Anda di halaman 1dari 7

TEORI PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran biasanya didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang


disebabkan oleh pengalaman (Driscoll, 2000).

Berikut ini adalah contoh-contoh dari pembelajaran, yaitu:

1. Belajar berjalan,belajar berjalan adalah kemajuan perkembangan tetapi juga tergantung


pada pengalaman dari merangkak dan kegiatan-krgiatan lain.
2. Kecemasan anak dengan melihat dokter bersama jarum suntik, anak tersebut telah belajar
menghubungkan jarum dengan rasa sakit, dan tubuhnya bereaksi secara emosional ketika
dia melihat jarum tersebut.
3. Pemahaman anak perempuan tersebut pada jalan pintas perkalian, contoh ini adalah
pembelajaran yang dihasilkan oleh diri sendiri, yang lebih dikenal dengan pemikiran.

Pembelajaran terjadi dengan banyak cara. Kadang-kadang pembelajaran bersifat intensional,


seperti ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan di ruang kelas atau ketika mereka
melihat sesuatu di internet. Kadang-kadang hal itu bersifat tidak intensional, seperti dalam
kasus reaksi anak pada jarum suntik tersebut. Semua jenis pembelajaran berlangsung terus
sepanjang waktu.

B. Teori Pembelajaran Perilaku yang Telah Berkembang


1. Pavlov : Pengkondisian Klasik

Pada akhir tahun 1800-an dan awal 1900-an, ilmuwan Rusia Ivan Pavlov dan rekannya
mempelajari proses perencanaan dalam anjing. Selama riset, para ilmuwan ini memerhatikan
perubahan waktu dan kadar pengeluaran air liur hewan ini. Pavlov mengamati, kalu tepung
daging di letakkan kedalam atau dekat mulut seekor anjing lapar, anjing itu akan mengeluarkan
air liur. Karena tepung daging membangkitkan tanggapan ini dengan otomatis, tanpa satupun
pelatihan atau pengkondisian sebelumnya, tepung daging tersebut disebut sebagai rangsangan
tanpa dikondisikan. Sama halnya, pengeluaran air liur terjadi otomatis dengan kehadiran
daging, yang tidak membutuhkan sedikitpun pelatihan atau pengalaman, tanggapan
pengeluaran air liur ini disebut sebagai tanggapan tanpa dikondisikan.
Sementara daging tersebut akan menghasilkan air liur tanpa sedikitpun pengalaman
atau pelatihan sebelumnya, rangsangan-rangsangan lain seperti, lonceng, tidak akan

1
menghasilkan air liur. Karena tidak mempunyai efek terhadap tanggapan tersebut, rangsangan-
rangsangan ini disebut sebagai rangsangan netral. Eksperimen Pavlov memperlihatkan bahwa,
apabila rangsangan netral sebelumnya dipasangkan dengan rangsangan tanpa pengkondisian,
rangsangan netral tersebut menjadi rangsangan yang dikondisikan dan memperoleh kekuatan
untuk mendorong tanggapan serupa terhadap apa yang dihasilkan oleh rangsangan tanpa
dikondisikan tadi. Dengan kata lain, seteleh lonceng dan daging tersebut disodorkan bersama-
sama, maka bunyi lonceng itu sendiri mengakibatkan anjing tadi mengeluarkan air liur. Proses
ini disebut pengkondisian klasik.

2. Thorndike : Kaidah Efek

Karya Pavlov mengilhami para peneliti di Amerika Serikat seperti E.L.Thorndike


(Hilgard&Bower,1996). Thorndike, sama seperti banyak ahli teori pembelajaran perilaku awal,
mengaitkan perilaku dengan gerakan refleks tubuh. Dalam karya sebelumnya, ia juga
memandang kebanyakan perilaku sebagai tanggapan terhadap rangsangan dalam lingkungan.
Pandangan bahwa rangsangan dapat mendorong tanggapan ini adalah pelopor sesuatu yang
akhirnya dikenal sebagai teori rangsangan-rangsangan (S-R stimulus-response). Ahli-ahli
teori pembelajaran sebelumnya menulis bahwa gerakan-gerakan refleks tertentu, seperti lutut
yang menghentak ke atas ketika ditepuk, terjadi tanpa pengolahan otak. Mereka mempunyai
hipotesis bahwa perialku lain juga ditentukan secara refleks oleh rangsangan yang terdapat
dalam lingkungan alih-alih oleh pemikiran sadaratau tidak sadar.
Thorndike melangkah lebih jauh dari Pavlov dengan memperlihatkan bahwa
rangsangan yang terjadi setelah suatuperilaku mempunyai pengaruh terhadap perilaku pada
masa mendatang. Dalam sekian banyak eksperimennya, Thorndike memasukkan kucing
kedalam kotak dari sana kucing tersebut meloloskan diri untuk memperoleh makanan. Dia
mengamati bahwa lama-kelamaan kucing tersebut mempelajari bagaimana keluar dari kotak
tadi dengan makin cepat dengan mengulangi perilaku yang menyebabkan lolos dan tidak
mengulangi perilaku yang tidakakan efektif. Dari Eksperimen ini, Thorndike mengembangkan
Kaidah Efek, yang menyatakan bahwa, apabila tindakan diikuti oleh perubahan yang
memuaskan dalam lingkungan tersebut, kemungkinan tindakan itu akan diulangi dalam situasi
yang sama akan meningkat. Namun, apabila perilaku diikuti oleh perubahan yang tidak
memuaskan dalam lingkungan tersebut, kemungkinan bahwa perilaku tersebutakan diulangi
akan menurun. Dengan demikian, Thorndike memperlihatkan bahwa konsekuensi perilaku

