Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Zina, , Pencurian, Dan Perampokan”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Fiqih Siyasah dan
Jinayah
Dosen Pengampu :

Disusun oleh:

1. Ma`ruf Haolani (201211026)


2. Ihdiya Wahyu Tsani (201211017)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) B


FAKULTAS KEAGAMAAN ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHOZALI
2021

I
Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang
berjudul“Merenungkan Kekuasaan dan Rahmat Allah SWT” pada mata kuliah
Pembelajaran Al Qur’an Hadits di Madrasah. Pendidikan yang layak untuk
membangun bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus di kembagkan
disetiap masyarakat kita, Pendidikan yang di kelola dengan tertib, teratur, efektif,
dan efisien, akan mampu mempercepat jalanya proses pembudayaan, penciptaan
kesejahteraan umum, dan pencerdasan bangsa kita. Dengan mengucap puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat
dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW  atas petunjuk dan
risalah-Nya, yang telah membawa zaman Jahiliyah ke zaman Islamiyah, dan atas
doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada
perpustakaan Al-Ghozali dan Perpustakaan Daerah (PERPUSDA) yang ikut
berperan besar dalam pembuatan makalah ini. Kami dapat menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya
sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Cilacap,27 September 2021

Penyusun

2
Daftar isi

Kata pengantar.........................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................5
C. Tujuan penulis...............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian zina..............................................................................................6
B. Macam-macam zina dan hukumannya..........................................................8
C. Pengertian dan hukum pencurian dalam fiqih jinayah.................................9
D. Pengertian dan hukum perampokan dalam fiqih jinayah............................12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
Daftar pustaka........................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hukum Islam adalah hukum yang paling sempurna, mencakup semua


aspek kehidupan baik menyangkut hubungan antar manusia maupun hubungan
manusia dengan Tuhan Hukum Islam juga memberikan perlindungan kepada
manusia dengan memberikan larangan dan perintah yang mengatur dua manusia,
Al-Qur’an merupakan sumber dari semua sumber hukum yang ada di dunia ini.
Al-Qur’an selain berisi tentang hukum juga berisi tentang masalah keimanan, juga
tentang moral- moral hukum. Di dalam Al-Qur’an sepertiga dari isinya adalah
membahas tentang hukum. Baik tentang hukum yang berkaitan dengan hubungan
manusia dengan Allah, atau hubungan antar sesama manusia.

Dari sekian banyaknya hukum yang disebutkan dalam Al- Qur’an


diantaranya adalah hukuman atas kasus pencurian, perampokan, zina, dan .
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al- Maidah: 38-39. Dalam islam pencurian
merupakan sebuah tindak pidana yang berat hukumannya. Apabila pencuri telah
memenuhi syarat- syarat yang dicuri. Kemudian hukum atas perampokan, adalah
sekelompok orang yang melakukan perampasan tanpa adanya suatu landasan.
Oleh, karena itu perampokan juga disebut sebagai pencurian.Selanjutnya, zina
merupakan hubungan antara laki- laki dan perempuan diluar ikatan pernikahan,
sebagaimana firman Allah dalam Surat QS. Al-Furqan :69 bahwa hukuman bagi
orang yang melakukan zina adalah akan mendapat azab dari Allah di akhirat
kelak.. (haq, 2020)

Dalam makalah ini akan kami bahas mengenai pencurian, perampokan, zina,
dan qodo sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Hukuman seperti apa yang akan
dijatuhkan pada kasus pencurian, perampokan, dan zina dari segi pandang qodo
atau pengadilan

4
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum tentang zina

2. Apa saja macam macam zina

3. Bagaimana penjelasan mengenai pencurian dalam fiqih jinayah

4. Apa pengertian dan hukum perampokan dalam fiqih jinayah

C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum tentang zina

2. Untuk mengetahui macam macam zina

3. Untuk mengetahui mengenai pencurian dalam fiqih jinayah

4. Untuk mengetahui pengertian dan hukum perampokan dalam fiqih jinayah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zina

Zina dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian


zina yang bersifat khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat
umum.Pengertian zina yang bersifat umum meliputi yang berkonsekuensi
dihukum hudud dan yang tidak. Yaitu hubungan seksual diantara laki-laki dan
wanita yang bukan haknya pada kemaluannya. Sedangkan pengertian zina secara
khusus adalah yang semata-mata mengandung konsekuensi hukum hudud.

