Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HADITS AHKAM

HADITS TENTANG ZINA

Oleh:
Kelompok: 3
AH. Redho Bachtiar ( 2130101182)
Faisal Hanif (2130101166)
Wahyu Sahputra (2130101166)

Dosen Pembimbing :
Nazarmanto, M,A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS ILMU SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang merupakan
tugas pada mata kuliah Hasis ahkam di Universitas Islam negeri Raden Fatah Palembang yang
berjudul “ Hadits tentang zina"

Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak . Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini terutama kepada Nazarmanto, M.A. yang mengajar mata Kuliah ini, semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
Makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak.

Palembang, 15 September 2022

Pemakalah

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... I

DAFTAR ISI.................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

A. Defenisi Zina........................................................................................ 3

B. Al-quran dan Hadits yang menjelaskan tentang zina............................ 4

C. Macam- Macam zina dan hukumannya................................................ 5

D. macam- macam zina anggota tubuh .................................................... 7

E. syarat-syarat hukum zina...................................................................... 8

F. cara pelaksanaaan hukuman zina.......................................................... 11

BAB III KESIMPULAN............................................................................... 12

A. Kesimpulan........................................................................................... 12

II
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, banyak orang-orang yang potong kompas begitu saja.
Mereka tidak ingin bekerja keras dan berusaha untuk suatu kebutuhan hidupnya. Banyak
yang beranggapan bahwa “mencari yang haram saja susah setengah mati, apalagi yang
halal”. Stetemen seperti ini tentunya bukan cuma asal ada atau muncul begitu saja tetapi
ini berdasarkan fakta dilapangan yang kami anggap karena sulitnya lapangan kerja
dengan kata lain sulitnya ekonomi.
Syariat islam telah menyatakan bahwa suatu perbuatan dinyatakan sebagai
kejahatan apabila perbuatan tersebut menyimpang dengan syariat itu sendiri serta
bersebrangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarkat. Meskipun perbuatan
tersebut tidak mempunyai tujuan untuk merusak atau mengganggu terwujudnya
ketertiban sosial dan merugikan masyarakat, telah ditentukan bahwa apabila seseorang
melakukan suatu kejahatan maka ada ancaman baginya suatu hukuman atas
perbuatannya, hukuman tersebut diberikan agar orang akan menahan diri untuk
melakukan kejahatan, karena tanpa adanya sanksi suatu perintah atau larangan tidak
punya konsekuensi apa-apa.
Perselingkuhan, seks bebas - zina - adalah permasalahan sosial yang berumur setua usia
manusia itu sendiri. Banyak cerita tentang kehancuran tatanan social, kehancuran rumah
tangga, bahkan revolusi sebuah Negara disebabkan oleh penyimpangan seks ini. Satu
penjelasan yang bisa dikatakan sabagai salah satu jawabanya adalah seks sendiri adalah
kebutuhan dasar manusia. Ketika hubungan dasar itu tidak dipenuhi sebagaimana
mestinya, tentu akan mencari pelampiasan ditempat yang tidak semestinya. 1 Perzinaan
memang bukan masalah baru dan tidak akan sama sepanjang hidup dan kehidupan
manusia hingga akhir kelak. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai pandangan yang
berbeda tentang

1 Quraish Shihab, Mistik, Seks, dan Ibadah (Jakarta: Republika, 2004), 2.

1
Didalam al- Qur’an dan hadis dijelaskan bahwa setiap kesalahan memiliki sanksi yang
berbeda -beda, kesalahan-kesalahan tersebut terdiri dari zina, qadzaf, mencuri ,mabuk
dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. apa sebenarnya zina itu,
2. Firman dan hadits mana saja yang menjelaskan tentang zina?
3. Apa saja macam-macam zina ?
4. apa sanksi yang diberikan bagi pelaku zina (pezina)?
5. Apa saja syarat-syarat hukuman zina?
6. Bagaimana pelaksanaan hukuman bagi para pezina?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Zina.
2. Firman dan hadits yang menjelaskan tentang zina
3. Untuk mengetahui macam-macam zina.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis hukuman bagi para pezina.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat hukuman zina
6. Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman bagi para pezina.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Zina
Pengertian zina (‫ ) الزنا‬adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak
memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan
sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Berzina dapat diibaratkan seperti memakai barang yang bukan menjadi hak
miliknya.
Para ulama mengartikan zina dengan susunan kalimat yang berbeda-beda namun
isinya sama yaitu :
‫ال ع َِن ال َّش ْبهَ ِة ُمش ِه ّي‬ َّ ‫اِ ْيالَ ُج‬
ٍ ْ‫الذ َك ِر بِفَر‬
ٍ َ‫ج ُم َحر ٍَّم بِ َع ْينِ ِ[ه خ‬

