Anda di halaman 1dari 16

Prinsip-prinsip Negara Hukum dalam perspektif syari’ah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


FIQIH SIYASAH
Dosen Pengampu: : Iman Hilman Faturachman, M.Ag

Disusun oleh :
Gifar fajar sidiq 1203060046
Nur Alimah Pratama 1203060085
Muhamad Alwi Syahrial 1203060067
Muhammad Galih Ramadhan 1203060075
Legenda Pradiptanuari.K 1203060059
Muhammad Nabil 1203060079

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah


menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan dan
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda
tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Hukum
Tata Negara tentang Partai Politik dan Pemilu.
Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca. Semoga ini dapat memberikan wawasan yang yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak kekurangan namun semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen, agar
makalah selanjutnya lebih baik dan manfaat bagi semua orang.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………….….i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..ii
Bab I
Pendahuluan
A.Latar Belakang………………………………………………………………………….1
B.RumusanMasalah……………………………………………………………………….2
C.TujuanMasalah………………………………………………………………………….2
Bab II
Pembahasan
A.Ide dan konsep negara hukum………………………………………………………….3
B. Prinsip-Prinsip Negara Hokum Yang Terdapat Di Dalam perspektif syariah…………4
Bab III
Penutup
A.Kesimpulan……………………………………………………………...…………….12
B.Saran……………………………………………………………………………...……
12.
DaftarPustaka……………………..…………..………………………………..………13
BAB I

PENDAHULUAN

Fikih (Hukum Islam) mencangkup berbagai kehidupan manusia, baik dalam hubungan
antarmanusia maupun hubungan dengan Tuhan. Dalam hubungan dengan sesama
manusia, fikih antara lain meliputi bidang fikih munakahat (pernikahan), fikih mawaris
(kewarisan), fikih muamalah keperdataan, fikih muamalah kepidanaan, dan fikih siyasah
(ketatanegaraan).

Dibanding bidang-bidang fikih lainnya, fikih siyasah tampaknya belum begitu


memasyarakat di Indonesia, baik sebagai ilmu maupun sebagai bahan pengaturan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada dua aspek penting yangakan disoroti dalam
penulisan ini yaitu prinsip-prinsip negara hukum yang terdapat di dalam AL-Qur’an dan
Sunnah Nabi serta implementasinya pada negara hukum Indonesia.

Sebagaimana diketahui di dalam negara Republik Indonesia, yang menjadi dasar


kehidupan hukumnya adalah Pancasila, baik yang dituangkan dalam pembukaan maupun
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Maka oleh sebab itu seluruh hukum yang
dibuat oleh negara atau pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya, tidak boleh
bertentangan dengan hukum Tuhan, bahkan lebih dari itu, setiap tata tertib hukum yang
dibuat, haruslah berdasarkan atas dan ditunjukan untuk merealisir hukum Tuhan. Hal
inilah sebagai konsekuensi logis daripada sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pancasila, yang secara yuridis mengikat, kepada rakyat dan pemerintah untuk
mengamalkannya.1

Di dalam Pancasila itu sendiri, agama mempunyai posisi yang sentral. Di dalamnya,
terkandung prinsip yang menempatkan agama dan ke- Tuhanan Yang Maha Esa dalam
posisi yang pertama dan utama. Oleh karena itu, tidak dapat tidak, agama juga harus
diakui mempunyai posisi yang penting dan utama dalam usaha pembaharuan hukum
pidana nasional.2

Demikian juga dengan tinjauan yuridism kedudukan agama dalam konteks hukum dan
eratnya hubungan antara keduanya, dijamin menurut Pasal 29 Undang-Undang Dasar
yang menyebutkan:

1. Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa.