2
seseorang saat memainkan peran yang sangan penting dalam menentukan perilaku seseorang
pada masa mendatang.

3. Skinner : Pengkondisian Operan

B.F. Skinner berpendapat bahwa perilaku refleks hanyalah sebagian kecil dari semua tindakan.
Skinner mengusulkan kelompok perilaku lain, yang dia namai perilaku operan (operant
behviour) karena perilaku tersebut berlangsung pada lingkungan dalam ketiadaan nyata satu
pun rangsangan tanpa dikondisikan, seperti makanan. Sama seperti Thorndike, karya Skinner
terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensinya yang menyenangkan, orang itu
akan lebih sering terlibat dalam perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku sering disebut
pengkondisian operan (operant condotitioning).
Karya Skinner terfokus pada penempatan subjek didalam situasi yang dikendalikan dan
pada pengamatan perubahan perlaku mereka yang dihasilkan oleh perubahan sistematis
konsekuensi perilaku mereka. Skinner terkenal karena dia mengembangkan dan menggunakan
alat yang lazim disebut sebagai kotak Skinner. Kotak Skinner berisi alat yang sangat sederhana
untuk mempelajari perilaku binatang. Biasanya Tikus dan Merpati. Kotak Skinner untuk tikus
terdiri dari balok yang mudah ditekan oleh tikus tersebut, corong makanan yang dapat memberi
butiran makan kepada tikus tersebut, dan corong air. Tikus tersebut tidak dapat melihat atau
mendengar apa pun di luar kotak tadi, sehingga semua rangsangan dikendalikan oleh pelaku
eksperimen.
Dalam beberapa eksperimen paling awal yang melibatkan kotak Skinner, alat itu
pertama-tama dibentuk sehingga, apabila tikus tersebut kebetulan menekan balok itu, dengan
memperoleh butiran setiap saat. Imbalan makanan itu telang mengkondisikan perilaku tikus
tersebut, yang memeperkuat penekanan balok dan memeperlemah semua perilaku (seperti
berputar-putar mengelilingi kotak tersebut). Pada saat ini, pelaku eksperimen dapat melakukan
salah satu dari beberapa hal. Corong makanan dapat dibentuk sehingga diperlukan beberapa
kali menekan balok untuk memperoleh makanan, atau sehingga beberapa kali tekanan pada
balok akan menghasilkan makanan tetapi makanan lain tidak menghasilkan, atau sehingga
tekanan pada balok tidak lagi menghasilkan makanan. Dalam masing-masing kasus, perilaku
tikus tersebut akan dicatat. Salah satu keunggulan penting kotak Skinner ialah bahwa alat
tersebut memungkinkan studi ilmiah yang saksama terhadap perilaku dalam lingkungan yang

3
dikendalikan (Bigge dan Shermis,2004; Deiprato dan Midgley,1992). Setiap orang yang
mempunyai perlengkapan yang sama dapat mengulangi eksperimen Skinner.

