Anda di halaman 1dari 26

RASISME TERHADAP

ETNIS BATAK DAN TIONGHOA


Proposal Psikologi Eksperimen

Disusun oleh:
Nindy Pratiwi - 46113310012
Lasidaniati 46113310007
Yullian Hellen - 46113310009

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
KRANGGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perbedaan adalah suatu hal yang umum ada dalam segala hal dan di mana saja. Di
dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan perbedaan dan perbedaan tersebut
tidak selalu dapat diterima dengan baik oleh seseorang ataupun sekelompok orang, bahkan
terkadang tidak diterima dengan baik oleh seseorang ataupun sekelompok orang dapat
menjadi dasar terjadinya sebuah konflik dalam kehidupan dan dalam masyarakat yaitu ketika
seseorang atau sekelompok orang memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain atau
kelompok lain di luar dirinya ataupun kelompoknya.
Di Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak sekali keanekaragaman
budaya yang berbeda-beda, salah satu keanekaragaman yang ada yaitu etnis-etnis yang
beranekaragam yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda-beda. Contoh paling kongkrit
misalnya Indonesia terdiri dari 8 daerah pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, Nusa tenggara dan Papua, setiap pulau ataupun
kepulauan memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda dan tentunya setiap etnis-etnis
dari pulau-pulau yang tersebut terbentuk menjadi etnis-etnis yang khas dari tiap-tiap daerah.
Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat
istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan (Pasal 1 Angka 3
Undang-Undang No. 40 tahun 2008). Isu etnis yang ada di Indonesia sangatlah beragam,
salah satunya perbedaan antar etnis yang menimbulkan pandangan-pandangan tertentu pada
etnis tertentu, hal ini terkadang dapat menjadi pemicu timbulnya masalah dalam masyarakat
yaitu masalah dalam interaksi sosial masyarakat, di mana satu etnis cenderung berkelompok
dengan sesama etnis nya.
Salah satu cara pandang yang menyoroti tentang suatu perbedaan yaitu Ras, Ras yang
berasal dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar" adalah
suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau
kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani dan
kesukuan yang terwarisi (https://id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia). Ras sangat umum
terjadi dalam interaksi masyarakat di Indonesia, tertamana karena begitu banyak keragaman
yang ada. Selain hal positif dari keberagaman budaya di Indonesia, ada juga konflik yang
sesekali terjadi yang disebabkan oleh cara pandang ras yang negatif, hal tersebut sering kita
kenal dengan istilah Rasisme.
Isu rasisme tidak hanya terjadi di Indonesia, isu ini awalnya muncul ketika
ditemukannya benua Afrika oleh pelaut-pelaut potugis, orang-orang kulit hitam dianggap
memiliki rupa yang tidak menarik atau disebut buruk rupa, bahkan dianggap lebih mirip
dengan hewan daripada manusia dan rasisme ditandai dengan munculnya perbudakan-
perbudakan yang dilakukan terhadap orang-orang kulit hitam afrika (Pengembangan rasisme
Aditya, FIB UI, 2010).
Saat ini rasisme sudah menjadi isu global yang tidak pernah berakhir dari masa ke
masa, rasisme merupakan konsep tampil dalam bentuk yang berbeda-beda sepanjang
masanya. Mulanya prasangka antar etnis, dan antar gender, lama kelamaan berkembang
menjadi sebuah prasangka sosial. Menurut Fredickson dalam (Sukmono & Junaedi 2014 : 50)
menjelaskan bahwa, istilah rasisme pertama kali digunakan secara umum pada tahun 1930-an
ketika istilah baru menggambarkan teori-teori yang oleh orang Nazi dijadikan dasar bagi
penganiayaan yang mereka lakukan terhadap orang Yahudi. Pengertiannya sudah ada sebelum
diciptakannya istilah yang digunakan untuk melukiskan rasisme, kemudian Fredickson juga
mempunyai dua konsep tentang rasisme, yaitu perbedaan dan kekuasaan. Rasisme berasal
dari suatu sikap mental yang memandang mereka berbeda dengan kita secara permanen
dan tak terjembatani (George M Fedrickson : 2005). Rasisme hadir dalam bentuk perbedaan
perlakuan terhadap seseorang yang dianggap berbeda, dengan memberikan penilaian yang
diukur berdasarkan karakteristik ras, sosial atau konsep mental mengenai self.
Istilah rasisme sering digambarkan dengan permusuhan dan adanya penilaian negatif
terhadap orang lain atau terhadap suatu kelompok tertentu. Saat ini rasisme berkembang luas
