Anda di halaman 1dari 4

ETNOSENTRISME, PREJUDIS, DAN DISKRIMINASI

DAPAT MENJADI SUMBER PERMASALAHAN


BAGI BANGSA INDONESIA

TUGAS I I ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


OLEH:
HIMAWAN FUADDIANSYAH
NIM: 042684604
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama dan itu bagian dari
kekayaan negara kita, dengan adanya keberagaman tersebut tidak jarang
memunculkan sikap etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi.

Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi


sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh kasus
untuk memperjelas jawaban Anda !

Sebagai bagian dari mata kuliah ISBD, terdapat sebuah materi pokok
pembelajaran tentang “Manusia dan Kebudayaan” pada modul 2, kegiatan belajar 2.
Materi ini terdiri dari sub-materi pokok pembelajaran yaitu: Apresiasi Terhadap
Kemanusiaan dan Kebudayaan; Etika dan Estetika Berbudaya; serta Permasalahan
Kebudayaan.

Dalam sub-materi pokok pembelajaran tentang permasalahan kebudayaan,


terdapat pembahasan tentang etnosentrisme, prejudis, steorotipe dan diskriminasi.

Etnosentrisme adalah sikap penilaian/ pemikiran yang menilai budaya, suku dan
kelompoknya paling baik sendiri. Selain itu ciri yang melekat dari sikap/ pemikiran
etnosentrisme adalah, menjadikan nilai budaya, suku ataupun kelompoknya sebagai
parameter dalam menilai kelompok atau suku lainnya. Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara etnosentrisme bisa menimbulkan atau membawa dampak, baik
positif maupun negatif.

Dampak positif dari etnosentrisme yang tidak berlebihan, sebenarnya sangat


diperlukan guna memperkuat ikatan manusia secara individu dengan budaya serta
lingkungan tempat asalnya. Menumbuhkan jiwa patriotism serta menumbuhkan
kecintaan terhadap budaya bangsa. Namun, disisilain, etnosentrisme yang berlebihan
dapat mendorong terjadinya kesalahpahaman yang bisa berujung menuju pertengkaran,
kerusuhan bahkan konflik antar ras, suku dan agama. Sebagai contoh, masyarakat papua
seringkali menjadi sasaran pemikiran dari etnosentrisme, cara hidup masyarakat papua
yang memilih dengan cara hidup tradisional selalu di kaitkan dengan keterbelakangan,
kebodohan bahkan dianggap seperti monyet yang belum selesai evolusinya. Bahkan
seorang dengan latar belakang pendidikan tinggi atau tokoh terkenal yang seharusnya
memiliki cara pandang dan wawasan yang lebih luas, juga mempraktikkan etnosetrisme
berlebih ini. Kenyataan ini berdasarkan dari hinaan yang berlatar belakang pemikiran
etnosentrisme oleh Dr. Ambroncius Nababan serta Abu Janda kepada Natalius Pigai,
mantan komisioner HAM yang berasal dari Papua.Untung saja pemerintah dan aparat
kepolisian segera cepat bertindak dengan melakukan berbagai tindakan preventif.
Sehingga tidak sampai terjadi kerusuhan sebagaimana kerusuhan yang terjadi di Papua
pada tahun 2019 yang juga dilatarbelakngi sikap etnosentrisme, yang saat itu menimpa
mahasiswa asal Papua yang berada di Surabaya dan Malang.

Pemikiran lainnya yang berkaitan dengan etnosentrisme adalah prejudis, yang


definisi sebuah sikap atau pemikiran yang menilai kelompok, suku dan orang lain
berdasarkan asumsi tentang perilaku, nilai dan kebiasaannya. Dalam sikap dan pemikiran
prejudis ini melekat sebuah kepemilikan sikap stereotipe, yakni sebuah pemikiran negatif
terhadap budaya, suku atau kelompok tertentu. Sebagai contoh, steorotip yang melekat
terhadap berbagai suku yang ada di Indonesia, semisal orang madura itu keras dan kasar,
perempuan sunda sifatnya materialistis, orang padang itu pelit.

Dan yang terakhir, sikap yang dipandang bisa menjadi sumber permasalahan di
Indonesia adalah diskriminasi, yaitu praktik kebijakan yang tidak berimbang, mencederai
salah satu kelompok, serta sering kali di praktikkan dalam konteks kehidupan bernegara.
Di berbagai belahan dunia, diskriminasi masih sering menjadi tantangan tersendiri,
bahkan di negara maju sekalipun. Sebagai contoh, kebijakan diskriminasi yang dilakukan
Orde Baru melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967. Kebijakan tersebut adalah
salah satu kebijakan terhadap warga Tionghoa sehngga tidak bisa melaksanakan ritual
agama dan budaya nya secara bebas.

Sebagai bangsa yang terdiri dari 1000 lebih suku bangsa beserta ratusan
Bahasanya, bangsa Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam mencegah terjadinya
berbagai kerusuhan yang berlatar belakang pandangan/ sikap etnosentrisme, prejudis dan
diskriminatif. Sejarah membuktikan, dalam usia 70 tahun lebih ini Indonesia menghadapi
berbagai permasalahan sosial karena sikap dan pemikiran etnosentrisme, prejudis, dan
diskriminatif.

Berbagai pemberontakan yang terjadi di Orde Lama, Orde Baru serta Orde
Reformasi ini seperti pemberontakan Daud Bereureh, Andi Aziz, GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka) seringkali dilatarbelakangi oleh
kebijakan diskriminatif dari yang lebih menitikberatkan pembangunan di pulau Jawa.

Sementara itu, berbagai kerusuhan rasial, seperti peristiwa mangkuk merah di


Kalimantan, kerusuhan Sampit di Papua, Kerusuhan Mei 1998, serta kerusuhan di Papua
tahun 2019 ini dilatarbelakangi oleh sikap etnosentrisme, stereotipe dan prejudis.

Referensi:

https://regional.kompas.com/read/2019/12/30/07000031/kaleidoskop-2019--kerusuhan-
di-papua-buntut-kasus-rasial-dan-hoaks?page=all

https://dosensosiologi.com/contoh-etnosentrisme/

https://journal.uii.ac.id/JSB/article/download/3652/3238

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/16/174751269/etnosentris-pengertian-
penyebab-dampak-dan-contoh-sikapnya

Anda mungkin juga menyukai