DISUSUN OLEH:
1. SYAFIRA JANATA
3. DHEAFITA UTAMI
PEMERINTAH PROVINSI
MAN 1 METRO
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehinggah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HUDUD DAN
HIKMAHNYA”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat
Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi, namun
berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan didalamnya. kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Qadzaf ………………………………………………………………….....8
A. Kesimpulan ………………………………………………………….......12
B. Saran ……………………………………………………………...…….. 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk lebih meningkatkan wawasan siswa-siswi dan pendalaman terhadap ilmu agama yang lebih
luas lagi timbul rasa kecintaan terhadap ilmu agama, maka kami menganggap perlu untuk bisa lebih
jauh mengenalinya.
Timbulnya rasa kecintaan dan keingintahuan terhadap ilmu agama akan berdampak positif sekaligus
menjadi bekal dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini bertujuan supaya mengenali lebih jauh tentang ilmu agama, tetapi
tidak hanya sekedar mengenali dan diharapkan agar memahami serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Hudud adalah bentuk jama’ dari kata had yang artinya sesuatu yang membatasi dua benda.
Menurut bahasa, kata had adalah al-man’u (Cegahan). Menurut syar’i, Hudud adalah hukuman-
hukuman kejahatan yang telah ditetapkan oleh syara untuk mencegah dari terjerumusnya seseorang
kepada kejahatan yang sama. Hudud adalah hukuman-hukuman tertentu yang wajib dikenakan pada
orang yang melanggar larangan-larangan tertentu dalam agama. Seperti zina, menuduh zina, Qadzaf
dan lain sebagainya.[[1]]
A. HUKUM ZINA
Zina yaitu melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri dan
bukan pula dengan budaknya. Maka persetubuhan antara suami istri atau dengan budaknya (pada
masa lalu) bukan termasud zina walaupun dilakukan dalam keadaan haid, di Siang hari pada bulan
Ramadhan atau ketika Irham. Pada saat saat tersebut di Haramkan melakukan persetubuhan bagi
suami istri bukan karena zat perbuatannya, tetapi karena sebab lain, karenanya tidak termasud zina,
tetapi palakunya mendapat Dosa. Demikian pula pesetubuhan dengan mayat atau Binatang, tidak
termasud zina, tetapi Hukumnya HARAM.
Zina adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan perkawinan yang sah
menurut islam. Islam memandang perzinaan sebagai Dosa besar yang dapan menghancurkan tatanan
kehidupan keluarga dalam Masyarakat
Jadi perbuatan Zina itu adalah haram hukumnya dan termasuk salah satu dosa besar, karena
perbuatn tersebut termasuk perbuatan keji, pergaulan seperti binatang.
Perbuatan zina hukumnya haram dan termasud dosa besar. Perbuatan tersebut digolongkan
kedalamperbuatan yang keji atau menjijikkan. Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 32
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suau pebuatan keji, dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al-Israa’ /17:32)
Yang dimaksud dengan perbuatan mendekati zina yang dilarang ialah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukuan zina. Mendekati sesuatu yang dapat merangsang nafsu
sehinggah mendorong daripada perbuatan zina juga termasud perbuatan mendekati zina. Menurut Al-
Ghazali, perbuatan keji (dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan yang tersembunyiialah
mencium, menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.
a. Zina muhshan
Zina muhshan yaituzina yang dilakukan oleh dua orang yang sudah pernah menikah. Artinya yang
dilakukan oleh seami atau istri, duda maupun janda. Hukuman (had) zina ini adalah harus dirajam
sampai mati, jika memenuhi saksi sejumlah empat orang dan pengakuan dari pelaku itu sendiri yang
sudah balig / berakal.
Zina ghair muhshan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah menikah.
(perjaka/perawan) Hukuman (Had) zina ini adalah dijilid (dicambuk) sebanyak 100 kali dan dibuang
kedaerah lain (Diasingkan) selama satu tahun.
