Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AGAMA ISLAM

MAKALAH

BAGAIMANA KONSEP

LARANGAN

ZINA

Anggota kelompok 5 :

• Azriel Andrian

• M.Reza
• M.Zikra

• Nur Hanifah

• Randy Oktora

• Vito Hendriansyah
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang
Konsep Larangan Zina ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok
mata pelajaran PAI. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah tentang Konsep
Larangan Zina.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota
yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
Zina ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik
Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Zina
1. Pengertian Zina
2. Hukum Zina
3. Kategori Zina
4. Hukuman Bagi Orang Yang Menuduh Zina
5. Hukuman Bagi Penzina
B. Dalil-Dalil Larangan Zina
C. Dampak Perbuatan Zina
D. Upaya Pencegahan Perbuatan Zina

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Dalam Islam, melarang umatnya untuk mendekati zina, karena zina
adalah salah satu dosa besar yang bisa mendatangkan siksa pedih bagi
pelakunya.Tak hanya mendatangkan dosa besar, zina juga bisa
menimbulkan kemudharatan lain seperti penyakit menular seksual.
Perbuatan zina dianggap sebagai perbuatan yang sangat memalukan,
menjijikkan, sekaligus nista di dalam peradaban manusia. Banyak orang
yang telah meraih kesuksesan hidup, baik sebagai pejabat yang sukses
dan terhormat,pengusaha,politisi,bahkan public figure hancur berantakan
karena perbuatan nista yang dilakukannya. Perbuatan tersebut telah
meluluhlantakkan karier yang selama ini mereka raih dengan susah
payah.
Aib yang mereka perbuat tidak saja membuat malu dan rendah dirinya,
tetapi juga keluarga dan orang-orang terdekatnya. Mereka tidak
menyadari bahwa perbuatan tersebut tidak saja berakibat hancurnya
karier, tetapi juga berakibat dosa besar yang akan diterimanya di akhirat
kelak.
Untuk itu, diperlukan kehati-hatian dalam bergaul agar tidak terjerumus
ke dalam perbuatan zina. Perlu diingat bahwa mendekati zina saja
dilarang, apalagi melakukannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas penulis mencoba
merumuskan beberapa masalah, di antaranya :
1. Apa definisi zina?
2. Apa saja dalil-dalil tentang larangan mendekati zina?
3. Apa dampak dari perbuatan zina?
4. Bagaimana upaya dalam mencegah perbuatan zina?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Zina
Pergaulan yang tidak dibatasi oleh aturan agama maupun susila akan
berdampak perilaku yang sangat dilarang oleh agama Islam.

1.Pengertian Zina
Zina adalah perbuatan persetubuhan antara laki-laki dan
perempuan yang tidak terikat pernikahan atau perkawinan. Secara
umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan

hubungan seksual, tetapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang


dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
2. Hukum Zina
Terkait hukum zina, semua ulama sepakat bahwa zina
hukumnya haram, bahkan zina dianggap sebagai puncak
keharaman. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah Swt. dalam
Q.S. al-Isrā ayat 32. Menurut pandangan hukum Islam, perbuatan
zina merupakan dosa besar yang dikategorikan sebagai perbuatan
yang keji, hina, dan buruk. Meskipun rajam untuk zina tidak
disebutkan dalam Al-Quran, namun semua setuju atas dasar hadis
bahwa itu akan dihukum dengan rajam jika pelakunya adalah
muhsan (dewasa, bebas, muslim, dan telah menikah), dengan
beberapa memperpanjang hukuman ini untuk kasus-kasus tertentu
lainnya dan hukuman yang lebih ringan yang ditentukan dalam
skenario lain.

Pelanggar harus bertindak atas kehendak sendiri. Menurut


yurisprudensi tradisional, zina harus dibuktikan dengan kesaksian
empat saksi mata tentang tindakan penetrasi yang sebenarnya, atau
pengakuan yang diulang empat kali dan tidak ditarik kembali
kemudian. Pemerkosaan secara tradisional dituntut di bawah
kategori hukum yang berbeda yang menggunakan aturan
pembuktian yang normal.

3. Kategori Zina
Perbuatan zina terbagi menjadi dua macam sebagai berikut:

• Pertama, zina muhsan, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang
sudah pernah menikah, baik itu masih dalam status perkawinannya atau
sudah menjadi duda atau janda. Salah satu contoh tindakan zina muhsan
adalah selingkuh.

• Kedua, zina gairu muhsan, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang
masih lajang dan belum pernah menikah.

4. Hukuman Bagi Orang Yang Menuduh Zina


Dalam kitab-kitab fiqih, menuduh orang lain berbuat zina diistilahkan
sebagai qadf, yang definisinya sebagaimana diungkapkan oleh Syekh
Muhammad bin Qasim dalam Fathul Qarib (Surabaya: Kharisma,
2000), hal. 282 ialah:

‫ وشر ًعا الرمي بالزنا على جهة التعيير لتخرج‬،‫ وهو لغةً الرمي‬.‫فصل في بيان أحكام القذف‬
‫الشهادة بالزنا‬

Artinya: “Pasal penjelasan tentang hukum al-qadf. Secara bahasa (qadf)


bermakna ‘menuduh’. Secara syariat bermakna menuduh zina untuk
tujuan mempermalukan agar keluar persaksian zina”.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika seseorang menuduh


orang lain berbuat zina, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
tuduhannya tersebut. Dia harus mampu menghadirkan empat orang saksi
laki-laki (satu diantaranya adalah dirinya) yang sama-sama menyaksikan
tertuduh melakukan tindakan zina, dengan melihat secara langsung

(mata telanjang) tanpa terhalang apapun. Persaksian keempatnya harus


seragam.
Apabila penuduh tidak mampu menghadirkan saksi dengan ketentuan di
atas, maka keadaan justru terbalik, si penuduh akan diancam
hukuman hadd qadf, yakni dicambuk sebanyak 80 kali. Hukuman ini
tidak berlaku apabila si penuduh adalah suami tertuduh yang telah
bersumpah li’an.

5. Hukuman Bagi Penzina

Masing-masing penzina diberikan hukuman yang berbeda. Bagi pezina


ghairu mukhsan dijatuhi hukuman 100 kali cambukan dan diasingkan
selama setahun. Sedangkan bagi pezina mukhsan dijatuhi hukuman
rajam.

B. Dalil-Dalil Larangan Zina

Dalil larangan mendekati zina ini tertuang dalam surah Al-Isra' ayat 32
sebagai berikut
ً ‫س ِّب‬
‫يل‬ َ ‫شةً َو‬
َ ‫سا َء‬ ِّ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
َ ِّ‫الزنَا ۖ ِّإنَّهُ َكانَ فَاح‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Seungguhnya [zina] itu suatu


perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk," (QS. Al-Isra' [17]: 32).
C. Dampak Perbuatan Zina

1. Merusak garis keturunan,

yang mengakibatkan seseorang akan menjadi ragu terhadap nasab


anaknya, apakah anak yang lahir itu keturunannya atau hasil perzinaan.
Dugaan suami bahwa istrinya berzina dengan laki-laki lain
mengakibatkan timbulnya berbagai kesulitan, seperti perceraian dan
kesulitan dalam pendidikan dan kedudukan hukum si anak.

2. Menimbulkan kegoncangan dan kegelisahan dalam masyarakat,

karena tidak terpeliharanya kehormatan. Betapa banyaknya


pembunuhan yang terjadi dalam masyarakat yang disebabkan karena
anggota masyarakat itu melakukan zina.

3. Merusak ketenangan hidup berumah tangga.

Nama baik seorang perempuan atau laki-laki yang telah berbuat zina
akan ternoda di tengah-tengah masyarakat. Ketenangan hidup berumah
tangga tidak akan pernah terjelma, dan hubungan kasih sayang antara
suami istri menjadi rusak.

4. Menghancurkan rumah tangga.

Istri bukanlah semata-mata sebagai pemuas hawa nafsu, akan tetapi


sebagai teman hidup dalam berumah tangga dan membina kesejahteraan
rumah tangga. Oleh sebab itu, apabila suami sebagai penanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka si istri adalah sebagai
penanggung jawab dalam memeliharanya, baik harta maupun anak-anak
dan ketertiban rumah tangga itu

5. Merebaknya perzinaan di masyarakat menyebabkan berkembangnya


berbagai penyakit kelamin seperti sifilis (raja singa).
D. Upaya Pencegahan Perbuatan Zina

• Menjaga Pandangan.

•Menjaga Cara Berpakaian. ...

•Mengatur Cara Berkomunikasi. ...

•Membatasi Ikhtilath. ...

•Menikah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum surat al-Isrā’ ayat 32 mengandung pesan-pesan mengenai


larangan mendekati zina karena zina merupakan perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk. Zina adalah melakukan hubungan biologis
layaknya suami istri di luar tali pernikahan yang sah. Surat an-Nûr ayat 2
berisi perintah Allah Swt. untuk mendera penzina perempuan dan
penzina laki-laki masing-masing seratus kali.

Zina dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu muĥșan dan gairu


muĥșan. Muĥșan adalah penzina sudah balig, berakal, merdeka, sudah
pernah menikah. Hukuman terhadap muĥșan dirajam atau dilempari
dengan batu sederhana sampai mati. Sedangkan gairu muĥșan adalah
penzina masih lajang, belum pernah menikah. Hukumannya adalah
didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Tuduhan perzinaan
harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti yang kuat, akurat, dan sah.
Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina, tanpa dapat
mendatangkan empat orang saksi.

Menghindari lingkungan yang di dalamnya terdapat perilaku hidup serba


boleh atau serba bebas, karena akan mengakibatkan dampak negatif
terhadap perilaku hidup yang suci dan terhormat. Hendaknya berupaya
untuk selalu berada di tengah-tengah lingkungan yang sehat dan baik
agar terjaga dirinya dan keluarganya dari kemaksiatan dan
kemungkaran.

Anda mungkin juga menyukai