Anda di halaman 1dari 11

JARIMAH TAZIR YANG BERKAITAN DENGAN KEMASLAHATAN

PRIBADI

Makalah

disusun untuk memenuhi mata kuliah Fiqh Tazir

Dosen Iman Hilman Faturachman, M. Ag.

oleh:

1. Mariyah Ulfah Ahdiah 1203060061

2. Muh. Rizki Zam Zam 1203060066

3. Muhamad Irfani Hakim 1203060069

4. Muhammad Galih Ramadhan 1203060075

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BANDUNG
2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala
yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan
dan menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Di dalamnya memuat tentang Jarimah Tazir yang Berkaitan
dengan Kemaslahatan Pribadi.

Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki


detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak
kekurangan namun semoga bermanfaat bagi kita semua.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen, agar makalah selanjutnya lebih baik dan manfaat bagi semua orang.

Wassalamu’alaikumWarrahmatullahiWabarakatuh.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................................1

C. Tujuan ....................................................................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertiani.............................................................................................................................................2

B. Dasar Hukum Ta’zir...............................................................................................................................2

C. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan dengan Kemaslahatan Pribadi ............................................................2

D. Tujuan Hukuman Ta’zir.................................................................................................................3

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................................................5

B. Saran............................................................................................................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, yang mana di dalamnya
Allah swt. telah mengatur segala aspek dan sistem kehidupan manusia. Aturan
tersebut mencakup aqidah, ibadah dan muamalah, baik hubungan dengan Allah
swt maupun hubungan antara sesama manusia, bahkan dengan alam. Masing-
masing sanksi untuk setiap jarimah memiliki hukuman yang berbeda-beda.
Karena hikmah dan tujuan pokok hukuman dalam hukum pidana Islam tidak lain
adalah mengandung kemaslahatan bagi manusia dan menjaga mereka dari hal-hal
yang kurang baik dan untuk membentuk keadilan sosial dalam Islam karena Islam
adalah rahmatan lil’alamin, yang memberikan petunjuk dan pelajaran serta
pendidikan kepada manusia.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berinteraksi terkadang


sering mengalami gesekan dengan manusia yang lainnya, bahkan tak jarang
dikarenakan gesekan tersebut manusia dapat melakukan hal-hal yang mengarah
kepada perbuatan pidana yang merugikan orang lain. Sebenarnya Al Qur'an dan
Al-Hadits telah memberikan penjelasan tentang sifat manusia tersebut, dan
bahkan didalamnya pula sudah dijelaskan mengenai berbagai perbuatan pidana
yang dilakukan beserta hukumannya, tetapi karena sifat manusia yang dinamis
dan kompleks, sifat dan perbuatan pidana yang dilakukannya inipun variatif dan
cenderung berkembang dari masa ke masa sehingga perbuatan dan hukumannya
terkadang tidak dapat ditemukan didalam nash, perbuatan pidana itulah yang
dinamakan jarimah taʼzir.

Dengan demikian, diambil dari latar belakang tersebut kelompok kami


merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti suatu permasalahan yang berjudul
“JARIMAH TAZIR YANG BERKAITAN DENGAN KEMASLAHATAN
PRIBADI”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud jarimah ta’zir ?

2. Apa dasar hukum ta’zir ?


3. Bagaimana jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan
pribadi ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami apa itu jarimah ta’zir.

2. Mengetahui dan memahami apa saja dasar hukum ta’zir.

3. Mengetahui dan memahami jarimah ta’zir yang berkaitan dengan


kemaslahatan pribadi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut bahasa, lafaz taʼzir berasal dari kata azzara yang berarti man'u wa
radda (mencegah dan menolak). Ta’zir dapat berarti addaba (mendidik) atau
azhamu wa wagra. Yang artinya mengagungkan dan menghormat. Dari berbagai
pengertian, makna taʼzir yang paling relevan adalah al-man'u wa raddu (mencegah
dan menolak), dan pengertian kedua ta 'dib (mendidik). Pengertian ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Abdur Qadir Audah dan Wahbah Az-Zuhaili.
Ta'zir diartikan mencegah dan menolak karena ia dapat mencegah pelaku agar
tidak mengulangi perbuatannya. Ta’zir diartikan mendidik karena ta 'zir
dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari
perbuatan jarimahnya kemudian meninggalkan dan menghentikannya. Selain di
atas, taʼzir secara harfiah juga dapat diartikan sebagai menghinakan pelaku
kriminal karena tindak pidananya yang memalukan.1