1. Menjaga kesucian dan harga diri atau martabat manusia, baik dihadapan manusia maupun Allah
SWT.
2. Menjaga nasab (Keturunan) Dari pencampur adukan yang diharamkan oleh agama
4. Dengan dilaksanakannya hukuman bagi pelaku zina secara terbuka dan demonstratif dapat
menanamkan rasa takut bagi orang yang bermaksud berbuat zina.
a. Jangan mendekati hal hal yang menjurus kepada perbuatan zina. Seperti berpacaran, berciuman,
berpelukan dengan lawan jenis dll.
b. Jangan mendekati tempat tempat maksiat yang dapat memberikan peluang dan kesempatan untuk
berzina.
c. Memilih teman bergaul yang sholeh dan tidak suka mengunjungi tempat tempat maksiat.
f. Membaca Al-Qur’an sambil merenungi tafsirnya, mengindahkan sabda sabda Nabi, dan
mendengarkan nasehat nasehat Ulama tentang pentinggnya menjauhi segala macam dosa, termasud
berzina dan mendekati zina.
B. QADZAF
1. Pengertian Qadzaf
Qadzaf adalah bentuk mashdar dari: Yang artinya melempar atau melontar sedangklan menurut
istilah syar’i qadzaf adalah : “Melemparkan tuduhan berbuat zina kepada orang lain” sedangklan
menurut istilah syar’i qadzaf adalah : “Melemparkan tuduhan berbuat zina kepada orang lain”
Menuduh artinya melemparkan sangkaan pada seseorang tanpa dikuatkan dengan bukti-bukti yang
nyata. Dalam masalah Qadzaf, orang yang menuduh tidak dapat menunjukkan bukti bukti yang
nyata.menuduh sangat berbeda dengan memberikan kesaksian suatu perkara atau kejadian.[[4]]
2. Hukum Qadzaf
Menuduh seseorang berbuat zina adalah perbuatan kejahatan dan hukumnya Haram. Sebagaimana
di jelaskan dalam firman Allah SWT. Dalam (QS. An-Nur 24:4)
Artinya:
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera,
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang
yang fasik.[[5]]
اHH فلم, فذكر ذلك وتال القراَن, لما نزل عذ ري قام رسول هللا صلي هللا عليه وسلم على المنبر: قالت,عن عائشة رضي هللا عنه
)( أخرجه أحمد واألربعة وأشارإليه البخاري. نزل أمر برجلين وامرأة فضربوا الحد
Artinya:
“Dari Aisyah. Ia berkata: Tak kala turun (ayat) pembebasanku. Rasulullah saw berdiri di atas mimbar,
lalu ia sebut yang demikian dan membaca Quran. Maka tak kala turun dari mimbar ia perintah supaya
(didera) dua orang laki-laki dan seseorang perempuan, lalu dipukul mereka dengan dera. (Riwayat
oleh Ahmad dan Imam Empat, dan Bukhari telah menyebutnya dengan isyarat)”[[6]]
Adapun orang yang menuduh berbuat zina dapat dikenakan hukuman 80 kali atau 40 kali jilid
apabilah memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
a. Orang yang menuduh sudah balig, berakal sehat dan bukan orang tua dari sitertuduh (Ayah, Ibu,
Kakek, Nenek dan seterusnya)
b. Orang yang tertuduh adalah orang yang terpelihara dalam arti ia muslim/muslimah, balig,
berakal sehat, dan tidak pernah berbuat Zina.
* Hadd menuduh zina dapat gugur dari si penuduh dengan adanya tiga perkara:
Berdasarkan ijmak, perkara yang dapat menghindarkan hukuman hadd terhadap qadzif adalah
manakala perbuatan zina tersebut dapat ditetapkan dengan empat orang saksi. Seandainya saksi
kurang dari empat orang , maka mereka terkena hukuman hadd menuduh berzina.
Hukuman hadd menuduh orang lain berzina dapat digugurkan karena ada pemaafan dari orang yang
dituduhnya atau dari ahli waris yag memperoleh warisan harta peninggalannya.