2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memluk agamanya
masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Bahkan, apabila ditelusuri lebih jauh, pengajuan juridis terhadap pandangan ketuhanan
dalam hukum di Indonesia ini, juga dapat dilihat dalam berbagai rumusan lain dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, seperti misalnya dalam Pembukaan alinea ketiga,
yang berbunyi:

“Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
leluhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakya Indonesia, menyatakan
dengan ini kemerdekaannya”.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana ide dan konsep negara hukum

2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Negara Hokum Yang Terdapat Di Dalam perspektif syariah

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Bagaimana ide dan konsep negara hukum

2.Mengetahui Bagaimana Prinsip-Prinsip Negara Hokum Yang Terdapat Di Dalam


perspektif syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A.Ide dan konsep negara hukum

Ide Hukum dan Konsep Negara.1 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita; ia mempunyai ide dasar yang
bagus, akan tetapi sukar dilaksanakan. Ide atau perasaan yang benar-benar menyelimuti
perasaan.4Jika ide dalam bahasa hukum dapat diartikan sebagai gagasan. Jadi, ide negara
hukum bisa berupa rancangan yang sudah tersusun secara lengkap, baik supra maupun
infrastruktur perangkatnya sudah tertera, hanya belum sempurna apabila belum dilaksanakan
oleh penegak hukum yang dilengkapi dengan teori dan dikembangkan dengan undang-
undang atau sejenisnya.

Sedangkan menurut sejarahnya ide negara hukum muncul sejak era kehidupan sebelun
masehi. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, dijelaskan bahwa pengertian negara hukum
menurut Aristoteles (284-322

M) dikaitan dengan arti dari pada negara yang dalam perumusannya masih terkait kepada
“polis”. Ia berpendapat bahwa pengertian negara hukum itu timbul dari polis yang berupa
negara kecil, seperti kota dan berpenduduk sedikit, tidak seperti negara-negara sekarang ini
yang mempunyai wilayah luas dan berpenduduk banyak. Dalam polis itu segala urusan
negara dilakukan dengan musyawarah (ecclesia), di mana warga negaranya ikut serta dalam
urusan penyelenggaraan negara. Yang dimaksud dengan negara hukum ialah negara yang
berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya, dan sebagai dasar
dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi
warga yang baik. Bagi Aristoteles yang memerintah dalam negara bukanlah manusia
sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang
hukum dan keseimbangan saja.2

Dalam sebuah negara hukum, ada ciri khusus yang melekat pada negara tersebut, yaitu
menjungjung tinggi posisi hak asasi manusia, kesetaraan dan kesamaan derajat antara satu
1
hmad Sukardja, Piagam Madinah & Undang-Undang Dasar NRI 1945: Kajian Perbandingan Tentang Dasar
Hidup Bersama Dalam Masyarakat yang Majemuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
2
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti, 1983, hlm. 153.
dengan yang lainnya di samping berpegang teguh pada aturan-aturan, norma-norma yang
telah ditetapkan dan diberlakukan bagi warga negaranya tanpa ada perkecualian. Berikut ini
ada beberapa pendapat yang bertitik tolak pada aspek penegakan hukum dan hak asasi
manusia (HAM) sebagi landasan utama negara hukum dalam menyusun sebuah undang-
undang dasar dan peraturan perundang-undangan. Sebagai perbandingan, selain teori dan
tokoh-tokoh ternama di bidang hukum, juga ada pendapat-pendapat lain.

yang menguatkan negara hukum. Sehubungan dengan negara hukum Indonesia, Jimly
Asshiddiqi berpendapat:

“Dalam sistem konstitusi negara Indonesia, cita negara hukum ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak kemerdekaan. Meskipun
dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide negara hukum itu tidak dirumuskan
secara eksplisit, tetapi dalam penjelasan ditegaskan bahwa Indonesia menganut ide
“rechtstaat”bukan “machtstaat”. Sedangkan di dalam konstitusi RIS Tahun 1949, ide negara
hukum itu bahkan tegas dicantumkan. Demikian pula dalam UUDS Tahun 1950, kembali
rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas. Oleh karena itu,
dalam perubahan ketiga Tahun 2001 terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
ketentuan mengenai ini kembali dicantumkan tegas dalam pasal 1 ayat (3) yang berbunyi:
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

B. Prinsip-Prinsip Negara Hokum Yang Terdapat Di Dalam perspektif syariah

1. Prinsip Kekuasaan Sebagai Amanah

Prinsip-Prinsip Negara Hukum yang Tedapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah 3. Perkataan
amanah tercantum dalam Al-Qur’an surah an-Nisa (4): 58, yang diterjemahkan sebagai
berikut:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

3 6
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinisp Dilihat Dari Segi Hukum
Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa Kini, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010, hlm. 103-153.
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

Apabila ayat tersebut dirumuskan dengan menggunakan metode pembentukan garis hukum
sebagaimana diajarkan oleh Hazairin dan dikembangkan oleh Sayjuti Thalib 4, maka dari ayat
tersebut dapat ditarik dua garis hukum yaitu:

Garis hukum pertama: Manusia diwajibkan menyampaikan amanah atau amanat kepada yang
berhak menerimanya.