Zina Dalam Pengertian Khusus zina yang dalam pengertian ini hanyalah
yang berkonsekuensi pelaksanaan hukum hudud. Yaitu zina yang melahirkan
konsekuensi hukum hudud, baik rajam atau cambuk. Bentuknya adalah hubungan
kelamin yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang dilakukan dengan
keinginannya pada wanita yang bukan haknya di wilayah negeri berhukum Islam.
Untuk itu konsekuensi hukumya adalah cambuk seratus kali. sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah SWT dalam AlQuran surat An-Nur ayat 2, yaitu :

‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ فِ ْي ِدي ِْن‬
ِ ‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو‬
َ‫هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕىفَةٌ ِّمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬

Artinya: Perempuan yang berzina dan lakilaki yang berzina, Maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orangorang yang beriman.

Dalam ayat di atas bahwasanya laki laki dan perempuan yang berzina
maka keduanya jangan di kasih belaskasih mencegah untuk menjalankan agama
allah,jika kamu beriman kepada allah maka kedua pelaku perzinaan di hukumnya

6
harus disaksikan oleh sekumpulan orang orang yang beriman (Achmad Hadi
Wiyono, 2020)

Di antara tujuan syariat adalah menjaga kehormatan dan keturunan, karena


itu syariat Islam mengharamkan zina, Allah SWT berfirman dalam surat AlIsraa’
ayat 32, yaitu:

‫اح َشةً ۗ َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬


ِ َ‫الز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ ف‬
ِّ ‫َواَل تَ ْق َربُوا‬

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Achmad Hadi Wiyono, 2020)

Dalam ayat ini Allah melarang hamba-hambaNya melakukan perzinaan


mendekati tempat-tempatnya dan hal-hal yang merangsang untuk berzina.

Selain ayat al qur`an di atas juga disebutkan dalam hadist sebagai berikut:

Terdapat hadis Nabi SAW berkenaan dengan zina dalam kitab shahih
Bukhori juz.1 hal. 27 No.78.

‫حدثنا عمران بن ميسرة قال حدثنا عبد الوارث عن ايب التياح عن انس قال قال‬
‫رسول هلال صلي هلال عليه وسلم ان من اشاط الساعة ان يرفع العلم ويثبت اجلهل ويشرب‬
‫اخلمر ويظهر• الزان‬

Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah berkata, telah


menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Abu At-Tayyah dari Anas bin Malik
berkata, telah bersabda Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya berisi
bahwasanya tnda-tanda kiamat adalah diambilnya ilmu, kebodohan dimana-mana,
khamer diminum, dan perzinahan secara terang-terangan.

Zina merupakan tindakan yang menyalahi aturan baik secara agama maupun
hukum di Indonesia. Secara pengertian agama dan hukum di Indonesia zina
memang memiliki makna yang berbeda, tetapi tetap saja kedua pengertian tersebut
memiliki subtansi yang sama perihal zina. Ketika praktik zina dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan hanya diketahui oleh pelaku saja, perilaku tersebut masih

7
dalam ranah dosa pribadi. Sedangkan berbeda halnya apabila masyarakat telah
mengetahui akan hal itu, hal tersebut akan menjadi perusak tatanan kehidupan di
masyarakat sehingga menjadi dosa sosial. Maka dari itu taubat saja tidak cukup,
melainkan dengan memberi hukuman terhadap pelakunya. Meninjau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh pelaku praktik zina merupakan bahaya yang
tergolong besar, perilaku tersebut juga sangat bertentangan dengan aturan agama
yang diberlakukan untuk menjaga kejelasan sanad pada keturunan, menjaga
kesucian dan kehormatan, serta sebagai pencegah permusuhan dan perasaan benci
yang diakibatkan oleh korban praktik zina (Hatami, 2021).

B. Macam-macam zina dan hukumannya

Zina dalam kajian fiqih Islam terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

a) Zina muhshan

Zina orang yang sudah menikah (zina Muhshan) adalah zina yang
dilakukan oleh orang yang masih atau pernah ada tali ikatan perkawinan.
Dengan kata lain, masih punya suami atau isteri atau sudah janda atau
duda.Pelakunya baik laki-laki maupun wanita yang melakukan zina
muhshan maka diranjam atau dilempari batu tanpa belas kasihan sampai
meninggal dunia.Dalam sebuah hadits diceritakan, “Sesungguhnya
Rasulullah merajam seorang yang bernama Maiz dan meranjam seseorang
perempuan yang berasal dari bani Juhainah, dan dua orang yahudi dan
seorang perempuan dari kabilah Amir dari suku Azd”. (HR. Muslim dan
AlTurmidzi).

b) Zina ghoiru muhshan

Zina orang yang belum menikah (zina ghairu muhshan) adalah


pelaku yang belum pernah menikah.Hadnya adalah 100 kali dicambuk dan
diasingkang selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

8
‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ فِ ْي ِد ْي ِن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
ِ ‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا• ُك َّل َو‬
َ‫تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْ•د َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕىفَةٌ ِّمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬

Artinya: “Perempuan dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-


tiap seorang dari mereka 100 kali deraan, dan janganlah kalian belas
kasihan kepada keduanya mencegah kau menjalankan agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kiamat, dan hendaklah (pelaksanaan
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”

Perbutan zina yang dilakukan oleh orang yang belum menikah,


maka sanksi baginya adalah di dera sebanyak seratus kali dan di asingkan
dari kampung halamnya selama satu tahun. (Khairani, 2019)

C. Pengertian dan hukum pencurian dalam fiqih jinayah


A. Pengertian pencurian

Menurut syara’, pencurian adalah mengambil harta orang lain yang


oleh mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang
dicetak, disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa digunakan atau
dijaga oleh seorang penjaga dan tidak ada syubhat.Adanya persyaratan
“dalam keadaan sembunyi-sembunyi”, seperti dalam definisi tadi,
menunjukkan bahwa orang yang mengambil harta orang lain secara terang-
terangan tidak termasuk kategori pencurian yang diancam dengan hukuman
had,

Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu sebagai berikut :

1. Pencurian yang hukumannya had adalah pencurian yang ancaman


hukuman yang telah ditegaskan macam dan kadarnya dalam Al-Qur’an
dan Sunnah. Pencurian yang hukumannya had terbagi kepada dua
bagian yaitu pencurian ringan (kecil) dan pencurian berat (besar).

9
2. Pencurian yang hukumnnya ta’zir. artinya memberi pelajaran.Ta’zir
juga diartikan dengan Ar-Raddu wal Man’u, yang artinya menolak dan
mencegah.7Secara umum, tindak pidana ta’zir terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut :

a) Tindak pidana hudud dan tindak pidana kisas yang syubhat, atau
tidak jelas, atau tidak memenuhi syarat, tetapi merupakan
maksiat.

b) Tindak pidana atau kemaksiatan yang ditentukan oleh Al-Qur’an


dan Hadist, tetapi tidak ditentukan sanksinya.

B. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Hukum Islam

Pencurian baru diancam dengan hukuman had jika memenuhi beberapa


unsur yaitu

a. Tindakan mengambil secara sembunyi-sembunyi,

b. Unsur benda yang diambil berupa harta,

c. Unsur benda yang diambil adalah hak orang lain

d. Adanya niat yang melawan hukum.

C. Hukuman untuk Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam

Bila tindakan pencurian telah terbukti dan telah melengkapi segala


unsur dan syarat-syaratnya adalah :

1. Hukuman Potong Tangan

Pencurian yang dikenai had potong tangan harus memenuhi


syarat-syarat sebagai berikut :

a) Perbuatannya termasuk dalam definisi pencurian.

b) Harta yang dicuri mencapai nisab.

10
c) Harta yang dicuri adalah harta yang terjaga (diperbolehkan
dimiliki),

d) Harta yang dicuri berada di tempat penyimpanan.

e) Pelaku adalah orang mukalaf, berakal, dan baligh, baik


muslim maupun ahlul dzimmah.

f) Pelaku bukan ayah, bukan anak, atau bukan suami/istri dari


pemilik harta yang dicuri.

g) Pelaku tidak memiliki semi kepemilikan terhadap harta yang


dicurinya.

h) Pencurian telah dibuktikan di depan persidangan, yaitu


dengan pengakuan pelaku dan atau kesaksian dua orang laki-
laki yang adil.

2. Pengganti Kerugian (Dhaman) Menurut Imam Abu Hanifah dan


murid-muridnya penggantian kerugian dapat dikenakan terhadap
pencuri apabila ia tidak dikenai hukuman potong tangan. (LUBIS,
2014)

D. Konsep Gugurnya hukuman tindak pidana pencurian Karena Taubat dan


Dasar Hukumnya

Pelaku tindak pidana pencurian dapat melakukan taubat yaitu tertera di


dalam QS. al-Mā’idah ayat 39

‫ ان اهللا غفوررحيم‬, ‫فمن تاب من بعد ظلمه واصلح فان اهللا يتوب عليه‬.

Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu)


sesudah melaku-kan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya

11
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.

Adapun maksud taubat pada QS. al-Mā’idah ayat 39 yaitu orang-orang


yang mencuri yang kembali ke jalan Allah Swt dari dosa dan perbuatan
maksiatnya, dan kembali taat setelah berbuat zalim. Akan tetapi maksud dari
bertaubat tersebut adalah bahwa Allah SWT akan menerima permintaan maaf
serta taubat dari seorang pencuri tersebut setelah hukuman (potong tangan) di
jatuhkan kepadanya.

Pendapat yang sama juga di sampaikan oleh Al- Qurṭubī bahwa maksud
bertaubat pada ayat di atas yaitu satu sisi Allah Swt menerima taubat pelaku.
Namun, pemotongan tangan tidak bisa gugur hanya karena orang yang
melakukan pencurian itu telah melakukan taubat dan menyesalinya. (Aisyah,
2022)

D. Pengertian dan hukum perampokan dalam fiqih jinayah

Hirabah adalah gerombolan bersenjata di wilayah Islam untuk membuat


kekacauan, penumpahan darah, perampasan harta, merusak kehormatan,
menghancurkan tanaman dan peternakan, menantang agama, akhlak, ketertiban,
dan undang undang, baik gerombolan tersebut dari orang Islam, kafir dzimmi,
maupun kafir harbi. Menurut Enskilopedia Islam bahwa hirabah adalah aksi
sekelompok orang dalam negara Islam untuk melakukan kekacauan, pembunuhan,
perampasan harta, pemerkosaan yang secara terang-terangan mengganggu dan
menentang peraturan yang berlaku, perikemanusiaan, dan agama.

Sebutan untuk tindak pidana ini adalah Qat’u at-tariq (menyamun) atau as
sariqah al kubra (pencurian besar). Menurut Abdul Qadir ‘Audah pencurian dan
perampokan (hirabah) adalah bahwa dala pencurian unsur utamanya adalah
mengambil harta secara sembunyi-sembunyi, sedangkan dalam hirabah unsur
utamanya adalah aksi kekerasan, baik mereka mengambil harta maupun tidak.
Oleh sebab itu, menurutnya hirabah bisa berbentuk tindakan-tindakan berikut:

12
a. Suatu aksi kekerasan untuk merampas harta masyarakat dengan
melakukan gangguan keamanan, sekalipun tidak jadi mengambil harta dan
mereka juga tidak melakukan pembunuhan

b. Suatu aksi kekerasan untuk merampas harta orang lain, tetapi mereka
tidak melakukan pembunuhan.

c. Suatu aksi kekerasan untuk merampas harta, tetapi ternyata mereka


melakukan pembunuhan dan tidak jadi merampas harta

d. Suatu aksi kekerasan untuk merampas harta sekaligus melakukan


pembunuhan.

Hukuman Hirabah Kejahatan hirabah dan ancaman hukumannya disebutkan


dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah (5): 33 – 34 yang berbunyi:

ْ‫ُصلَّبُوا َأو‬
َ ‫ض فَ َسادًا َأن يُقَتَّلُوا َأوْ ي‬ ِ ْ‫اربُونَ هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَ ْس َعوْ نَ فِي اَأْلر‬ ِ ‫ِإنَّ َما َجزَ ا ُء الَّ ِذينَ ي َُح‬
‫ي فِي ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِي‬
ٌ ‫ك لَهُ ْم ِخ ْز‬ ِ ْ‫ف َأوْ يُنفَوْ ا ِمنَ اَأْلر‬
َ ِ‫ض َذل‬ ٍ ‫تُقَطَّ َع َأ ْي ِدي ِه ْم َوَأرْ ُجلُهُم ِّم ْن ِخاَل‬
‫اآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َع ِظيم‬,
ِ ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ تَابُوا ِمن قَ ْب ِل َأن تَ ْق ِدرُوا َعلَ ْي ِه ْم فَا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر ر‬
‫َّحي ٌ•م‬
Terjemahnya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka
dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yang besar. (33) Kecuali orang-orang yang taubat (di
antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka
ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (34) (Q.S
Al-Maidah (5): 33 – 34)