“Zina ialah memasukkan alat kamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan
(dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya bukan karena subhat
dan perempuan itu mendatangkan syahwat”.

Menurut Ibnu Rusyd dalam bukunya BIDAYATU’L MUJTAHID, Zina adalah


setiap pesetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan yang sah, bukan karena semu
nikah, dan bukan pula karena pemilikan ( terhadap hamba). Perbuatan zina sangat dicela
oleh agama dan dilaknat oleh Allah. Pelaku perzinaan dikenakan sanksi hukuman berat
berupa rajam.
Mengenai larangan berzina, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 32 yang
artinya:“Dan janganlah kamu mendekati zina, itu (zina) sungguh suatu perbuatan keji dan
suatu jalan yang buruk”.

Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan zina. Mendekati sesuatu yang dapat
merangsang nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga termasuk
perbuatan mendekati zina.

Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti menonton aurat
dan mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut Al-Ghazali, perbuatan keji
(dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan dosa besar yang tersembunyi adalah
mencium, menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.2

B. Firman dan Hadits yang menjelaskan tentang zina

2 Tafsir Ali Ashshobuni

3
 Ayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini merupakan hukum yang menyatakan secara tegas
bahwa islam mengharamkan zina.
1. Qur’an Surat An Nur (ayat 2)
‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َم[[ا َرْأفَ[ةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ[[ونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَ[[وْ ِم‬
َ‫اآْل ِخ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَاِئفَةٌ ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya :“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”

2. Qur’an Surat An-nisa’ ayat 15


“Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah ada
empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila para
saksi itu telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu)
dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan
yang lain kepadanya.”
3. Qur’an Surat Al-isra’ ayat 32
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.’’
4. ur’an Surat An-nuur ayat 4
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-nuur :4)
5. Qur’an Surat Al-ahzab ayat 32
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Al-
azhab :32)
6. Qur’an Surat An-nur ayat 25
“Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya,
dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala
sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (An-nuur:25)3

 Hadits yang menjelaskan tentang zina.


1. Hadis tentang Zina dan Perumpamaannya
3 Al Quran Karim dan Terjemahan Kemenag RI

4
Rasulullah SAW bersabda:
ُّ ‫ِإ َذا زَ نَى ال َّر ُج ُل خَ َر َج ِم ْنهُ اِإل ي َمانُ َكانَ َعلَ ْي ِه َك‬
ُ‫الظلَّ ِة فَِإ َذا ا ْنقَطَ َع َر َج َع ِإلَ ْي ِه اِإل ي َمان‬

Artinya: “Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-akan
dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya). Jika dia lepas dari
zina, maka iman itu akan kembali padanya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

2. Hadis tentang Zina dan Dosa setelah Syirik


Diriwayatkan dari Ibnu Abiddunya, bahwa Rasulullah SAWbersabda:
‫ما من ذنب بعد شرك أعظم عندهّللا من النطفة وضعها رجل في رحم ال يحلّل‬

Artinya: “Tidak ada dosa yang lebih berat setelah syirik di sisi Allah dari seorang
laki-laki yang menaruh spermanya di dalam rahim wanita yang tidak halal baginya.”