dengan adanya sikap antipati terhadap orang lain atau etnis tertentu dan yang berasal dari
latar belakang yang berbeda yang dipandang sebagai orang asing atau memiliki rasa tidak
nyaman dengan keberadaan orang tersebut, salah satu contohnya yang terjadi di indonesia
beberapa tahun silam pernah terjadi konflik rasialisme anti tionghoa adalah tragedi kerusuhan
Mei tahun 1998 yang dikenal dengan tragedi Trisakti. Dimana pada masa itu merupakan
sejarah yang kelam bagi etnis tionghoa/cina terjadi pembantaian besar-besaran dibeberapa
wilayah indonesia. apa yang sudah kita ketahui etnis tionghoa menjadi korban utama
kekerasan yang terjadi pada masa itu dimana toko-toko cina dijarah dan dibakar serta
pelecehan terhadap ratusan wanita cina/tionghoa.
Menurut ahli antropologi Usman Pelly konflik etnis adalah awal konflik dan
disintegrasi Nasional di era Reformasi. Akar permasalahan yang menyulut kerusuhan etnis
yang merebak menjelang era reformasi (Mei 1998) di berbagai kota Indonesia tidak jauh
berbeda, yaitu kesenjangan ekonomi yang kronis dan akumulatif yang dikemas oleh faktor-
faktor etnis dan agama. Kesenjangan sosial ekonomi tersebut disebabkan adanya perbedaan
akses terhadap sumber-sumber daya dan ekonomi, rekayasa sosial dan perlakuan
diskriminatif pemerintahan rezim Orde Baru dalam kesempatan berusaha dan mengem-
bangkan diri. (Hadipurnomo ; konflik sosial dan rasisme ; 4). kerusuhan dalam etnis itu
menjadi indikasi yang kuat terhadap hancurnya tatanan sosial masyarakat majemuk setempat,
serta tuntutan untuk membangun kembali tatanan sosial yang baru atas kebersamaan,
keadilan dan solidaritas yang sehat. (David 1989; Berner 1997; 1998).
Rasisme adalah suatu keyakinan bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih rendah
dari pada ras yang lain. Menurut Ridley sifat sosial dan moral seseorang telah ditentukan
oleh karateristik biologis bawaannya dan separatisme ras adalah keyakinan (ridley, 1995 :
28).
Di indonesia sendiri memiliki beraneka ragam etnis yang memiliki karateristik yang
kuat dari masing-masing etnis tersebut. Saat ini etnis yang sedang berkembang di indonesia
yang berasal dari luar indonesia yaitu etnis cina atau tionghoa. Sudah banyak etnis
tianghoa/cina yang bekerja dan tinggal di seluruh indonesia. Perusahaan perusahaan saat ini
juga banyak mengutamakan etnis cina di bidang atau bagian tertentu terlebih lagi pendiri atau
pengurus perusahaan adalah orang cina. Butuh perjuangan yang panjang agar etnis cina
/tionghoa diterima dan diakui serta dihargai keberadaanya oleh orang orang indonesia.
Indonesia juga memiliki salah satu suku atau etnis yang menonjol untuk indonesia
bagian barat di pulau sumatera yaitu etnis batak, siapa yang tak kenal dengan orang batak
bahkan pada pekerjaan bidang tertentu mayoritas di pegang oleh orang batak contohnya
seperti pengacara, notaris, dan bagian legal yang berkaitan dengan bidang hukum.
Di lingkungan sekitar kita dan dikehidupan sehari-hari secara tidak sadar kita
menampilkan atau menunjukkan berperilaku rasis terhadap etnis tertentu yang sering kita
jumpai. Contohnya seperti di lingkungan pekerjaan/perusahaan di salah satu bank swasta
terkemuka di indonesia ini lebih dominan lingkup pekerjaannya adalah orang cina atau
tionghoa daripada orang pribumi itu sendiri. Dari pandangan seperti itu orang pribumi merasa
dibedakan oleh perusahaan dari cara mereka memilih kepercayaan pekerjaannya, menduduki
sebuah jabatan tertingi, dan memilih kepada siapa mereka akan bergaul dan dipercaya. Kita
juga sering melontarkan atau mendengar kata-kata ikh kamu pelit kaya orang cina Gaya
hidup hemat sering kali dihubungkan dengan keturunan Tionghoa di Indonesia, yang umum
berprofesi sebagai pedagang. Padahal, keturunan Tionghoa dengan sifat prihatin atau pelit
tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan ajaran Kong Hu Chu yang begitu memengaruhi
kehidupan mereka juga tidak mengajarkan sikap pelit, mungkin bukan pelit hanya mereka
penuh perhitungan dalam keuanganya.
Secara tidak sadar terkadang kita juga berperilaku berbeda terhadap salah suku di
indonesia yaitu suku batak. Seseorang yang memiliki suku batak sering di indetikkan dengan
bersuara keras/kencang, kalau ngobrol sesama orang batak seperti dikira berantem, cenderung
agresif dan kasar. Maka secara tiak sadar kita sudah bersikap rasis terhadap orang batak
paadahal tidak semua orang batak memiliki sikap seperti hal tersebut.

