Dibuat Oleh :
Kelompok 2
• Khairunnisa 10100121039
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan
Hukum Pidana Islam ini yang disini kami mengangkat judul mengenai Tindak Pidana
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Hukum Pidana Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca maupun bagi penulis
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Rahmatiah HL,
M.Pd. selaku dosen pengajar pada mata kuliah Hukum Pidana Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, krtik dan saran yang membangun akan kami nantikan
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi dengan sistem hidup yang sejalan dengan perintah
Allah SWT dalam wahyu-Nya dan sejalan pula dengan tuntutan Rasulullah SAW
dalam sunah. Setiap muslim diwajibkan untuk menempuh pola kehidupan yang sesuai
dengan syariat islam, sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan sunah tersebut. Untuk
itu, semua muslim wajib mempertimbangkan dengan akal sehat setiap langkah dan
perbuatan yang mesti di jauhi atau di tinggalkan. Syariat Islam diturunkan untuk
melindungi harkat dan martabat manusia. Setiap perilaku yang merendahkan harkat
dan martabat manusia, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat tentu
dilarang oleh Allah SWT. Dalam hukum Islam dijumpai istilah jinayah, yaitu suatu
perbuatan yang dilarang oleh syara’ karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa,
orang saksi yang juga telah melihat kejahatan itu tengah dilakukan pada saat dan
tempat yang sama, maka si penuduh akan dihukum cambuk delapan puluh kali.
Dianggap seorang fasik dan kesaksiannya tidak akan diterima lagi kapan pun
mengajukan persaksian.
1
2
A. Rumusan Masalah
5. Apa saja hal-hal yang menggugurkan hukuman menuduh berbuat zina (qadzaf) ?
B. Tujuan
(qadzaf)
C. Manfaat
dalam bidang kajian yang berhubungan dengan Fiqh Jinayah, lebih spesifiknya
2. Bagi masyarakat umum dapat menjadi bahan informasi dalam ruang lingkup fiqh
jinayah khususnya mengenai tindak pidana menuduh berbuat zina (qadzaf).
PEMBAHASAN
Didalam fiqh jinayah, salah satu tindak pidana hudud ialah menuduh seseorang
berbuat zina. Perbuatan menuduh seseorang berbuat zina sering di istilahkan dengan
Qadzaf. Qadzaf menurut bahasa yaitu ram’yu syain berarti melempar sesuatu.
Sedangkan menurut istilah syara’ adalah melempar tuduhan (wath’i) zina kepada orang
lain yang karenanya mewajibkan hukuman had bagi tertuduh (makdzuf). Sejalan
dengan beratnya hukuman bagi pelaku jarimah zina, hukum Islam juga mengancamkan
hukuman yang tak kalah beratnya bagi seseorang yang melakukan tuduhan berzina
kepada orang lain. Hukuman tersebut tidak dijatuhkan ketika tuduhannya mengandung
kebohongan. 1
qadzaf itu tidak ada lagi dan di jatuhkan kepada orang yang menuduh. Artinya, bila si
kesaksiannya, hukuman qadzaf dijatuhkan bagi si penuduh. Suatu prinsip dalam fikih
Jinayah bahwa barang siapa menuduh orang lain dengan sesuatu yang haram, maka
wajib atasnya membuktikan tuduhan itu. Apabila ia tak dapat membuktikan tuduhan
Menurut Ulama fikih menyatakan bahwa yang dimaksud dengan qadzaf adalah
menasabkan seorang anak Adam kepada lelaki lain disebabkan zina, atau
orang lain, engkau pezina; engkau anak zina atau engkau bukan anak ayahmu, maka
seluruh ungkapan ini disebut sebagai qadzaf. Qadzaf bisa juga berlaku dalam tindak
pidana takzir, yaitu terhadap segala bentuk tuduhan yang diharamkan bagi setiap
1
Nurul Afifah, Qadzaf Menurut Hukum Islam, vol. 9, 2018, hlm. 3
2
Mustajab, jarimah qadzaf dalam perspektif hukum islam dan hukum posistif, vol. 4, hlm. 5
4
5
lain meminum minuman keras, dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan
hukum pidana Islam istilah qadzaflebih ditekankan kepada menuduh orang lain
berbuat zina, baik tuduhan itu melalui pernyataan yang jelas maupun menyatakan
Tuduhan zina (qadzaf) dalam kompilasi hukum Islam (KHI) tidak dibahas
secara detail. Pada kitab ini pembahasan tentang tuduhan zina (qadzaf) terbatas
pada tuduhan suami terhadap istrinya. Sedangakan tentang tuduhan yang dilakukan
oleh orang lain, tidak ada penjelasan yang lebih lanjut4. Pada buku I pasal 126
disebutkan bahwa suami yang menuduh istrinya berbuat zina, atau mengingkari
anak yang dikandung istrinyaatau anak yang telah dilahirkan istrinya, sedangkan
istrinya menolak tuduhan atau mengingkari hal tersebut (li‟an). Kemudian dalam
pasal 127 poin a sampai d dijelaskan tata cara melakukan li‟an; pertama : suami
bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau pengingkaran anak
tersebut, diikuti sumpah kelima dengan kata-kata bersedia dilaknat Allah jika
tuduhannya dusta. Kemudian istri juga melakukan hal yang sama dengan kata-
kata bahwa tuduhan atau pengingkaran tersebut tidak benar dan diikuti sumpah kelima
bersedia dilaknat Allah jika tuduhan dan atau pengingkaran tesebut benar. Akibat
hukum dari li‟an suami dan istri tersebut adalah putusnya perkawian mereka
untuk selama-lamanya.5
Jadi, di dalam fiqh jinayah tindak pidana menuduh seseorang berbuat zina
merupakan tindakan yang tercela dan sangat merugikan orang lain, yang dimana
tindakan tersebut hanya akan merusak harkat dan kehormatan si korban, dan terlebih
lagi apabila tuduhan tersebut tidak mampu memberikan bukti yang kuat untuk
membuktikan apakah ia terbukti bersalah atau tidak, karena di dalam ajaran agama
3
Dr. H. Marsaid, M.A., Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Jakarta, Rafah Press Media, 2020),
hlm. 67
4
Nurul Afifah, Qadzaf Menurut Hukum Islam, vol. 9, 2018, hlm. 5
5
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Buku I Perkawinan, 23
6
1. Al-Quran
Adapun yang menjadi dasar/sumber hukum dalam tindak pidana menuduh berbuat
zina telah di jelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 4, sebagai berikut :
Artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
Kemudian di ayat lain juga di jelaskan mengenai tindak pidana menuduh berbuat
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka
Yang dimaksud wanita-wanita yang baik menurut ayat diatas yaitu wanita-
wanita muslimah yang suci, merdeka, aqil, dan baligh. Adapun menurut Wahbah
6
Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah
7
menjelaskan maudu‟-nya7
2. Al-Hadist
(kalian).” Para Sahabat bertanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
“Mensekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali
mempunyai hak, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan
perang, dan menuduh berzina wanita mukminah yang tidak tahu menahu serta terjaga
kehormatannya.”
7
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., Hukum Pidana Islam, (Bandung, Amzah, 2016), hlm. 46
8
Adapun unsur-unsur menuduh berbuat zina (qadzaf) secara umum terdiri dari 3, yaitu
tuduhan keturunan, seperti mengatai seseorang telah berbuat zina atau menempelkan
predikat pezina kepada seseorang dan tidak mengakui anak atau janin yang lahir atau
Artinya orang yang dituduh itu orang baik-baik bukan seseorang yang biasa
berbuat zina, kalau yang dituduh itu pezina, hal itu bukanlah tuduhan tetapi sesuai
dengan kenyataannya.
