Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG ZINA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena dengan hidayah dan
inayah-nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat waktunya.
Selanjutnya penulis berterima kasih kepada semua rekan-rekan yang telah sudi kiranya
mambantu penyelesaian makalah ini, dan tak lupa pula kepada guru pengasuh mata
pelajaran      ini yang telah besar memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang maxsimal.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan baik segi penulisan dan rangkaian kata demi kata dan dengan rendah hati
kiranya kepada bapak/ibu dan rekan-rekan sekalian untuk dapat lebih aktif memberikan
saran dan kritikan yang membangun.
Akhirnya sekecil apapun sumbangan yang mungkin dapat diberikan dari makalah ini dapat
bermamfaat dengan baik. Amin……

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahwasanya, telah kita ketahui perbuatan zina dan segala macam peralatannya telah
merusak jiwa dan penghuni kehidupan sosial didunia ini, sebagai umat islam yang tahu
akan keberadaan sosial dan keutuhan keagamaan bertanggung jawab atas apa yang terjadi
didunia ini, hukum islam bersangkutan musti harus diterapkan. Dan inilah kiranya yang
melatar belakangi dari pada penyusunan makalah tersebut.
1.2. Pokok Masalah
Benar adanya jika kerusakan moral akibat perziaan disana sini dapat memungkinkan
terjadinya perselisihan yang ujung-ujungnya adalah pembunuhan dengan ini
permesalahan”Zina” adalah penyakit masyarakat yang perlu kita berantas
1.3. Batasan Masalah
Jika kita melihat kepda permasalahan yang sudah lalu maka akan tau seberapa banyak
masalah zina ini melingkupi kesetiap sudut kegiatan manusia, namun penulis pada makalah
ini hanya membatasi permasalahan pada bab-bab tertentu meliputi
- Pengertian Zina
- Macam – macam Zina
- Hukum Zina
- Dampak Zina
- Hukuman Bagi Penzina
- Hikmah Pengharaman Prilaku Zina
- Cara Menghindari Zina dan
- Dalil Tentang Zina

1.4. Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah tentang  Zina ini untuk memberikan pemahaman tentang
bagaimana seseorang untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan memberikan bekal
kepada serjana-sejana islam untuk bertindak lebih teliti terhadap pelanggaran penyakit
masyarakat ini (Zina)
1.5. Metode Penulisan
Penulis mengumpulkan data dengan membaca dan memahami langsung dari buku - buku
Fiqh serta ijma’ para ulama dalam menentukan hukum serta beberapa sumber Internet dan
menyimpan dalam sebuah makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Berzina
Pengertian zina adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan sebagai dosa besar
yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. Berzina dapat
diibaratkan seperti memakai barang yang bukan menjadi hak miliknya.
Perbuatan zina sangat dicela oleh agama dan dilaknat oleh Allah. Pelaku perzinaan
dikenakan sanksi hukuman berat berupa rajam. Mengenai larangan berzina, Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 32 yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu
(zina) sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”.
Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan Zina Mendekati sesuatu yang dapat
merangsang nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga termasuk
perbuatan mendekati zina.
Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti menonton aurat
dan mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut Al-Ghazali, perbuatan keji
(dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan dosa besar yang tersembunyi adalah
mencium, menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.

2. 2.  Macam-Macam Zina


a. Zina al-lamam
Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.
Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan
senang kepadanya.
Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang
kepadanya
Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tubuh lawan jenis dengan perasaan senang
kepadanya

b. Zina Luar atau Zina Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)


Zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri, hukumannya
adalah dirajam sampai mati.
Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri,
hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi
yang berat bagi pelaku, oleh karena itu untuk menentukan bahwa seseorang telah berbuat
zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh rasulullah saw, yaitu :
ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama mengenai: tempat, waktu,
pelaku, dan cara melakukannya.
Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut imam
syafi’i dan imam malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali, namun menurut
imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang sampai empat kali,
setelah itu baru dijatuhi hukuman.
“Takutlah pada zina, karena sesungguhnya dalam zina ada enam perkara (azab), tiga di
dunia dan tiga di alhirat. tiga perkara di dunia: hilangnya wibawa,pendeknya umur, dan
menjadi miskin selamanya. tiga perkara di akhirat, adalah, murka Allah’ jeleknya hisaban
dan siksa neraka,” (HR Baihaqi).

