Oleh:
Kelompok: 3
AH. Redho Bachtiar ( 2130101182)
Faisal Hanif (2130101166)
Wahyu Sahputra (2130101166)
Dosen Pembimbing :
Nazarmanto, M,A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang merupakan
tugas pada mata kuliah Hasis ahkam di Universitas Islam negeri Raden Fatah Palembang yang
berjudul “ Hadits tentang zina"
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak . Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini terutama kepada Nazarmanto, M.A. yang mengajar mata Kuliah ini, semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak.
Pemakalah
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... I
DAFTAR ISI.................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Defenisi Zina........................................................................................ 3
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
II
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, banyak orang-orang yang potong kompas begitu saja.
Mereka tidak ingin bekerja keras dan berusaha untuk suatu kebutuhan hidupnya. Banyak
yang beranggapan bahwa “mencari yang haram saja susah setengah mati, apalagi yang
halal”. Stetemen seperti ini tentunya bukan cuma asal ada atau muncul begitu saja tetapi
ini berdasarkan fakta dilapangan yang kami anggap karena sulitnya lapangan kerja
dengan kata lain sulitnya ekonomi.
Syariat islam telah menyatakan bahwa suatu perbuatan dinyatakan sebagai
kejahatan apabila perbuatan tersebut menyimpang dengan syariat itu sendiri serta
bersebrangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarkat. Meskipun perbuatan
tersebut tidak mempunyai tujuan untuk merusak atau mengganggu terwujudnya
ketertiban sosial dan merugikan masyarakat, telah ditentukan bahwa apabila seseorang
melakukan suatu kejahatan maka ada ancaman baginya suatu hukuman atas
perbuatannya, hukuman tersebut diberikan agar orang akan menahan diri untuk
melakukan kejahatan, karena tanpa adanya sanksi suatu perintah atau larangan tidak
punya konsekuensi apa-apa.
Perselingkuhan, seks bebas - zina - adalah permasalahan sosial yang berumur setua usia
manusia itu sendiri. Banyak cerita tentang kehancuran tatanan social, kehancuran rumah
tangga, bahkan revolusi sebuah Negara disebabkan oleh penyimpangan seks ini. Satu
penjelasan yang bisa dikatakan sabagai salah satu jawabanya adalah seks sendiri adalah
kebutuhan dasar manusia. Ketika hubungan dasar itu tidak dipenuhi sebagaimana
mestinya, tentu akan mencari pelampiasan ditempat yang tidak semestinya. 1 Perzinaan
memang bukan masalah baru dan tidak akan sama sepanjang hidup dan kehidupan
manusia hingga akhir kelak. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai pandangan yang
berbeda tentang
1
Didalam al- Qur’an dan hadis dijelaskan bahwa setiap kesalahan memiliki sanksi yang
berbeda -beda, kesalahan-kesalahan tersebut terdiri dari zina, qadzaf, mencuri ,mabuk
dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. apa sebenarnya zina itu,
2. Firman dan hadits mana saja yang menjelaskan tentang zina?
3. Apa saja macam-macam zina ?
4. apa sanksi yang diberikan bagi pelaku zina (pezina)?
5. Apa saja syarat-syarat hukuman zina?
6. Bagaimana pelaksanaan hukuman bagi para pezina?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Zina.
2. Firman dan hadits yang menjelaskan tentang zina
3. Untuk mengetahui macam-macam zina.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis hukuman bagi para pezina.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat hukuman zina
6. Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman bagi para pezina.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zina
Pengertian zina ( ) الزناadalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak
memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan
sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Berzina dapat diibaratkan seperti memakai barang yang bukan menjadi hak
miliknya.
Para ulama mengartikan zina dengan susunan kalimat yang berbeda-beda namun
isinya sama yaitu :
ال ع َِن ال َّش ْبهَ ِة ُمش ِه ّي َّ اِ ْيالَ ُج
ٍ ْالذ َك ِر بِفَر
ٍ َج ُم َحر ٍَّم بِ َع ْينِ ِ[ه خ
“Zina ialah memasukkan alat kamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan
(dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya bukan karena subhat
dan perempuan itu mendatangkan syahwat”.
Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan zina. Mendekati sesuatu yang dapat
merangsang nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga termasuk
perbuatan mendekati zina.
Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti menonton aurat
dan mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut Al-Ghazali, perbuatan keji
(dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan dosa besar yang tersembunyi adalah
mencium, menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.2
3
Ayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini merupakan hukum yang menyatakan secara tegas
bahwa islam mengharamkan zina.
1. Qur’an Surat An Nur (ayat 2)
ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َم[[ا َرْأفَ[ةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ[[ونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَ[[وْ ِم
َاآْل ِخ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَاِئفَةٌ ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِين
Artinya :“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
4
Rasulullah SAW bersabda:
ُّ ِإ َذا زَ نَى ال َّر ُج ُل خَ َر َج ِم ْنهُ اِإل ي َمانُ َكانَ َعلَ ْي ِه َك
ُالظلَّ ِة فَِإ َذا ا ْنقَطَ َع َر َج َع ِإلَ ْي ِه اِإل ي َمان
Artinya: “Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-akan
dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya). Jika dia lepas dari
zina, maka iman itu akan kembali padanya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Artinya: “Tidak ada dosa yang lebih berat setelah syirik di sisi Allah dari seorang
laki-laki yang menaruh spermanya di dalam rahim wanita yang tidak halal baginya.”