C. Beberapa Prinsip Pembelajaran Perilaku


1. Peran Konsekuensi
Penelitian yang dirintisSkinner dengan tikus dan merpati membentuk beberapa prinsip
perilaku yang telah didukung dalam ratusan studi yang melibatkan manusia dan juga binatang.
Barangkali prinsip yang terpenting dalam teori pembelajaran perilaku ialah bahwa perilaku
berubah sesuai dengan konsekuensi langsungnya. Konsekuensi yang menyenangkan
menyenangkan memperkuat perilaku, konsekuensi yang tidak menyenangkan
memperlemahnya. Jadi, konsekuensi yang menyenangkan meningkatkan frekuensi seseorang
terlibat dalm perilaku tertentu, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan mengurangi
frekuensi suatu perilaku tertentu. Apabila seseorang senang membaca buku, mereka barangkali
akan lebih sering membaca. Apabila mereka menemukan cerita yang membosankan atau tidak
mampu berkonsentrasi, mereka mungkin akan kurang sering membaca, dengan sebaliknya
memilih kegiatan-kegiatan lain. Konsekuensi yang menyenangkan disebut tindakan penguatan
(reinfocer), konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut tindakan penghukuman (punisher
2. Tindakan Penguatan
Penguatan didefinisikan sebagai setiap konsekuensi yang memperkuat atau
meningkatkan frekuensi perilaku. Penguatan dapat bersifat primer (primary reinforcer) atau
skunder (secondary reinforcer), positif atau negatif.
Penguatan primer memuaskan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan,
papan, keamanan, kasih sayang, dan sebagainya. Penguatan sekunder adalah penguatan yang
memiliki nilai jika dikaitkan dengan penguatan primer atau penguatan sekunder lain yang
sudah terbentuk. Ada tiga kategori dasar penguatan sekunder, yaitu penguatan sosial seperti
pujian, senyuman, pelukan, atau perhatian; penguatan kegiatan seperti akses ke mainan,
permainan, atau kegiatan yang menyenangkan; dan penguatan simbolik seperti uang, nilai
sekolah, tanda bintang, atau poin yang dapat ditukar dengan penguatan lain.
Penguatan positif merupakan hal yang paling sering digunakan seperti pujian, nilai, dan
tanda bintang. Penguatan negatif merupakan pelarian dari situasi yang tidak menyenangkan.
3. Penghukuman.
Penghukuman adalah konsekuensi yang melemahkan perilaku. Hukuman memiliki dua
bentuk, yaitu hukuman pemberlakuan; adalah penggunaan konsekuensi yang tidak

4
menyenangkan, atau rangsangan yang tidak disukai seperti diomeli. Dan yang kedua yaitu
hukuman pencabutan; adalah penarikan kembali konsekuensi yang menyenangkan seperti
kehilangan hak istimewa, keharusan tinggal di kelas selama istirahat, atau keharusan tinggal di
kelas setelah sekolah.

4. Kesegaran konsekuensi.
Salah satu prinsip teori pembelajaran perilaku yang sangat penting adalah bahwa
konsekuensi yang terjadi segera sesudah perilaku jauh lebih mempengaruhi perilaku daripada
konsekuensi tertunda. Penguatan yang lebih kecil yang diberikan segera pada umumnya
mempunyai dampak yang jauh lebih besar daripada penguatan besar yang diberikan kemudian.

5. Pembentukan (Shaping).
Istilah pembentukan digunakan dalam teori pembelajaran perilaku untuk merujuk ke
pengajaran kemampuan atau perilaku baru dengan memperkuat pebelajar untuk mendekati
perilaku akhir yang diinginkan. Misalnya, dalam mengajari anak-anak mengikat tali sepatu,
kita tidak hanya memperlihatkan bagaimana cara mengikat sepatu dan kemudian menunggu
untuk memperkuat mereka hingga mereka mengerjakan seluruh tugas itu. Sebaliknya, kita
pertama-tama akan memperkuat mereka mencoba ikatan pertama, kemudian membuat simpul,
dan seterusnya, hingga mereka dapat mengerjakan seluruh tugas tersebut. Dengan cara ini, kita
akan membentuk perilaku anak-anak dengan memperkuat semua tahap ke arah tujuan akhir.

6. Kepunahan.
Kepunahan adalah melemahnya perilaku sebelumnya dan perlahan-lahan lenyap ketika
penguatan ditarik kembali. Karakteristik utama dari awal-awal kepunahan adalah
meningkatnya perilaku yang mulai melemah tersebut.

7. Jadwal Penguatan.
Jadwal penguatan digunakan untuk meningkatkan probabilitas, frekuensi, atau
ketahanan perilaku yang diinginkan. Jadwal penguatan dapat didasarkan pada rasio atau
interval dan dapat bersifat tetap atau bervariasi. Dan ini adalah pola tanggapan tertentu selama
penguatan dan kepunahan mencirikan masing-masing keempat jenis jadwal.

