Anda di halaman 1dari 3

Pengenalan Materi

Ilmu Ushul Fiqh


‫المبادئ العشرة‬

‫حدا وموضوعا خذن فثمرة‬ ‫إن المبادي فاعرفن عشرة‬


‫اسم ونسبة وفضال اعتمد‬ ‫ استمد‬$‫حكم مسائل ووضع‬

Artinya:

Sesungguhnya hal-hal dasar setiap ilmu –yang perlu diketahui- itu ada sepuluh

(1)Definisi, (2)Objek yang dipelajari, dan (3)Buah manfaat dari mempelajari ilmu tersebut

Kemudian (4)hukum mempelajarinya, (5)masalah-masalah yang dibahas, (6) penemu, dan


(7)sumber pengambilan ilmu tersebut

(8) Nama/ sebutan ilmu tersebut, (9) hubungannya dengan ilmu yang lain, dan (10)
keutamaannya.

1) Definisi

Ushul bentuk jamak dari alAshlu (‫)األصل‬


Al Ashlu berarti: dalil, arrajih (yang kuat/cenderung), Al Mushtashhab, kaidah yang
berlaku, almaqiis ‘alaih / masalah pokok yang diqiyas.
Ushul = Dalil-Dalil

Fiqh  hukum-hukum syariat amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci dan yang
bersifat ijtihadiyyah

Ushul Fiqh 
1. Ilmu yang mempelajari dalil-dalil fiqih yang ijmali/umum, cara menggunakannya, dan
aturan orang yang menggunakannya
2. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang disusun untuk menyimpulkan hukum-hukum syariat
dari dalil-dalilnya yang terperinci.
3. Ilmu yang menciptakan kaidah-kaidah umum untuk menyimpulkan hukum-hukum fiqih
dari dalil-dalilnya yang sesuai.

2) Objek yang dipelajari


Dalil-dalil ijmali yang mengantarkan pada hukum-hukum syar’i.

3) Buah manfaat dari mempelajari ilmu tersebut


 Mampu untuk mengambil hukum-hukum syara’ dari dalil-dalilnya yang terperinci;
 Mengetahui bagaimana para ulama menyimpulkan hukum-hukum syara’.
4) Hukum mempelajarinya
Fardlu kifayah

5) Masalah-masalah yang dibahas


Adalah masalah-masalah yang harus diperhatikan oleh almujtahid untuk menyimpulkan
hukum-hukum syar’i, seperti kaidah “kata perintah menunjuk pada kewajiban, kata
larangan menunjuk pada keharaman”.

6) Penemu
Imam Muhamad bin Idris AsSyafi’i radhiyallahu ‘anhu.

7) Sumber pengambilan ilmu tersebut


(1) Al Quran dan AsSunnah; (2) Ilmu Bahasa Arab (3) Hukum-Hukum Fiqh

8) Nama/ sebutan ilmu tersebut


Ushul Fiqh

9) Kedudukannya dalam hubungannya dengan ilmu lain


Ilmu Ushul Fiqh adalah ilmu tersendiri yang merupakan bagian dari ilmu syariat

10) Keutamaannya
Ilmu Ushul fiqh merupakan ilmu yang utama dan sangat perlu untuk dipelajari karena
Ilmu Ushul Fiqh adalah alat untuk memahami AlQuran dan Assunnah, dan untuk
mengambil dari keduanya hukum-hukum syar’i ijtihadiyyah.

Asal Mula Ilmu Ushul Fiqh


Dulunya ushul fiqh hanyalah berupa penerapan kaidah-kaidah atau metode pengambilan
hukum dari dalil-dalil syar’i, bukan merupakan cabang ilmu tertentu yang dibukukan. Tepatnya
setelah Rasulullah saw wafat, wahyu terhenti, sedang masalah-masalah baru yang belum ditetapkan
hukumnya terus bermunculan. Maka lahirlah fikih, dan secara otomatis lahir pulalah ushul fikih.
Karena seorang mufti tidaklah merumuskan hukum melainkan dengan metode dan kaidah-kaidah
yang jelas. Meskipun kaidah-kaidah tersebut tidak tertulis, hanya ada dalam benak para imam
mujtahid. Jadi ushul fikih muncul di zaman Shahabat sepeninggal Nabi Muhammad saw dalam
bentuk metode/manhaj, dan kemudian terus berkembang di zaman tabiin dan tabiut tabiin.