4
Kitab Bidayatul Mujtahid
5
Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku
berzina,”Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu
menjawab,’Ya’. Kemudian Nabi bersabda lagi,’Bawalah orang ini dan rajamlah'.”
(HR Bukhori Muslim)
2. Zina ghairu mukhshon ص ٌنَ ِْزنَا َغ ْي ُر ُمح
Zina ghairu mukhson yaitu zina yang dilakukan orang yang belum pernah menikah.
Had (hukuman) bagi pelaku zina ghairu Mukhson di jilid atau di cambuk sebanyak
100 kali dan dibuang ke daerah lain selama 1 tahun.5 Hal ini berdasarkan firman
Allah:
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali dera ( Q.S. an-Nur (24) : 2 )
Rasulullah SAW bersabda :
Zaid bin Kholid ra. Berkata : “ Saya telah mendengar Rasulullah SAW.
memerintahkan supaya orang yang zina ghoiru mukhsan didera seratus kali dan
dibuang satu tahun “ ( H.R. Bukhori )
“Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman
kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan)
satu tahun dan pukulan seratus kali.” (HR. Bukhori).
Selain itu, perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki yang
melakukan perzinaan dan telah didukung dengan bukti –bukti yang diperlukan oleh
hakim dan tidak menimbulkan sebarang keraguan dipihak hakim bahwa perempuan
itu dirogol dan diperkosa, maka dalam kasus ini perempuan itu tidak boleh dijatuhkan
dan dikenakan hukuman hudud,dan ia tidak berdosa dengan sebab perzinaan itu.
Sedangkan lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan perzinaan
dan telah ditetapkan kesalahannya dengan bukti – bukti dan keterangan yang
dikehendaki oleh hakim tanpa menimbulkan keraguan dipihak hakim, maka hakim
hendaklah menjatuhkan hukuman hudud atas lelaki yang merogol perempuan itu,
yaitu wajib dijatuhkan dan dikenakan atas lelaki itu hukuman rejam dan sebat.
Dalam PASAL 91, Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina, maka wajib
baginya had qadzaf dengan delapan syarat.
Tiga syarat terdapat pada pihak penuduh yaitu:
1) Dia sudah baligh
2) Berakal sehat
3) Bukan orang tua bagi pihak tertuduh.
Adapun lima syarat terdapat pada pihak tertuduh yaitu:
1) Dia orang Islam
2) Sudah baligh
3) Berakal sehat
5 Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.
6
4) Merdeka
5) Selalu memelihara diri dari perbuatan zina.
Adapun Orang yang menuduh seseorang berzina tanpa ada bukti didera dengan:
“Zina kedua mata ialah memandang wanita yang bukan muhrim.” (H.R. Ibnu Sa’ad,
Thabrani, dan Abu Nu’Aim dari Alqamah bin Huwarits)
Adapun Rasulullah SAW bersabda:
ْ ن
ِ َظ ُر اَآلجْ نَبِيَّا
ت ِمنَ ال َكبَا ِئ ِر
6 Imam Ghazali Said, Achmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqh Para Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani 2007 h. 605
7
Keterangan: Kata Ajnabiyyat, artinya wanita yang halal dinikahi. Termasuk dosa
besar, yakni jika dalam pandangan tersebut menimbulkan nafsu dan kecenderungan
hati kepadanya, tetapi jika tidak, tidak termasuk dosa besar.
2. Zina kedua kaki : Yaitu barjalan ketempat maksiat. Seperti berjalan ke tempat-
tempat yang di larang oleh agama.
3. Zina dengan kedua tangan: Yaitu bertindak dengan tangannnya dengan cara
kekerasan tanpa alasan yang dibolehkan.
Maka Rasulullah SAW bersabda:
ْ َّطشُ َو ِزنَا ال َع ْينَ ْي ِن الن
ظ ُر ْ َِزنَا ال ِّرجْ لَ ْي ِن ال َم ْش ُي َو ِزنَا ْاليَ َد ْي ِن ْالب
“ Zina kedua kaki adalah berjalan, dan zina kedua tangan adalah bertindak dengan
kasar, serta zina kedua mata ialah memandang kepada yang tidak halal”.
“Melakukan zina satu kali akan menghapuskan amal selama tujuh puluh tahun.”.
Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka rajamlah
9
b) Surah An-Nur ayat 4 ; “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang
yang fasik”
c) Surah An-Nur ayat 13 “mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan
empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan
saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta”
Adapun syarat –syarat Umum saksi yakni:
1. Baligh
2. Berakal
3. Kuat ingatan
4. Dapat Berbicara
5. Dapat Melihat ( melihat secara langsung kejadian tersebut)
6. Adil.
7. Islam
Semuanya melihat langsung peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam
kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan dengan rekaman,
di waktu yang bersamaan.
Dengan pengakuan
Pengakuan dapat digunakan sebagai alat bukti untuk jarimah zina, dengan syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Pengakuan harus dinyatakan sebanyak empat kali, dengan mengiaskan kepada
empat orang saksi.
2. Pengakuan harus terperinci dan menjelaskan tentang hakikat perbuatan,
sehingga dapat menghilangkan syubhat (ketidak jelasan) dalam perbuatan zina
tersebut
3. Pengakuan harus sah atau benar.
4. Pengakuan harus dinyatakan dalam sidang pengadilan.
Seseorang dikatakan telah melakukan zina apabila memenuhi unsur- unsur sebagai
berikut:
1. Pelakunya sudah baligh dan berakal
2. Perbuatan zina tersebut dilakukan atas kemauan sendiri
3. Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah haram dan Terbukti secara syar'i
bahwa ia benar-benar melakukan zina.
Maka jika di simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan
Rasulullah SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau
pernah menolak wanita yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran
masih banyak syarat yang tidak terpenuhi.
10
F. Cara Pelaksanaan Hukuman zina.
Hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu atau
sejenisnya. Pelaksanaan hukuman zina Apabila jarimah zina sudah bisa dibuktikan dan
tidak ada syubhat maka hakim harus memutuskannya dengan menjatuhkan hukuman had,
yaitu rajam bagi muhshan dan dera seratus kali di tambah pengasingan selama satu tahun
bagi pezina. yang melaksanakan hukuman adalah Para fuqaha telah sepakat bahwa
pelaksanaan hukuman had harus dilaksanakan oleh imam atau wakilnya ( pejabat yang
ditunjukknya).
a) Cara pelaksanaan hukuman rajam
Apabila orang yang akan dirajam itu laki-laki, hukuman dilaksanakan dengan berdiri
tanpa dimasukkan ke dalam lubang dan tanpa dipegang atau di ikat. Apabila
melarikan diri dan pembuktiannya dengan pengakuan maka ia tidak perlu di kejar dan
hukuman dihentikan. Akan tetapi , apabila pembuktiannya dengan saksi maka ia
harus dikejar dan selanjutnya hukuman rejam diteruskan sampai ia mati. Apabila
orang yang dirajam itu wanita, menurut imam abu hanifah dan Imam Syafi’i, ia boleh
dipendam sampai batas dada, karena cara demikian itu lebih menutupi auratnya.8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Zina ( ) الزناadalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Karena dalam pandangan tersebut akan
8 Abdul Wahab, Pendapat Imam Syafi‟i pemberlakuan hukum rajam bagi pezina , IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2009.
9 Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.
11
menimbulkan nafsu dan kecendrungan hati kepadanya, maka akan termasuk dosa
besar.
2. Didalam al-qur’an Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang larangan
zina.
3. Zina itu dibagi 2, yaitu zina mukhshon dan zina ghairu mukhshon.
4. Macam-macam zina anggota tubuh : Zina dengan kedua mata, zina dengan kedua
kaki, zina dengan kedua tangan, zina dengan kedua telinga, zina dengan lisan, zina
dengan hidung, dan zina dengan faraj.
5. Seseorang yang melakukan zina Mukhson, wajib dikenakan hukuman had (rajam)
Yaitu dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati, sedangkan yang
bukan muhsan harus di cambuk sebanyak seratus kali cambukan.
6. Syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud lainnya
adalah Wilayah Hukum Resmi, adanya mahkamah syar'iyah, peristiwa terjadi di
dalam wilayah hokum, terpenuhi semua syarat bagi pelaku zina, kesaksian 4 orang
atau pengakuan sendiri
7. Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta pengaruh
kemajuan teknologi.
8. Menurut kelompok kami faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara
kita ini, serta pengaruh kemajuan teknologi. Dan menurut kami cara mencegah zina
yang paling utama adalah menyegrakan menikah bagi yang sudah mampu, serta
dengan mengembangkan syariat islam di negeri ini.
9. Menurut kelompok kami razam bukanlah syarat diterimanya taubat, melainkan
berdasarkan pelakunya sendiri. Apakah pelakunya bersungguh-sungguh bertaubat
atau tidak
DAFTAR PUSTAKA
Alqodari Nodzar Choirun, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku
Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.
12
Choirun Nidzar Alqodari, Studi Analisis Pendapat Syafi'i tentang Hukuman Isolasi bagi Pelaku
Zina Ghairu Muhsan, IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2010.
Fiqhus Sunnah.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Cairo: Dar-Al-Kutub Al-Hads, 1975, Juz II, 268.
Imam Ghazali Said, Achmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqh Para Mujtahid, Jakarta:
Pustaka Amani 2007 h. 605.
Wahab Abdul, Pendapat Imam Syafi‟i pemberlakuan hukum rajam bagi pezina , IAIN
Walisongo Semarang, Fakultas Syari’ah, 2009.
13