2.3.  Hukum Zina    


Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan
syarat-syarat sebagai berikut:
- Orang yang berzina itu berakal/waras.
- Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh).
- Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri.
- Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan.
Solusi dalam masalah moral (zina)
Dalam masalah ini nikah adalah solusi jitu yang ditawarkan oleh Rasulullah saw sejak 14
abad yang lampau bagi gadis/perjaka. Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi
terhadap berbagai problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya
syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia)
dan sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina,
pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang drastic.
Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan memberi
pemahaman dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua hendaknya menutup
peluang dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan menyuruh anak gadisnya untuk
berpakaian syar’i (tidak ketat, tipis, nampak aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi
pemahaman akan bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan
masyarakat, tokoh masyarakat dapat memberikan sanksi tegas terhadap pelaku zina
sebagai preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai “nikah”,

2.4.  Dampak Zina


Inilah sepenggal kisah yang sangat mengerikan, kisah yang tak pernah kita sangka-sangka
akan terjadi, kisah yang mungkin tak pernah kita dengar karena saking langkanya, kisah
yang membuat bulu kuduk berdiri, membuat mata terpejam, membuat hati bergemetar,
kisah yang termasuk seburuk-buruk kisah tentang perzinaan, dan kisah yang sekiranya akan
membuat kita membenci serta jijik terhadap perzinaan. Sebuah kisah yang dibawakan oleh
Ibnul Jauzi di dalam kitabnya yang berjudul “Dzammul Hawa” (Celaan terhadap hawa nafsu).
Sampai-sampai ketika menulisnya, yaitu sekitar jam 10 malam, dalam keadaan hening dan
sunyi, bulu kudukku seolah-olah menghalangi jari-jemariku untuk menyentuh keyboard
laptopku karena hatiku benar-benar dipenuhi rasa takut. Seolah rasa takutku itu memenuhi
kos-anku. Setiap kali menulisnya sebaris, hatiku benar-benar bergemetar, seolah-olah di
belakangku ada makhluk halus yang hendak memergokiku. Sungguh, benar-benar
mengerikan.
Bahwa, seseorang pemuda, anggaplah namanya Mahmud, dihadapkan oleh sebuah perkara
yang menuangkan rasa penasaran yang begitu besar di bejana hatinya. Selama tiga malam
berturut-turut, dia bermimpi dengan mimpi yang sama, yaitu setiap kali dia tidur, kuburan
yang berada di sebelah rumahnya seolah-olah terbongkar, kemudian penghuni kuburan itu
bangkit dengan pakaian mereka masing-masing dan menghampiri dirinya. Selama tiga kali
bermimpi, penghuni kuburan itu hanya memintanya agar tidak menguburkan orang yang
baru saja mati yang katanya akan dikuburkan di kuburan itu. Sebab, mereka (penghuni
kuburan) tidak kuat mencium bau busuk orang yang akan dikubur itu. Mahmud pun
terheran, kebingungan dan sangat penasaran, ada apa sebenarnya? Sehingga, ia pun
menghampiri kuburan itu dan mencari sang penggali kuburan, lalu bertanya kepadanya,
“Adakah orang yang akan dikubur di sini dalam waktu dekat ini?”
“Benar, akan ada seorang wanita kaya raya yang baru meninggal, akan dikubur di sini. Dia
telah membeli tempat ini dengan harga yang sangat mahal karena tidak ada kuburan yang
mau menerimanya untuk dikuburkan di situ.” Jawab penggali kubur itu. Lalu, Mahmud pun
menceritakan mimpinya. Maka, penggali kubur itu pun enggan menguburkannya di sana,
“Kalau begitu, okelah, kami tidak akan menguburkannya di sini.” Walau demikian, karena dia
sangat kaya, maka keluarganya pun mampu membeli tempat lain untuk menguburnya.
Itu membuat Mahmud benar-benar penasaran, siapa sebenarnya wanita itu yang sampai-
sampai penghuni kuburan mengunjunginya ke taman mimpinya untuk mewanti-wanti agar
wanita tersebut tidak dikuburkan di sana. Maka, dia pun datang ke rumah wanita itu untuk
bertakziah. Begitu sampai di sana, dia terkejut melihat orang-orang yang datang melayatnya
sangatlah banyak. Lalu, dia melihat keranda wanita itu telah siap untuk di bawa ke kuburan.
Dari sekian banyak orang yang hadir itu, dia melihat dua orang laki-laki, yang satunya
lumayan tua, dan yang satunya lagi masih agak muda. Yang tua itu ialah suami sang mayat.
Adapun, yang muda itu ialah anaknya, anggaplah namanya Riyan. Dengan langkah malu,
Mahmud pun menghampirinya, lalu menanyanya.

