Anda di halaman 1dari 3

UAS PERANCANG PERUNDANG-UNDANGAN

Nama : Rahma Tika


Nim : 2011150004
Kelas : 6A HTN
Dosen : Dr. Mevi Primaliza, S.KM., S.H., M.H.
Tgl : 14 Juli 2023
Waktu : 120 menit (10.00-12.00)

Soal:

1. Jelaskan pengertian perancangan perundang-undangan dan jelaskan tahapan-tahapan


dalam proses perancangan perundang-undangan secara singkat !
2. Hubungkan materi muatan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan
lainnya dengan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik !
3. Jelaskan hubungan antara perancangan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
negara hukum !
4. Jelaskan Sistematika Perundangan-undangan dalam Teknik penyusunan peraturan
perundang-undangan !
5. Analisis Undang-Undang Omnibus Law yang ada di Indonesia, apakah sudah sesuai
dengan kaedah perancang perundang-undangan !

Jawab:

1. Perancangan undang-undang adalah proses pembuatan dan penyusunan rancangan


dokumen hukum yang memiliki kekuatan hukum formal dan biasanya diberlakukan
oleh pemerintah atau lembaga legislatif suatu negara. Undang-undang tersebut
bertujuan untuk mengatur dan mengatur tindakan, hak, kewajiban, dan hubungan
antara individu, organisasi, atau pemerintah.
Secara garis besar proses pembentukan Undang-Undang terdiri atas
beberapa tahap, yaitu :
a) Proses persiapan pembentukan undang-undang, yang merupakan proses
penyusunan dan perancangan & lingkungan Pemerintah, di lingkungan Dewan
Penvakilan Rakyat, atau di lingkungan Dewan Penwakilan Daerah.
b) Proses pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat.
c) Proses pengesahan oleh Presiden, dan
d) Proses pengundangan (oleh Menteri yang tugas dan tanggung awabnya di
bidang peraturan perundang-undangan).
2. Hubungan antara materi muatan undang-undang dan peraturan perundang-undangan
dengan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Kepastian hukum: Materi muatan undang-undang dan peraturan perundang-
undangan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas, sehingga semua pihak
yang terlibat dapat memahami ketentuan-ketentuan yang diatur.
b) Keadilan: Materi muatan undang-undang dan peraturan perundang-undangan
harus mengedepankan prinsip keadilan, dengan tidak memihak kepada
kelompok tertentu atau merugikan kepentingan masyarakat secara umum..
c) Keterbukaan dan partisipasi publik: Dalam proses perancangan undang-undang
dan peraturan perundang-undangan yang baik, penting untuk melibatkan
partisipasi publik dan memastikan keterbukaan informasi.
3. Keselarasan dengan konstitusi dan hukum lainnya: Materi muatan undang-undang dan
peraturan perundang-undangan harus konsisten dengan konstitusi negara dan hukum
lainnya. Perancangan perundang-undangan memiliki hubungan erat dengan prinsip-
prinsip negara hukum. Prinsip-prinsip negara hukum adalah landasan dan pedoman
dalam merancang perundang-undangan untuk menjaga keadilan, kepastian hukum, dan
perlindungan hak asasi manusia.
Prinsip kedaulatan hukum menegaskan bahwa hukum adalah otoritas
tertinggi dalam negara. Dalam perancangan perundang-undangan, prinsip ini berarti
bahwa undang-undang harus berlaku secara merata untuk semua warga negara tanpa
pengecualian. Perundang-undangan harus dibuat dengan menghormati prinsip
kedaulatan hukum untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan mencegah
penyalahgunaan wewenang. Perancangan perundang-undangan harus memperhatikan
dan melindungi kebebasan serta hak asasi manusia. Hak-hak fundamental seperti
kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, hak privasi, dan perlindungan terhadap
diskriminasi harus diakui dan dijamin dalam perundang-undangan. Dalam
perancangan perundang-undangan, ini berarti undang-undang harus jelas, konsisten,
dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat. Hukum harus diterapkan secara
adil dan objektif, tanpa diskriminasi atau penyelewengan kekuasaan. Perundang-
undangan yang baik juga harus memberikan perlindungan hukum yang memadai bagi
semua warga negara.
4. 1). JUDUL
2). PEMBUKAAN
a) Frase Dengan Rahmat TuhanYang Maha Esa.
b) Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan.
c) Konsidem "Menimbang".
d) Dasar Hukum "Mengingat".
e) Dikturn.
3. BATANGTUBUH
a) Ketentuan Umurn.
b) Materi Pokok yang Diatur.
c) Ketentuan Pidana (jika diperlukan).
d) Ketentuan Peralihan (jika diperlukan).
e) Ketentuan Penutup.
4. PENUTUP
5. PENJELASAN (jika diperlukan)
6. LAMPIRAN (jika diperlukan)

5. Undang omnibuslaw tidak sesuai dengan kaedah yang telah ditentukan dalam
perancangan perundang undangan di indonesia karena melanggar beberapa asas asas
di dalam undang undang seperti pada asas kemanusiaan, keadilan, keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan. Sehingga ini sangat bertentangan terutama pada undang
undang konstitusi kita yatu UUD 1945. Agar pembentukan Peraturan Perundang-
undangan tetap selalu berdasrkan dengan ketentuan yang berlaku dan asas-asas
pembentukan Peraturan Perundang-undangan, agar Peraturan perundang-undangan
yang dibentuk berlandaskan hukum yang kuat dan tidak diragukan keefesiensi
Peraturan Perundang-undangan tersebut. Agar pengaturan mengenai Omnibus Law
tersebut segara dibentuk pengaturan resmi lebih lanjutnya sehingga Omnibus Law
memiliki status hukum yang kuat di Indonesia dan dapat sesuai dengan Undang-
undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 dan tidak diragukan lagi
pembentukan Peraturan Perundang-undangan menggunakan metode Omnibus Law.

Anda mungkin juga menyukai