
dan Muslim)

2. Menjaga Aurat

Aurat merupakan bagian dari tubuh yang harus dilindungi dan ditutupi
agar terjaga dari pandangan lawan jenis. Aurat perempuan adalah seluruh bagian
tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Aurat laki-laki adalah bagian tubuh
antara pusar sampai dengan lutut.

Agar aurat perempuan tertutup, maka diwajibkan untuk menggunakan


jilbab dan pakaian yang dapat menutupi seluruh tubuhnya, termasuk menutupi
bagian dada. Kain kerudung dan pakaian itu pun merupakan kain yang
disyari’atkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit atau ketat, dan
dapat menyamarkan lekuk tubuh perempuan. Demikian juga dengan laki-laki,
agar terjaga dari pandangan maka bagian tubuh yang menjadi aurat itu harus
dijaga dari pandangan lawan jenis, caranya ditutup dengan pakaian yang sesuai.

Firman Allah Swt. Yang artinya, “Dan katakanlah kepada para perempuan
yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang
(biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya”
(Q.S. an-Nûr/24:31)

3. Menjaga Pandangan

Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya termasuk celah


bagi setan melancarkan strategi untuk menggodanya. Kalau hanya sekilas saja
atau spontanitas atau tidak sengaja, pandangan mata itu tidak menjadi masalah.
Pandangan pertama yang tidak sengaja diperbolehkan, tetapi jika berkelanjutan
maka haram hukumnya. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya, “Dari Abdulah
bin Buraidah dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw. Bersabda kepada ‘Ali bin Abi
Talib, Hai ‘Ali! Janganlah kau ikuti pandangan pertama dengan pandangan
selanjutnya, karena yang pertama dimaafkan, tapi yang selanjutnya tidak.” (H.R.
Ahmad)

16
Untuk menjaga agar pandangan pertama tidak disertai tujuan lain tersebut,
cepatlah kendalikan diri kita. Salah satunya dengan cara menundukkan
pandangan. Sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita.
Segera mohon pertolongan kepada Allah Swt. Agar kita tidak mengulangi
pandangan yang mengandung unsur nakal itu.

4. Menjaga Kehormatan

Organ paling pribadi manusia sering disebut atau diperhalus dengan kata
“kehormatan”. Jika direnungkan secara mendalam, sebutan ini sungguh sangat arif
dan tepat. Benteng paling akhir dari harga diri dan kehormatan manusia baik laki-
laki maupun perempuan ada pada organ tubuh yang paling pribadi tersebut.
Terkadang organ vital manusia juga disebut dengan “kemaluan”. Hal ini juga
relevan karena palang pintu rasa malu terakhir adalah pada bagian itu

5. Selektif Dalam Memilih Teman Bergaul

Selektif dalam memilih teman bergaul, membawa dampak yang baik bagi
seseorang, karena seorang kawan, akan mempengaruhi kawan lainnya. Apabila
seseorang memilih kawan yang saleh, maka ia pun akan terpengaruh menjadi
baik. Dan apabila seseorang memilih kawan yang buruk, niscaya ia akan
membawa keburukan juga baginya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut
ini :

‫َع ْن َأِبي ُم وَس ى َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل َم َث ُل اْلَجِليِس الَّص اِلِح َو الَّس ْو ِء‬
‫َك َح اِم ِل اْلِم ْس ِك َو َناِفِخ اْلِكيِر َفَح اِم ُل اْلِم ْس ِك ِإَّم ا َأْن ُيْح ِذَيَك َو ِإَّم ا َأْن َتْبَتاَع ِم ْنُه َوِإَّم ا َأْن َتِج َد ِم ْنُه ِر يًحا َطِّيَب ًة َو َن اِفُخ‬
‫اْلِكيِر ِإَّم ا َأْن ُيْح ِر َق ِثَياَبَك َو ِإَّم ا َأْن َتِج َد ِريًحا َخ ِبيَثًة‬

Artinya: Dari Abu Musa r.a. , dari Nabi Saw. Bersabda: “sesungguhnya
perumpamaaan bergaul dengan orang shalih dan orang jahat adalah seperti orang
ang membawa minyak kesturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawa
minyak kesturi itu mungkin memberi padamu atau mungkin kamu membeli
kepadanya atau mungkin kamu mendapatkan bau harum dari padanya. Dan
tentang orang yang membawa api itu mungkin ia akan membakar kainmu dan
mungkin kamu akan mendapatkan bau busuk daripadanya.” (HR. Muslim).
Tentu saja maksud dari hadis ini adalah anjuran untuk memilih dan selektif
mengambil teman yang baik, untuk memberi nasihat dan menjauhkan kita dari
keburukan. Kebaikan yang akan diperoleh oleh seseorang yang berteman dengan

17
orang yang saleh, tentu saja akan lebih besar dari aroma harum smerbak yang
ditimbulkan oleh seorang penjual minyak wangi, karena ia akan mengajarkan hal-
hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

6. Memanfaatkan Waktu Luang Dengan Melakukan Kegiatan Positif


Waktu luang yang dimiliki oleh seseorang, hendaklah dimanfaatkan untuk
sesuatu yang positif dan mendatangkan manfaat. Misalnya aktif di majelis taklim,
melakukan kajian remaja, kajian keputrian, berolah raga, atau menciptakan kreasi-
kreasi dan hasil karya yang bermanfaat. Dengan demikian, jika waktu yang kita
miliki kita manfaatkan dan kita salurkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif,
maka tidak lagi tersisa waktu lain untuk melakukan hal-hal yang mendatangkan
mudarat dan maksiat.

7. Mendekatkan diri dan memperbanyak zikir kepada Allah SWT

Agar terhindar dari pergaulan bebas dan perbuatan zina, seseorang harus
sungguh-sungguh memohon perlindungan dari Allah Swt. Dengan cara
memperbaiki kuantitas dan kualitas ibadah, menjalankan salat wajib dan sunnah,
memperbanyak membaca Al-Qur`an, memperbanyak sedekah dan senantiasa
mengingat ancaman dan dosa dari setiap perbuatan buruk yang kita lakukan
selama di dunia, kelak akan dipertanggungjawabkan .

8. Berpuasa Sebagai Perisai Nafsu

Cara lain yang dapat ditempuh untuk menahan nafsu bagi para pemuda
dan remaja yang belum menikah adalah dengan berpuasa sunah. Islam itu indah
dan sehat, dengan taat beribadah dan rajin puasa otomatis pikiran dan hati menjadi
bersih dan jernih. Tidak akan terlintas di pikiran kita untuk melakukan hal yang
melanggar kesusilaan. Perhatikan hadis Rasulullah SAW. berikut ini.

‫ َقاَل َلَن ا َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلم َي ا َم ْعَش َر الَّش َباِب َمِن‬: ‫َع ِن َع ْبِد الَّرْح َمِن اْبِن َيِزيَد َع ْن َع ْبِد ِهَّللا َقاَل‬
‫اْسَتَطاَع ِم ْنُك ُم اْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج َفِإَّنُه اَغُض ِلْلَبَص ِر َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج َو َم ْن َلْم َيْسَتِط ْع َفَع َلْيِه ِبالَّصْو ِم‬

‫َفِإَّنُه َلُه ِو َج اٌء ( رواه احمد‬

Artinya: “Dari Abdurrahman bin Yazid dari Abdullah ia berkata;


Rasulullah saw. Mengatakan kepada kami, “Wahai para pemuda, barangsiapa di

18
antara kalian mampu ba`ah maka menikahlah karena hal itu dapat menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan, barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah
berpuasa karena hal itu dapat menekan hawa nafsunya.” (H.R. Ahmad).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbuatan zina adalah hubungan badan yang dilakukan oleh seorang laki-
laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali pernikahan. Zina dibagi menjadi 2
jenis yaitu muhsan (sudah pernah menikah) dan gairu muhsan (belum pernah
menikah). Hukuman bagi pezina terkandung dalam surat Al-Nur ayat 2 yaitu
pezina muhsan adalah di dera 100 kali atau dirajam, sedangkan untuk pezina gairu
muhsan adalah di dera 100 kali dan diasingkan dari wilayah tempat tinggalnya.
Ada pula UU KUHP 284 yang menyatakan pezina akan di penjara selama 9 bulan

Surat Al-Isra ayat 32 juga menjelaskan larangan mendekati zina karena


merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk yang menurut Imam Sayuti

19
dalam kitabnya memilki 6 dampak yaitu menghilangkan kewibawaan,
menyebabkan kefakiran, memperpendek umur, mendapat murka Allah, hisab yang
buruk, dan mendapat siksa yang pedih.

Pergaulan bebas adalah interaksi individu atau kelompok yang


bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat sehingga menyebabkan
rusaknya citra pribadi ataupun ligkungan di mana peristiwa itu terjadi. Faktor
penyebabnya adalah minimnya pengetahuan agama dan faktor iman, faktor
lingkungan, seperti orang tua, teman, dan tetangga, faktor pengetahuan yang
minim serta rasa ingin tahu yang tinggi.

Upaya yang bisa kita lakukan untuk terhindar dari faktor tersebut dan
perbuatan zina adalah menjaga pergaulan yang sehat, berpuasa, mendekatkan diri
dan memperbanyak zikir kepada Allah SWT, memanfaatkan waktu luang dengan
melakukan kegiatan positif, selektif dalam memilih teman bergaul, menjaga
kehormatan, pandangan, dan aurat,

3.2 Saran

Begitu banyaknya dampak negatif dari perbuatan zina, saran dari penulis
seyogianya menjadi ibrah dan bahan untuk refleksi bagi masyarakat terutama
pemuda dan pelajar, yang sedang berjuang untuk menyiapkan masa depan dan
menggapai cita-cita untuk memiliki kehidupan yang lebih baik di masa
mendatang, agar selalu berhati-hati dan menjaga diri supaya tidak terjerumus pada
pergaulan bebas yang melampaui batas dan norma agama. Hendaklah para
pemuda dan pelajar khususnya mampu untuk menjaga pergaulan, menundukkan
pandangan dan melindungi dirinya agar tidak terjerumus pada perbuatan zina.

20
Daftar Pustaka

Ahmad Taufik, Nurwastuti Setyowati, (2021) Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Jalan Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat.

Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen (2017) Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, Jakarta.

https://m.kumparan.com/berita-terkini/contoh-contoh-nyata-dari-bentuk-
pergaulan-bebas-di-masyarakat-1zwodA7xxpG

https://www.orami.co.id/magazine/ayat-alquran-tentang-zina?page=all

21
Choirul Ansori, (2022) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Penerbit
Yudisthira, Jakarta.

MAKALAH

MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS DAN ZINA

Kelas : X-2

22
Guru Pengajar : Yeni Reflina S.Pd.I.

DISUSUN OLEH

KETUA :

DAMAR PERSADA

SEKRETARIS :

RAGIL TRI CAHYA

ANGGOTA :

MARSYANDA CINDYA PUTRI

M.YUSUF JULIYAN

YASMIN NUR SYAFA

FARAH SALSABILA

ARYO SAPUTRA

SMAN NEGERI 4 KOTABUMI


2023/2024

KATA PENGANTAR

23
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama
tentang menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina.

Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang menghindari


pergaulan bebas dan perbuatan zina ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kotabumi, 11 Desember 2024


Penulis

DAFTAR ISI
i

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi......................................................................................................................... ii24
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

Anda mungkin juga menyukai