2.5.  Hukuman bagi Penzina


Hukuman buat orang yang berzina adalah rajam, yaitu hukuman mati dengan cara
dilempari batu bagi yang sudah menikah. Namun walaupun demikian, perlu diketahui
bahwa rajam bukan satu-satunya hukuman. Selain rajam, juga ada hukuman cambuk 100
kali buat pezina. Bahkan hukum cambuk malah didasari langsung dengan ayat Al-Quran :
Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100 kali. Dan
janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2).
Orang yang terlanjur berzina, dia harus menjalani hukuman sesuai dengan ketentuan dari
Allah SWT, yaitu dihukum rajam atau cambuk. Namun untuk menjalankan hukum rajam dan
cambuk itu, Allah SWT. juga telah mengatur dan membuat syarat serta ketetapan yang wajib
dilaksanakan. Salah satunya adalah mengharuskan hakim untuk menghindari keduanya,
selama masih ada syubuhat. Rasulullah SAW bersabda :

Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud
lainnya, antara lain :
1. Wilayah Hukum Resmi
Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara resmi terlebih
dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum Islam.
Di dalam wilayah hukum itu harus ada masyarakat yang melek hukum syariah, sadar,
paham, mengerti dan tahu persis segala ketentuan dan jenis hukuman yang berlaku.
Ditambahkan lagi mereka setuju dan ridha atas keberlakuan hukum itu.
2. Adanya Mahkamah Syar'iyah
Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah syar'iyah
yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi yang ahli di bidang
syariah Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan resmi oleh negara,
bukan sekedar pemimpin non formal.
3. Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum
Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila kejadiannya
terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah Islam di atas.
Sebagai ilustrasi, bila ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa diproses hukumnya di
wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya, meski berkebangsaan Indonesia,
tetapi kalau berzina di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum rajam.
4. Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina
Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia harus seorang
muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama Islam, usianya sudah
mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal, berstatus orang merdeka dan bukan
budak, iffah dan sudah menikah (tazwij).
Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka hukum rajam batal demi hukum, tidak
bisa dilaksanakan, malah hukumnya terlarang berdasarkan syariat Islam.
5. Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri
Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan ke meja
hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri pelaku zina.
Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal berjumlah 4 orang, semuanya
laki-laki, akil, baligh, beragama Islam, dan semuanya melihat langsung peristiwa masuknya
kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan
dengan rekaman, di waktu yang bersamaan. Saking susahnya syarat kesaksian ini, maka
dalam kenyataannya Rasulullah SAW sendiri belum pernah menjatuhkan hukum rajam pada
kasus-kasus zina yang didasarkan pada kesaksian orang lain. Selama tiga kali kasus pezina
