Anda di halaman 1dari 22

CFM Topik 3

Kemampuan organisasi dalam mengelola secara efektif


dan efisien sumber daya yang dimiliki (aset, keuangan,
SDM etc) untuk mencapai tujuan organisasi secara
terus menerus, baik secara keuangan maupun
program.
Memperluas jaringan dan kerjasama yang setara
dengan pihak pemerintah dan swasta
Menguatkan tata kelola yang baik, kemandirian dan
akuntabilitas
Mencari atau menciptakan sumber pendanaan yang
beragam.
Mencari atau
menciptakan
sumber
pendanaan

Keberlanjutan
Organisasi
Terwudud

Menguatkan
Memperluas tata kelola,
Jaringan & kemandirian &
Kerjasama multi akuntabilitas
pihak
1. Kestabilan keuangan dapat memastikan
bahwa LSM dapat mempertahankan
kemandiriannya, meningkatkan cara
Menguatkan tata
kelola, kerjanya, mengembangkan generasi
kemandirian & pemimpin LSM baru, dan menjalin
akuntabilitas hubungan yang lebih baik dengan
pemerintah, pihak swasta dan LSM
lainnya
2.Meningkatkan kapasitas sumber daya
Memperluas manusia dan kepemimpinan yang kuat, Keberlanjutan
Jaringan & LSM dapat menjadi lebih akuntabel dan Organisasi
Kerjasama multi efektif dalam kerja-kerjanya, yang Terwudud
pihak
selanjutnya dapat meningkatan posisinya
dalam mencari berbagai peluang
pendanaan dan berjejaring dengan LSM
lainnya dan pemangku kepentingan
Mencari atau lainnya.
menciptakan 3. Jaringan dan koalisi yang kuat juga
sumber
pendanaan
dapat memberikan dukungan
pembangunan kapasitas bagi LSM untuk
meningkatkan kemampuan teknisnya dan
mengenalkan pada sumber daya dan
sumber dana yang beragam.
Untuk menuju keberlanjutan keuangan yang akan
menghasilkan keberlanjutan organisasi maka harus
mengetahui indikator-indikator apa saja yang
menentukan.
1. Memberikan Informasi Kondisi Organisasi
2. Menjawab pertanyaan dari Informasi
1. Memberikan Informasi Kondisi Organisasi
 Masalah yang ada saat ini akibat dari masa lalu

 Masalah yang akan dihadapi dimasa depan

 Pengendalian aktivitas/program yang fokus pada keberlanjutan


keuangan
 Dukungan internal dalam pengambilan keputusan
pengembangan sumber pendapatan
 Dukungan eksternal untuk mengambil keputusan terkait para
pihak yang akan jadi sumber pendapatan (pihak mendanai
proposal hibah)
2. Menjawab pertanyaan dari Informasi
 Dapatkah organisasi membiaya beban operasional
 Dapatkah organisasi mengamankan sumber pendapatan dan
memunculkan diverfisikasi pendapatan karena ketidakpastian
sumber pendapatan yang ada saat ini
 Mampukah organisasi mengcover pengeluaran dengan
pendapatan yang ada.
 dsb
Keberlanjutan Keuangan Organisasi

Tindak Lanjut dari hasil


Keputusan Manajemen

Keputusan Manajemen

Informasi Manajemen

Indikator Keberlanjutan
Keuangan
1. Sun Tools
2. Analisa SWOT
3. Dst
Langkah – 1

Penentuan pihak-pihak yang berkompeten untuk memberikan informasi


lisan dan tertulis, Misal : Staff Keuangan, Manajer, Direktur
Langkah – 2
Penentuan apa indikator yang akan diukur, Misal : Laporan Keuangan :
Perencana forecast vs realisasi, Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas,
Laporan Arus, Status Anggaran
Langkah – 3
Sumber-sumber informasi yang bisa memberikan informasi lebih tentang
indikator keuangan, Misal : Literatur Keuangan, Tools Indikator, Konsultan
dsb
Langkah – 4
Memilih indikator yang paling cocok dan memenuhi persyaratan untuk bisa
dikatakan sebagai indikator penentuan, Misal : Menggambarkan
pengukuran yang jelas dan mudah dimengerti, Diterima dan relevan
A. Dampak Keberlanjutan Organisasi - POSITIF

Organisasi Nirlaba

Keberlanjutan Keberlanjutan Program


Keuangan Hasil

-Stabilnya keuangan -Berkembangnya


organisasi terus menerus pelaksanaan program,
-Bertambahnya diversifikasi produk dan layanan
pendapatan organisasi Dampak organisasi terus menerus
-Organisasi Mandiri -Luasnya jaringan yang
terbentuk dan sumber-
sumber pendapatan
-Visi dan misi organisasi
tercapati
B. Dampak Keberlanjutan Organisasi - NEGATIF

Organisasi Nirlaba

Keberlanjutan Keberlanjutan Program


Keuangan Hasil

-Stabilnya keuangan -Tidak berkembangnya


organisasi saat tertentu program, produk dan
-Munculnya dan layanan organisasi yang
bertambahnya kecurangan Dampak sedang dikembangkan atau
atas realisasi biaya proyek laksanan
-Organisasi tidak mandiri -Jaringan sempit dan tidak
percayanya stakeholders
-Visi dan misi organisasi tak
tercapai
1. Dampak Sosial Tinggi Keberlanjutan Keuangan tinggi

2.Dampak Sosial Tinggi Keberlanjutan Keuangan Rendah

3.Dampak Sosial Rendah Keberlanjutan Keuangan Tinggi

4.Dampak Sosial rendah Keberlanjutan Keuangan Rendah


Penggalangan Dana
Organisasi

Dana Kontribusi : Sumbangan


Staff, Anggota, Jasa
Personal, Alternatif lainnya

Kontribusi Masih Sangat


Kecil

Dalam beberapa tahun ini, ada kecenderungan aliran hibah berkurang. Sebabnya antara lain, situasi dunia
yang terus berubah ikut mempengaruhi skala prioritas donator. Karena itu kalangan LSM perlu mulai
menggalang dana alternatif, yang bukan sama sekali tidak ada, tetapi kontribusinya masih sangat kecil.
Sumber alternatif ini beragam dari sumbangan perorangan sampai penjualan produk dan jasa yang terkait
dengan misi lembaga.
Penggalangan Dana
Organisasi

Jalur ke-1 Jalur ke-2


Penggalangan Dana Massal Penggalangan Dana
dari Masyarakat Umum Pembentukan Unit Usaha
Jalur ke-1
Penggalangan Dana Massal
dari Masyarakat Umum

Penggalangan Dana Massal dari Masyarakat Umum :

Penggalangan Dana dilakukan melalui skema “mengangkat Issue” yang dirasa bisa dijual dan penting
dimasyarakat umum. meskipun efektif bagi sebagian lembaga, dirasakan sulit diterapkan oleh sebagian
lembaga lain. Hal ini dapat dimengerti karena tidak semua “isu”, atau misi organisasi, “laku dijual” kepada
masyarakat umum. Tema-tema yang dekat dengan masalah keagamaan, sebagaimana umumnya ditangani
oleh berbagai lembaga yang disebut di atas, akan mudah didukung oleh masyarakat. Tapi “isu-isu LSM”
seperti pemberdayaan perempuan, hak azasi, hak konsumen, advokasi publik dan sejenisnya, tampaknya
belum nyambung dengan minat masyarakat pada umumnya.

Contoh : Yayasan Dompet Dhuafa, Dana Sosial Al Falah, Darut Tauhid, Pos Kemanusiaan Peduli Umat, dst
Jalur ke-2
Penggalangan Dana
Pembentukan Unit Usaha

Penggalangan Dana Massal dari Masyarakat Umum :

Penggalangan Dana dilakukan melalui skema “Unit usaha” misalnya : penjualan produk, penyediaan jasa
profesioanal, penyewaan sarana dan fasilitas, penyediaan kredit, revolving fund (dana bergulir) atau jasa
keuangan lainnya.

Gagasan untuk “menciptakan” dana sendiri melalui unit usaha bukan tidak popular di kalangan aktivis LSM.
Namun isu ini masih menjadi perdebatan. Perdebatan soal “LSM berbisnis” ini sebenarnya dapat dipilah
menjadi dua tingkat, yakni pada dataran teknis dan ideologis. Secara teknis banyak LSM tidak terbiasa
mengelola usaha yang komersial atau profit oriented. Keahlian dan pengalaman mengelola bisnis terbatas,
sumber keuangan dan modal terbatas, serta rendahnya kemapuan berkompetisi dengan sektor bisnis
lainnya.

Contoh : Yasmin (Yayasan Imdad Mustadhafin), yang relatif masih baru (berdiri 1998) mengembangkan
jaringan took barang bekas (Berbeku).
Bagaimana jadinya bila lembaga nirlaba melakukan bisnis ?...Apakah tidak
mencampuradukkan visi dan misi keswayadayaan dengan sesuatu yng
komersial ?...Bagaimana hal ini dapat dikompromikan ?...

“ Perdebatan di Kalangang NGO (Nasional /Internasional) “

“ Kombinasi pengelolaan unit usaha : Kombinasi Niat baik dengan


Kepentingan“

“ Social Enterprise“
Kenyataan
Unit Usaha di NGO

Produk/Layanan Jasa/dsb Pengelolaan

Terkait Misi atau Tidak Terkait Misi 1.Unit Terpisah 1.Unit Tidak
Program atau Program 2.Oleh Staff Terpisah
Lembaga Lembaga Profesional 2.Oleh Staff
  3.Oleh Staff Internal Profesional
Organisasi 3.Oleh Staff Internal
Organisasi
Pengelolaan Unit Usaha berasal dari 3 sumber yakni :

. Pertama, dari kelompok sasaran, yang diminta memberikan konstribusi. Contohnya pelayanan klinik atau
kegiatan pelatihan yang mengharuskan pesertanya membayar.

Kedua, penjualan produk atau jasa, yang sesuai dengan misi sosial lembaga, meskipun tidak berasal dari
sasaran. Contohnya sebuah LSM yang memproduksi dan menjual buku-buku yang sesuai dengan misinya
(misalnya lembaga konsumen memasarkan majalah konsumen).

Ketiga, penjualan produk atau jasa yang sama sekali tak terkait dengan misi sosial lembaga. Contohnya
sebuah LSM bantuan hukum yang mengelola dan menyewakan hotel atau membuka kafe untuk umum.

Anda mungkin juga menyukai