3. Hadis tentang Zina dan Keimanan


‫ال يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن‬
Artinya: “Pezina tidak dikatakan beriman ketika ia berzina.” (HR Bukhari Muslim)
4. Hadis tentang Zina dan Khalwat
‫الَ يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل با ِ ْم َرَأ ٍة ِإالَّكاَنَ ثَالِثَهُ َما ال َّش ْيطَان‬
Artinya: “Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan
yang ketiga dari mereka adalah syetan.” (HR At-Tirmidzi)
5. Hadis tentang Zina dan Tanda Kiamat
ِّ ‫ظهَ َر‬
ِ‫الزنَا‬ ْ َ‫ َوي‬،ُ‫ب ْال َخ ْمر‬ َ ‫ َويُ ْش َر‬،ُ‫ َويَ ْثبُتَ ْال َج ْهل‬،‫اط السَّا َع ِة َأ ْن يُرْ فَ َع ْال ِع ْل ُم‬
ِ ‫ِإ َّن ِم ْن َأ ْش َر‬
Artinya: “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dan
kebodohan nampak jelas, dan banyak yang minum khamar dan banyak orang berzina
secara terang-terangan” (HR Bukhari dan Muslim)4

C. Macam-macam Zina dan Hukumannya


Zina dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Zina mukhshon ‫ص ٌن‬َ ْ‫ِزنا َ ُمح‬
Zina mukhshon yaitu zina yang dilakukan orang yang pernah terikat tali ikatan
perkawinan, artinya yang dilakukan baik suami, isteri, duda atau janda. Hukuman
(had) bagi pelaku zina mukhshon, yaitu dirajam atau dilempari batu sampai ia mati.
Sebagaimana sabda Nabi:
"Sesungguhnya Rasulullah saw. merajam seseorang yang bernama Ma’iz dan
merajam seorang perempuan dari kabilah Juhainah serta merajam pula dua orang
Yahudi dan seorang perempuan dari kabilah Amir dari suku Azd” ( H.R. Muslim dan
Tirmidzi).

4
Kitab Bidayatul Mujtahid
5
Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku
berzina,”Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu
menjawab,’Ya’. Kemudian Nabi bersabda lagi,’Bawalah orang ini dan rajamlah'.”
(HR Bukhori Muslim)
2. Zina ghairu mukhshon ‫ص ٌن‬َ ْ‫ِزنَا َغ ْي ُر ُمح‬
Zina ghairu mukhson yaitu zina yang dilakukan orang yang belum pernah menikah.
Had (hukuman) bagi pelaku zina ghairu Mukhson di jilid atau di cambuk sebanyak
100 kali dan dibuang ke daerah lain selama 1 tahun.5 Hal ini berdasarkan firman
Allah:
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali dera ( Q.S. an-Nur (24) : 2 )
Rasulullah SAW bersabda :
Zaid bin Kholid ra. Berkata : “ Saya telah mendengar Rasulullah SAW.
memerintahkan supaya orang yang zina ghoiru mukhsan didera seratus kali dan
dibuang satu tahun “ ( H.R. Bukhori )
“Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman
kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan)
satu tahun dan pukulan seratus kali.” (HR. Bukhori).
Selain itu, perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki yang
melakukan perzinaan dan telah didukung dengan bukti –bukti yang diperlukan oleh
hakim dan tidak menimbulkan sebarang keraguan dipihak hakim bahwa perempuan
itu dirogol dan diperkosa, maka dalam kasus ini perempuan itu tidak boleh dijatuhkan
dan dikenakan hukuman hudud,dan ia tidak berdosa dengan sebab perzinaan itu.
Sedangkan lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan perzinaan
dan telah ditetapkan kesalahannya dengan bukti – bukti dan keterangan yang
dikehendaki oleh hakim tanpa menimbulkan keraguan dipihak hakim, maka hakim
hendaklah menjatuhkan hukuman hudud atas lelaki yang merogol perempuan itu,
yaitu wajib dijatuhkan dan dikenakan atas lelaki itu hukuman rejam dan sebat.
Dalam PASAL 91, Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina, maka wajib
baginya had qadzaf dengan delapan syarat.
 Tiga syarat terdapat pada pihak penuduh yaitu:
1) Dia sudah baligh
2) Berakal sehat
3) Bukan orang tua bagi pihak tertuduh.
 Adapun lima syarat terdapat pada pihak tertuduh yaitu:
1) Dia orang Islam
2) Sudah baligh
3) Berakal sehat

5 Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.

6
4) Merdeka
5) Selalu memelihara diri dari perbuatan zina.
 Adapun Orang yang menuduh seseorang berzina tanpa ada bukti didera dengan:

1) Kalau orang merdeka didera 80 kali.