Garis hukum kedua: Manusia diwajibkan menetapkan hukum dengan adil. Perkataan amanah
yang dalam bahasa Indonesia disebut “amanat” dapat diartikan “titipan” atau “pesan”. Dalam
konteks “kekuasaan negara” perkataan amanah itu dapat dipahami sebagai suatu
pendelegasian atau pelimpahan kewenangan dan karena itu kekuasaan dapat disebut sebagai
“mandat” yang bersumber atau berasal dari Allah. Rumusan kekuasaan

dalam nomokrasi Islam adalah:

“Kekuasaan adalah suatu karunia atau nikmat Allah yang merupakan suatu amanah kepada
manusia untuk dipelihara dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar yang telah ditetapkanb dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Sunnah
Rasulullah. Kekuasaan itu kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Allah”.

2. Prinisp Musyawarah

Dalam Al-Qur’an ada dua ayat yang menggariskan prinsip musyawarah sebagai salah satu
prinisp dalam nomokrasi Islam. Ayat yang pertama dalam surah al-Syura (42): 38: “...adapun
urusan kemasyarakatan yang diputuskan dengan musyawarah antara mereka”. Ayat ini
menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang menyangkut masyarakat atau
kepentingan umum Nabi selalu mengambil keputusan setelah melakukan musyawarah
dengan para sahabatnya. Dalam sebuah hadits Nabi digambarkan sebagai orang yang paling
banyak melakukan musyawarah.9Beliau melakukan hal ini, karena prinisp musyawarah
adalah merupakan suatu perintah dari Allah sebagaimana digariskan dalam ayat yang kedua
yang dengan tegas menyebutkan perintah itu dalam Al-Qur’an, Surah Ali-Imran (3): 159:

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu...

47
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut Qur’an dan Hadits, Jakarta: Tintamas, 1982, hlm. 6-10.
ayat yang terakhir ini apabila dijadikan sebagai suatu garis hukum maka ia dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Hai Muhammad engkau wajib bermusyawarah dengan para sahabat dalam
memecahkan setiap masalah kenegaraan”. Atau secara lebih umum “Umat Islam wajib
bermusyawarah dalam memecahkan setiap masalah kenegaraan”. Kewajiban ini terutama
dibebankan kepada setiap penyelenggara kekuasaan negara dalam melaksankan
kekuasaannya itu.

Musyawarah dapat diartikan sebagai suatu forum tukar menukar pikiran, gagasan atau ide,
termasuk saran-saran yang diajukan dalam memecahkan sesuatu masalah sebelum tiba pada
suatu pengambilan keputusan. Dilihat dari sudut kenegaraan, maka musyawarah adalah suatu
prinsip konstitusional10dalam nomokrasi Islam yang wajib dilaksanakan dalam suatu
pemerintahan dengan tujuan untuk mencegahnya lahirnya keputusan yang merugikan
kepentingan umum atau rakyat. Sebagai suatu prinsip konstitusional, maka dalam nomokrasi
Islam musyawarah berfungsi sebagai “rem” atau pencegah kekuasaan yang absolut dari
seorang penguasa atau kepala negara.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan merupakan prinisp ketiga dalam nomokrasi Islam. Seperti halnya
musyawarah, perkataan keadilan juga bersumber dari Al- Qur’an. Cukup banyak ayat-ayat
Al-Qur’an yang menggambarkan tentang keadilan. Dalam hubungan dengan paragraf ini
akan dikutip dan dibicarakan beberapa ayat yang relevan dengan topik ini.