5
POLA TANGGAPAN
JADWAL DEFINISI Selama Penguatan Selama Kepunahan
Jumlah perilaku Tingkat Penurunan pesat tingkat
tetap yang tanggapan tetap; tanggapan setelah jumlah
Rasio Tetap diperlukan untuk berhenti setelah tanggapan yang diperlukan
memperoleh penguatan berlalu tanpa penguatan
penguatan
Jumlah perilaku Tingkat Tingkat tanggapan
tidak tetap yang tanggapan tetap bertahan tinggi dan
Rasio Variabel diperlukan untuk dan tinggi kemudian turun
memperoleh
penguatan
Jumlah waktu Tingkat tidak Penurunan pesat tingkat
tetap yang berlalu tetap, dengan tanggapan setlah interval
sebelum kecepatan tinggi berlalu tanpa penguatan
Interval Tetap penguatan pada akhir
tersedia masing-masing
interval
Jumlah Tingkat Penurunan perlahan
waktu tidak tetap tanggapan tetap tingkat tanggapan
Interval variable yang berlalu dan tinggi
sebelum
penguatan
tersedia

8. Ketahanan.
Peran ketahanan mengisyaratkan bahwa penguatan perilaku tidak selalu digunakan
secara terus-menerus asalkan perilaku yang dipelajari sebelumnya telah mengalami penguatan
intrinsik, yaitu penguatan dari dalam diri sendiri. Misalnya kita memperkuat pembelajaran
membaca bagi anak-anak. Pada awalnya kita masih memperkuat kegiatan tersebut yang pada
akhirnya mereka telah mampu membaca sendiri. Pada saat mereka mulai membaca buku-buku
lainnya, ternyata menimbulkan kepuasan tersendiri bagi mereka sehingga kita tidak perlu
memperkuatnya lagi.

D. Teori Pembelajaran Sosial Bandura: Peniruan dan Pembelajaran Pengamatan.

Teori pembelajaran sosial adalah perkembangan utama tradisi teori pembelajaran


perilaku. Teori tersebut dikembangkan oleh Albert Bandura yang disebut teori pembelajaran
sosial (social learning theory). Teori tersebut menerima banyak prinsip teori perilaku tetapi

6
jauh lebih banyak terfokus pada dampak isyarat pada perilaku dan proses mental internal,
dengan menekankan dampak pemikiran pada tindakan dan tindakan pada pemikiran.
Bandura mencatat bahwa penekanan Skinner pada dampak konsekuensi perilaku
sebagian besar mengabaikan fenomena pembelajaran peniruan (modeling) dan pengalaman
tidak langsung. Dia merasa bahwa banyak pembelajaran manusia tidak dibentuk oleh
konsekuensinya tetapi dipelajari dengan lebih efisien langsung dari suatu model. Bandura
menyebut ini sebagai pembelajaran tanpa uji coba karena siswa tidak perlu mengalami proses
pembentukan tetapi dapat mereproduksi tanggapan yang tepat dengan segera.
Analisis Bandura tentang pembelajaran pengamatan (observational learning) meliputi
empat tahap: tahap perhatian, pengingatan, reproduksi, dan motivasi.
1. Fase perhatian: tahap pertama dalam pembelajaran pengamatan ialah memberikan
perhatian terhadap suatu model. Pada umumnya, siswa memberikan perhatian kepada
panutan yang memikat, berhasil, menarik, dan populer. Itulah sebabnya begitu banyak
siswa meniru pakaian, gaya rambut, dan kelakuan bintang budaya populer. Di ruang kelas,
guru mendapatkan perhatian siswa dengan memberikan isyarat yang jelas dan menarik,
dengan menggunakan sesuatu yang baru dan mengejutkan, dan dengan memotivasi siswa.
2. Fase pengingatan: begitu guru mendapatkan perhatian siswa, itulah saatnya mencontohkan
perilaku yang diinginkan untuk ditiru siswa dan kemudian memberi kesempatan kepada
siswa mempraktikkan atau berlatih. Misalnya, guru dapat memperlihatkan cara menulis
huruf A. Kemudian siswa meniru contoh guru dengan mencoba menuliskan sendiri huruf
A.
3. Fase reproduksi: selama tahap reproduksi, siswa mencoba mencocokkan perilaku mereka
dengan perilaku teladan. Di ruang kelas, penilaian pembelajaran siswa terjadi selama tahap
ini. Misalnya, setelah melihat huruf A dicontohkan dan dipraktikkan beberapa kali, apakah
siswa dapat mereproduksi huruf tersebut sehingga terlihat seperti contoh guru atau tidak.
4. Fase motivasi: tahap terakhir dalam proses pembelajaran pengamatan adalah motivasi. Di
ruang kelas, tahap motivasi pembelajaran pengamatan sering memerlukan pujian atau nilai
yang diberikan karena mengimbangi contoh guru.
Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa modeling merupakan keharusan bagi guru
atau pendidik. Seorang guru sebenarnya menjadi panutan bagi siswanya baik penampilan
maupun perilakunya. Siswa yang belajar, selain menerima ilmu dari gurunya, juga mengamati
segala hal yang dilakukan guru tersebut. Oleh karena itu,uswah hasanah bisa menjadi kunci
kesuksesan dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai