REFLEKSISME
Tokoh : Ivan Pavlov (1849-1936), yaitu seorang ahli FAAL dari RUSIA. Eksperimennya yang disebut Classical Conditioning sangat berpengaruh dan berarti bagi perkembangan Psikologi. Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian Pavlov diatas adalah tingkah laku dapat dibentuk ataupun diubah dengan cara proses kondisioning.
Classical Conditioning
Meletakkan daging untuk menstimulus anjing hasilnya, respon alamiah si anjing yaitu mengeluarkan air liur. Membunyikan bel untuk menstimulus anjing hasilnya, respon alamiah si anjing yaitu netral (tidak mengeluarkan air liur).
Membunyikan bel dan meletakkan daging, hasilnya, respon alamiah si anjing yaitu mengeluarkan air liur.
Membunyikan bel untuk menstimulus anjing, dan hasilnya respon anjing itu mengeluarkan air liur (hal ini dilakukan secara konstan (beberapa kali dengan cara yang sama) Simulasi picture
SPIKOLOGI PURPOSIF
Tokoh : William McDougall (1871-1938)
Pemikirannya : Psikologi Purposif (Psikologi Hormik), hanya melihat tingkah laku yang bisa diamati saja. Beberapa konsep pemikiran McDougall dalam bidang psikologi yaitu : - Teori Insting - Sentimen - Teori mengenai jiwa kelompok (group mind)
SPIKOLOGI PURPOSIF
Teori Insting
Insting atau naluri ialah kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu, dan perilaku (insting) lahir secara alamiah dalam diri seseorang. Contoh : takut, heran, kasih sayang, parnetal, marah, bahagia, makan/minum dll.
Sentimen
Sistem emosi tertentu yang timbul terhadap obyek-obyek tertentu. Contoh : ketika mendengarkan lagu.
Group Mind
Bahwa setiap orang yang mengeluarkan semacam energi. Kalau dua orang atau lebih berkumpul, maka energi-energi itu akan saling berinteraksi dan terorganisir menjadi satu kekuatan baru yang mempengaruhi tingkah laku suatu kelompok. Contoh : unjuk rasa
PSIKOLOGI BEHAVIORISME
John Broadus Watson (1878-1958) Ia juga sering disebut naive Behaviorist karena pendapatpendapatnya yang kontroversial. Sebagaimana Pavlov ia menyatakan bahwa kebudayaan hanyalah merupakan refleks-refleks terkondisi saja. Ia bahkan berargumen dapat melatih 10 orang anak dan membuatnya masing-masing mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Kenaifannya tampak pada pendapatnya bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam,karena itu psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikannya tentang makan, minum, menulis berjalan dll.
PSIKOLOGI BEHAVIORISME
John Broadus Watson (1878-1958) Watson berpendapat bahwa metode instrospeksi tidak dapat digunakan untuk menjelaskan kesadaran, karena menurutnya hal tersebut tidaklah obyektif . Watson ingin merubah para paradigma ilmu psikologi yang tadinya mempelajari jiwa menjadi perilaku.
J.B. WATSON
Psikologi Behaviorisme ini sifatnya eksperimental sangat berbeda dengan aliran psikologi lainnya seperti psikologi humanistik.
Yang mana kemudian hal ini mempengaruhi aliran psikologi mainstream dengan cara mengkuantifikasi/menganalisa perilaku dengan metode statistik. Tingkah laku yang nyata ini disebut tingkah laku yang overt (overt behavior).
Tingkah laku yang tidak nampak dari luar atau tidak nyata disebut tingkah laku kovert (covert behavior).
J.B. WATSON
Menurut Watson, behaviorisme boleh mempelajari aspek perilaku yang tidak terlihat seperti berfikir tetapi harus dinyatakan didalam gerakan-gerakan implisit. Menurutnya berbicara adalah gerakan lidah yang sangat lemah dan tidak nampak seperti berbicara. Menurutnya Emosi ialah gerakan-gerakan otot-otot kelamin yang implisit, tetapi hal ini tidaklah sepenuhnya benar.
Tujuan dari tingkah laku terletak pada tingkah laku molar dan bukan pada tingkah laku molekular. Dengan demikian Tolman tidak menyetujui pendapat Watson yang lebih menekankan tingkah laku molekular (refleks).
B=f(S.A)
B berarti Behavior F berarti Fungsi S berarti Situasi A berarti Antecedent yaitu hal-hal yang mendahului suatu situasi.
Jadi tingkah laku menurut Tolman adalah mempelajari hubungan antara B dengan S dan A. Dengan cara ini Tolman berpendapat bahwa psikologi dapat mencapai obyektifitas yang maksimum.
B.F.SKINNER (1904-1990)
Skinner tidak menyetujui pandangan Tolman mengenai perumusan tingkah laku, menurut Skinner dengan adanya faktor A (antecedent) seringkali dijadikan alasan oleh para peneliti yang tidak dapat menerangkan tingkah laku secara umum. Sedangkan untuk rumus dari Skinner untuk tingkah laku adalah B=f(S). Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus. Dan untuk menjelaskan teori tersebut Skinner mengadakan suatu percobaan yang disebut proses kondisioning operant. Skinner menggunakan tikus untuk percobaannya. Tikus dimasukkan kedalam sebuah kotak yang sudah dipasangi tombol untuk mengeluarkan makanan dan tombol untuk menonaktifkan aliran listrik, lampu yang bisa diaktif/non-aktifkan oleh Skinner dan kotak makanan.
B.F.SKINNER
B.F. SKINNER
Tikus yang berjalan-jalan di dalam kotak tersebut secara tidak sengaja menekan tombol yang telah terpasang dan muncullah kotak makanan. Karena tau dengan menekan tombol tersebut tikus dapat memperoleh makanan maka tikus tersebut melakukan hal tersebut berulang-ulang untuk mendapatkan makanan. Tingkah laku inilah yang disebut dengan tingkah laku operant. Bagaimana dengan perilaku manusia sehari-hari?
B.F. SKINNER
Pada tingkat lebih lanjut Skinner membuat lampu menyala sebagai tanda bahwa adanya makanan di dalam kotak dan tikus menekan tombol tersebut untuk mendapatkan makanan lalu tikus tersebut mengambil makanannya, kemudian Skinner mencoba mengosongkan kotak makanan tersebut dan membuat lampu tidak menyala, dan tikus berusaha menekan tombol tersebut dan tidak mendapatkan adanya makanan.
B.F.SKINNER
Kemudian Skinner mengalirkan aliran listrik untuk menyengat tikus sebagai punishment karena tidak mengikuti aturan untuk mengambil makanan. Hal ini seringkali kita jumpai di dalam masyarakat, misalnya seorang menderita penyakit jiwa yang sudah parah, seorang psikiater yang merawatnya bisa melakukan shock therapy terhadap dirinya untuk menghentikan kebiasaan negatifnya (sama dengan Skinners punishment terhadap tikus). Tikus tersebut akhirnya belajar untuk membedakan stimulus, makanan hanya bisa didapatkan olehnya jika lampu dinyalakan oleh Skinner dan tombol ditekan. Sedangkan pada saat lampu tidak menyala maka ia tidak akan menekan tombol untuk mendapatkan makanan. Jadi tikus bisa membedakan lampu yang saat ini menjadi stimulus diskriminasi.
TERIMA KASIH