I.2. Identifikasi Masalah


Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa,
dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi
yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang
terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik,
suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh
penduduk Indonesia (https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).
Dengan keberagaman ras yang ada di Indonesia, maka dapat dikatakan Indonesia
tidak terlepas dari rasisme atau pandangan-pandangan tertentu terhadap etnis atau suku
tertentu. Dalam penelitian ini peniliti ingin melihat Rasisme (X) terhadap Etnis (Y).

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam penelitian ini masalah utama yang akan diteliti yaitu hanya melingkupi :
1. Prilaku rasisme yang muncul dari partisipan
2. Pandangan atau pendapat partisipan yang mengarah kepada rasisme
3. Sikap partisipan dalam menyikapi ke dua etnis object penelitian

Ketiga masalah penelitian diatas akan diteliti dengan eksperiment pemberian gambar
yang ada di dalam serangkaian alat eksperiment, dan di ukur dengan observasi dan
wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan object yang akan digunakan sebagai
stimulus yaitu dua etnis yang cukup menonjol di Indonesia, yaitu etnis Batak dan etnis
Tionghoa-Indonesia. Alasan untuk pemilihan kedua etnis tersebut yaitu
- Kedua etnis tersebut memiliki karakter khas dan kuat.
- Kedua etnis tersebut tersebar di banyak daerah di Indonesia dengan jumlah yang
cukup banyak dan cukup merata.
- Kedua etnis tersebut memiliki perbedaan cirri-ciri fisik yang cukup jauh berbeda.
- Kedua etnis tersebut memiliki karakter fisik yang khas.

1.4 Rumusan Masalah


Secara Khusus, eksperiment ini dilakukan untuk melihat bagaimana Rasisme (X)
sebagai Independent Variabel terhadap Etnis (Y) sebagai Dependent Variable.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui apakah ada perbedaan rasisme
terhadap etnis batak dan rasisme terhadap etnis tionghoa dan bagaimana perbandingan tingkat
rasis diantara antara kedua etnis tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian


a. Manfaat teoritis : (1) meberikan pembuktian ada atau tidaknya hubungan antara
ras/etnis dengan sikap rasisme dan menjelaskan bagaimana hubungan keduanya.
(2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk studi penelitian
selanjutnya dan menambah referensi jurusan psikologi, pada khususnya dalam
psikologi eksperimen.
b. Kegunaan praktis : Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pemahaman
baru tentang sikap rasisme dan dapat mengurangi sikap rasisme yang ada di
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ras


Ras dan etnis sering kali dikaitakan di dalam kehidupan kita, untungnya di indonesia
tidak terlalu dibeda-bedakan. berbeda dengan negara amerika, yang mengaggap kalau kulit
hitam itu lebih berkuasa. padahal di amerika hanya ada dua ras, putih dan hitam. beruntung
kita yang ada di indonesia beragam suku dan budaya Tapi saling menghargai. Ide ras
memiliki sejarah yang panjang, memperluas dari peradaban kuno. Hal ini pada dunia modern
(khususnya dua abad terakhir) mengambil sebuah gagasan pada arti penting dan fundamental
yang mempengaruhi Hubungan antar manusia. ras adalah populasi manusia yang
diklasifikasikan atas dasar karakteristik keturunan tertentu yang membedakan mereka dari
kelompok manusia lainnya dan mengkategorikan manusa berdasarkan ciri fisik tertentu.
Menurut Gill and Gilbert ras adalah sekumpulan orang yang dibedakan menurut
karateristik fisik yang berdasarkan keturunan biologis. Ras Menurut Horton dan Hunt: Ras
adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya
dalam segi ciri-ciri fisik bawaan. Di samping itu banyak juga ditentukan oleh pengertian yang
digunakan oleh masyarakat. Ras Menurut Stephen K. Sanderson: Ras adalah suatu kelompok
atau kategori orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sendiri, dan diidentifikasikan
oleh orang-orang lain, sebagai perbedaan sosial yang dilandasi oleh ciri-ciri fisik atau
biologis.
Ras adalah suatu himpunan manusia (subkelompok orang) dari suatu masyarakat yang
dicirikan oleh kombinasi karakteristik fisik, keturunan, atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut yang memudahkan kita untuk membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya
(W. M. Krogman, 1999). Perbedaan ras itu meliputi warna kulit, bentuk kepala, wajah, dan
warna yang didistribusikan pada rambut atau bulu-bulu badan, atau faktor-faktor fisik lain
yang membuat kita mengakui bahwa ada perbedaan ras diantara manusia. Ras juga biasa
digunakan untuk merinci karakteristik fisik dan biologis, namun sebagian orang percaya
bahwa ras selalu berdampak sosial. Melalui keyakinan itu disosialisasikan informasi yang
efektif, baik dari kelompok sendiri maupun dari kelompok lain bahwa perbedaan fisik
mengandung mitos dan stereotip (Atkinson, 1999).
2.2. Pengertian Rasisme
Rasisme adalah suatu pandangan bahwa umat manusia dibagi dalam ras-ras dan
anggota suatu ras lebih rendah (inferior) dari ras lain. Biasanya, sikap itu merupakan
pandangan bahwa rasnya lebih tinggi (superior) dari ras yang lain. Orang yang berpandangan
dan memunculkan perilaku rasisme atau seperti membeda-bedakan disebut rasis.
Istilah Rasis sendiri muncul dan digunakan sekitar tahun 1930-an. Pada waktu itu
istilah tersebut diperlukan untuk menggambarkan "teori-teori rasis" yang dipakai orang-orang
Nazi melakukan pembantaian terhadap orang Yahudi. Rasisme didefinisikan sebagai suatu
keyakinan, sikap, pengaturan kelembagaan, dna tindakan yang cenderung merendahkan
individu atau kelompok tertentu , rasisme dipandang sebagai multidimensi (Clark, Anderson,
Clark & Williams, 1999 ; 805).
Konsep Rasisme sering kali mewakili suatu pengertian bahwa setiap kelompok etnik
atau ras mempunyai semangat dan ideologi untuk menyatakan bahwa kelompoknya lebih
superior dari daripada kelompok etnik atau ras lain. Akibat ideologi ini maka setiap kelompok
etnik atau ras akan memiliki sikap etnosentrisme atau rasisme yang tinggi. Sikap
etnosentrisme dan rasisme itu berbentuk prasangka, stereotip, diskriminasi, dan jarak sosial
terhadap kelompok lain (J. Jones, 1972). Rasisme adalah ras yang lebih unggul atau lebih
rendah daripada yang lain, menurut Ridley seseorang memiliki sifat sosial dan moral yang
telah ditentukan oleh karakteristik biologis bawaan nya (Ridley, 1995; 28).
Menurut Charles R. Ridley rasisme ditandai dengan lima fitur penting: banyaknya
perilaku rasis, perilaku muncul secara sistematis, perlakuan istimewa, hasil tidak adil, dan
korban nonrandom. Dari berbagai bentuk rasisme, tindakan rasis yang tidak disengaja ini
adalah yang paling berbahay, perilaku ini biasanya muncul tanpa disadari, tapi
konsekuensinya berbahaya yaitu dapat mengakibatkan konflik atau kesenjangan di
masyarakat. (Ridley, 1995: 28).
Humez,2003:91) dalam Herjuno Widi Yulianto. Wodak juga menyebutkan tiga
praktek rasisme (Wodak dalam Junaedi,2014:56) yaitu :
a. Rasisme yang bersifat Ideologi
Rasisme dalam bentuk ideologi sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
baik disengaja ataupun tidak. Karena mengacu pada fenomena sosial, rasisme bentuk
ini tersembunyi dalam sebuah pandangan yang terstruktur. Biasanya mengarah pada
etnosentrisme, yaitu menganggap bahwa budayanya lebih unggul dibanding budaya
lain.
b. Rasisme berdasarkan prasangka
Rasisme ini didasari prasangka berlebih terhadap kelompok ras lain.
Prasangka adalah pemikiran sesorang terhadap individu dan kelompok lain, prasangka
memiliki kecenderungan bersifat negatif terhadap kelompok atau hal-hal khusus
seperti ras, agama dan lain-lain. Terkait dengan prasangka, Allport dalam Samovar
dalam Junaedi (2014:59) menghasilkan lima pernyataan prasangka.
- Pertama, prasangka disebut antilokusi, yaitu istilah negatif atau Strereotype
mengenai anggota dari kelompok sasaran. Stereotype adalah citra yang dimiliki
sekelompok orang tentang sekelompok orang lainnya. Biasanya negatif dan
dinyatakan sebagai sifat-sifat kepribadian tertentu (Mulyana, Dedy dan Rahmat,
Jalaludin, 2003:184).
- Kedua, seseorang yang memiliki prasangka ketika menghindar atau menarik diri
terhadap kelompok yang tidak disukainya.
- Ketiga prasangka menghasilkan diskriminasi, seseorang yang menjadi sasaran
prasangka dan akan berusaha untuk keluar dari kelompoknya ketika pekerjaan,
tempat tinggal, hak politik dan lainlainnya dipermasalahkan.
- Keempat prasangka menjadi ekspresi terlihat dari serangan fisik. Mulai dari
pembakaran gereja sampai penulisan slogan anti-semantik. Tindakan fisik terjadi
ketika kaum minoritas menjadi sasaran prasangka.
- Kelima, extermination (pembasmian) mengarah pada tindakan kekerasan fisik
terhadap kelompok luar. Seperti pembunuhan masal, pembantaian dan program
pemusnahan suatu suku bangsa.
c. Perilaku rasis
Yang dimaksud dalam perilaku rasis adalah rasisme yang sebagai bentuk
praktek diskriminasi, penganiayaan dan pemusnahan yang telah dijelaskan di atas
(Junaedi, 2014:60).

Rasisme sendiri memiliki banyak pengertian, mulai dari konsep pembedaan yang
berdasarkan pada biologis dan ciri fisik semata, hingga pembedaan yang dilandaskan pada
konsep mental tertentu seperti gender, agama, orientasi seksual dan seterusnya. Rasisme
melahirkan pandangan seseorang yang mendoktrin bahwa kita berbeda dengan mereka
dan menghasilkan sikap-sikap atas pandangan tersebut (Federickson, 2005:11)
2.3. Etnis Batak dan Etnis Tionghoa-Indonesia
Etnis Batak
(https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak) Suku Batak merupakan salah satu suku
bangsa terbesar di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk
mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan
Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak
adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan
Batak Mandailing.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak) Bentuk kekerabatan berdasarkan garis
keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua
suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi
melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi
Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga.
Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya.
Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan
dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak) Adanya falsafah dalam perumpamaan
dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan
parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan
tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama
dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam
pelaksanaan Adat.

Etnis Tionghoa-Indonesia
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia) Tionghoa-Indonesia adalah salah
satu etnis di Indonesia yang asal usul leluhur mereka berasal dari Tiongkok. Biasanya mereka
menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin
(Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: , "orang Tang") atau
lazim disebut Huaren (Hanzi Tradisional: ; Hanzi Sederhana : ) . Disebut Tangren
dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal
dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang
Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: , Hanyu Pinyin:
Hanren, "orang Han").
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia)Leluhur orang Tionghoa-Indonesia
berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan.
Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik
Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Ctatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa
kerajaan-kerajaan kuno di Nusantaara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang
berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu
lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia) Setelah negara Indonesia merdeka,
orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku
dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia

2.4. Peta Konsep

Etnis Batak
Rasisme
Etnis Tionghoa

Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui apakah ada perbedaan
rasisme terhadap etnis batak dan rasisme terhadap etnis tionghoa dan bagaimana
perbandingan tingkat rasis diantara antara kedua etnis tersebut.

2.5. Hipotesis

Hipotesis Ilmiah :
Hipotesis Umum
Ada perbedaan tingkat rasis terhadap etnis Batak dan terhadap etnis Tionghoa.
Hipotesis Eksplisit
Ada perbedaan tingkat rasis yang signifikan terhadap etnis Batak dan terhadap
etnis Tionghoa.

Hipotesis Statistik
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat rasis yang signifikan terhadap etnis Batak dan
terhadap etnis Tionghoa.
Ha : Ada perbedaan tingkat rasis yang signifikan terhadap etnis Batak dan
terhadap etnis Tionghoa.

.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian


Penelitian ini menggunakan tipe eksperimen laboratorium (controlled eksperiment).
Artinya, penelitian ini dilakukan dengan control ketat dan dilakukan secara tertutup dalam
ruangan yang telah disiapkan, sehingga dapat melakukan control ketat terhadap situasi
eksperimen. Desain penelitian yang digunakan yaitu Within Subject design, yaitu setiap
partisipan akan dikenakan semua treatment secara merata.
Dan penelitian ini juga menggunakan Two-Group Design. Ada satu kelompok yang
diberi Treatment 1 dan kelompok lainnya diberikan Treatment 2.

3.2. Indikasi Variabel


Variabel Bebas (X) : Ras / Etnis Batak dan Etnis Tionghoa
Variabel Bebas (X1) : Etnis Tionghoa
Variabel Bebas (X2) : Etnis Batak
Manipulasi kondisi : Model yang beretnis Batak dan Tionghoa, difoto menggunakan
pakaian casual.

Variabel Terikat (Y) : rasisme


Indikator rasisme :
1. Prilaku rasisme yang muncul dari partisipan
2. Pandangan atau pendapat partisipan yang mengarah kepada rasisme
3. Sikap partisipan dalam menyikapi ke dua etnis object penelitian

Variabel Kontrol :
Jenis kelamin, Usia, Etnis yang sama dengan objek penelitian, Pendidikan dan pengalaman
pertisipan dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu menyamakan atau menyetarakan
karakteristik partisipan.
- Jenis kelamin : perempuan
- Usia : 20-30 tahun.
- Etnis partisipan : Partisipan tidak boleh berasal dari Etnis Batak dan Tionghoa
- Pendidikan : tamat SMU
- Pengalaman Partisipan : partisipan tidak boleh memiliki pengalaman negative ataupun
pengalaman dengan kesan tertentu dengan etnis yang menjadi object penelitian.

3.3. Definisi Operasional


Ras / Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan,
adat istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan (Pasal 1 Angka 3
Undang-Undang No. 40 tahun 2008). Dalam eksperimen ini ras / etnis yang dimaksud adalah
keberagaman etnis dari partisipan penelitian.
Rasis / rasisme adalah suatu penilaian bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih
rendah dari pada ras yang lain (ridley, 1995 :28), penilaian ini biasanya terlihat juga dari
sikap atau perilaku yang muncul. Dalam eksperimen ini sikap rasisme yang dimaksud
mencakup :
- Prilaku rasisme yang muncul dari partisipan
- Pandangan atau pendapat partisipan yang mengarah kepada rasisme
- Sikap partisipan dalam menyikapi ke dua etnis object penelitian

3.4. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Mercubuana Kampus
Kranggan, dengan kareakteristik sebagai berikut :
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20-30 tahun
Pendidikan : SMU-S1
Etnis : Tidak beretnis Batak atau Tionghoa
Jurusan : semua jurusan kecuali Jurusan Psikologi

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang ditentukan dengan


menggunakan metode Purpossive Sampling. Purpossive Sampling digunakan untuk memilih
sampel yang memiliki karakteristik yang dibutuhkan atau sesuai dengan penelitian ini. Dalam
penelitian ini, peneliti juga memilih sampel yang tidak mempunyai pengalaman negatif
dengan orang yang beretnis batak dan Tionghoa, karena akan mempengaruhi hasil penelitian.
3.5. Teknik Kontrol
Penelitian ini menggunakan satu Kelompok Eksperimen, dengan desain penelitian
Within Subject Group Design. Setiap partisipan dalam kelompok eksperimen, mendapatkan
semua jenis treatmen yang sama. Teknik kontrol yang digunakan adalah Couter Balencing,
yaitu teknik untuk mengontrol Interaction Effect yang diakibatkan oleh pengaruh treatmen
yang diberikan sebelumnya yang belum hilang, tetapi sampel sudah diberikan treatmen
selanjutnya. Counter Balencing diterapkan dengan cara mengatur urutan pemberian treatmen
Variabel Bebas kepada sampel. Partisipan diberi jeda waktu selama kurang lebih 2 menit agar
effek dari Treatmen1 tidak mempengaruhi proses pengambilan data dari Treatmen 2. Teknik
Konstansi digunakan untuk menyamakan karakteristik partisipan penelitian.

3.6 Prosedur Penelitian


Treatment
Treatmen yang diberikan kepada partisipan adalah sebagai berikut ini :
- Foto dari model yang beretnis Batak dengan berpakaian Casual
- Foto dari model yang beretnis China dengan berpakaian Casual
Spesifikasi foto :
- Foto ukuran 5R
- Berwarna
- Latar belakang foto berwarna abu-abu cerah

Kuesioner
Kuesioner untuk partisipan adalah sebagai berikut :
- Terdapat 6 item penyataan
Menggunakan skala Likert

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya akan mau bekerjasama dengan orang tersebut
2 Saya akan mau membantu orang tersebut dalam segala hal
3 Saya akan memberikan respon yang tidak menyenangkan
apabila bertemu dengan orang tersebut
4 Saya akan merasa nyaman jika berteman dengan orang tersebut
5 Saya akan merasa senang apabila berada dilingkungan orang
tersebut
6 Saya memiliki perasaan tidak menyenangkan jika berhubungan
lebih dekat dengan orang terseut
Tempat Eksperimen
Tempat penelitian eksperimen ini dilakukan didalam ruangan Lab Psikologi sebagai berikut
ini :
- 1 buah ruangan
- Ruangan berisi 15 bangku yang disusun seperti huruf U dan dilengkapi dengan
partisi
- Suhu dalam ruangan sekitar 25 derajat Celsius
- Pencahayaan lampu yang cukup terang

Prosedur Pelaksanaan
1 Sebelum pengambilan data
- Team peneliti mempersiapkan ruangan Lab Psikologi, menyeting kamera
mengatur bangku, pencahayaan dan suhu ruangan.
- Treatmen, kuesioner, amplop coklat inform consent dan alat tulis disiapkan
- Souvenir berikut snack untuk partisipan persiapkan dan dimasukan kedalam satu
ruangan tertutup
- Team juga mempersiapkan 1 ruangan untuk pengisian inform consent bagi
pertisipan

