Keberlanjutan
Organisasi
Terwudud
Menguatkan
Memperluas tata kelola,
Jaringan & kemandirian &
Kerjasama multi akuntabilitas
pihak
1. Kestabilan keuangan dapat memastikan
bahwa LSM dapat mempertahankan
kemandiriannya, meningkatkan cara
Menguatkan tata
kelola, kerjanya, mengembangkan generasi
kemandirian & pemimpin LSM baru, dan menjalin
akuntabilitas hubungan yang lebih baik dengan
pemerintah, pihak swasta dan LSM
lainnya
2.Meningkatkan kapasitas sumber daya
Memperluas manusia dan kepemimpinan yang kuat, Keberlanjutan
Jaringan & LSM dapat menjadi lebih akuntabel dan Organisasi
Kerjasama multi efektif dalam kerja-kerjanya, yang Terwudud
pihak
selanjutnya dapat meningkatan posisinya
dalam mencari berbagai peluang
pendanaan dan berjejaring dengan LSM
lainnya dan pemangku kepentingan
Mencari atau lainnya.
menciptakan 3. Jaringan dan koalisi yang kuat juga
sumber
pendanaan
dapat memberikan dukungan
pembangunan kapasitas bagi LSM untuk
meningkatkan kemampuan teknisnya dan
mengenalkan pada sumber daya dan
sumber dana yang beragam.
Untuk menuju keberlanjutan keuangan yang akan
menghasilkan keberlanjutan organisasi maka harus
mengetahui indikator-indikator apa saja yang
menentukan.
1. Memberikan Informasi Kondisi Organisasi
2. Menjawab pertanyaan dari Informasi
1. Memberikan Informasi Kondisi Organisasi
Masalah yang ada saat ini akibat dari masa lalu
Keputusan Manajemen
Informasi Manajemen
Indikator Keberlanjutan
Keuangan
1. Sun Tools
2. Analisa SWOT
3. Dst
Langkah – 1
Organisasi Nirlaba
Organisasi Nirlaba
Dalam beberapa tahun ini, ada kecenderungan aliran hibah berkurang. Sebabnya antara lain, situasi dunia
yang terus berubah ikut mempengaruhi skala prioritas donator. Karena itu kalangan LSM perlu mulai
menggalang dana alternatif, yang bukan sama sekali tidak ada, tetapi kontribusinya masih sangat kecil.
Sumber alternatif ini beragam dari sumbangan perorangan sampai penjualan produk dan jasa yang terkait
dengan misi lembaga.
Penggalangan Dana
Organisasi
Penggalangan Dana dilakukan melalui skema “mengangkat Issue” yang dirasa bisa dijual dan penting
dimasyarakat umum. meskipun efektif bagi sebagian lembaga, dirasakan sulit diterapkan oleh sebagian
lembaga lain. Hal ini dapat dimengerti karena tidak semua “isu”, atau misi organisasi, “laku dijual” kepada
masyarakat umum. Tema-tema yang dekat dengan masalah keagamaan, sebagaimana umumnya ditangani
oleh berbagai lembaga yang disebut di atas, akan mudah didukung oleh masyarakat. Tapi “isu-isu LSM”
seperti pemberdayaan perempuan, hak azasi, hak konsumen, advokasi publik dan sejenisnya, tampaknya
belum nyambung dengan minat masyarakat pada umumnya.
Contoh : Yayasan Dompet Dhuafa, Dana Sosial Al Falah, Darut Tauhid, Pos Kemanusiaan Peduli Umat, dst
Jalur ke-2
Penggalangan Dana
Pembentukan Unit Usaha
Penggalangan Dana dilakukan melalui skema “Unit usaha” misalnya : penjualan produk, penyediaan jasa
profesioanal, penyewaan sarana dan fasilitas, penyediaan kredit, revolving fund (dana bergulir) atau jasa
keuangan lainnya.
Gagasan untuk “menciptakan” dana sendiri melalui unit usaha bukan tidak popular di kalangan aktivis LSM.
Namun isu ini masih menjadi perdebatan. Perdebatan soal “LSM berbisnis” ini sebenarnya dapat dipilah
menjadi dua tingkat, yakni pada dataran teknis dan ideologis. Secara teknis banyak LSM tidak terbiasa
mengelola usaha yang komersial atau profit oriented. Keahlian dan pengalaman mengelola bisnis terbatas,
sumber keuangan dan modal terbatas, serta rendahnya kemapuan berkompetisi dengan sektor bisnis
lainnya.
Contoh : Yasmin (Yayasan Imdad Mustadhafin), yang relatif masih baru (berdiri 1998) mengembangkan
jaringan took barang bekas (Berbeku).
Bagaimana jadinya bila lembaga nirlaba melakukan bisnis ?...Apakah tidak
mencampuradukkan visi dan misi keswayadayaan dengan sesuatu yng
komersial ?...Bagaimana hal ini dapat dikompromikan ?...
“ Social Enterprise“
Kenyataan
Unit Usaha di NGO
Terkait Misi atau Tidak Terkait Misi 1.Unit Terpisah 1.Unit Tidak
Program atau Program 2.Oleh Staff Terpisah
Lembaga Lembaga Profesional 2.Oleh Staff
3.Oleh Staff Internal Profesional
Organisasi 3.Oleh Staff Internal
Organisasi
Pengelolaan Unit Usaha berasal dari 3 sumber yakni :
. Pertama, dari kelompok sasaran, yang diminta memberikan konstribusi. Contohnya pelayanan klinik atau
kegiatan pelatihan yang mengharuskan pesertanya membayar.
Kedua, penjualan produk atau jasa, yang sesuai dengan misi sosial lembaga, meskipun tidak berasal dari
sasaran. Contohnya sebuah LSM yang memproduksi dan menjual buku-buku yang sesuai dengan misinya
(misalnya lembaga konsumen memasarkan majalah konsumen).
Ketiga, penjualan produk atau jasa yang sama sekali tak terkait dengan misi sosial lembaga. Contohnya
sebuah LSM bantuan hukum yang mengelola dan menyewakan hotel atau membuka kafe untuk umum.