dijatuhi hukuman rajam, semuanya didasarkan hanya pada pengakuan yang bersangkutan.
Maka kalau kita simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan Rasulullah
SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau pernah menolak wanita
yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran masih banyak syarat yang tidak
terpenuhi.
Apakah Rajam Menjadi Syarat Diterimanya Taubat?
Maka kalau rajam ini dijadikan syarat diterimanya taubat, rasanya agak berlebihan. Agak
kurang tepat kalau dikatakan bahwa dilaksanakannya hukuman ini menjadi syarat 
diampuninya dosa.
Masalahnya meski yang berzina rela dirajam, belum tentu hukum rajamnya bisa diterapkan.
Lantas apakah pelaku zina itu jadi tidak bisa diterima taubatnya, cuma gara-gara secara
prosedur tidak dimungkinkan pelaksanaan hukuman rajam?
Jawabannya tentu tidak. Urusan ampunan itu tidak ada kaitannya langsung dengan
pelaksanaan hukum rajam. Urusan ampunan itu ditentukan dari apakah pelakunya
bertaubat atau tidak.
Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya sendiri dia
tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak diterapkan hukum
rajam dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang pezina sudah bertaubat, tentu
Allah SWT. Maha Pengampun. Kita tidak bilang pasti diterima taubatnya, namun kita tahu
Allah SWT. Maha Penerima taubat.
Tentu kita tetap wajib menegakkan hukum syariat, termasuk di dalamnya hukum rajam.
Namun langkahnya harus runtut, yaitu mulai dari pendidikan hukum Islam di semua lini
kehidupan. Kalau bangsa ini bisa kita cerdaskan, sehingga melek hukum syariah, amatlah
mudah mendirikan wilayah hukum yang secara resmi menerapkan hukum Islam.

2.6.  Hikmah Pengharaman Perilaku Zina


Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan termasuk dosa
besar. Hikmah diharamkannya adalah :
1.      Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari hasil zina,
umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.
2.      Menjaga dari jatuhnya harga diri dan juga kehormatan keluarga.
3.      Menjaga tertib dan terjaganya urusan rumah tangga.
4.      Timbulnya rasa kasih sayang dari anak hasil perkawinan yang sah.
5.      Terjaganya akhlak islamiyah yang akan mengangkat harkat martabat manusia
dihadapan sesama dan dihadapan sang kholik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
Zina adalah segala persetubuhan diluar nikah. Asal persetubuhan itu belum atau tidak
disahkan dengan nikah, atau tidak dapat disahkan dengan kedua belah pihak atau tidak
suka misal pihak yang seorang memaksa atau memperkosa atas pihak lain.
Perempuan dan laki-laki yang tidak muhshan, misalnya perempuan yang tidak atau belum
bersuami dan laki-laki yang belum beristri dilakukan hukuman sebagai tersebut dalam ayat,
yaitu dipukul cambuk, atau dengan rotan 100 kali, dihadapan khayalak ramai kaum muslim,
dan orang atau laki dan perempuan yang terbentang. Orang-orang yang tidak patut berzina,
karena hidupnya berbenteng oleh pandangan masyarakat, sehingga pandangan umum
sudah menganggap dia tidak patut berbuat demikian. Yaitu keduanya baligh, berakal, lagi
merdeka dan laki-lakinya beristri dan perempuannya ada bersuami dihubungkan keberatan
dari suaminya atau istrinya yang sah itu. Hukumannya ialah dirajam, yaitu diikat dan dibawa
ketengah kumpulan orang ramai, lalu dilempari dengan batu sampai mati.

 2.7.  Cara Menghindari Perzinahan


Berdasarkan dalil-dalil kuat yang relevan, akhirnya Abu Syuqqah menyimpulkan, “adanya
pertemuan antara laki-laki dan wanita mungkin menyebabkan timbulnya sikap saling
memandang antara mereka. [Namun] kejadian seperti itu tidak menjadi masalah, sepanjang
pandang-memandang di antara mereka tidak didasarkan pada syahwat serta keduanya
sama-sama berniat dan melaksanakan menahan pandangan.”
a. Fokuskan pada Penampilan Non-Seksual
Kondisi yang membolehkan kita memandang lawan-jenis adalah ketika tidak terkagum-
kagum pada pesona seksual dan tidak memandangi aurat. Selama berada dalam kondisi ini,
kita tidak dituntut untuk memalingkan muka (seperti Fadhal) atau pun diperintahkan untuk
tidak melanjutkan pandangan (seperti Ali). Bahkan, bisa saja kita justru diberi kesempatan
luas untuk bisa memandang lawan jenis.
Belum percaya? Liat aja hadits shahih berikut ini, yang mengisyaratkan bolehnya
memandang lawan-jenis seraya mengagumi keahliannya atau sekurang-kurangnya
menyaksikan penampilan non-seksualnya.
Dari ‘Aisyah r.a. dikatakan: Ketika itu adalah hari raya, dan pada waktu itu orang Habsyah
sedang bermain tameng dan tombak. Entah aku yang meminta atau Nabi sendiri yang
berkata kepadaku: ‘Apakah kamu ingin melihatnya?’ Aku jawab: ‘Ya.’ Maka aku disuruhnya
berdiri di belakangnya [sehingga aku melihatnya]. (HR Bukhari)
Tuuuh… Nabi memberi kesempatan luas kepada Aisyah nyaksiin keterampilan orang
Habsyah bermain senjata. Ternyata, tidak seperti kemolekan, daya tarik non-seksual lawan-
jenis boleh dilihat dengan cukup leluasa.
Sekarang, berdasarkan dalil di atas, bisa kita petik sebuah hikmah: Supaya tidak terkagum-
kagum pada dayatarik seksualnya, fokuskan pengamatan kita pada penampilan non-
seksualnya apabila kita memandang lawan-jenis.
Penampilan non-seksual lawan-jenis yang dapat kita saksikan itu meliputi: kegesitan
berolah-raga, kelogisan berargumentasi, kesopanan berbusana, keanggunan bersikap,
keramah-tamahan berperilaku, keindahan berekspresi artistik, kelihaian berkomunikasi, …
dan masih banyak lagi yang lainnya.
b. Berpaling Bila Terpana oleh Kemolekan
Walau sudah berusaha fokuskan perhatian pada dayatarik non-seksual, bisa saja kita tiba2
terpesona pada kemolekan si lawan-jenis. Kalau terjadi begini, atau setiap kali terpikat pada
dayatarik seksualnya, kita diminta segera alihkan pandangan. Dalil yang melandasi seruan
“alihkan pandangan” ini adalah sebagai berikut:

Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
memandang [lawan-jenis] yang [membangkitkan syahwat] tanpa disengaja. Lalu beliau
memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR Muslim)
Makanya, kalau kau lelaki nyaksiin penampilan Siti Nurhaliza (atau penyanyi cantik lainnya),
fokuskan pengamatan pada kehebatannya dalam bernyanyi dan bersopan-santun di
pementasannya. Bila terpana pada kecantikan atau pun dayatarik seksualnya lainnya,
lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain. Jika gejolak birahi sudah reda, boleh nonton
kembali. Tapi, andai terpesona lagi pada dayatarik seksualnya, segeralah alihkan lagi
pandangan ke arah lain…

Selama tidak terpana pada ketampanan atau pun dayatarik seksualnya lainnya, perempuan
juga boleh memandang wajah ustad Jefri Al-Buchori (atau mubalig pria lainnya) di majelis
taklim. Fokuskan pengamatan pada kemampuannya dalam berdakwah. Setiap kali
terpesona pada dayatarik seksualnya, cepat2lah alihkan pandangan ke arah lain…