Dalam suarat an-Nisa (4): 135 perkataan al-qist merupakan sinonim perkataan keadilan:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Dari ayat di atas sekurangnya dapat ditarik tiga garis hukum yaitu:

 Pertama: menegakan keadilan adalah kewajiban orang-orang yang


beriman.
 Kedua: Setiap mukmin apabila menjadi saksi ia diwajibkan menjadi
saksi karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil.

 Ketiga: (a) manusia dilarang mengikuti hawa nafsu; dan (b) Manusia
dilarang menyelewengkan kebenaran.

Dalam ayat lain, Allah mengulangi lagi kewajiban manusia menegakan keadilan dan menjadi
saksi yang adil. Ayat ini tercantum dalam Al-Qur’an, surah al-Maidah (5): 8:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam Al-Qur’an tema kedilan merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena itu,
reafirmasi dicantumkan lagi dalam ayat yang lain mengenai tema ini, yaitu dalam surah an-
Nahl (16): 90:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

4. Prinsip Persamaan

Prinsip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari Al- Qur’an, surah al-Hujarat
(49): 13:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. Prinsip persamaan dalam nomokrasi Islam mengandung aspek yang luas. Ia
mencangkup persamaan dalam segala bidang kehidupan. Persamaan itu meliputi bidang
hukum politik, ekonomi, sosial, dan lain- lain. Persamaan dalam bidang hukum memberikan
jaminan akan perlakuan dan perlindungan hukum yang sama terhadap semua orang tanpa
memandang
kedudukannya, apakah ia dari kalangan rakyat biasa atau dari kelompok elit. Prinsip ini telah
ditegakan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai kepala Negara di Madinah, ketika ada
sementara pihak yang menginginkan dispensasi karena tersangka bersal dari kelompok elit

Prinisp Pengakuan dan Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia

Dalam nomokrasi Islam hak-hak assi manusia bukan hanya diakui tetapi juga dilindungi
sepenuhnya, karena itu, dalam hubunganya ini ada dua prinsip yang sangat penting yaitu
prinsip pengakuan hak-hak asasi manusia dan prinsip perlindungan terhadap hak-hak
tersebut. Prinsip- prinisp itu secara tegas digariskan dalam Al-Qur’an antara lain dlam surat
al-Isra (17): 70:

dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Yang dimaksud dengan anak adam di sini adalah manusia sebagai keturunan Nabi Adam.
Ayat tersebut di atas dengan jelas mengekspresikan kemuliaan manusia yang di dalam teks
Al-Qur’an disebut karamah (kemuliaan). Mohammad Hasbi Ash-Shiddieqy membagi
karamah ke dalam tiga kategori yaitu (1) kemuliaan pribadi atau karamah fardiyah (2)
kemuliaan masyarakat atau karamah ijtimaiyyah dan (3) kemuliaan politik atau karomah
siyasiyah. Dalam kategori pertama, manusia dilindungi baik pribadinya maupun hartanya.
Dalam kategori kedua, “Status persamaan manusia dijamin sepenuhnya” dan dalam kategori
ketiga nomokrasi Islam meletakan hak-hak politik dan menjamin hak-hak itu sepenuhnya
bagi setiap orang warga negara, karena kedudukannya yang di dalam Al-Qur’an disebut
“Khalifah Tuhan di bumi”.

Proklamasi Al-Qur’an melalui ayat-ayat tersebut di atas mengandung prinisp pengakuan dan
perlindungan hak asasi manusia sebagai hak-hak dasar yang dikaruniakan Allah kepadanya.
Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak tersebut dalam nomokrasi Islam ditekankan
pada tiga hal yaitu (1) persamaan manusia; (2) martabat manusia; (3) kebebesan manusia.
Dalam persamaan manusia sebagaimana telah dijelaskan dalam paragraf yang lalu Al-Qur’an
telah menggariskan dan menetapkan suatu status atau kedudukan yang sama bagi semua
manusia. Karena itu, Al- Qur’an menentang dan menolak setiap bentuk perlakukan dan sikap
yang mungkin dapat menghancurkan prinsip persamaan, seperti diskriminasi dalam segala
bidang kehidupan, feodalisme, kolonialisme dan lain-lain.
5. Prinisp Peradilan Bebas

Prinsip ini berkaitan erat dengan prinisp keadilan dan persamaan. Dalam nomokrasi Islam
seorang hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna setiap putusan yang akan ia
ambil bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan
persamaan terhadap siapapun. Al-Qur’an menetapkan suatu garis hukum yang termaktub
dalam surah al-Nisa (4): 58:

dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. ...

prinsip peradilan bebas dalam nomokrasi Islam tidak boleh bertentangan dengan tujuan
hukum Islam, jiwa Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam melaksanakan prinsip peradilan bebas
hakim wajib memperhatikan pula prinsip amanah, karena kekuasaan kehakimannya yang
berada di tangannya adalah pula suatu amanah dari rakyat kepadanya yang wajib ia pelihara
dengan sebaik-baiknya. Sebelum ia menetapkan putusannya hakim wajib bermusyawarah
dengan para koleganya agar dapat dicapai suatu putusan yang seadil-adilnya. Putusan yang
adil merupakan tujuan utama dari kekuasaan kehakimah yang bebas.

6. Prinsip Perdamaian

Salah satu tugas pokok yang dibawa Rasulullah melalui ajaran Islam adalah mewujudkan
perdamaian bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Arti perkataan itu sendiri kecuali
penundukan diri kepada Allah, keselamatan, kesejahteraan dan pula ia mengandung suatu
makna yang didambakan oleh setiap orang yaitu perdamaian. Al-Qur’an sangat menjungjung
tinggi dan mengutamakan perdamaian. Islam adalah agama perdamaian. Al-Qur’an dengan
tegas menyeru kepada yang beriman agar masuk ke dalam perdamaian yang tertuang dalam
surah al-Baqarah (2): 208:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

7. Prinsip Kesejahteraan

Prinsip kesejahteraan dalam nomokrasi Islam bertujuan mewujudkan keadilan sosial dan
keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat atau rakyat. Tugas itu dibebankan kepada
penyelenggara negara dan masyarakat. Pengertian keadilan sosial adalah nomokrasi Islam bukan
hanya sekedar pemenuhan kebutuhan materil atau kebendaan saja, akan tetapi mencangkup pula
pemenuhan kebutuhan spiritual dari seluruh rakyat. Negara berkewajiban memperhatikan dua
macam kebutuhan itu dan menyediakan jaminan sosial untuk mereka yang kurang atau tidak
mampu. Al-Qur’an telah menetapkan sejumlah sumber-sumber dana untuk jaminan sosial bagi
anggota masyarakat dengan berpedoman pada prinsip keadilan sosial dan keadilan ekonomi.
Sumber-sumber dana tersebut antara lain adalah: zakat, infaq, shadaqh, hibah, dan wakaf, dengan
tidak menutupi kemungkinan bagi pendapatan-pendapatan negara yang bersumber-sumber lain,
seperti pajak, bea, dan lain-lain.

Dalam nomokrasi Islam keadilan sosial dan keadilan ekonomi dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penimbunan harta di tangan seseorang atau sekelompok orang sementara anggota
masyarakat lainnya mengalami kemiskinan. Salah satu misi Islam ialah memerangi kemiskinan,
sekurangnya menghilangkan kesenjangan anggota antara golongan orang-orang yang mampu
dan golongan orang yang kurang mampu. Pendirian Al-Qur’an mengenai kedudukan harta ialah
bahwa hata milik seseorang mempunyai fungsi sosial karena itu bukan merupakan kepemilikan
yang bersifat mutlak. Al-Qur’an menegaskan bahwa di dalam harta golongan hartawan itu ada
hak orang-orang yang membutuhkannya karena keadaan ekonominya yang lemah atau tidak
mampu, baik ia memintanya dengan tegas maupun tidak.Allah berfirman dalam surah Al-
Ma’arij (70): 24-25:

dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),

dalam ayat lain Allah berfirman yaitu dalam surah adz-Dzariat (51): 19:

dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.

Dalam hukum Islam digariskan sekurang-kurangnya 21 % dari harta kekayaan seseorang wajib
dikelaurkan dalam bentukzakat setiap tahunnya.5

5
Tentang tabel yang memuat aneka macam zakat, jenis harta, nisab, haul dan kadar zakat, lihat M. Daud Ali, Sistem
Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988.
Dalam nomokrasi Islam, hanya ada satu motivasi pelaksanaan prinsip kesejahteraan yaitu doktrin
Islam: “hablum min Allah wa hablum min al- nasl”, yaitu aspek ibadah dan aspek muamalah.
Dengan kata lain, realisasi prinsip kesejahteraan itu semata-mata bertujuan untuk mewujudkan
keadilan sosial dan masyarakat, sesuai dengan perintah Allah Swt.

