Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM LEGISLASI

Fitzal Pradipta ibrahim, Gilang Rhamadhan, Ilham Zikry Ramdhani,

Muh. Rizky Zam-Zam, Muhammad Galih Ramadhan, Nur Alimah Pratama

UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.

ibrahimfitsal@gmail.com ilhamzikry062@gmail.com muhamadgalih.r@gmail.com


n.alimahpratama@gmail.com

ABSTRAK
apakah Negara Indonesia adalah sebuah Negara hukum harus dijawab dengan
menggunakanindikator penegakan keadilan bagi setiap orang tanpa ada pembeda,
kepastian hukum melaluipembentukan peraturan perundang-undangan, dan
penghormatan serta perlindungan terhadap hak-hakasasi manusia. UUD NRI 1945 pada
Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Negara
hukum Indonesia berdasar pada Pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD 1945sebagai
konstitusi, NKRI sebagai pilihan mutlak bentuk negara, dan prinsip bhineka tunggal ika
sebagaipenyatu seluruh elemen bangsa. Proses pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik merupakansatu langkah menuju cita negara hukum, dimana
perencanaan, partisipasi masyarakat, dan prosespembahasan yang terbuka dilakukan
saat pembentukan hukum.
Kata kunci: negara hukum, program legislasi, desain perencanaan

whether the State of Indonesia is a state of law that must be answered by using indicators
of upholding justice for everyone without distinction, legal certainty through statutory
regulations, and protection of human rights. The 1945 Constitution of the Republic of
Indonesia in Article 1 paragraph (3) states that the State of Indonesia is a State of Law.
The Indonesian legal state is based on Pancasila as the nation's ideology, the 1945
Constitution as the constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia as the
absolute choice of the form of the state, and the principle of Bhinneka Tunggal Ika as the
unifier of all elements of the nation. The process of forming good laws and regulations is a
step towards the ideals of a rule of law, where planning, community participation, and an
open discussion process are carried out during the formation of the law
keywords: state law, legislitation rogram, planning desaign

METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian literer/library research dengan menggunakan
metode yang bersifat deskriptif analitis. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menafsirkan fenomena yang ada maka perlu pendekatan dengan menggunakan teknik
analisis yang mana dalam hal ini dilakukan pendekatan yuridis normatif. Berikutnya
penalaran ini melibatkan interpretasi dengan menggunakan pendekatan penalaran
kritis. Sumber dan teknik pengumpulan data berasal dari data sekunder melalui studi
pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Program Legislasi Nasional (prolegnas) adalah instrumen perencanaan program
pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
Prolegnas merupakan tahapan proses perencanaaan penyusunan undang-undang yang
disusun dalam skala prioritas program pembentukan undang-undang dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional.1

Dasar Hukum Prolegnas


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
2. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
3. Peraturan DPR Nomor 1 tahun 2014 tentang tatatertib sebagaimana telah di ubah
terakhir dengan Peraturan DPR Nomor 2 tahun 2018. (Peraturan DPR Tentang Tata Cara
Penyusunan Prolegnas yang telah disepakati di Baleg).
4. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan2

Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang- undang yang


disusun secara terencana, terpadu dan sistematis
1. Terencana, yaitu penyusunan Prolegnas merupakan usaha yang sengaja dilakukan
untuk menyusun skala prioritas pembentukan undang-undang bagi pemenuhan kebutuhan
hukum masyarakat dan kepentingan negara.
2. Terpadu, yaitu penyusunan Prolegnas dilakukan secaraterkoordinasi, baik di internal
lingkunganPemerintah dan DPR maupun antaraPemerintah dan DPR
1
http://mh.uma.ac.id/apa-itu-program-legislasi-nasional/ diakses 19 April 2022.
2
https://pushep.or.id/program-legislasi-nasional-dan-proses-pembentukan-undang-undang/ diakses 19
April 2022.
3. Sistematis, yaitu penyusunan prolegnas dilakukan dengan parameter dan metode
tertentu3

Mekanisme Penyusunan Prolegnas


1. Menteri Hukum dan HAM selaku coordinator di lingkungan pemerintah
2. Baleg DPR selaku coordinator di lingkungan DPR sekaligus coordinator antara DPR,
Pemerintah, dan DPD
3. Panitia Perancang Undang-Undang selaku coordinator di lingkungan DPD
Lalu, Prolegnas ditetapkan dengan keputusan DPR.4
Penyusunan Prolegnas
• perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

• perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

• perintah Undang-Undang lainnya

• sistem perencanaan pembangunan nasional

• rencana pembangunan jangka panjang nasional

• rencana pembangunan jangka menengah

• rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR; dan

• aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat

ØPenyusunan dan penetapan Prolegnas jangka menengah dilakukan pada awal masa
keanggotaan DPR;

Ø Prolegnas jangka menengah dapat dievaluasi setiap akhir tahun bersamaan dengan
penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan;

Ø Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas


jangka menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan RUU APB 5

Penyusunan Prolegnas Prioritas Tahunan di Lingkungan Pemerintah

Prolegnas Jangka Menengah

3
Ilham Putuhena, “Prolegnas dalam Pembentukan Undang-Undang Pemerintah”, Diskusi Publik, Forum
Pusat studi Hukum Energi dan Pertambangan, Desember 2019.
4
Ilham Putuhena, Ibid.
5
Ilham Putuhena, Ibid.
1. Menteri PPN/Bapennas, Mendagri, Mensesneg, Menkeu
2. Menkumham
3. Kementrian/LPNK
Prolegnas Prioritas Tahunan (Judul RUU)
1. Sudah ada naskah akademiknya
2. Sudah ada draft RUU nya
3. Sudah selesai rapat antarkementrian
4. Sudah selesai harmonisasi di Kementrian Hukum dan HAM
5. Sudah mendapatkan izin Prakarsa dari Presiden untuk RUU Non Prolegnas Jangka
Menengah6

Pengajuan RUU di Luar Prolegnas


1. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam. Keadaan
tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional atas suatu
2. RUU yang dapat disetujui bersama oleh Baleg DPR dan Menkumham7

6
Ilham Putuhena, Ibid.
7
Ilham Putuhena, Ibid.
Program Legislasi Daerah

Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrumen perencanaan
program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang
disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. 8

Dasar Hukum Prolegda

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan


Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah.

MEKANISME PENYUSUNAN PROLEGDA

Dalam pelaksanaan penyusunan prolegda dapat dilakukan

melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut :

A.Penyusunan Prolegda Provinsi

1. Tahap Inventarisasi

Inventarisasi usulan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi :

a. Kepala daerah memerintahkan kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
menyusun Prolegda di lingkungan pemerintah daerah provinsi.

b.Penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah provinsi dikoordinasikan oleh biro


hukum.

c. Biro hukum pemerintah daerah provinsi mengirimkan surat permintaan pengajuan usul
Prolegda Provinsi kepada SKPD Provinsi sesuai dengan bidang tugasnyadan bupati/walikota
dalam hal pengaturan lintas kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.

8
https://paralegal.id/pengertian/program-legislasi-daerah/ di akses pada 19 April
d.SKPD menyusun rencana pembentukan peraturan daerah

e.Dalam menyusun usulan Prolegda, SKPD mempergunakan matriks Prolegda yang terdiri atas
nomor, judul rancangan perda, materi yang diatur, status Rancangan peraturan daerah,
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya, unit atau instansi terkait, serta
target penyampaian.

f. Dalam hal SKPD telah menyusun Naskah Akademik dan/atau draft rancangan peraturan
daerah, maka Naskah Akademik dan draft rancangan peraturan daerah tersebut turut disertakan
dalam penyampaian perencanaan pembentukan rancangan peraturan daerah.

g. Biro hukum pemerintah daerah provinsi menginventarisir usulan prolegda dari SKPD,

bupati/walikota untuk disusun dalam rancangan daftar skala prioritas prolegda provinsi di
lingkungan pemerintah daerah.9

2. Tahap Seleksi

Penyeleksian usulan prolegda di lingkungan pemerintah

daerah :

a. Berdasarkan hasil inventarisasi usulan rencana pembentukan peraturan daerah, biro hukum

selanjutnya melakukan seleksi substansi usulan rancangan peraturan daerah dengan


mendasarkan pada :

1) perintah peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi;

2) rencana pembangunan daerah;

3) penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan; dan

4) aspirasi masyarakat daerah.

Penyeleksian substantif tersebut bertujuan untuk mendapatkan rancangan peraturan daerah


yang sesuai dengan sistem hukum nasional, sinergis dengan prioritas pembangunan, dan
memenuhi kebutuhan masyarakat daerah.

b. Biro hukum dalam melakukan penyusunan Prolegda dapat mengikutsertakan instansi vertikal
terkait antara lain dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dan instansi vertikal lainnya.

c. Dalam hal untuk mendapatkan usulan rancangan peraturan daerah yang sinergis dengan
perencanaan pembangunan daerah, biro hukum bersama dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) melakukan analisis/review usulan rancangan peraturan daerah
9
https://www.bphn.go.id/data/documents/pedoman_penyusunan_prolegda.pdf di akses pada 19 April
dengan menggunakan Model Analisis Kerangka Regulasi (MAKARA). Model Analisis Kerangka
Regulasi adalah alat analisis untuk menilai “layak atau tidak layak”-nya suatu usulan peraturan
perundang-undangan masuk ke dalam rencana pembentukan peraturan daerah dan
mendapatkan alokasi anggaran.

d. Biro hukum menyelenggarakan rapat konsultasi penyusunan prolegda provinsi dengan


mengundang SKPD, bupati/walikota dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait,
masyarakat/pemangku kepentingan untuk melakukan pemantapan daftar usulan prolegda di
lingkungan pemerintah daerah.

e. Hasil penyusunan prolegda dari biro hukum provinsi disampaikan kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.

f. Kepala daerah menyampaikan hasil penyusunan prolegda di lingkungan pemerintah daerah


kepada Balegda melalui pimpinan DPRD.

3. Tahapan koordinasi antara pemerintah daerah dan DPRD

a. Penyusunan prolegda provinsi antara pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi
dikoordinasikan oleh DPRD melalui alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang
legislasi (Balegda DPRD) .

b. Pembahasan antara pemerintah daerah dan DPRD dilakukan dalam rangka melakukan
harmonisasi dan sinkronisasi usulan Prolegda dari pemerintah daerah provinsi dan DPRD
provinsi untuk kemudian menjadi usulan prioritas Prolegda dalam jangka waktu satu tahun.

c. Pembahasan untuk penyusunan Prolegda provinsi dilakukan dalam :

1) rapat kerja antara Baleg DPRD Provinsi dan Gubernur;

2) rapat dengar pendapat umum sebagai sarana penyebarluasan usulan prolegda untuk
memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan dari masyarakat, para pakar dan/atau
pemangku kepentingan terkait;

3) rapat panitia kerja yang dibentuk oleh Baleg DPRD Provinsi.

4) Dalam rapat tim perumus/tim sinkronisasi yang dibentuk oleh panitia kerja.

4. Tahap Penetapan

a. Hasil rapat koordinasi antara Balegda DPRD Provinsi dan pemerintah daerah provinsi yang
telah disepakati selanjutnya disampaikan pada rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan sebagai
Prolegda Provinsi dengan keputusan DPRD.

b. Penetapan prolegda provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan peraturan
daerah tentang APBD provinsi.
c. Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau gubernur dapat mengajukan rancangan
peraturan daerah diluar Prolegda provinsi dan harus ditetapkan dengan rapat paripurna DPRD
Provinsi.

d. Dalam Prolegda provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas :

1) Akibat putusan Mahkamah Agung;

2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;

3) Pembatalan atau klarifikasi dari Menteri Dalam Negeri.

4)Perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah Prolegda ditetapkan.

5. Tahap Penyebarluasan ProlegdaPenyebarluasan Prolegda provinsi dilakukan bersama oleh


DPRD Provinsi dan pemerintah daerah provinsi yang dikoordinasikan oleh alat kelengkapan
DPRD yang khusus menangani bidang legislasi (Balegda DPRD) melalui media yang mudah
diakses masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan para pemangku
kepentingan

B.Penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota

1. Penyusunan Prolegda Provinsi sebagaimana diuraikan di atas, secara mutatis mutandis


berlaku bagi penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota.

2.Dalam Prolegda kabupaten dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas :

a.Pembentukan, pemekaran dan penggabungan kecamatan atau nama lainnya; dan

b.Pembentukan, pemekaran dan penggabungan desa atau nama lainnya.

Pengelolaan Prolegda

Pengelolaan Prolegda diarahkan agar program pembentukan peraturan daerah dalam Prolegda
dapat dilaksanakan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan. Metode pengelolaan Program
Legislasi Daerah terdiri atas :

1.Inventarisasi Program Legislasi DaerahInventarisasi adalah kegiatan mengumpulkan data


rancangan peraturan daerah yang masuk dalam prolegda tahun bersangkutan, baik yang sedang
dalam tahap pembahasan di DPRD ataupun rancangan peraturan daerah yang belum masuk
tahap pembahasan di DPRD (masih dalam internal pemrakarsa), data hasil inventarisasi
digunakan sebagai bahan untuk monitoring Prolegda.

Kegiatan :

a. Inventarisasi dilakukan dengan mempergunakan Matriks Prolegda.

b.Data inventarisasi prolegda diperoleh dari biro/bagian hukum pemerintah daerah dan Balegda
DPRD Prov/Kab/Kota.
2. Monitoring

Monitoring bertujuan untuk memantau perkembangan rancangan peraturan daerah yang sudah
diprioritaskan dalam Prolegda. Monitoring Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD provinsi/
kabupaten/ kota dan pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota.

Kegiatan :

a. Memantau perkembangan pembahasan rancangan peraturan daerah;

b. Memantau jumlah rancangan peraturan daerah yang telah disahkan menjadi Perda.

3. Evaluasi

Kegiatan penilaian terhadap hasil dari pemantauan

pelaksanaan Prolegda pada tahun berjalan, digunakan

untuk perencanaan penyusunan Prolegda tahun

berikutnya.

Kegiatan :

a. Mengukur pelaksanaan prolegda dengan membandingkan antara pencapaian dan


perencanaan.

b. Berdasarkan hasil evaluasi, memberikan usulan untuk penyusunan prioritas tahun berikutnya.
Apabila suatu rancangan peraturan daerah tidak dapat diselesaikan pada tahun berjalan sesuai
dengan skala prioritas Prolegda yang telah ditetapkan, maka rancangan peraturan daerah
tersebut dapat dijadikan prioritas Prolegda tahun berikutnya dengan syarat rancangan
peraturan daerah tersebut sudah pernah dibahas dalam rapat pembahasan rancangan
peraturan daerah di DPRD provinsi/kabupaten/Kota. Apabila suatu rancangan peraturan daerah
belum pernah dibahas pada tahun berjalan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan, maka
rancangan peraturan daerah tersebut perlu dievaluasi kembali urgensinya untuk diajukan pada
Prolegda tahun berikutnya.

KESIMPULAN
Bahwa Prolegnas sesungguhnya tidak pernah tercapai, bahkan lebih sering prioritas pembahasan
didasarkan pada kebutuhan undang-undang yang saat itu mendesak, apalagi kalau menyangkut
kepentingan politik. Oleh karena ituProlegnas selalu gagal memenuhi targetnya, bila
dibandaingkan antara perencanaan yang dibuat dalam prolegnas dan realisasi setiap tahunnya
B. Saran/Rekomendasi
Perlu ada transparansi yang lebih baik dalam hal perencanaan, monitoring, dan hasil evaluasi
Prolegnas. Hal ini terutama harus dilakukan oleh DPR sebagai lembaga yang berperan sebagai
koordinator Prolegnas. Dalam penyusunan Prolegnas kedepan harus diperhatikan beberapa hal:
DPR harus membuat metode dan mekanisme yang lebih baik dalam mempersiapkan penyusunan
Prolegnas; Partisipasi harus dibuat lebih efektif dengan mengidentifikasi lebih luas pemangku
kepentingan, pemberian informasi yang memadai, dan waktu pengundangan yang cukup. Selain
itu hal yang penting harus diperhatikan bahwa DPD harus dilibatkan secara lebih substantif,
terkait dengan perannya sebagai perwakilan daerah, serta pengaturan dalam 17 ayat (3) UU No.
10/2004 yang menyatakan bahwa hanya Presiden dan DPR yang bisa mengajukan RUU di luar
Prolegnas. Ketentuan ini pada dasarnya menyaatakan bahwa DPD tidak akan dapat melaksanakan
perannya untuk mengajukan usulan RUU kepada DPR bila RUU tersebut tidak ada di dalam
Prolegnas
DAFTAR PUSTAKA
http://mh.uma.ac.id/apa-itu-program-legislasi-nasional/ diakses 19 April 2022.

https://pushep.or.id/program-legislasi-nasional-dan-proses-pembentukan-undang-undang/ diakses 19
April 2022.

Ilham Putuhena, “Prolegnas dalam Pembentukan Undang-Undang Pemerintah”, Diskusi Publik, Forum
Pusat studi Hukum Energi dan Pertambangan, Desember 2019.

Ilham Putuhena, Ibid.

https://paralegal.id/pengertian/program-legislasi-daerah/ di akses pada 19 April

https://www.bphn.go.id/data/documents/pedoman_penyusunan_prolegda.pdf di akses pada 19 April

Anda mungkin juga menyukai