LCTP RIAU
e. Kenusantaraan;
Yang dimaksud dengan "asas kenusantaraan" adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
f. Bhinneka tunggal ika;
Yang dimaksud dengan "asas bhinneka tunggal ika" adalah bahwa Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama,
suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Keadilan;
Yang dimaksud dengan "asas keadilan" adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
Yang dimaksud dengan "asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan"
adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi
hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Ketertiban dan kepastian hukum;
Yang dimaksud dengan "asas ketertiban dan kepastian hukum" adalah bahwasetiap
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat menciptakan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan" adalah
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat
dengan kepentingan bangsa dan negara.
Selain asas sebagaimana dimaksud di atas, Peraturan Perundang- undangan tertentu
dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan "asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-
undangan yang bersangkutan", antara lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan,
asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan iktikad baik.
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
Penyebarluasan
Yang dimaksud dengan "menyebarluaskan" adalah agar khalayak ramai mengetahui
Peraturan Perundang-undangan tersebut dan mengerti/memahami isi serta maksud-maksud
yang terkandung di dalamnya Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan tersebut
dilakukan, misalnya, melalui media elektronik seperti Televisi Republik Indonesia dan Radio
Republik Indonesia atau media cetak.
1. Pemerintah wajib menyebarluaskan Peraturan Perundang-undangan yang telah
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia atau Berita Negara Republik
Indonesia.
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
Hukum Pajak
1) Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak, dalam bahasa Inggris,disebut tax law. Dalam bahasa Belanda, hukum
pajak disebut belasting recht. Di Indonesia, selain digunakan istilah hukum pajak, juga
digunakan istilah hukum fiskal. Sebenarnya hukum pajak dengan hukum fiskal memiliki
substansi yang berbeda. Hukum pajak hanya sekadar membicarakan tentang pajak sebagai
objek kajiannya, sedangkan hukum fiskal meliputi pajak dan sebagian keuangan Negara
sebagai objek kajiannya.
Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak. Hukum
pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang memuat sanksi
hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu hukum tidak lepas dari sanksi hukum sebagai
substansi di dalamnya agar Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak menaati kaidah hukum.
Sanksi hukumyang dapat diterapkan berupasanksi administrasi dan sanksi pidana.
Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak (Rochmat
Soemitro, 1979). Dengan kata lain, hukum pajak menerangkan :
o
Siapa-siapa Wajib Pajak (subjek pajak);
o
Objek-objek apayang dikenakan pajak (objek pajak);
o KewajibanWajib Pajak terhadap pemerintah;
o
Timbulnya dan hapusnya utang pajak;
o
Cara penagihan pajak;
o
Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 (UU KUP) tidak menyebutkan pengertian
hukumpajak, melainkan hanya menyatakan kedudukannya sebagai “ketentuan umum” bagi
peraturan perundang-undangan perpajakan yang lain. UU KUP merupakan kaderwet yang
berfungsi sebagai payung terhadap undang-undang pajak yang sifatnya sektoral.
•
Mengatur ketentuan peradilan administrasi dan peradilan pajak.
Tugas Khusus hukum pajak adalah sebagai alat kebijaksanaan untuk menentukan
politik perekonomian ataupun tugas di luar kepentingan keuangan negara.
c. Pisah Harta (PH), yaitu suami-istri yang dikenai pajak secara terpisah karena
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan secara tertulis; Wajib Pajak ini diberikan NPWP Pusat yang berbeda
dengan NPWP suami.
d. Memilih Terpisah (MT), yaitu wanita kawin, selain kategori Hidup Berpisah dan Pisah
Harta, yang dikenai pajak secara terpisah karena memilih melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya; dan Wajib Pajak ini
diberikan NPWP Pusat yang berbeda dengan NPWP suami.
e. Warisan Belum Terbagi (WBT) sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
2. NPWP tidak diberikan kepada :
a. Wanita kawin yang tidak hidup berpisah berdasarkan putusan hakim, tidak
melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis, dan/atau
tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
terpisah dari suaminya, yang hak dan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya; dan
b. Anak yang belum dewasa yang memiliki penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal
8 ayat 4 Undang- Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
TAHUN 2008.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT) dan orang pribadi lainnya yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas juga wajib mendaftarkan diri di KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha tersebut, untuk memperoleh
NPWP Cabang bagi setiap tempat usaha.
DESENTRALISASI PEMERINTAHAN
Dengan adanya otonomi dan desentralisasi diharapkan dapat menjadi sebuah alat
untuk mencapai salah satu tujuan bernegara memberikan pelayanan publik yang lebih baik
dan menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih demokratis, dan juga akan
diwujudkan pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintahan untuk melakukan
pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak (taxing power), terbentuknya dewan dan
kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer
dari pemerintah pusat.
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber Penerimaan Daerah Untuk
Pendanaan Dan Pembangunan Daerah
Sebagaimana diatur dalam UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, struktur pendapatan dan belanja pemerintah daerah pada APBD terdiri
dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiyaan. Dalam pendapatan daerah kita
bisa melihat pembagiannya seperti pada gambar
Pendapatan Asli Daerah a. Pajak daeah;
(PAD) b. Retribusi Daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang sah;
Pendapatan
Transfer dari Pemerintah a. Dana Bagi Hasil;
Daerah
Pusat b. Dana Alokasi Umum;
c. Dana Alokasi Khusus;
d. Dana Insentif Daerah; dan
e. Dana Desa;
Transfer dari Pemerintah Pendapatan Bagi Hasil Pajak, Bantuan, Hibah, dan
Provinsi lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh
pemerintah;
Dari struktur ini dapat terlihat bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan
komponen pendapatan daerah dari unsur pendapatan asli daerah (PAD). Adanya otonomi
daerah yang diikuti dengan otonomi fiskal, yang membuat daerah memiliki kewenangan
dalam pemungutan perpajakan daerah merupakan salah satu esensi desentralisasi yang
mendorong ke arah kemandirian daerah.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Menurut UU No.28 Tahun 2009 Serta
Perbedaannya
“Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”
“Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.”
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi
masing-masing sebagai berikut :
• Penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen), dan
• Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut :
• Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen), dan
• Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen)
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor.Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan
paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
d. Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air
Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28
Tahun 2009).
e. Pajak Rokok
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai
rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh
Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Penerimaan pajak
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang,
atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, atau dinikmati oleh
umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
e. Pajak Penerangan Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif
PajakPenerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak
bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.Tarif Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
g. Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
h. Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan atau
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling
tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
i. Pajak Sarang Burung Walet
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa
yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,
collocalia esculanta, dan collocalia linchi.Tarif Pajak Sarang Burung Walet
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
pajak atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta
laut wilayah kabupaten/kota.Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan pedalaman atau laut. Tarif Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas
tanah atau bangunan.Perolehan Hak atas Tanah atau Bangunan adalah perbuatan
atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah atau
bangunan oleh orang pribadi atau Badan.Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang- Undang Nomor 28
Tahun 2009).
MATERI BABAK PUTARAN III
LCTP RIAU
PMK -112/PMK.03/2022
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
Latar Belakang 2
www.pajak.go.id
Tujuan Kebijakan 3
1 2 3
www.pajak.go.id
PERUBAHAN FORMAT NPWP 4
Nomor Identitas
NPWP CABANG Tempat Kegiatan
Usaha (NITKU)
www.pajak.go.id
FORMAT NPWP BARU, SEJAK KAPAN? 5
Dengan ketentuan:
Sejak tanggal 14 Juli 2022, NIK digunakan sebagai NPWP bagi Wajib Pajak orang pribadi
penduduk dan NIK dengan format 16 digit bagi Wajib Pajak orang pribadi bukan penduduk,
Wajib Pajak badan serta Wajib Pajak instansi pemerintah
www.pajak.go.id
UNTUK WP LAMA, BAGAIMANA? 6
• Dilakukan Pemadanan
Ketentuan NPWP dengan Data Kependudukan
www.pajak.go.id
UNTUK WP LAMA, BAGAIMANA? 7
Ketentuan NPWP
MENAMBAH ANGKA “0”
WP Lama di depan NPWP Lama
WP Badan, Instansi
menjadi format 16 Digit
Pemerintah & Orang
Pribadi bukan penduduk
www.pajak.go.id
UNTUK WP LAMA, BAGAIMANA? 8
Ketentuan NPWP
Diberikan Nomor Identitas
WP Lama Tempat Kegiatan Usaha
(NITKU)
Untuk WP Cabang SECARA JABATAN
Batas waktu pihak lain menggunakan NPWP dengan format 15 digit dapat diperpanjang
oleh Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.
www.pajak.go.id
UNTUK WP BARU, BAGAIMANA? 9
Ketentuan NPWP
www.pajak.go.id
UNTUK WP BARU, BAGAIMANA? 10
Ketentuan NPWP
Selain WP Orang Pribadi penduduk dan WP Cabang, tetap dapat menggunakan NPWP
dengan format 15 digit dengan menghapus digit pertama berupa angka 0 (nol)
www.pajak.go.id
UNTUK WP BARU, BAGAIMANA? 11
Ketentuan NPWP
NITKU baru akan digunakan mulai tanggal 1 Januari 2024, WP Cabang tetap
menggunakan NPWP Cabang sampai dengan 31 Desember 2023
www.pajak.go.id
KALAU WP LAMA, BAGAIMANA? 12
SELURUH
DESEMBER
NPWP MASIH BISA
DIGUNAKAN
SAMPAI DENGAN 2023
DENGAN FORMAT LAMA
Ketentuan mengenai pencantuman NPWP dengan format 15 digit dan terbit sebelum 1 Januari 2024
tetap berlaku dan tidak diperlukan pembetulan ataupun penggantian
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id