8. Prinsip Ketaatan Rakyat

Bagaimana hubungan antara pemerintah dan rakyat, Al-Qur’an telah menetapkan suatu prinsip
yang dapat dinamakan sebagai prinsip ketaatan rakyat. Prinsip itu ditegaskan di dalam surah al-
Nisa (4): 59 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik

akibatnya.

Dalam nomokrasi Islam, penguasa atau pemerintah wajib mendahulukan kepentingan rakyat
ketimbang kepentingan pribadi atau kepentingan sendiri. Dengan demikian ketatan rakyat
terhadap penguasa atau pemerintah mengandung suatu asas timbal balik, dari suatu rakyat wajib
taat dan tunduk kepada pemerintah atau penguasa, tetapi dari segi lain pemerintah atau penguasa
wajib memperhatikan kemaslahatan umum dan melaksanakan prinsip-prinsip nomokrasi Islam.

Sembilan prinsip umum negara hukum sebagimana telah diuraikan di muka memiliki nilai-nlai
yang bersifat mutlaj serta daya laku (validitas) yang eternal dan universal. Dengan karakteristik
yang demikian tidak dapat diartikan bahwa prinsip-prinsip nomokrasi Islam adalah rigid.
Implementasi prinsip-prinsip itu dapat selalu mengalami perubahan dan perkembangan menurut
cara atau sistem yang sesuai dengan kepentingan masyarakat pada suatu waktu dan tempat.
Dengan perkataan lain, dalam aplikasinya, dapat digunakan teori Imam Malik yaitu al-Maslahah,
teori ini menekankan pada adanya kepentingan umum atau kemaslahatan umum. Dengan
demikian, dalam nomokrasi Islam soal cara, mekanisme atau sistem yang mendukung
pelaksanaan prinsip-prinsip umum negara hukum menurut Al-Qur’an dan Sunnah bukanlah
merupakan sesuatu yang mutlak tanpa alternatif-alternatif. Dalam menerapkan prinsip-prinsip
nomokrasi Islam dengan menggunaklan teori al-maslahah, maka manusia akan menemukan
alternatif-alternatif yang terbaik sesuai dengan masalah-masalah kenegaraan dan kemasyarakatan
yang mereka hadapi.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Istilah negara hukum merupakan suatu pengertian umum yang dapat diartikan dengan berbagai
persepsi. Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan negara hukum bukan saja konsep negara
hukum sebagaimana rechsstaat dan rule of law, tetapi juga nomokrasi Islam, Negara Hukum
Pancasila dan mungkin pula socialis legaliy.

Prinsip-prinsip negara hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang dibahas dalam
tulisan ini tedapat sembilan prinsip negara hukum, yaitu prinsip kekuasaan sebagai amanah,
musyawarah, keadilan, persamaan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
peradilan bebas, perdamaian, kesejahteraan dan ketaatan rakyat.

mungkin dapat menghancurkan prinsip persamaan, seperti diskriminasi dalam segala bidang
kehidupan, feodalisme, kolonialisme dan lain-lain.

B.Saran

Dalam setiap penulisan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak
keterbatasan. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran dari berbagai pihak guna
membangun untuk lebih baik lagi. Karena hasil dari setiap pemikiran, saran dari berbagai pihak
akan berkembang sesuai zaman dan realitas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
hmad Sukardja, Piagam Madinah & Undang-Undang Dasar NRI 1945: Kajian
Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat yang Majemuk, Jakarta:
Sinar Grafika, 2012.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti, 1983,
hlm. 153.
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinisp Dilihat
6

Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa Kini,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 103-153.

7
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut Qur’an dan Hadits, Jakarta: Tintamas,
1982, hlm. 6-10.
Tentang tabel yang memuat aneka macam zakat, jenis harta, nisab, haul dan kadar zakat,
lihat M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988.

Anda mungkin juga menyukai