Kau pun harus siap-sedia sering2 alihkan pandangan sewaktu bercakap-cakap ‘si dia’ seraya
mengagumi pesona ‘kecantikan batiniah’ (inner beauty)-nya. Boleh2 aja sih kau menatap dia
saat menyimak tutur-katanya, namun setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya,
lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain sampai gejolak birahimu reda.
Malu ketahuan alihkan pandangan? Nevermind. Ingat, gejolak birahi itu manusiawi,
sedangkan mengalihkan pandangan itu islami. Ngapain malu berperilaku islami?

c. Bagaimana Menjaga Pintu Perzinaan


Kau nggak malu berperilaku islami, kan? Bagus… Trus, seperti Aisyah dalam hadits Bukhari
tadi, apakah kau ingin menyaksikan keahlian si lawan-jenis? Boleeeh… asalkan, sekali lagi
kami ingatkan, alihkan pandangan setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya. Begitulah
jurus “tundukkan pandangan” yang bisa kita maklumi sebagai upaya menjaga ‘pintu
perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’. Jika kita membiarkan terjadinya ‘zina mata’ sewaktu
memandang lawan-jenis, maka mungkin kita tergolong mendekati zina.
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang
dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia
lakukan. Zinanya mata adalah melihat [dengan syahwat], zinanya lidah adalah
mengucapkan [dengan syahwat], zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan
[pemenuhan nafsu syahwat]. …” (HR Bukhari & Muslim)

Rupanya, yang bisa kita anggap mendekati zina itu nggak cuman ‘zina mata’. ‘Zina lidah’ dan
‘zina hati’ pun dapat digolongkan mendekati zina.
Bahkan, di luar tiga macam ‘zina’ yang kami garisbawahi itu, masih ada ‘zina tangan’, ‘zina
kaki’, dan ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’ yang mungkin tergolong mendekati zina pula.
Namun, penyebutan tiga saja —di antara itu semua— kami pandang sudah memadai untuk
menggambarkan bagaimana menjaga ‘pintu perzinaan’.

Kalau untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’, kita gunakan jurus
“tundukkan pandangan”, apa jurus kita untuk mengatasi ‘zina lidah’ dan ‘zina hati’ (atau pun
‘zina-zina bagian tubuh lainnya’)? Kau bisa nebak, kan?
Yup. Untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina lidah’, kita gunakan jurus
“tundukkan tutur-kata”.

Maksudnya, ketika lawan-jenis yang menyimak tutur-katamu terpesona pada ke-sexy-an


suaramu, keraskan suaramu atau hentikan sajalah tutur-katamu. “Janganlah kau terlalu
lembut bicara supaya [lawan-jenis] yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu [syahwat]-nya.”
(QS al-Ahzab [33]: 32) “Katakanlah yang baik-baik atau diam sajalah.” (al-hadits)

Dalam pengamatan kami, banyak muda-mudi (terutama wanita) yang kurang menyadari ke-
sexy-an suaranya di telinga lawan-jenis. Karena itu, kami sarankan, mintalah penilaian dari
beberapa sahabat lain-jenis mengenai suaramu. Kalau nggak sedikit orang menilai suaramu
sexy, ubahlah gaya bicaramu. Kalau sulit mengubah, berlatihlah secara serius sampai
berhasil. Bagaimanapun, gaya bicara bisa diubah. (Kami saksikan, banyak aktris Hollywood
mampu menampilkan aneka gaya bicara. Di satu film terdengar sexy banget, di film lain
kurang sexy, sesuai karakter di film2 itu.)