2) Kalau hamba (budak) didera separonya yaitu 40 kali.

D. Macam-macam Zina Anggota Tubuh


Hadisnya yang berbunyi:
Artinya:
“Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: “telah
diterapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah melihat,
kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-kata, tangan
zinanya adalah menyentuh, kaki zinanya adalah berjalan, hati zinanya adalah keinginan
(hasrat) dan yang membenarkan dan mendustakannya adalah kemaluan. (HR. Muslim
dalam kitab Qadr bab ketentuan batas-batas ziina dan lainnya bagi anak-anak Adam).”6
Adapun penjelasan dari Hadits Nabi tersebut sebagai berikut :
1. Zina dengan kedua mata yaitu: memandang wanita yang tidak halal, misalnya
memandang wanita yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda:
ْ َّ‫ِزنَا ْال َع ْينَي ِ[ْن الن‬
‫ظ ُر‬

“Zina kedua mata ialah memandang wanita yang bukan muhrim.” (H.R. Ibnu Sa’ad,
Thabrani, dan Abu Nu’Aim dari Alqamah bin Huwarits)
Adapun Rasulullah SAW bersabda:
ْ ‫ن‬
ِ ‫َظ ُر اَآلجْ نَبِيَّا‬
‫ت ِمنَ ال َكبَا ِئ ِر‬

“Memandang wanita ajnabiyyat (bukan muhrim) termasuk dosa-dosa besar”

6 Imam Ghazali Said, Achmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqh Para Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani 2007 h. 605

7
Keterangan: Kata Ajnabiyyat, artinya wanita yang halal dinikahi. Termasuk dosa
besar, yakni jika dalam pandangan tersebut menimbulkan nafsu dan kecenderungan
hati kepadanya, tetapi jika tidak, tidak termasuk dosa besar.
2. Zina kedua kaki : Yaitu barjalan ketempat maksiat. Seperti berjalan ke tempat-
tempat yang di larang oleh agama.
3. Zina dengan kedua tangan: Yaitu bertindak dengan tangannnya dengan cara
kekerasan tanpa alasan yang dibolehkan.
Maka Rasulullah SAW bersabda:
ْ َّ‫طشُ َو ِزنَا ال َع ْينَ ْي ِن الن‬
‫ظ ُر‬ ْ َ‫ِزنَا ال ِّرجْ لَ ْي ِن ال َم ْش ُي َو ِزنَا ْاليَ َد ْي ِن ْالب‬

“ Zina kedua kaki adalah berjalan, dan zina kedua tangan adalah bertindak dengan
kasar, serta zina kedua mata ialah memandang kepada yang tidak halal”.

4. Zina kedua telinga, ialah mendengar sesuatu yang membuka ‘aib


seseorang/mendengarkan yang tidak baik (menguping).
5. Zina lisan, ialah sesuatu yang membuka ‘aib seseorang, beerkata-kata yang kasar, dan
berkata-kata yang tidak benar (menuduh) seseorang berzina.
6. Zina dengan hidung, ialah mencium yang bukan muhrim, atau mencium parfum
seseorang yang bukan muhrim apabila Ia bersyahwat.
7. Zina dengan faraj, ialah memasukkan kemaluan laki-laki kedalam kemaluan
perempuan yang tidak halal disetubuhi/yang bukan muhrim.
Maka Rasulullah SAW bersabda :

ً‫اح َدةُ تُحْ بِطُ َع َم َل َس ْب ِع ْينَ َسنَة‬


ِ ‫َز ْنيَةٌ َو‬

“Melakukan zina satu kali akan menghapuskan amal selama tujuh puluh tahun.”.