B. Dasar Hukum Ta’zir

Dasar hukum disyariatkan taʼzir terdapat dalam beberapa hadis Nabi


SAW. Dan tindakan sahabat. Hadis-hadis tersebut antara lain sebagai berikut:

Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim yang artinya “ Dari
Bahz iba hakim dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi SAW menahan
seseorang karena disangka melakukan kejahatan. (Hadis diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Turmudzi. Nasa'i, dan baihaqi, serta dishahihkan oleh Hakim)

Dasar hukum taʼzir adalah hukuman atas pelanggaran yang mana


hukumannya tidak ditetapkan dalam al-Qur'an dan Hadis yang bentuknya sebagai
hukuman ringan. Ta'zir merupakan hukuman yang lebih ringan yang kesemuanya
diserahkan kepada pertimbangan hakim. Menurut Syafi'i yang dikutip oleh
sudarsono menyatakan, bahwa hukuman za zir adalah sebanyak 39 kali hukuman
cambuk untuk orang yang merdeka, sedangkan untuk budak sebanyak 19 kali
hukuman cambuk.2 Ta’zir dishari’atkan terhadap segala kemaksiatan yang tidak
dikenakan had dan tidak kaffarat. Serendah-rendah batas taʼzir dilihat kepada
sebab-sebabnya ta’zir, boleh dita’zirkan lebih dari serendah-rendahnya had,
asalkan tidak sampai kepada setinggi tingginya.

C. Jarimah Tazir yang Berkaitan dengan Kemaslahatan Pribadi

1
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam,(Jakarta:PT. Putra Melton), 1992, hlm. 14.
2
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 584.
Maslahat adalah sesuatu yang dianggap baik oleh akal karena
mendatangkan kebaikan dan menghindarkan bahaya atau kerusakan bagi manusia,
yang sejalan dengan tujuan syariat dalam menetapkan hukum. Tujuan dari
maslahat sendiri adalah baik. Akan tetapi jika kemaslahatan itu didatangkan hanya
untuk pribadi dan tidak memikirkan orang lain maka tujuannya akan menjadi
tidak baik.

Jarimah ta’zir yang termasuk dalam kelompok ini, diantaranya :

1. Suap

Suap diharamkan di dalam al-Qu’an dan al-Hadis. Allah berfirman dalam


Q.S. al-Maidah ayat 42 yang artinya : "Mereka itu adalah orang-orang yang suka
mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram (suap)."

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “akkaluna


lissuhti” adalah memakan hasil suap.

Nabi SAW bersabda :

Dari Abdullah Ibnu Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW telah
melaknat orang yang menyuap dan menerima suap (H.R. Abu Dawud).3

2. Berbohong di depan pengadilan/saksi palsu

Kesaksian palsu atau memberikan keterangan palsu adalah suatu tindakan


yang meyebabkan terhalangnya proses penegakan hukum. Tindak Pidana ini tidak
dikenal dalam Al-quran ataupun Alhadist. Terdapat beberapa tindak pidana dalam
Fiqh Jinayah yang definisinya mendekati terminology dari tindak pidana
Obstruction Of Justice dimasa sekarang. Jarimah-jarimah tersebut adalah jarimah
syahadan zur (saksi palsu) dan jarimah yamin ghomus (sumpah palsu). Kedua
jarimah tersebut tergolong dari jarimah ta’zir yang pemidanaannya tergantung
dengan keputusan penguasa atau ulil amri. Kedua jarimah tersebut mendekati
terminology Tindak Pidana Obstruction Of Justice karena jarimah tersebut
meyebabkankan terhalangi atau terintanginya kebenaran.

Memberikan kesaksian palsu / sumpah palsu dalam Islam juga merupakan


termasuk dalam perbuatan dosa besar. Dampak yang diakibatkan dari perbuatan
tersebut yaitu proses pencarian bukti materiil yang dilakukan oleh hakim dan
jaksa penuntut umum akan mengalami kesulitan yang pada akhirnya
membutuhkan waktu untuk mengungkap perkara tindak pidana korupsi.

D. Tujuan Hukuman Ta’zir


3
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz III, (Beyrut :Maktabah Dakhlan, t. t.), hlm. 301.
Dalam menetapkan jarimah ta’zir, prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa adalah menjaga kepentingan umum dan melindungi setiap anggota
masyarakat dari kemudharatan (bahaya). Di samping itu, penegakkan jarimah
ta’zir harus sesuai dengan prinsip syar’i. Tujuan utama perlaksanaan hukuman
ta’zir dalam syari’at Islam ialah untuk mengajar (ta'dib), pencegahan dan
pengajaran di samping pemulihan dan pendidikan. Pencegahan artinya mencegah
pesalah dari mengulangi kesalahannya di samping mencegah orang lain daripada
melakukan kesalahan yang sama.

Disebabkan pencegahan merupakan tujuan utama hukuman ta’zir maka


hukuman apapun yang telah ditetapkan itu mestilah mencapai tujuan dan objektif.
Oleh sebab itu, yang menjadi tanggungjawab setiap mahkamah adalah
memastikan setiap hukuman yang dijatuhkan terhadap seseorang pesalah atau
tertuduh adalah hukuman yang setimpal dengan kesalahan yang dilakukan dan
memastikan hukuman yang boleh dijadikan sebagai panduan kepada tertuduh dan
masyarakat Islam awam lain dan mendidik tertuduh dan masyarakat supaya patuh
kepada perintah Allah, Rasul dan kepada para Pemimpin. Sebagaimana firman
Allah dalam Surah An-Nisa' ayat 59 yang artinya: Wahai orang-orang yang
beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemimpin-pemimpin diantara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka hendaklah
kembalikan ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul-Nya (Sunnah).

Ta’zir juga berarti hukuman yang berupa memberi pelajaran. Disebut


dengan ta’zir karena hukuman tersebut sebenarnya menghalangi si terhukum
untuk tidak kembali kepada jarimah atau dengan kata lain membuatnya jera.
Sementara para fuqaha mengartikan ta’zir dengan hukuman yang tidak ditentukan
oleh Al-Qur'an dan hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak
Allah dan hak hamba yang berfungsi untuk memberi pelajaran kepada si
terhukum dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan serupa.

Taʼzir dilakukan oleh seorang hakim, demikian pula bapak boleh


melakukan terhadap anaknya, tuan terhadap budaknya dan suami terhadap istrinya
dengan syarat mereka tidak melakukannya dengan berlebih-lebihan. Dibolehkan
menambah ta’zir untuk mencapai maksud (dalam memberi pelajaran) atas suatu
kesalahan. Jika tidak menta’zir karena alasan ini maka dia telah melampaui batas
dan menimpakan hukuman yang menyebabkan binasanya seseorang.4

4
Said Abdul ‘Adhim (Penerjemah Abu Najiyah Muhaimin bin Subaidi), Kafarah Penghapus Dosa,
(Malang: Cahaya Tauhid Press), hlm. 73-76.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ta’zir secara harfiah dapat diartikan sebagai menghinakan pelaku kriminal
karena tindak pidananya yang memalukan. Dasar hukum ta’zir terdapat dalam
beberapa hadits Nabi SAW dan tindakan sahabat. Adapun contoh jarimah yang
berkaitan dengan kemaslahatan pribadi yaitu suap dan berbohong di depan
pengadilan/saksi palsu. Jarimah ta’zir ini bertujuan untuk memberikan efek jera
kepada pelaku agar tidak melakukan pelanggaran serupa ataupun pelanggaran
lainnya.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna dan
memiliki banyak keterbatasan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca. Oleh karena itu kami
sangar membutuhkan saran dari berbagai pihak, guna membangun untuk lebih
baik lagi. Karena hasil dari setiap pemikiran dan saran dari berbagai pihak akan
berkembang sesuai zaman dan realita yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam,(Jakarta:PT. Putra Melton),


1992, hlm. 14.
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 584.
Said Abdul ‘Adhim (Penerjemah Abu Najiyah Muhaimin bin Subaidi), Kafarah
Penghapus Dosa, (Malang: Cahaya Tauhid Press), hlm. 73-76.
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz III, (Beyrut :Maktabah Dakhlan, t. t.), hlm.
301.

Anda mungkin juga menyukai