Adapun untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina hati’, kita gunakan jurus
“tundukkan keinginan”. Maksudnya, ketika kau terpikat oleh dayatarik seksual lawan-jenis
yang menarik perhatianmu, janganlah kau mengharap-harap kesenangan seksual dari dia.
Selanjutnya, sebesar apa pun gairahmu, janganlah kau turuti keinginan nafsu syahwatmu
ini. Kalau kau umbar nafsu ini, maka rusaklah kehormatan dirimu sendiri, sehingga kau
“tergolong orang yang bodoh” (QS Yusuf [12]: 33).
Ketika kau kewalahan meredam nafsu syahwat, segera “alihkan perhatian” ke hal-hal lain
yang bersifat non-seksual. Seandainya sinetron remaja Indonesia atau film musikal India di
televisi sering membuat birahimu bergejolak, alihkan saluran ke tayangan lain.
Umpamanya: sepakbola, berita politik, dialog bisnis, eksplorasi flora dan fauna, dan
sebagainya. (Lebih baik lagi, matikan televisi lalu baca buku2 islami atau lakukan kegiatan
lain yang lebih bermanfaat.)

Dengan mengerahkan jurus2 penjagaan ‘pintu perzinaan’ sedemikian itu, insya’ Allah ‘pintu
perzinaan’ kita selalu terjaga. Dengan kata lain, kita tidak mendekati zina.
Dengan jurus2 tadi, ‘darah-muda’ kita senantiasa terkendali ketika kita saling bergaul dan
bertatap-muka dengan lawan-jenis, secara akrab sekalipun. Apalagi bila terawasi oleh orang
lain yang cenderung mencegah perzinaan kita. (Ingat makna ‘bila terawasi’, kan? Kalo lupa,
silakan baca lagi Bab 4.)
Emang sih, jurus2 tersebut tidak menjamin kita bebas dari godaan setan. Tapi, setiap kali
pasukan iblis hendak masuk untuk menguasai diri kita, mereka bisa kita tendang jauh2
dengan jurus2 tadi.
Dengan demikian, menjauhlah bahaya kerusakan yang mengancam masuk melalui ‘pintu
perzinaan’ yang bernama ‘perbauran’. Hasilnya, selamatlah kita di dunia dan akhirat.
(Begitulah cara yang kami upayakan untuk memupus kekhawatiran Nabi terhadap perilaku
kita dalam bertatap-muka dengan lawan-jenis.)

8. Dalil Tentang Zina

Allah berfirman :
Agama islam sangat melarang zina kita mendekati saja sudah di larang apalagi melakukan
nya karena perbuatan zina merupakan perbuatan yang sanggat keji yang mendatang kan
kemudharatan bagi si pelakuu dan orang lain. Kita sering menemui dalil yang sangat
melarang perbuatan zina,didalam alqur’an maupun Hadits Nabi.

ِّ ‫ح َش ًة َكانَ ِإ َّن ُه‬


‫الز َنا َت ْقرَ بُوا َوال‬ ِ ‫سَبيال َوسَ ا َء َفا‬
ِ

Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Qur’an, QS Al-israa’ ayat 32)
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin,” (an-Nuur: 2-3)

 “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69)

BAB III
KESIMPULAN

1. Dalam Agama Islam Allah SWT telah menjanjikan dua hal sebagai balasan atas apapun yang
menjadi tindakan umat manusia. Pahala (balasan baik) adalah bagi mereka yang beramal shalih.
Dan dosa (balasan buruk) akan berbuah siksa bagi mereka yang melakukan tindak kemaksiatan.
2. Di dalam al-qur’an Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang larangan zina.
3. Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan seorang perempuan
tanpa nikah yang sah menurut hukum islam. Zina dibagi dua yaitu zina muhsan dan bukan
muhsan.
4. Seseorang yang melakukan zina Muhsan, wajib dikenakan keatas mereka hukuman had
(rejam) Yaitu dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati,sedangkan yang
bukan muhsan harus di cambuk sebanyak seratus kali cambukan.
5. Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta pengaruh kemajuan
teknologi.

6. Cara mencegah zina yang paling utama adalah menyegrakan menikah bagi yang sudah
mampu,serta dengan mengembangkan syariat islam di negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai