Disusun oleh:
Nindy Pratiwi - 46113310012
Lasidaniati 46113310007
Yullian Hellen - 461133100
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
KRANGGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Perbedaan adalah suatu hal yang umum ada dalam segala hal dan di mana saja. Di
dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan perbedaan dan perbedaan tersebut
tidak selalu dapat diterima dengan baik oleh seseorang ataupun sekelompok orang, bahkan
terkadang tidak diterima dengan baik oleh seseorang ataupun sekelompok orang dapat
menjadi dasar terjadinya sebuah konflik dalam kehidupan dan dalam masyarakat yaitu ketika
seseorang atau sekelompok orang memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain atau
kelompok lain di luar dirinya ataupun kelompoknya.
Di Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak sekali keanekaragaman
budaya yang berbeda-beda, salah satu keanekaragaman yang ada yaitu etnis-etnis yang
beranekaragam yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda-beda. Contoh paling kongkrit
misalnya Indonesia terdiri dari 8 daerah pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, Nusa tenggara dan Papua, setiap pulau ataupun
kepulauan memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda dan tentunya setiap etnis-etnis
dari pulau-pulau yang tersebut terbentuk menjadi etnis-etnis yang khas dari tiap-tiap daerah.
Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat
istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan (Pasal 1 Angka 3
Undang-Undang No. 40 tahun 2008). Isu etnis yang ada di Indonesia sangatlah beragam,
salah satunya perbedaan antar etnis yang menimbulkan pandangan-pandangan tertentu pada
etnis tertentu, hal ini terkadang dapat menjadi pemicu timbulnya masalah dalam masyarakat
yaitu masalah dalam interaksi sosial masyarakat, di mana satu etnis cenderung berkelompok
dengan sesama etnis nya.
Salah satu cara pandang yang menyoroti tentang suatu perbedaan yaitu Ras, Ras yang
berasal dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar" adalah
suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau
kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani dan
kesukuan yang terwarisi (https://id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia). Ras sangat umum terjadi
dalam interaksi masyarakat di Indonesia, tertamana karena begitu banyak keragaman yang
ada. Selain hal positif dari keberagaman budaya di Indonesia, ada juga konflik yang sesekali
terjadi yang disebabkan oleh cara pandang ras yang negatif, hal tersebut sering kita kenal
dengan istilah Rasisme.
Isu rasisme tidak hanya terjadi di Indonesia, isu ini awalnya muncul ketika
ditemukannya benua Afrika oleh pelaut-pelaut potugis, orang-orang kulit hitam dianggap
memiliki rupa yang tidak menarik atau disebut buruk rupa, bahkan dianggap lebih mirip
dengan hewan daripada manusia dan rasisme ditandai dengan munculnya perbudakan-
perbudakan yang dilakukan terhadap orang-orang kulit hitam afrika (Pengembangan rasisme
Aditya, FIB UI, 2010).
Saat ini rasisme sudah menjadi isu global yang tidak pernah berakhir dari masa ke
masa, rasisme merupakan konsep tampil dalam bentuk yang berbeda-beda sepanjang
masanya. Mulanya prasangka antar etnis, dan antar gender, lama kelamaan berkembang
menjadi sebuah prasangka sosial. Menurut Fredickson dalam (Sukmono & Junaedi 2014 : 50)
menjelaskan bahwa, istilah rasisme pertama kali digunakan secara umum pada tahun 1930-an
ketika istilah baru menggambarkan teori-teori yang oleh orang Nazi dijadikan dasar bagi
penganiayaan yang mereka lakukan terhadap orang Yahudi. Pengertiannya sudah ada sebelum
diciptakannya istilah yang digunakan untuk melukiskan rasisme, kemudian Fredickson juga
mempunyai dua konsep tentang rasisme, yaitu perbedaan dan kekuasaan. Rasisme berasal
dari suatu sikap mental yang memandang mereka berbeda dengan kita secara permanen
dan tak terjembatani (George M Fedrickson : 2005). Rasisme hadir dalam bentuk perbedaan
perlakuan terhadap seseorang yang dianggap berbeda, dengan memberikan penilaian yang
diukur berdasarkan karakteristik ras, sosial atau konsep mental mengenai self.
