KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena dengan hidayah dan
inayah-nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat waktunya.
Selanjutnya penulis berterima kasih kepada semua rekan-rekan yang telah sudi kiranya
mambantu penyelesaian makalah ini, dan tak lupa pula kepada guru pengasuh mata
pelajaran ini yang telah besar memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang maxsimal.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan baik segi penulisan dan rangkaian kata demi kata dan dengan rendah hati
kiranya kepada bapak/ibu dan rekan-rekan sekalian untuk dapat lebih aktif memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Akhirnya sekecil apapun sumbangan yang mungkin dapat diberikan dari makalah ini dapat
bermamfaat dengan baik. Amin……
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahwasanya, telah kita ketahui perbuatan zina dan segala macam peralatannya telah
merusak jiwa dan penghuni kehidupan sosial didunia ini, sebagai umat islam yang tahu
akan keberadaan sosial dan keutuhan keagamaan bertanggung jawab atas apa yang terjadi
didunia ini, hukum islam bersangkutan musti harus diterapkan. Dan inilah kiranya yang
melatar belakangi dari pada penyusunan makalah tersebut.
1.2. Pokok Masalah
Benar adanya jika kerusakan moral akibat perziaan disana sini dapat memungkinkan
terjadinya perselisihan yang ujung-ujungnya adalah pembunuhan dengan ini
permesalahan”Zina” adalah penyakit masyarakat yang perlu kita berantas
1.3. Batasan Masalah
Jika kita melihat kepda permasalahan yang sudah lalu maka akan tau seberapa banyak
masalah zina ini melingkupi kesetiap sudut kegiatan manusia, namun penulis pada makalah
ini hanya membatasi permasalahan pada bab-bab tertentu meliputi
- Pengertian Zina
- Macam – macam Zina
- Hukum Zina
- Dampak Zina
- Hukuman Bagi Penzina
- Hikmah Pengharaman Prilaku Zina
- Cara Menghindari Zina dan
- Dalil Tentang Zina
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Berzina
Pengertian zina adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan sebagai dosa besar
yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. Berzina dapat
diibaratkan seperti memakai barang yang bukan menjadi hak miliknya.
Perbuatan zina sangat dicela oleh agama dan dilaknat oleh Allah. Pelaku perzinaan
dikenakan sanksi hukuman berat berupa rajam. Mengenai larangan berzina, Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 32 yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu
(zina) sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”.
Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan Zina Mendekati sesuatu yang dapat
merangsang nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga termasuk
perbuatan mendekati zina.
Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti menonton aurat
dan mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut Al-Ghazali, perbuatan keji
(dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan dosa besar yang tersembunyi adalah
mencium, menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.
Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud
lainnya, antara lain :
1. Wilayah Hukum Resmi
Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara resmi terlebih
dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum Islam.
Di dalam wilayah hukum itu harus ada masyarakat yang melek hukum syariah, sadar,
paham, mengerti dan tahu persis segala ketentuan dan jenis hukuman yang berlaku.
Ditambahkan lagi mereka setuju dan ridha atas keberlakuan hukum itu.
2. Adanya Mahkamah Syar'iyah
Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah syar'iyah
yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi yang ahli di bidang
syariah Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan resmi oleh negara,
bukan sekedar pemimpin non formal.
3. Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum
Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila kejadiannya
terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah Islam di atas.
Sebagai ilustrasi, bila ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa diproses hukumnya di
wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya, meski berkebangsaan Indonesia,
tetapi kalau berzina di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum rajam.
4. Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina
Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia harus seorang
muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama Islam, usianya sudah
mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal, berstatus orang merdeka dan bukan
budak, iffah dan sudah menikah (tazwij).
Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka hukum rajam batal demi hukum, tidak
bisa dilaksanakan, malah hukumnya terlarang berdasarkan syariat Islam.
5. Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri
Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan ke meja
hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri pelaku zina.
Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal berjumlah 4 orang, semuanya
laki-laki, akil, baligh, beragama Islam, dan semuanya melihat langsung peristiwa masuknya
kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan
dengan rekaman, di waktu yang bersamaan. Saking susahnya syarat kesaksian ini, maka
dalam kenyataannya Rasulullah SAW sendiri belum pernah menjatuhkan hukum rajam pada
kasus-kasus zina yang didasarkan pada kesaksian orang lain. Selama tiga kali kasus pezina
dijatuhi hukuman rajam, semuanya didasarkan hanya pada pengakuan yang bersangkutan.
Maka kalau kita simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan Rasulullah
SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau pernah menolak wanita
yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran masih banyak syarat yang tidak
terpenuhi.
Apakah Rajam Menjadi Syarat Diterimanya Taubat?
Maka kalau rajam ini dijadikan syarat diterimanya taubat, rasanya agak berlebihan. Agak
kurang tepat kalau dikatakan bahwa dilaksanakannya hukuman ini menjadi syarat
diampuninya dosa.
Masalahnya meski yang berzina rela dirajam, belum tentu hukum rajamnya bisa diterapkan.
Lantas apakah pelaku zina itu jadi tidak bisa diterima taubatnya, cuma gara-gara secara
prosedur tidak dimungkinkan pelaksanaan hukuman rajam?
Jawabannya tentu tidak. Urusan ampunan itu tidak ada kaitannya langsung dengan
pelaksanaan hukum rajam. Urusan ampunan itu ditentukan dari apakah pelakunya
bertaubat atau tidak.
Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya sendiri dia
tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak diterapkan hukum
rajam dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang pezina sudah bertaubat, tentu
Allah SWT. Maha Pengampun. Kita tidak bilang pasti diterima taubatnya, namun kita tahu
Allah SWT. Maha Penerima taubat.
Tentu kita tetap wajib menegakkan hukum syariat, termasuk di dalamnya hukum rajam.
Namun langkahnya harus runtut, yaitu mulai dari pendidikan hukum Islam di semua lini
kehidupan. Kalau bangsa ini bisa kita cerdaskan, sehingga melek hukum syariah, amatlah
mudah mendirikan wilayah hukum yang secara resmi menerapkan hukum Islam.
Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
memandang [lawan-jenis] yang [membangkitkan syahwat] tanpa disengaja. Lalu beliau
memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR Muslim)
Makanya, kalau kau lelaki nyaksiin penampilan Siti Nurhaliza (atau penyanyi cantik lainnya),
fokuskan pengamatan pada kehebatannya dalam bernyanyi dan bersopan-santun di
pementasannya. Bila terpana pada kecantikan atau pun dayatarik seksualnya lainnya,
lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain. Jika gejolak birahi sudah reda, boleh nonton
kembali. Tapi, andai terpesona lagi pada dayatarik seksualnya, segeralah alihkan lagi
pandangan ke arah lain…
Selama tidak terpana pada ketampanan atau pun dayatarik seksualnya lainnya, perempuan
juga boleh memandang wajah ustad Jefri Al-Buchori (atau mubalig pria lainnya) di majelis
taklim. Fokuskan pengamatan pada kemampuannya dalam berdakwah. Setiap kali
terpesona pada dayatarik seksualnya, cepat2lah alihkan pandangan ke arah lain…
Kau pun harus siap-sedia sering2 alihkan pandangan sewaktu bercakap-cakap ‘si dia’ seraya
mengagumi pesona ‘kecantikan batiniah’ (inner beauty)-nya. Boleh2 aja sih kau menatap dia
saat menyimak tutur-katanya, namun setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya,
lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain sampai gejolak birahimu reda.
Malu ketahuan alihkan pandangan? Nevermind. Ingat, gejolak birahi itu manusiawi,
sedangkan mengalihkan pandangan itu islami. Ngapain malu berperilaku islami?
Rupanya, yang bisa kita anggap mendekati zina itu nggak cuman ‘zina mata’. ‘Zina lidah’ dan
‘zina hati’ pun dapat digolongkan mendekati zina.
Bahkan, di luar tiga macam ‘zina’ yang kami garisbawahi itu, masih ada ‘zina tangan’, ‘zina
kaki’, dan ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’ yang mungkin tergolong mendekati zina pula.
Namun, penyebutan tiga saja —di antara itu semua— kami pandang sudah memadai untuk
menggambarkan bagaimana menjaga ‘pintu perzinaan’.
Kalau untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’, kita gunakan jurus
“tundukkan pandangan”, apa jurus kita untuk mengatasi ‘zina lidah’ dan ‘zina hati’ (atau pun
‘zina-zina bagian tubuh lainnya’)? Kau bisa nebak, kan?
Yup. Untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina lidah’, kita gunakan jurus
“tundukkan tutur-kata”.
Dalam pengamatan kami, banyak muda-mudi (terutama wanita) yang kurang menyadari ke-
sexy-an suaranya di telinga lawan-jenis. Karena itu, kami sarankan, mintalah penilaian dari
beberapa sahabat lain-jenis mengenai suaramu. Kalau nggak sedikit orang menilai suaramu
sexy, ubahlah gaya bicaramu. Kalau sulit mengubah, berlatihlah secara serius sampai
berhasil. Bagaimanapun, gaya bicara bisa diubah. (Kami saksikan, banyak aktris Hollywood
mampu menampilkan aneka gaya bicara. Di satu film terdengar sexy banget, di film lain
kurang sexy, sesuai karakter di film2 itu.)
Adapun untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina hati’, kita gunakan jurus
“tundukkan keinginan”. Maksudnya, ketika kau terpikat oleh dayatarik seksual lawan-jenis
yang menarik perhatianmu, janganlah kau mengharap-harap kesenangan seksual dari dia.
Selanjutnya, sebesar apa pun gairahmu, janganlah kau turuti keinginan nafsu syahwatmu
ini. Kalau kau umbar nafsu ini, maka rusaklah kehormatan dirimu sendiri, sehingga kau
“tergolong orang yang bodoh” (QS Yusuf [12]: 33).
Ketika kau kewalahan meredam nafsu syahwat, segera “alihkan perhatian” ke hal-hal lain
yang bersifat non-seksual. Seandainya sinetron remaja Indonesia atau film musikal India di
televisi sering membuat birahimu bergejolak, alihkan saluran ke tayangan lain.
Umpamanya: sepakbola, berita politik, dialog bisnis, eksplorasi flora dan fauna, dan
sebagainya. (Lebih baik lagi, matikan televisi lalu baca buku2 islami atau lakukan kegiatan
lain yang lebih bermanfaat.)
Dengan mengerahkan jurus2 penjagaan ‘pintu perzinaan’ sedemikian itu, insya’ Allah ‘pintu
perzinaan’ kita selalu terjaga. Dengan kata lain, kita tidak mendekati zina.
Dengan jurus2 tadi, ‘darah-muda’ kita senantiasa terkendali ketika kita saling bergaul dan
bertatap-muka dengan lawan-jenis, secara akrab sekalipun. Apalagi bila terawasi oleh orang
lain yang cenderung mencegah perzinaan kita. (Ingat makna ‘bila terawasi’, kan? Kalo lupa,
silakan baca lagi Bab 4.)
Emang sih, jurus2 tersebut tidak menjamin kita bebas dari godaan setan. Tapi, setiap kali
pasukan iblis hendak masuk untuk menguasai diri kita, mereka bisa kita tendang jauh2
dengan jurus2 tadi.
Dengan demikian, menjauhlah bahaya kerusakan yang mengancam masuk melalui ‘pintu
perzinaan’ yang bernama ‘perbauran’. Hasilnya, selamatlah kita di dunia dan akhirat.
(Begitulah cara yang kami upayakan untuk memupus kekhawatiran Nabi terhadap perilaku
kita dalam bertatap-muka dengan lawan-jenis.)
Allah berfirman :
Agama islam sangat melarang zina kita mendekati saja sudah di larang apalagi melakukan
nya karena perbuatan zina merupakan perbuatan yang sanggat keji yang mendatang kan
kemudharatan bagi si pelakuu dan orang lain. Kita sering menemui dalil yang sangat
melarang perbuatan zina,didalam alqur’an maupun Hadits Nabi.
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Qur’an, QS Al-israa’ ayat 32)
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin,” (an-Nuur: 2-3)
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69)
BAB III
KESIMPULAN
1. Dalam Agama Islam Allah SWT telah menjanjikan dua hal sebagai balasan atas apapun yang
menjadi tindakan umat manusia. Pahala (balasan baik) adalah bagi mereka yang beramal shalih.
Dan dosa (balasan buruk) akan berbuah siksa bagi mereka yang melakukan tindak kemaksiatan.
2. Di dalam al-qur’an Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang larangan zina.
3. Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan seorang perempuan
tanpa nikah yang sah menurut hukum islam. Zina dibagi dua yaitu zina muhsan dan bukan
muhsan.
4. Seseorang yang melakukan zina Muhsan, wajib dikenakan keatas mereka hukuman had
(rejam) Yaitu dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati,sedangkan yang
bukan muhsan harus di cambuk sebanyak seratus kali cambukan.
5. Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta pengaruh kemajuan
teknologi.
6. Cara mencegah zina yang paling utama adalah menyegrakan menikah bagi yang sudah
mampu,serta dengan mengembangkan syariat islam di negeri ini.