Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR ILMU HUKUM (PTHI) -2


DOSEN PENGAMPU:
SOEBAGIO BOERHAN, S.H., M.HUM

Oleh:
HIMAWAN FUADDIANSYAH
NIM: 042684604

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


UPBJJ SURABAYA
2021.1
1. Jelaskan asas formal yang harus diperhatikan oleh pembentuk peraturan
perundang – undangan agar perundang – undangan yang dibuat dapat
berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis!

Hamid S. Attamimi, menyampaikan dalam pembentukan peraturan perundang-


undangan, setidaknya ada beberapa pegangan yang harus dikembangkan guna
memahami asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
(algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar, meliputi :
Pertama, asas yang terkandung dalam Pancasila selaku asas-asas hukum umum
bagi peraturan perundang-undangan; Kedua, asas-asas negara berdasar atas
hukum selaku asas-asas hukum umum bagi perundang-undangan; Ketiga, asas-
asas pemerintahan berdasar sistem konstitusi selaku asas-asas umum bagi
perundangundangan, dan Keempat, asas-asas bagi perundang-undangan yang
dikembangkan oleh ahli.
Berkenaan dengan hal tersebut pembentukan peraturan perundang - undangan
yang baik selain berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik (beginselen van behoorlijke wetgeving), juga perlu dilandasi
oleh asas-asas hukum umum (algemene rechtsbeginselen), yang didalamnya
terdiri dari asas negara berdasarkan atas hukum (rechtstaat), pemerintahan
berdasarkan sistem konstitusi, dan negara berdasarkan kedaulatan rakyat.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dalam membentuk peraturan perundang-
undangan harus berdasarkan pada asas-asas pembentukan yang baik yang
sejalan dengan pendapat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto meliputi :
a. Asas Kejelasan Tujuan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai;
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundangundangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang;

1
c. Asas Kesesuaian antar jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-
undangannya;
d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan
perundang-undangan tersebut, baik secara filosofis, yuridis maupun
sosiologis.
1) Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan moral yang
berlaku di masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang mempunyai
tingkat kepekaan yang tinggi dibentuk berdasarkan semua nilai-nilai
yang baik yang ada dalam masyarakat;
2) Aspek Yuridis adalah terkait landasan hukum yang menjadi dasar
kewenangan pembuatan Peraturan perundang - undangan.
3) Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana Peraturan perundang
-undangan yang disusun tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, sesuai
dengan kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan.
e. Asas hasil guna dan daya guna adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan
harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan. Sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa
hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaanya.
g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan dan
pembahasan bersifat transparan. Dengan demikian seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan;
h. Asas materi muatan adalah materi muatan peraturan perundangundangan
menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

2
Peraturan Perundang-undangan harus mengandung asas-asas sebagai berikut
:
1) Asas kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah untuk mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan;
2) Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
perundang – undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila;
3) Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan peraturan
perundang - undangan harus memperhatikan keragaman penduduk,
agama, suku, dan golongan, kondisi dan budaya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara;
4) Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali;
5) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah
bahwa setiap materi muatan peraturan perundang – undangan tidak boleh
berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial;
6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan
peraturan perundang - undangan harus dapat menimbulkan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum;
7) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan perundang - undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu
dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan Negara.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa asas formal dalam
pembentukan perundang – undangan yang harus ada sehingga peraturan
perundang – undangan dapat berlaku secar yuridis, sosiologis dan filosofis
adalah “asas dapat dilaksanakan” sebagaimana termaktub dalam Undang-

3
undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

2. Jelaskan ada berapa macam peristiwa hukum dan beri contoh nya!

Pengertian Peristiwa Hukum

Dalam kehidupan sehari-hari, akan selalu terjadi interaksi antara satu anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat yang lain. Interaksi antara anggota-
anggota masyarakat tersebut berbentuk hubungan satu dengan yang lainnya
dalam berbagai hal dan dalam berbagai bidang, yang menimbulkan berbagai
peristiwa kemasyarakatan. Secara umum, Peristiwa hukum atau kejadian hukum
(rechtsfeit) dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang
menimbulkan akibat hukum.
Sedangkan menurut pendapat para ahli yang dimaksud dengan peristiwa hukum
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Chainur Arrasjid: Dalam bukunya yang berjudul "Dasar-Dasar Ilmu Hukum",
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan peristiwa hukum adalah suatu
kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum yang
dapat menggerakkan peraturan-peraturan tertentu sehingga peraturan yang
tercantum di dalamnya dapat berlaku konkret.
b. Soedjono Dirdjosisworo: Peristiwa hukum adalah semua peristiwa atau
kejadian yang dapat menimbulkan akibat hukum, antara pihak yang
mempunyai hubungan hukum.
c. Surojo Wignjodipuro: Peristiwa hukum adalah peristiwa (kejadian biasa)
dalam kehidupan sehari-hari yang membawa akibat yang diatur oleh hukum.
d. L. J. Van Apeldorn: Peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan
hukum yang dapat menimbulkan dan menghapuskan hak.
e. Utrecht: Peristiwa hukum adalah peristiwa yang dirumuskan di dalamnya
aturan hukum.
f. Bellefroid: Peristiwa hukum adalah peristiwa sosial yang tidak secara
otomatis dapat merupakan atau menimbulkan hukum. Suatu peristiwa dapat

4
merupakan peristiwa hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan hukum
dijadikan peristiwa hukum.
g. Satjipto Rahardjo: Dalam bukunya yang berjudul "Ilmu Hukum",
menyatakan bahwa peristiwa hukum adalah sesuatu yang bisa menggerakkan
peraturan hukum sehingga ia secara efektif menunjukkan potensinya untuk
mengatur. Selanjutnya Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa peristiwa
hukum ini adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu
peraturan hukum tertentu, sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum di
dalamnya lalu diwujudkan.
h. R. Soeroso: Dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Ilmu Hukum",
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan peristiwa hukum adalah.
1) suatu rechtsfeit atau suatu kejadian hukum.
2) suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya diatur
oleh hukum.
3) perbuatan dan tingkah laku subyek hukum yang membawa akibat hukum,
karena hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi subyek hukum atau
karena subyek hukum tersebut terikat oleh kekuatan hukum.
4) peristiwa di dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Tidak
semua peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa
adalah peristiwa hukum.

Macam Peristiwa Hukum

Dalam hukum dikenal adanya dua macam peristiwa hukum, yaitu:

a. Peristiwa Hukum Karena Perbuatan Subyek Hukum

Perbuatan subyek hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Perbuatan Hukum
Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum apabila perbuatan tersebut
oleh hukum diberi akibat atau mempunyai akibat hukum, dan akibat
hukum tersebut dikehendaki oleh yang bertindak. Dalam pergaulan hidup
manusia, tiap-tiap hari manusia selalu melakukan perbuatan-perbuatan
untuk memenuhi keinginannya. Segala perbuatan manusia yang secara

5
sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban
itulah yang dinamakan perbuatan hukum.
Sedangkan apabila sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang
melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka perbuatan
itu bukanlah suatu perbuatan hukum. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kehendak dari yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur
pokok dari perbuatan tersebut. Jadi suatu perbuatan yang akibatnya tidak
dikehendaki oleh yang melakukannya bukanlah suatu perbuatan hukum.
Jenis Perbuatan Hukum. Perbuatan hukum terdiri dari :
• Perbuatan hukum sepihak/bersegi satu (eenzijdig), yaitu perbuatan
hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan
kewajiban pada satu pihak pula.
Misalnya: pembuatan surat wasiat dan hibah.
• Perbuatan hukum dua pihak/bersegi dua (tweezzijdig), yaitu
perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan
hak dan kewajiban bagi kedua pihak atau timbal balik.
Misalnya, pembuatan perjanjian jual beli, sewa menyewa, dan lain
sebagainya.
2) Perbuatan Lain Yang Bukan Perbuatan Hukum.
Adapun perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dapat dibedakan
dalam :
• Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum. Jadi akibat yang tidak
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu diatur oleh hukum,
tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.
Misalnya: perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang
lain dengan tidak diminta oleh orang itu untuk memperhatikan
(mengurus) kepentingannya (zaakwaarneming). Hal ini diatur dalam
pasal 1354 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Jika seorang
dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia
secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta

6
menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang diwakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusannya".
• Perbuatan yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatige daad).
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga
oleh hukum, meskipun akibat itu memang tidak dikehendaki oleh
yang melakukan perbuatan tersebut, sebagaimana disebut dalam pasal
1365 KUH Perdata, yang berbunyi : "Tiap perbuatan melanggar
hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut".

b. Peristiwa Hukum Yang Bukan Karena Perbuatan Hukum/Perbuatan Lainnya.