I’tikad jahat inilah yang memotivasi perbuatan tersebut untuk mencelakakan orang
lain yang tidak berdosa, sehingga tercemar nama baiknya aau celaka karena hukumna
dera. Mengenai qadzif (orang yang menuduh orang lain berzina) ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi, antara lain: berakal, dewasa, tidak dipaksa, inilah syarat-syarat yang
Sedangkan maqdzuf (orang yang dituduh berzina) fuqaha’ sepakat bahwa diantara
syaratnya adalah: islam, akal sehat, baligh, merdeka (bukan budak), iffah (menjauhi
perbuatan zina). Kelima syarat tersebut harus terdapat pada tertuduh agar hukuman
kaitkan dalam pasal 311 KUHP ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dalam hal ia diizinkan untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat
8
Muhammad Ariq, dasar hukum dan unsur qadzaf, vol. 14, hlm. 8
9
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., Hukum Pidana Islam, (Bandung, Amzah, 2016), hlm. 55
9
membuktikan dan jika tuduhan itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar,
a. Seseorang
c. Orang yang menuduh tidak dapat membuktikan tuduhannya dan jika tuduhan
tersebut diketahuinya tidak benar. Akan tetapi, unsur-unsur Pasal 311 ayat (1)
KUHP ini harus merujuk pada ketentuan menista pada Pasal 310 ayat (1) KUHP,
nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan
dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista,
banyaknya Rp 4.500.11
Dalam qadzaf akan hukuman pokok yaitu berupa dera delapan puluh kali dan
Artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat rang saksi, mak deralah mereka (yang menuduh itu
10
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, BAB XVI Penghinaan
11
Anton Hendrik Samudra, pencemaran nama baik dan penghinaan melalui media teknologi
informasi komunikasi di Indonesia, vol. 50, hlm. 8
10
delapan pulah kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
Pelaku zina pada hakikatnya mendapat dua hukuman, yaitu hukuman fisik (dera
dan rajam) yang telah ditentukan Tuhan dan hukuman non fisik berupa hilangnya
martabat yang bersangkutan di mata masyarakat. Oleh karena itu penuduh pun berhak
mendapatkan hukuman setimpal fisik dan non fisik. Hukuman fisik berupa dera dan
jild sebanyak delapan puluh kali, sedangkan hukuman tambahan yang tak kalah
beratnya, bahkan mungkin inilah yang terberat yaitu tidak diterima kesaksiannya
dalam segala jenis peristiwa, karena ia telah berbuat bohong, atau menfitnah.
Hukuman non fisik berupa hilangnya hak kesaksian bagi si penuduh sebagai hukuman
kategori orang baik-baik menjadi orang yang dianggap kotor, jahat, dan tidak dapat di
diantaranya:
1. Mendatangkan sanksi
Gugur sebab dimaafkan ialah karena had itu hak orang yang dituduh, karena inilah
had ini tidak dapat gugur kecuali dengan seizin yang tertuduh dan dengan
tertuduh sudah memaafkan, hukuman (had) gugur karena had itu hak yang tertuduh
12
Mushaf Al-Qur’an dan terjemahan
13
Hamid Farihi, zina, Qadzaf dan minuman keras dalam perspektif hukum pidana islam, vol.2, hlm. 16
14
Nurul Afifah, Qadzaf Menurut Hukum Islam, vol. 9, 2018, hlm 10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejalan dengan beratnya hukuman bagi pelaku jarimah zina, hukum Islam juga
mengancamkan hukuman yang tak kalah beratnya bagi seseorang yang melakukan
tuduhan berzina kepada orang lain. Hukuman tersebut tidak dijatuhkan ketika
tuduhannya mengandung kebohongan. Namun, apabila tuduhannya dapat dibuktikan
kebenarannya, maka jarimah qadzaf itu tidak ada lagi dan di jatuhkan kepada orang
yang menuduh. Artinya, bila si penuduh tak dapat membuktikan tuduhannya karena
lemahnya pembuktian atau kesaksiannya, hukuman qadzaf dijatuhkan bagi si penuduh.
Dalam qadzaf terkandung dua hak, yaitu hak campuran antara Allah dan hak
manusia. Akan tetapi, di antara kedua hak tersebut yang lebih kuat menurut Imam
Hanifah, dalam qadzaf hak Allah lebih besar daripada hak manusia (individu). Oleh
karena itu, apabila perkaranya telah sampai ke pengadilan (hakim) maka hukuman
harus dilaksanakan , meskipun orang yang dituduh tidak mengajukan tuntutan. Di
samping itu, sebagai konsekuensi dari hak Allah, hukuman qadzaf tidak terpengaruh
oleh maaf dari korban.
B. Saran
Sebaiknya kita jangan mudah menuduh seseorang sebelum mendapatkan bukti
dan saksi yang cukup.
12
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Jakarta, Rafah Press Media, 2020)
JURNAL
Samudra, Anton Hendrik, pencemaran nama baik dan penghinaan melalui media teknologi
informasi komunikasi di Indonesia, vol. 50
Farihi, Hamid, zina, Qadzaf dan minuman keras dalam perspektif hukum pidana islam, vol.2
Mustajab, jarimah qadzaf dalam perspektif hukum islam dan hukum posistif, vol. 4
SUMBER LAINNYA