Hingga muncul seseorang yang bernama Muhammad din Idris AsSyafi’i, pada abad ke dua
Hijriyyah, abad di mana muncul dua aliran fiqh, yaitu aliran madinah atau madrasah ahlilhadits yang
mendahulukan dalil naqli atas akal, dan aliran fiqh Iraq atau madrasah ahlirra’yi yang lebih
mengedepankan rasionalitas daripada dalil naqli. Atas permintaan seorang Hafidz (pakar hadits) dari
Hijaz yang bernama Abdurrahman bin Mahdi untuk menuliskan kaidah-kaidah ushulfiqh, maka Imam
Syafi’i menulis surat kepadanya yang berisi kaidah-kaidah ushul, yang kemudian dikenal dengan
nama Ar Risalah.

Sepeninggal Imam Syafi’i, ilmu ushul fiqh yang digariskan oleh beliau diterima oleh banyak
ulama dari berbagai mazhab fikih, tidak hanya oleh pengikut Imam As Syafii saja. Ada yang hanya
menambah keterangan apa yang ditulis AsSyafii, ada yang menambahkan kaidah-kaidah, adapula
yang mengurangi kaidah-kaidah yang ditetapkan AsSyafii. Seperti ulama mazhab hanafi yang
menambahi urf dan istihsan sebagai sumber hukum fikih, ulama malikiyyah yang menambahkan
Ijma’ ahlilmadinah (kesepakatan penduduk Madinah), istihsan, dan mashalih mursalah.

Setelah terbentuknya 4 mazhab fikih, banyak ulama yang menganggap pintu ijtihad telah
tertutup. Hal itu mendorong semakin berkembangnya ilmu ushul fiqh sebagai sarana menyimpulkan
hukum-hukum syar’i bagi masalah-masalah baru yang bermunculan. Saat itu lahirlah dua aliran ushul
fiqh, yaitu mazhab mutakallimin/ aliran ahli mantiq dan mazhab hanafiyyah atau mazhab fuqoha /
aliran ahli fiqh.

Hingga pada abad ke 7 Hijriyah, muncul ulama yang dalam penulisan ilmu ushul fiqh
menggabungkan antara dua aliran, atau yang disebut dengan mazhab mutaakhirin/ aliran kontemporer.

Perbedaan Ushul Fiqh dan Fiqh


Fiqih adalah hukum-hukum syar’i, sedang ushul fiqh adalah metode/alat untuk menyimpulkan
hukum-hukum tersebut. Bisa diibaratkan seperti mesin pembuat eskrim. Bila dalil-dalil syar’i adalah
bahan-bahan untuk membuat es krim, maka ushul fiqh adalah mesinnya, dan fiqh adalah es krimnya.

Ushul fiqh adalah penetapan dalil-dalil umum atau kaidah-kaidah pengambilan hukum,
sedang Fiqih adalah penggunaan dalil-dalil khusus/terperinci dengan memperhatikan dalil-dalil umum
atau kaidah-kaiadah tersebut. Terperinci artinya satu dalil hanya menunjukkan satu atau beberapa
masalah atau kaidah.

Perbedaan Ushul Fiqh dan Qowa’id Fiqhiyyah


Ushul Fiqh dan Qowa’id Fiqhiyyah adalah dua hal yang berbeda, namun sering dianggap
sama, karena keduanya digunakan untuk merumuskan hukum-hukum bagi furu’ atau masalah-
masalah fikih. Perbedaannya adalah bahwa ushul fiqh ada sebelum furu’, sedang qowaid ada setelah
furu’. Ushul fiqh digunakan untuk merumuskan hukum dari dalil-dalil syariat, sehingga terkumpullah
furu’ beserta hukumnya. Furu’ yang sama dikumpulkan dan darinya dirumuskan satu kaidah fiqih.
Jadi qowaid fiqhiyyah merupakan kumpulan kaidah-kaidah fikih yang disimpulkan dan dirumuskan
dari kumpulan furu’ fiqhiyyah.

Anda mungkin juga menyukai