Tiada larangan seorang suami (bila terpaksa) menuduh istrinya berbuat zina, jika memang si suami
mengetahui perbuatan zina istrinya ketika masih dalam ikatan pernikahan dengannya, dengan
berdasarkan dugaan yang kuat disertai dengan tanda-tanda yang menunjukkan hal itu.[[8]]
* Para Fuqaha sepakat bahwa hukuman bagi orang yang menuduh orang lain berbuat zina namun
tidak mampu mendatangkan empat orang saksi adalah :
b. Didera atau dijilid empat puluh kali, bila penuduhnya hamba sahaya.
Orang yang menuduh seseorang berbuat zina dapat dikenakan hukuman dera/jilid seperti di atas, bila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
ü Qadzif (yang menuduh zina) dengan syarat baligh, berakal dan tidak dipaksa. DR.Mustofa Dib Al-
Bughya (2010:449)
ü Maqdzuf (yang dituduh zina) dengan syarat : baligh, berakal, islam, merdeka dan kehormatannya
terpelihara.
ü Maqdzuf bih (sesuatu yang digunakan menuduh zina) dengan syarat pernyataan tuduhan zina baik
lisan ataupun tulisan. Asadulloh Al Faruq (2009:30).
* Dengan ditetapkan had qadzaf ternyata mengandung beberapa hikmah sebagai berikut :
a. Orang lebih berhati-hati berbicara apalagi melemparkan tuduhan berzina sebelum ada bukti
tertentu.
b. Terpelihara keharmonisan dan pergaulan diantara sesama manusia, karena tidak ada permusuhan
diantaranya.
c. Pembohong merasa jera dan menyadari perbuatan yang tidak terpuji Pada zaman kini tes DNA
dapat memberikan petunjuk siapa orangtuanya pada komisi fikih rabitah alam islami terjadi perbedaan
pendapat tentang halal tidaknya tes DNA,DR Qaradawi (2009: 977-978)[[9]]
Menudh seseorang perbuatan jahat berarti memfitnah. Fitnah di Al-Qur’an dikatakan berat dosanya
lebih dahsyat daripada pembunuhan, Orang yang difitnah akan menderita dan sakit hati, bahkan
mungkit sakit hatinya akan terus dibawah sampai mati. Jangankan dalam perkara yang benar,
seseorang misalnya, dituduh mencuri uang seratus rupiah saja, maka iya akan marah atau membelah
diri.
Tuduhan itu adalah ucapan Lidah yang sangat ringan diucapkan, tetapi akibatnya sangat besar,baik
bagi sipelaku, baik orang yang dituduhmaupun bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, jangan
kita senbarang melempar tuduhan dalam bentuk apapun walau kita mempunya cukup bukti.[[10]]
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa: Zina dan Qadzaf adalah
perbuatan-perbuatan dosa besar atau kesalahan yang mengarah pada kejahatan (tindak pidana), yang
diharamkan menurut Syara’ dan orang yang melakukannya dikenai Hudud (hukuman-hukuman) atau
B. SARAN
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan
atau seharusnya. Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis harapkan dari
pembaca, khususnya kepada Ibu Mata Pelajaran FIQIH yaitu Ibu MAHADA, S.Ag mohon kritik dan
Ø http://yeniyulianamelinda-yuliana.blogspot.com/2011/08makalah-fikif-hudud-dan-
hikmahnya.html.
Ø Fiqih Aliah Kelas XI. (PT Karya Toha Putra) 22, 23, 25, 26, 27, 28.
Ø Pendidikan Agama Islam AKIDAH AKHLAK “Madrasah Aliah Kelas XI” PT. KARYA TOHA
PUTRA (hal. 94, 96).
Ø http://akhrizluruilmu.blogspot.com/2013/06/jarimah-qadzaf.html
Ø http://makalahkomplit.blogspot.com/2012/08/pengertian-qodzaf.html#
Ø http://daryantoyayan.blogspot.com/2013/01/hudud-dan-hindari.html