13
Dari ayat di atas, hukuman bagi pelaku hirabah mengandung empat macam
hukuman yaitu:

1. Dibunuh

2. Disalib

3. Dipotong tangan dan kakinya secara silang

4. Dibuang dari negeri tempat kediamannya.

Ulama mazhab Hanafi, Syafi’i, dan Hambali berpendapat bahwa hukuman


yang dijatuhkan harus berurutan, sebagaimana dicantumkan dalam ayat, serta
sesuai dengan bentuk tindak pidana yang dilakukan. Dalam mengurutkan
hukuman sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan pu para ulama berbeda
pendapat. Menurut ulama mazhab Hanafi, jika pelaku hanya merampas harta,
hukumannya potong tangan dan kaki secara silang, bila sampai membunuh
hukumannya dibunuh juga, jika membunuh dan merampas hakim bebas memilih
hukumannya, apabila hanya menakut-nakuti/ mengganggu keamanan saja, maka
hukumannya dipenjara dan hukuman ta’zir. (Dr. FITRI WAHYUNI, 2018)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zina dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian zina
yang bersifat khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat umum.Pengertian
zina yang bersifat umum meliputi yang berkonsekuensi dihukum hudud dan yang
tidak. Yaitu hubungan seksual diantara laki-laki dan wanita yang bukan haknya
pada kemaluannya. Sedangkan pengertian zina secara khusus adalah yang semata-
mata mengandung konsekuensi hukum hudud.

Pencurian adalah mengambil harta orang lain yang oleh mukallaf secara
sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang dicetak, disimpan pada tempat
penyimpanan yang biasa digunakan atau dijaga oleh seorang penjaga dan tidak
ada syubhat.5 Adanya persyaratan “dalam keadaan sembunyi-sembunyi”, seperti
dalam definisi tadi, menunjukkan bahwa orang yang mengambil harta orang lain
secara terang-terangan tidak termasuk kategori pencurian yang diancam dengan
hukuman had

Hirabah adalah gerombolan bersenjata di wilayah Islam untuk membuat


kekacauan, penumpahan darah, perampasan harta, merusak kehormatan,
menghancurkan tanaman dan peternakan, menantang agama, akhlak, ketertiban,
dan undang undang, baik gerombolan tersebut dari orang Islam, kafir dzimmi,
maupun kafir harbi. Menurut Enskilopedia Islam bahwa hirabah adalah aksi
sekelompok orang dalam negara Islam untuk melakukan kekacauan, pembunuhan,
perampasan harta, pemerkosaan yang secara terang-terangan mengganggu dan
menentang peraturan yang berlaku, perikemanusiaan, dan agama.

B. Saran

Pembahasan di atas merupakan hal yang tidak diperbolehkan dalam hukum


agama maupun negara jadi pembahasan di atas jangan pernah untuk di lakukan

15
cukup untuk menetahui hukum dan dalil mengenai pembahasan di atas,semoga
materi yang saya sampaikan bermanfaat.

16
Daftar pustaka

Achmad Hadi Wiyono, L. A. (2020). PACARAN DAN ZINA KAJIAN


KEKINIAN PERPEKTIF AL QU`RAN. Jurnal Samawat, 1-8.

AHMADSOBARI. (2010). KESALAHANPENGERTIAN


TERMINOLOGIZINA (OVERSPEL)DALAMKUHP. National Journal
of Law, 1-26.

Aisyah, F. (2022). TAUBAT SEBAGAI PENGGUGUR HAD TERHADAP


PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN (JARIMAH SIRQAH)
PERSPEKTIF IMAM AL-NAWAWI. JATISWARA, 1-15.

Dr. FITRI WAHYUNI, S. M. (2018). HUKUM PIDANA ISLAM.


TANGGERANG SELATAN: PT Nusantara Persada Utama.

haq, i. (2020). fiqih jinayah. Sulawesi Selatan: IAIN PAREPARE NUSANTARA


PRESS.

Hatami, S. A. (2021). Hadis tentang Berhubungan Badan di Luar Pernikahan.


Riset Agama, 365-374.

Khairani, M. (2019). IMPLEMENTASI HUDUD DALAM PANDANGAN


STUDI KRITIS TERHADAP KITAB FIQIH `ALA MAZAHIB AL
ARBA`AH. Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 1-30.

kusumo, h. h. (2012). Pengantar Antropologi Hukum. bandung: PT Citra Aditya


Bakti,.

LUBIS, M. D. (2014). PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN


MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA
AGAMA. MAHUPIKI, 1-17.

Magfiroh, R. I. (2020). EKSISTENSI FIKIH DALAM PENERAPAN HUKUM


ZINA DI INDONESIA. jurnal syari`ah dan hukum, 102-117.

17

Anda mungkin juga menyukai