E. Syarat-syarat hukuman zina


Hukuman buat orang yang berzina adalah rajam, yaitu hukuman mati dengan cara
dilempari batu. Namun walaupun demikian, perlu diketahui bahwa rajam bukan satu
satunya hukuman. Selain rajam, juga ada hukuman cambuk 100 kali buat pezina. Bahkan
hukum cambuk malah didasari langsung dengan ayat Al-Quran (QS. An-Nuur : 2).
Sedangkan dasar masyru'iyah rajam kita dapati pada hadits Nabi :

ْ َ‫َوا ْغ ُد يَا ُأنَيْس عَل َى ا ْم َرَأ ِة هَ َذا فَِإ ِن ا ْعت ََرف‬


‫ت فَارْ ُج ْمهَا‬

Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka rajamlah

Rasulullah SAW bersabda :

‫اِ ْد َرُؤوا ال ُحدُو َد باِل ُّشبُهَا‬

“Hindarilah hukum hudud dengan masih adanya syubuhat.”


8
Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud
lainnya, antara lain :

1. Wilayah Hukum Resmi


Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara resmi
terlebih dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum Islam. Di
dalam wilayah hukum itu harus ada masyarakat yang memeluk hukum syariah, sadar,
paham, mengerti dan tahu persis segala ketentuan dan jenis hukuman yang berlaku.
Ditambahkan lagi mereka setuju dan ridha atas keberlakuan hukum itu.
2. Adanya Mahkamah Syar'iyah
Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah
syar'iyah yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi yang
ahli di bidang syariah Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan
resmi oleh negara, bukan sekedar pemimpin non formal.
3. Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum
Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila
kejadiannya terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah Islam.
Sebagai ilustrasi, bila ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa diproses
hukumnya di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya, meski
berkebangsaan Indonesia (orang Indonesia), tetapi kalau berzina di wilayah hukum
Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum rajam.
4. Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina
Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia
harus seorang muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama Islam,
usianya sudah mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal, berstatus orang
merdeka dan bukan budak, iffah dan sudah menikah (tazwij). Bila salah satu syarat di
atas tidak terpenuhi, maka hukum rajam batal demi hukum, tidak bisa dilaksanakan,
malah hukumnya terlarang berdasarkan syariat Islam.7
5. Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri
Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan
ke meja hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri
pelaku zina. Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal berjumlah 4
orang, apabila saksi itu kurang dari empat maka persaksian tersebut tidak dapat
diterima. Hal ini apabila pembuktian nya itu hanya berupa saksi semata-mata dab
tidak ada bukti-bukti yang lain. Dasarnya adalah sebagai berikut:
a) Surah An-Nisa’ ayat 15 “perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara
kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya”
7 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Cairo: Dar-Al-Kutub Al-Hads, 1975, Juz II, 268

9
b) Surah An-Nur ayat 4 ; “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang
yang fasik”
c) Surah An-Nur ayat 13 “mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan
empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan
saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta”
Adapun syarat –syarat Umum saksi yakni:
1. Baligh
2. Berakal
3. Kuat ingatan
4. Dapat Berbicara
5. Dapat Melihat ( melihat secara langsung kejadian tersebut)
6. Adil.
7. Islam
Semuanya melihat langsung peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam
kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan dengan rekaman,
di waktu yang bersamaan.
Dengan pengakuan
Pengakuan dapat digunakan sebagai alat bukti untuk jarimah zina, dengan syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Pengakuan harus dinyatakan sebanyak empat kali, dengan mengiaskan kepada
empat orang saksi.
2. Pengakuan harus terperinci dan menjelaskan tentang hakikat perbuatan,
sehingga dapat menghilangkan syubhat (ketidak jelasan) dalam perbuatan zina
tersebut
3. Pengakuan harus sah atau benar.
4. Pengakuan harus dinyatakan dalam sidang pengadilan.
Seseorang dikatakan telah melakukan zina apabila memenuhi unsur- unsur sebagai
berikut:
1. Pelakunya sudah baligh dan berakal
2. Perbuatan zina tersebut dilakukan atas kemauan sendiri
3. Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah haram dan Terbukti secara syar'i
bahwa ia benar-benar melakukan zina.
Maka jika di simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan
Rasulullah SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau
pernah menolak wanita yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran
masih banyak syarat yang tidak terpenuhi.

10
F. Cara Pelaksanaan Hukuman zina.
Hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu atau
sejenisnya. Pelaksanaan hukuman zina Apabila jarimah zina sudah bisa dibuktikan dan
tidak ada syubhat maka hakim harus memutuskannya dengan menjatuhkan hukuman had,
yaitu rajam bagi muhshan dan dera seratus kali di tambah pengasingan selama satu tahun
bagi pezina. yang melaksanakan hukuman adalah Para fuqaha telah sepakat bahwa
pelaksanaan hukuman had harus dilaksanakan oleh imam atau wakilnya ( pejabat yang
ditunjukknya).
a) Cara pelaksanaan hukuman rajam

Apabila orang yang akan dirajam itu laki-laki, hukuman dilaksanakan dengan berdiri
tanpa dimasukkan ke dalam lubang dan tanpa dipegang atau di ikat. Apabila
melarikan diri dan pembuktiannya dengan pengakuan maka ia tidak perlu di kejar dan
hukuman dihentikan. Akan tetapi , apabila pembuktiannya dengan saksi maka ia
harus dikejar dan selanjutnya hukuman rejam diteruskan sampai ia mati. Apabila
orang yang dirajam itu wanita, menurut imam abu hanifah dan Imam Syafi’i, ia boleh
dipendam sampai batas dada, karena cara demikian itu lebih menutupi auratnya.8

b) Cara pelaksanaan hukum Dera ( jilid)


Cara pelaksanaan Hukuman Dera (jilid) dilaksanakan dengan menggunakan cambuk,
dengan pukulan yang sedang sebanyak 100 kali cambukan. Di syaratkan cambuk
tersebut harus kering, tidak boleh basah, karena bisa menimbulkan luka. Di samping
itu juga disyaratkan cambuk tersebut ekornya tidak boleh lebih dari satu. Apabila
ekor cambuk lebih dari satu ekor, jumlah pukulan dihitung sesuai dengan banyaknya
ekor cambuk tersebut.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Zina (‫ ) الزنا‬adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Karena dalam pandangan tersebut akan

8 Abdul Wahab, Pendapat Imam Syafi‟i pemberlakuan hukum rajam bagi pezina , IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2009.

9 Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.

11
menimbulkan nafsu dan kecendrungan hati kepadanya, maka akan termasuk dosa
besar.
2. Didalam al-qur’an Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang larangan
zina.
3. Zina itu dibagi 2, yaitu zina mukhshon dan zina ghairu mukhshon.
4. Macam-macam zina anggota tubuh : Zina dengan kedua mata, zina dengan kedua
kaki, zina dengan kedua tangan, zina dengan kedua telinga, zina dengan lisan, zina
dengan hidung, dan zina dengan faraj.
5. Seseorang yang melakukan zina Mukhson, wajib dikenakan hukuman had (rajam)
Yaitu dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati, sedangkan yang
bukan muhsan harus di cambuk sebanyak seratus kali cambukan.
6. Syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud lainnya
adalah Wilayah Hukum Resmi, adanya mahkamah syar'iyah, peristiwa terjadi di
dalam wilayah hokum, terpenuhi semua syarat bagi pelaku zina, kesaksian 4 orang
atau pengakuan sendiri
7. Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta pengaruh
kemajuan teknologi.
8. Menurut kelompok kami faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara
kita ini, serta pengaruh kemajuan teknologi. Dan menurut kami cara mencegah zina
yang paling utama adalah menyegrakan menikah bagi yang sudah mampu, serta
dengan mengembangkan syariat islam di negeri ini.
9. Menurut kelompok kami razam bukanlah syarat diterimanya taubat, melainkan
berdasarkan pelakunya sendiri. Apakah pelakunya bersungguh-sungguh bertaubat
atau tidak

DAFTAR PUSTAKA

Alqodari Nodzar Choirun, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku
Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.

Al Quran Karim dan Terjemahan Kemenag RI.

12
Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku
Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.

Kitab Bidayatul Mujtahid.

Fiqhus Sunnah.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Cairo: Dar-Al-Kutub Al-Hads, 1975, Juz II, 268.

Imam Ghazali Said, Achmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqh Para Mujtahid, Jakarta:
Pustaka Amani 2007 h. 605.

Quraish Shihab, Mistik, Seks, dan Ibadah (Jakarta: Republika, 2004), 2.

Wahab Abdul, Pendapat Imam Syafi‟i pemberlakuan hukum rajam bagi pezina , IAIN
Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2009.

13

Anda mungkin juga menyukai