Peristiwa hukum yang bukan karena perbuatan subyek hukum (manusia) atau
karena perbuatan lainnya, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Keadaan Nyata, yang mencakup kepailitan (pasal 1 Undang-Undang


Kepailitan) dan kedaluwarsa (pasal 1946 KUH Perdata), baik
kedaluwarsa berdasarkan waktu akuisitif maupun berdasarkan waktu
ekstinktif.
2) Perkembangan fisik kehidupan manusia, yang mencakup kelahiran
(pasal 298 ayat 2 KUH Perdata), kedewasaan (pasal 321, 322, dan 1329
KUH Perdata), dan kematian (pasal 833 KUH Perdata).
3) Kejadian lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 1553 KUH
Perdata tentang sewa menyewa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa


perbuatan hukum adalah tindakan apapun yang dikehendaki oleh subyek hukum,
untuk diperbuat secara sadar dan pada akhirnya menimbulkan akibat hukum.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai
perbuatan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1) terdapat subyek hukum.


2) terdapat perbuatan yang diatur dalam hukum.
3) perbuatan tersebut dilakukan secara sadar dan dikehendaki.

7
4) terdapat akibat dari perbuatan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian peristiwa hukum dan macam


peristiwa hukum.

3. Jelaskan dan sebutkan unsur – unsur pokok Yayasan!

Pengertian Yayasan

Menurut Mr. Paul Scholten Yayasan adalah “suatu badan hukum yang dilahirkan
oleh suatu pernyataan sepihak, dimana pernyataan itu harus berisikan
pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan menunjukkan
bagaimanakah kekayaan itu diurus atau digunakan”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yayasan adalah badan


hukum yg tidak mempunyai anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan
didirikan untuk tujuan sosial (mengusahakan layanan dan bantuan seperti
sekolah, rumah sakit, pantai asuhan, dll). Menurut Paul Scholten maupun Pitlo,”
Kedudukan badan hukum itu diperoleh bersama-sama dengan berdirinya
yayasan itu”. Berdasarkan hal tersebut, pendapat ini menurut Ali Rido dapat
berlaku juga di Indonesia.

Adapun yang dimaksud dengan Yayasan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor


16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yaitu: “Yayasan adalah badan hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota”.

Yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial,
kemanusiaan dan keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari
berbagai macam sumber. Yayasan ini sifatnya tidak memiliki anggota. Menilik
dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit atau keuntungan. Yayasan
selanjutnya memiliki kewenangan untuk mendirikan sebuah atau beberapa buah
badan usaha sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh yayasan.

8
Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai macam
bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang kerja
yang menjadi usahanya. Meskipun non-profit, yayasan dapat memperoleh
income dari badan usaha yang didirikan. Income ini bertujuan untuk menghidupi
operasional yayasan dan badan usaha yang ada dibawahnya, bukan untuk
memperkaya diri si pemilik yayasan. Yayasan akan memiliki banyak
keuntungan seiring dengan banyaknya badan usaha yang didirikan. Badan usaha
tersebut adalah modal hidup nyata sebuah yayasan.

Status Badan Hukum Yayasan

Sebelum berlakunya Undang-undang Yayasan, sebagai badan hukum (recht


persoon) yayasan sudah sejak lama diakui dan tidak diragukan. Meskipun belum
ada undang-undang yang mengaturnya. Dalam lalu lintas hukum sehari-hari,
Yayasan diperlakukan sebagai legal entity.

Yayasan sebagai badan hukum telah diterima di Belanda dalam suatu


yurisprudensi Tahun 1882 Hoge Raad, yang merupakan badan peradilan
tertinggi di negeri Belanda berpendirian bahwa Yayasan sebagai badan hukum
adalah sah menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad
tersebut diikuti oleh Hoode Gerech Shof di Hindia Belanda (sekarang Indonesia)
dalam putusannya dari tahun 1889.

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang-undang yang


mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Setiawan S. H, Prof.
Soebekti serta Prof. Warjono Projodikoro berpendapat Yayasan merupakan
Badan Hukum. Setiawan, SH berpendapat bahwa Yayasan adalah badan hukum
serta walaupun tidak ada peraturan tertulis mengenai Yayasan, praktek hukum
dan kebiasaan membuktikan bahwa di Indonesia itu dapat didirikan suatu
Yayasan bahwa Yayasan berkedudukan sebagai badan hukum.

Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah
pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang legal. Prof.
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya berjudul “Hukum Perdata Tentang
Persetujuan-Persetujuan Tertentu”, berpendapat bahwa Yayasan adalah badan

9
hukum. Dasar suatu Yayasan adalah suatu harta benda kekayaan yang dengan
kemauan memiliki ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pengurus
yayasan juga ditetapkan oleh pendiri Yayasan itu. Pendiri dapat mengadakan
peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Sebagai badan hukum yang
dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, artinya dapat dijual beli,
sewa-menyewa dan lain - lain dengan mempunyai kekayaan terpisah dari
barang-barang, kekayaan orang- orang yang mengurus Yayasan itu.

Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan diberikan batasan yang jelas dan
diharapkan masyarakat dapat memahami bentuk dan tujuan pendirian Yayasan
tersebut. Sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi tentang Yayasan dan tujuan
diberikannya Yayasan.

Unsur-Unsur Yayasan

Yayasan dipandang sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai


berikut:

a. Yayasan adalah perkumpulan orang.


b. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum.
c. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri.
d. Yayasan mempunyai pengurus.
e. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan
f. Yayasan mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat.
g. Yayasan dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

Sehingga dari unsur-unsur yang tersebut di atas dapat diberikan suatu


kesimpulan bahwa Yayasan memenuhi syarat sebagai badan hukum dimana
Yayasan memiliki harta kekayaan sendiri, dapat melakukan perbuatan hukum
dalam hubungan hukum, memiliki maksud dan tujuan serta unsur-unsur lainya
sehingga Yayasan menyamakan statusnya dengan orang- perorangan.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan lebih


memperjelas lagi bahwa yayasan adalah suatu badan hukum dimana dulu badan
hukum didasarkan atas kebiasaan dan yurisprudensi, kini status badan hukumnya
jelas. Berdasarkan batasan Yayasan tersebut di atas, disamping juga sudah

10
dipastikan status badan hukumnya, Yayasan juga memiliki unsur-unsur suatu
badan hukum seperti memiliki kekayaan yang dipisahkan (sendiri) juga Yayasan
memiliki maksud dan tujuan.

Dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dijelaskan
tentang cara berdirinya Yayasan, yang berbunyi:

a. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal
b. Pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia

Guna mendapatkan status badan hukum sebuah Yayasan harus melalui proses
pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
seperti yang tercantum dalam Pasal 11 ayat 1 yang berbunyi:

a. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian


b. Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 2 memperoleh
pengertian dari Menteri.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Yayasan


adalah subyek hukum yang berbentuk badan hukum. Sebagai subyek hukum
yang berbentuk badan hukum Yayasan mempunyai 7 unsur pokok yaitu:
perkumpulan orang; dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan
hukum; mempunyai harta kekayaan sendiri; mempunyai pengurus; mempunyai
maksud dan tujuan; mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat; serta
dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hubungan hukum serta sebutkan


unsur – unsurnya!

Pengertian hubungan hukum

11
Hubungan hukum (rechtbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan
hak dan kewajiban pihak yang lain. Hubungan hukum dapat terjadi antara
sesama subyek hukum dan antara subyek hukum dengan benda. Hubungan
antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara orang, orang dengan badan
hukum, dan antara sesama badan hukum. Hubungan hukum antara subyek
hukum dengan benda berupa hak apa yang dikuasai oleh subyek hukum itu atas
benda tersebut, baik benda berwujud, benda bergerak, atau benda tidak bergerak.
Hubungan hukum memiliki syarat-syarat yaitu adanya dasar hukum dan adanya
pristiwa hukum.

Jadi setiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu segi “bevoegdheid”
(kekuasaan/kewenangan atau hak) dan lawannya “plicht” atau kewajiban.
Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum (orang atau
badan hukum) dinamakan hak.

Unsur-unsur hubungan hukum

Menurut R. Soeroso hubungan hukum memiliki 3 unsur untuk menjalankan


hubungan hukum yaitu:

a. Adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan. Subyek


hukum yang saling terhubung dalam sebuah hubungan hukum dan
mempunyai hak dan kewajiban masing – masing
Contoh:
A menjual rumahnya kepada B
A wajib menyerahkan rumahnya kepada B
A berhak meminta pembayaran kepada B
B wajib membayar kepada A

B berhak meminta rumah A setelah dibayar


b. Adanya Objek hukum, yaitu segala sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan dari subjek hukum. dalam contoh diatas
obyeknya adalah rumah.

12
c. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya
hubungan atas obyek yang bersangkutan
Contoh:
A dan B mengadakan hubungan sewa menyewa rumah
A dan B sebagai pemegang hak dan pengemban kewajiban
Rumah adalah obyek yang bersangkutan.

5. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang koperasi dan korporasi berikan
dasar atau landasan hukum nya.

Korporasi dan koperasi memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh profit.
Namun, Koperasi dan korporasi memiliki tujuan berbeda dalam pengunaan
perolehan profit. Pembahasan tulisan saya kali ini tidak membahas atau focus
kepada tulisan dan pengucapan yang sama antara koperasi dan korporasi.
Pembahasan kali ini lebih esensi yaitu membahas metode atau cara
pengembangan kedua organisasi diatas. Perbedaan mendasar antara korporasi
dan koperasi adalah cara kerja organisasi. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui cara kerja kedua organisasi diatas.

Korporasi atau perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan
secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba
bersih, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah negara RI (UU RI No.8 Tahun 1997). Murti
Sumarni (1997) menjelaskan bahwa perusahaan adalah sebuah unit kegiatan
produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan
jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan pengertian diatas, perusahaan dapat
disimpulkan sebagai peroleh laba untuk pemilik. Cara kerja perusahaan adalah
daya saing. Setiap perusahaan bersaing dengan perusahaan lain sejenis bahkan
perusahaan tidak sejenis untuk saling mencari kemenangan.

13
UU RI No.25 Tahun 1992 menjelaskan koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi menekankan pada
asas kekeluargaan atau asas kerja sama. Kata koperasi didasrkan dari
cooperation ata kerja sama. Kerja sama yang dimaksud adalah bekerja bersama-
sama untuk peningkatan koperasi. Kerja sama adalah asas dasar dari bangsa
Indonesia. Gotong royong merupakan salah satu asas koperasi. Oleh karena itu,
asas kerja sama sangat penting untuk bangsa Indonesia dan telah menjadi bagian
sejarah bahkan telah menjadi cara bangsa memenangkan pertarungan melawan
penjajah.

Cara kerja Korporasi adalah pertarungan sehat atau daya saing. Setiap korporasi
bekerja keras memenangi persaingan dengan korporasi lain bahkan dengan
apapun yang dianggap potensial menjadi pesaing. Sedangkan, koperasi
mengunakan metode kerja sama atau bekerja bersama-sama untuk menolong diri
sendiri. Koperasi tidak mengenal persaingan tetapi semua dirangkul untuk saling
bekerja sama dan akhirnya kemajuan bersama yang dicapai.

Sumber Buku dan Referensi:

P. A. F. Lamintang. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT Citra


Aditya Bakti, 2013;

Nandang Alamsah Delianoor. Pengantar Ilmu Hukum/ PTHI. Pamulang,


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2020;

Nandang Alamsah Delianoor. Sistem Hukum Indonesia. Pamulang, Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka, 2020;

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59394de7562ff/arti-
landasan-filosofis--sosiologis--dan-yuridis/

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pengabdian_dir/f1af61131b40193768fae
f9daf8af072.pdf

14
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aebc758a2210/arti-
peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum/

https://e-kampushukum.blogspot.com/2016/05/peristiwa-hukum-rechtfeit.html

http://sumber-ilmpengetahuan.blogspot.com/2015/06/makalah-badan-hukum-
yayasan.html

https://snhlawoffice.com/id/artikel/58-mengenal-dan-memahami-yayasan-di-
indonesia

https://media.neliti.com/media/publications/40712-ID-kegiatan-yayasan-
setelah-berlakunya-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-ya.pdf

https://id.natapa.org/difference-between-cooperatives-and-corporations-2908

15

Anda mungkin juga menyukai