2 Pengambilan data
- 1 orang dari team peneliti bertugas untuk mengarahkan pertisipan untuk masuk
ke ruangan yang digunakan untuk mengisi inform consen
- 1 orang peneliti bertugas untuk memandu pengisian inform consen dan
memberikan sedikit penjelasan mengenai eksperimen yang akan dilakukan.
- 1 orang peneliti bertugas mengarahkan partisipan dari ruangan tempat pengisian
inform consent untuk masuk ke ruangan Lab Psikologi guna pengambilan data
dengan cara memanggil satu per satu partisipan.
- Di dalam ruangan Lab Psikologi ada 1 Eksperimentor yang bertugas sebagai
tester, dan 2 Eksperimentor lainnya bertugas sebagai observer
- 2 Eksperimentor / Observer memandu 15 orang partisipan untuk duduk dibangku
yang sudah dipersiapkan.
- Setelah partisipan masuk ke dalam ruangan, pintu Lab ditutup agar lebih tenang
dan suasana pengambilan data lebih teratur.
- Ekperimentor / Tester tim peneliti mengajak untuk berdoa menurut kepercayaan
nya masing-masing.

- Setelah selesai berdoa tester menjelaskan prosedur penelitian kepada partisipan

- Setelah penjelasan tersebut, Observer memberikan Amplop Coklat yang


tertulis/bertanda nomor 1 isinya foto orang Tionghoa (Treatmen ke 1) dan Amplop
Coklat bertuliskan no 2 yang isinya kuesioner. Amplop 1 dan Amplop 2 diberikan
scara bersamaan dengan posisi pertumpuk.

- Tester menginstruksikan kepada seluruh partisipan untuk membuka Amplop 1


yang berisi foto orang Tionghoa, kemudian menginstruksikan untuk
memperhatikan lembaran foto tersebut selama 1 menit.

- Selanjutnya Tester menginstruksikan kepada seluruh partisipan untuk membuka


Amplop 2 yang berisi kuesioner dan menginstruksikan kepada seluruh partisipan
untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan.

- Setelah Tester memberitahukan bahwa waktu pengisian kuesioner sudah selesai


(waktu kurang lebih 3 menit), Observer mengambil Amplop 1 dan 2 yang foto
treatmen dan kuesioner yang sudah diisi oleh pertisipan.

- Tester memberikan instruksi kepada partisipan untuk releks sebagai jeda sebelum
partisipan mendapatkan treatment sebelumnya. Partisipan diberikan permen agar
suasana lebih releks. Jeda waktu yang disediakan untuk releks adalah 2 menit.

- Setelah waktu relaks selesai, Tester memberitahukan kepada seluruh partisipan


akan melakukan suatu kegiatan yang sama.

- Observer memberikan Amplop Coklat yang tertulis/bertanda nomor 1 isinya foto


etnis Batak (Treatmen ke 1) dan Amplop Coklat bertuliskan no 2 yang isinya
kuesioner. Amplop 1 dan Amplop 2 diberikan scara bersamaan dengan posisi
pertumpuk.
- Tester menginstruksikan kepada seluruh partisipan untuk membuka Amplop 1
yang berisi foto Etnis Batak, kemudian menginstruksikan untuk memperhatikan
lembaran foto tersebut selama 1 menit.

- Selanjutnya Tester menginstruksikan kepada seluruh partisipan untuk membuka


Amplop 2 yang berisi kuesioner dan menginstruksikan kepada seluruh partisipan
untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan.

- Setelah Tester memberitahukan bahwa waktu pengisian kuesioner sudah selesai


(waktu kurang lebih 3 menit), Observer mengambil Amplop 1 dan 2 yang foto
treatmen dan kuesioner yang sudah diisi oleh pertisipan.

- Tester memberitahuka bahwa pengambilan data selesai dan mengucapkan terima


kasih kepada partisipan.

- Observer mengarahkan partisipan untuk keluar dari ruangan Lab Psikologi dengan
tertib.

3 Setelah Pengambilan Data

- 2 orang team peneliti memberikan Souvenir dan Snack kepada partisipan sebagai
ucapan terima kasih kepada partisipan.

3.7. Pengumpulan Data


Pada pengumpulan data ini peneliti menggunakan kuisioner yang pertanyaan
Teknik statistika yang digunakan dalam test ini adalah Uji-T Statistika.
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada :


Hari : Sabtu
Tanggal : 11 Desember 2016
Tempat : Lab Psikologi, Universitas Mercu Buana,Kampus D Kranggan
Pukul : 15.00 wib 17.00 wib
Jumlah partisipan : 15 orang
Jumlah team peneliti : 9 orang

Proses Eksperimen ini dibagi menjadi dua bagian, dikarenakan partisipan yang
datang ke tempat pengambilan data / Lab Psikologi tidak pada waktu yang sama. Bagian
pertama pengambilan data, dilakukan kepada 8 partisipan. Setelah itu pengambilan data
bagian ke-2, dilakukan pada 7 partisipan. Hal ini menyebabkan waktu pengambilan data yang
lebih panjang. Waktu yang ditargetkan adalah sekitar 10-15 menit, namun menjadi lebih
panjang sekitar 30 menit.
Partisipan yang mengikuti penelitian ini sebanyak 15 orang, dengan rentang usia 20-
31 tahun. Berjenis kelamin perempuan, berpendidikan minimal SMU dan ada sebagian
pertisipan mesih menempuh pendidikan S1. Partisipan tidak meniliki latar belakang
pendidikan Psikologi dan tidak beretnis Tionghoa ataupun Batak.

4.2 Hasil Penelitian

Dalam Eksperimen ini, peneliti menggunakan SPSS 20 untuk mengolah data yang
sudah dikumpulkan. Dan berikut ini adalag hasilnya :

Tabel Group Statistik

Treatment Treatment
Partisipan
Foto Cina Foto Batak
1 15 13
2 15 12
3 14 13
4 14 13
5 17 15
6 15 15
7 14 15
8 14 17
9 15 14
10 15 15
11 15 14
12 15 14
13 16 13
14 16 15
15 15 15
Total 225 213

Tabel Independent Sample T-Test


Dari hasil analisa SPSS diperoleh hasil niali signifikan sebesar 0,061. Nilai sigifikan
0,061 > 0,05 (LOS) , dan dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak. Maka
kesimpulannya yaitu Tidak ada perbedaan tingkat rasis yang signifikan terhadap
etnis Batak dan terhadap etnis Tionghoa.
Sikap rasis yang lebih dominan yaitu pada etnis Cina (Mean 15) dibandingkan dengan
etnis Batak (Mean 14,2)
Partisipan lebih tidak menunjukan rasisme kepada Etnis Tionghoa (sebesar 15,00).
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Hasil dari eksperimen ini adalah bahwa 15 partisipan tidak menunjukkan bahawa
tidak ada perbedaan tingkat rasis yang signifikan terhadap etnis Batak dan terhadap
etnis Tionghoa. Terlihat dari nilai significan sebesar 0,061.
Penelitian ini diikuti oleh 15 partisipan, berjenis perempuan, berusia 20-31 tahun,
tidak berasal dari Etnis Batak dan Tionghoa, berpendidikan minimal SMU.
Eksperimen ini menggunakan Within Subjek Eksperiman dengan Two Goup Design.
Peneliti menggunakan analisa statistik berupa Paired Sampel T-Test, serta memakai
teknik kontrol Conter Balancing dan Konstansi.

5.2. SARAN
Dalam pelaksanaan eksperimen yang sudah dilakukan minggu lalu tanggal 11
Desember 2016 masih banyak kekurangan yaitu :
Dari segi mempersiapkan partisipan yang benar-benar siap dan bersedia
mengikuti eksperimen ini, kemarin ternyata masih kurangnya perhatian dalam
menyiapkan partisipan yang benar-benar bersedia sehingga ada beberapa
partisipan yang gugur dan kami masih perlu mencari partisipan penggantinya.
Kordinasi antar eksperimenter perihal prosedur pelaksanaan, agar tidak adanya
miss komunikasi dalam pelaksanaan eksperimen.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menggunakan lebih
banyak partisipan dan juga lebih banyak etnis, sehingga hasil yang di dapat
jauh lebih akurat dan lebih dapat mewakili kondisi actual yang ada di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Fredrickson, M. George. (2005). Rasisme; Sejarah Singkat. Jakarta : Bentang Pustaka


W. Sarwono, Meinarno, (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t52221.pdf
Panggalo Fiola. (2013). Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja Dan Etnik
Bugis Makassar Di Kota Makassar. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin.
Phyllis A. Katz. Racists or Tolerant Multiculturalists? How Do They Begin?. Institute
for Research on Social Problems.
Ade Irawan Kristianto, Drs. Fahri, MA, Mamik Tri Wedawati, S. S.,M.Pd. 2013.
Racism in the Color Purple. STATE UNIVERSITY OF SURABAYA.
LAMPIRAN

Foto dari etnis Batak Casual


Foto dari Etnis Tionghoa Casual
KUESIONER RASISME

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya akan mau bekerjasama dengan orang tersebut
2 Saya akan mau membantu orang tersebut dalam segala hal
3 Saya akan memberikan respon yang tidak menyenangkan
apabila bertemu dengan orang tersebut
4 Saya akan merasa nyaman jika berteman dengan orang tersebut
5 Saya akan merasa senang apabila berada dilingkungan orang
tersebut
6 Saya memiliki perasaan tidak menyenangkan jika berhubungan
lebih dekat dengan orang terseut

Anda mungkin juga menyukai