Istilah rasisme sering digambarkan dengan permusuhan dan adanya penilaian negatif
terhadap orang lain atau terhadap suatu kelompok tertentu. Saat ini rasisme berkembang luas
dengan adanya sikap antipati terhadap orang lain atau etnis tertentu dan yang berasal dari
latar belakang yang berbeda yang dipandang sebagai orang asing atau memiliki rasa tidak
nyaman dengan keberadaan orang tersebut, salah satu contohnya yang terjadi di indonesia
beberapa tahun silam pernah terjadi konflik rasialisme anti tionghoa adalah tragedi kerusuhan
Mei tahun 1998 yang dikenal dengan tragedi Trisakti. Dimana pada masa itu merupakan
sejarah yang kelam bagi etnis tionghoa/cina terjadi pembantaian besar-besaran dibeberapa
wilayah indonesia. apa yang sudah kita ketahui etnis tionghoa menjadi korban utama
kekerasan yang terjadi pada masa itu dimana toko-toko cina dijarah dan dibakar serta
pelecehan terhadap ratusan wanita cina/tionghoa.
Menurut ahli antropologi Usman Pelly konflik etnis adalah awal konflik dan
disintegrasi Nasional di era Reformasi. Akar permasalahan yang menyulut kerusuhan etnis
yang merebak menjelang era reformasi (Mei 1998) di berbagai kota Indonesia tidak jauh
berbeda, yaitu kesenjangan ekonomi yang kronis dan akumulatif yang dikemas oleh faktor-
faktor etnis dan agama. Kesenjangan sosial ekonomi tersebut disebabkan adanya perbedaan
akses terhadap sumber-sumber daya dan ekonomi, rekayasa sosial dan perlakuan
diskriminatif pemerintahan rezim Orde Baru dalam kesempatan berusaha dan mengem-
bangkan diri. (Hadipurnomo ; konflik sosial dan rasisme ; 4). kerusuhan dalam etnis itu
menjadi indikasi yang kuat terhadap hancurnya tatanan sosial masyarakat majemuk setempat,
serta tuntutan untuk membangun kembali tatanan sosial yang baru atas kebersamaan,
keadilan dan solidaritas yang sehat. (David 1989; Berner 1997; 1998).
Rasisme adalah suatu penilaian bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih rendah dari
pada ras yang lain. Sifat sosial dan moral seseorang telah ditentukan oleh karateristik biologis
bawaannya . Separatisme ras adalah keyakinan, sebagian besar waktu berdasarkan rasisme
bahwa ras-ras yang berbeda harus tetap terpisah dan satu sama lain (ridley, 1995 :28).
Di indonesia sendiri memiliki beraneka ragam etnis yang memiliki karateristik yang
kuat dari masing-masing etnis tersebut. Saat ini etnis yang sedang berkembang di indonesia
yang berasal dari luar indonesia yaitu etnis cina atau tionghoa. Sudah banyak etnis
tianghoa/cina yang bekerja dan tinggal di seluruh indonesia. Perusahaan perusahaan saat ini
juga banyak mengutamakan etnis cina di bidang atau bagian tertentu terlebih lagi pendiri atau
pengurus perusahaan adalah orang cina. Butuh perjuangan yang panjang agar etnis cina
/tionghoa diterima dan diakui serta dihargai keberadaanya oleh orang orang indonesia.
Indonesia juga memiliki salah satu suku atau etnis yang menonjol untuk indonesia
bagian barat di pulau sumatera yaitu etnis batak, siapa yang tak kenal dengan orang batak
bahkan pada pekerjaan bidang tertentu mayoritas di pegang oleh orang batak contohnya
seperti pengacara, notaris, dan bagian legal yang berkaitan dengan bidang hukum.
Di lingkungan sekitar kita dan dikehidupan sehari-hari secara tidak sadar kita
menampilkan atau menunjukkan berperilaku rasis terhadap etnis tertentu yang sering kita
jumpai. Contohnya seperti di lingkungan pekerjaan/perusahaan di salah satu bank swasta
terkemuka di indonesia ini lebih dominan lingkup pekerjaannya adalah orang cina atau
tionghoa daripada orang pribumi itu sendiri. Dari pandangan seperti itu orang pribumi merasa
dibedakan oleh perusahaan dari cara mereka memilih kepercayaan pekerjaannya, menduduki
sebuah jabatan tertingi, dan memilih kepada siapa mereka akan bergaul dan dipercaya. Kita
juga sering melontarkan atau mendengar kata-kata ikh kamu pelit kaya orang cina Gaya
hidup hemat sering kali dihubungkan dengan keturunan Tionghoa di Indonesia, yang umum
berprofesi sebagai pedagang. Padahal, keturunan Tionghoa dengan sifat prihatin atau pelit
tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan ajaran Kong Hu Chu yang begitu memengaruhi
kehidupan mereka juga tidak mengajarkan sikap pelit, mungkin bukan pelit hanya mereka
penuh perhitungan dalam keuanganya.
Secara tidak sadar terkadang kita juga berperilaku berbeda terhadap salah suku di
indonesia yaitu suku batak. Seseorang yang memiliki suku batak sering di indetikkan dengan
bersuara keras/kencang, kalau ngobrol sesama orang batak seperti dikira berantem, cenderung
agresif dan kasar. Maka secara tiak sadar kita sudah bersikap rasis terhadap orang batak
paadahal tidak semua orang batak memiliki sikap seperti hal tersebut.
Ke tiga masalah penelitian diatas akan diteliti dengan eksperiment pemberian gambar yang
ada di dalam serangkaian alat eksperiment, dan di ukur dengan observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan object yang akan digunakan sebagai stimulus yaitu
dua etnis yang cukup menonjol di Indonesia, yaitu etnis Batak dan etnis Tionghoa-Indonesia. Alasan
untuk pemilihan kedua etnis tersebut yaitu
- Kedua etnis tersebut memiliki karakter khas dan kuat.
- Kedua etnis tersebut tersebar di banyak daerah di Indonesia dengan jumlah yang
cukup banyak dan cukup merata.
- Kedua etnis tersebut memiliki perbedaan cirri-ciri fisik yang cukup jauh berbeda.
- Kedua etnis tersebut memiliki karakter fisik yang khas.
BAB II
LANDASAN TEORI
Rasisme sendiri memiliki banyak pengertian, mulai dari konsep pembedaan yang
berdasarkan pada biologis dan ciri fisik semata, hingga pembedaan yang dilandaskan pada
konsep mental tertentu seperti gender, agama, orientasi seksual dan seterusnya. Rasisme
melahirkan pandangan seseorang yang mendoktrin bahwa kita berbeda dengan mereka
dan menghasilkan sikap-sikap atas pandangan tersebut (Federickson, 2005:11)
Etnis Tionghoa-Indonesia
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia) Tionghoa-Indonesia adalah salah satu
etnis di Indonesia yang asal usul leluhur mereka berasal dari Tiongkok. Biasanya mereka menyebut
dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam
bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: , "orang Tang") atau lazim disebut Huaren
(Hanzi Tradisional: ; Hanzi Sederhana : ) . Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan
kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut
diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang
Han (Hanzi: , Hanyu Pinyin: Hanren, "orang Han").
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia)Leluhur orang Tionghoa-Indonesia
berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran
mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia
dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan
kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor
inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari
Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia) Setelah negara Indonesia merdeka, orang
Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup
nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia
Pada penelitian ini peneliti ingin membuktikan ada tidaknya hubungan antara Ras / Etnis
dengan sikap Rasisme etnis dan bagaiman hubungan keduanya.
2.5. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara ras / etnis dengan sikap rasisme terhadap etnis.
Ho : Tidak ada hubungan antara ras / etnis dengan sikap rasisme terhadap etnis.
BAB III
METODE PENELITIAN
Rencana Eksperimen
Adapun tahap-tahap atau prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
-