Anda di halaman 1dari 10

MATERI KEPRIBADIAN BEHAVIORISME

Konsep Teori Kepribadian

Pendekatan Behavioristik bersandar pada konsep stimulus dan respon dimana seorang individu akan
berperilaku sesuai stimulus yang ia terima, mempelajarinya kemudian menentukan respon atas
stimulus tersebut. Behavioristik merupakan orientasi teoretis yang didasarkan pada premis bahwa
psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observasi behavior).35 Teori
kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah
hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional, atau emosional,
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan.

Fokus utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat danpenyebab luar
menstimulasinya. Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang
dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku (Zulhammi, 2015). menurut
Skinner belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Skinner mampu menjelaskan
konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara
stimulus dan respons terjadi melalui interaksi dengan lingkungan kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena
belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons. Behaviorisme merupakan suatu pandangan bahwa manusia berkembang berdasarkan
stimulus yang di terima dari lingkungan sekitar. Psikologi behaviorisme Skinner merupakan sebuah
teori psikologi yang memandang bahwa perkembangan kepribadian manusia itu dapat berubah
berdasarkan pembelajaran dari lingkungan sekitar. Menurut Skinner (dalam koeswara 1991: 75-77)
individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia
bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku)
yang khas pula pada individu tersebut. Stimulus merupakan sebuah rangsangan yang terjadi dari
lingkungan baru maupun dari seseorang, stimulus sangat berperan penting dalam psikologi
behaviorisme, karena stimulus adalah awal mula seseorang dapat dikatakan memiliki perubahan
tingkah laku yang berbeda. Pemberian stimulus dapat terjadi akibat pengalaman yang diberikan.
Pengalaman-pengalaman tersebut yang memicu adanya sebuah pengulangan yang merubah tingkah
laku manusia. Dalam konsep Skinner, manusia adalah sekumpulan reaksi unik yang sebagian
diantaranya telah ada dan secara genetis diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan pada hakikat manusia, teori dan pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada
dasarnya manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang
terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif dalam menentukan
martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku seseorang
ditentukan oleh intensitas dan beragamnya jenis penguatan (reinforcement) yang diterima dalam
situasi hidupnya.

Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam behavioristik kontomporer terdapat empat konsep teori
yang mengembangkan behavioristik, yaitu ; (1) classical conditioning, (2) operant conditioning, (3)
social learning theory, dan (4) cognitive behavior therapy. Classical conditioning merupakan usaha
mendapatkan beberapa perilaku organisme seperti ; sentakan lutut dan ludah yang diperoleh dari
organisme yang pasif. Pada tahun 1950-an Joseph Wolpe dan Arnold Lazarus di Afrika Selatan dan
Hans Eysenck di Inggris memulai penelitian eksperimen dengan menggunakan binatang. Mereka
bekerja dengan menggunakan Hullian learning theory dan Pavlovian conditioning dan kemudian
teori yang dikembangkan difokuskan pada evaluasi dan analisis eksperimental dari prosedur-
prosedur terapeutik. Tokoh sentral yang merupakan pionir dari classical conditioning adalah Ivan
Pavlov yang melakukan eksperimen dengan anjing. Operant conditioning merupakan tipe perilaku
belajar yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-penguatan (reinforcer) positif dan atau negatif.
Model dari Skinner merupakan dari dari prinsip penguatan terhadap identifikasi tujuan dengan
mengontrol fakktor lingkungan yang berperan penting dalam perubahan perilaku. Social learning
theory yang dikembangkan Albert Bandura dan Richard Walters merupakan interaksi timbal balik
dari tiga komponen (triadic reciprocal interaction) yaitu antara lingkungan, faktor personal dan
perilaku individual. Seseorang dapat capable jika self-directed dalam mengubah perilakunya.
Cognitive behavior therapy beserta social learning theory merupakan representasi dari mainstream
terapi perilaku kontemporer. Sejak tahun 1970 pergerakan konsep behavioral menempatkan faktor
kognitif dan emosi sebagai upaya untuk memahami masalah perilaku individu

Behaviorisme dicetuskan
Teori tenntang perkembangan manusia dimulai oleh psikolog pendidikan Edward Thorndike dan
kemudian dikembangnkan oleh sua psikolog yang juga berkebangsaan Amerika , John Watson dan
B.F Skinner. Teori mereka dikelompokkan dalam satu aliran psikologi yanhmg dinamakan
behaviorisme. Behaviorisme adalah teori psikologi tentang perkembangan manusia yang
mengemukakan bahwa manusia dapat dilatih atau dikondisikan untuk merespon dalam cara tertentu
terhadap stimulus khusus. Apabila diberikan stimulus yang tepat, individu dan tingkah lakunya dapat
dikodefikasikan dan dikontrol. Edward Thorndike (1874-1949) adalah orang pertama yang
mengemukakan bahwa manusia dan binatang memperoleh tingkah laku melalui asosiasi stimulus dan
respons. Dia mengembangkan dua hukum belajar, yaitu law of effect (hukum akibat) dan law of
exercise (hukum latihan), untuk menjelaskan alasan tingkah laku itu terjadi dalam cara tertentu. Law
of effect mengemukakan bahwa kalau suatu tingkah laku disusul oleh suatu hasil yang
menyenangkan, tingkah laku itu mungkin akan terulang lagi. Law of exercise mengemukakan bahwa
makin sering suatu stimulus dihubungkan dengan suatu respons, makin kuat hubungan antara
keduanya. Kelahiran behaviorisme modern diperjuangkan oleh seorang psikolog dari Universitas
Johns Hopkins, yang bernama John Watson (1878-1958). Dia adalah psikolog yang menerapkan
pengondisian klasik dari Ivan Pavlov pada manusia. Dalam bukunya Behaviorism (1924). Watson
mengemukakan suatu pernyataan yang terkenal: "Kalau diberikan 12 bayi yang sehat, dia dapat
menentukan kepribadian orang dewasa dari setiap anak tanpa menghiraukan bakat-bakat, kegemaran
kegemaran, kecenderungan-kecenderungan, abilitas-abilitas, kecakapan kecakapan khusus, ras, dan
leluhur mereka." Meskipun dewasa ini. terasa menggelikan, pernyataan Watson pada waktu itu dilihat
sebagai reaksi terhadap teori-teori perkembangan psikoanalisis Freudian yang dirasakan oleh banyak
orang sebagai sesuatu yang menakutkan. Watson menolak semua keinginan tersembunyi, tak sadar,
dan ditekan untuk menjelaskan tingkah laku yang dikemukakan oleh para Freudian, dan
mengemukakan bahwa manusia mengadakan respons terhadap hadiah dan hukuman. Tingkah laku
yang menimbulkan respons positif diperkuat dan diteruskan, sedangkan tingkah laku menimbulkan
yang respons negatif tidak diteruskan atau dihilangkan. Dalam bagian ini akan disinggung lebih
mendalam tentang ketiga tokoh tersebut, diawali dari pandangan Ivan Pavlov, kemudian disusul
pandangan dari Edward Thorndike dan J.B. Watson. Pendekatan para behavioris ini diambil oleh B.F.
Skinner (1904-1990) yang menyimpulkan perkembangan tingkah laku manusia dengan mengamati
tingkah laku tikus-tikus percobaan. Skinner juga menulis sebuah novel, Walden Two, tentang suatu
masyarakat utopis manakala tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan seluruhnya oleh
keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan dirinya sendiri berdasarkan peningkatan
kepuasan yang diperolehnya.
Tokoh dan teori
Ivan Pavlov (1849-19360 : Teori Pengondisian Klasik
Karya Pavlov dengan anjing-anjing telah berpengaruh dalam pe mahaman bagaimana pembelajaran
itu terjadi. Lewat penelitiannya, dia mengemukakan suatu teori yang dinamakan pengondiian klasik
(classical conditioning) yang juga dikenal dengan sebutan pengondisian Pavlovian atau pengondisian
responden. Pengondisian responden yang dilakukan Pavlov melibatkan tiga hal, yaitu bel, daging, dan
seekor anjing. setiap kali disajikan kombinasi antara bunyi bel dan daging, anjing itu mengeluarkan
air liur. Setelah prosedur ini dilakukan berkali-kali, Pavlov menemukan bahwa anjing percobaannya
mengeluarkan air liur begitu mendengar bunyi bel. Pada tahap terakhir Pavlov menghentikan
pemberian makanan, dan anjing percobaannya hanya menerima bunyi bel. Kemudian Pavlov
menemukan bahwa meskipun hanya mendengar bunyi bel tanpa memperoleh makanan, anjing
percobaannya tetap mengeluarkan air liur. Air liur yang keluar karena menerima bunyi bel dari mulut
anjing percobaan itu disebut oleh Pavlov sebagai respons terkondisi (conditioned response).
sedangkan bunyi bel disebut oleh Pavlov sebagai stimulus terkondisi (conditioned stimulus).
Berdasarkan percobaan itu, Pavlov menyimpulkan bahwa semua pembelajaran berkenaan dengan
pengondisian klasik karena respons atau tingkah laku organisme bisa dikondisikan, dan organisme
bisa memiliki respons tehéntu (tingkah laku responden) melalui pembelajaran atau latihan. Para
peneliti kemudian tidak sependapat dengan pandangan Pavlov dan memperlihatkan cara cara
pembelajaran lain. Pengondisian klasik tidak mengakui sifat organisme yang aktif dan pengaruhnya
pada lingkungan serta organisme lain dalam lingkungan itu. Apabila kita memperhatikan percobaan
yang dilakukan Pavlov, kita dapat mengidentifikasi 4 faktor yang berperan dalam pengon disian
responden (pengondisian klasik), yaitu: 1) Respons tidak terkondisi (UR- Unconditioned Response)
adalah keluarnya air liur anjing secara alami sebagai respons terhadap melihat atau mencium
makanan. 2) Stimulus tidak terkondisi (US = Unconditioned Stimulus) adalah melihat atau mencium
makanan itu sendiri. 3) Stimulus terkondisi (CS = Conditioned Stimulus) adalah bunyi bel yang
sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan makanan. 4) Karena itu respons terkondisi (CR
Conditioned Response) = adalah keluarnya air liur dari anjing dalam respons terhadap bunyi bel,
meskipun tidak ada makanan yang disajikan. Penelitian Pavlov selanjutnya menyebabkan
perkembangan teknik-teknik terapi behavioral yang penting, seperti flooding dan desensitisasi untuk
orang-orang yang bergelut dengan ketakutan dan kecemasan. Desensitisasi adalah semacam
pengondisian kebalikan dari saat seseorang yang mengalami ketakutan atau kecemasan berulang-
ulang dihadapkan pada hal yang menyebabkan ketakutan atau kecemasan. Flooding sama dengan
desentisisasi, yaitu individu dihadapkan pada hal yang menyebabkan ketakutan atau kecemasan tetapi
dilakukan dalam cara yang lebih kuat dan lama.
Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Peran yang menonjol dari hukum asosiasi Aristoteles pada tahun 1900-an mungkin sebagian besar
dipengaruhi oleh karya Edward L. Thorndike selaku pencetus teori belajar yang mendominasi semua
orang lain di Amerika Serikat selama hampir setengah abad (Bower & Hilgard, 1981, hlm. 21). Teori
Thorndike pada mulanya didasarkan pada seri percobaan-percobaan puzzle box yang digunakan untuk
menggambarkan kurva-kurva binatang yang belajar. Dalam percobaan-percobaan ini, belajar
didefinisikan sebagai fungsi dari sejumlah waktu yang dibutuhkan supaya binatang dapat melepaskan
diri dari kotak. Dalam pandangan Thorndike, pembelajaran ialah proses membentuk asosiasi-asosiasi
atau ikatan-ikatan yang didefinisikan sebagai koneksi-koneksi suatu tindakan tertentu dengan suatu
situasi tertentu dan kenikmatan yang dihasilkan. Thorndike pada tahun 1989 menyebut segi
pandangannya ini sebagai koneksionisme (connectionism). Berdasarkan observasinya, Thorndike
menyimpulkan bahwa pembelajaran tentang suatu respons terhadap suatu stimulus (menggerakkan
tali kawat itu) dipengaruhi oleh konsekuensi dari tingkah laku itu (melepaskan diri). Inilah yang
kemudian oleh Thorndike disebut sebagai law of effect. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa law
of effect dari Thorndike adalah respons-respons terhadap suatu situasi yang diikuti oleh kepuasan,
diperkuat dan respons-respons yang diikuti oleh ketidaksenangan, diperlemah (Ormrod, 2008, hlm.
50). Penelitian Thorndike kemudian mengindikasikan bahwa hukuman mungkin tidak efektif dalam
melemahkan respons. Berdasarkan paparan sebelumnya tentang prinsip-prinsip belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut: pertama, pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang baru, ada
berbagai respons yang dilakukan. Adapun respons-respons setiap individu tidak sama atau berbeda-
beda meskipun menghadapi situasi yang sama, sehingga akhirnya dia mendapat respons atau tindakan
yang cocok dan memuaskan. Misalnya, seseorang yang sedang dihadapkan denganmasalah keluarga,
dia pasti akan menghadapinya dengan respons yang berbeda-beda walaupun jenis situasinya sama.
Kedua, dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk menyeleksi unsur-unsur
yang penting dan kurangpenting, sampai pada akhirnya menemukan respons yang tepat. Seperti orang
yang berada dalam masa perkembangan dan menyong song masa depan, sebenarnya dirinya sudah
mengetahui unsur penting yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan. Ketiga, orang cenderung memberikan respons yang sama terhadap situasi yang sama.
Misalnya, apabila seseorang mengalami stres karena dikeluarkan dari pekerjaan oleh suatu perusahaan
dan peristiwa tersebut terjadi bukan hanya ka ini melainkan pernah dialaminya, juga karena hal yang
sama maka sudah barang tentu dia juga akan merespons situasi tersebut seperti yang dilakukannya
terhadap situasi yang pernah dialaminya. Berikut adalah lima karakteristik belajar untuk melengkapi
ketiga hukum tersebut. 1) Respons ganda atau bermacam-macam reaksi (multiple or varied response).
Apabila seekor binatang dihadapkan dengan suaru masalah, dia akan berusaha menggantikan suatu
respons dengan respons yang lain sampai dia menemukan keberhasilan. 2) Set atau sikap (set or
attitude). Kelaparan, vitalitas, dan perasaan ngantuk berpengaruh pada sikap terhadap situasi
eksternal. Anak ayam yang agak ngantuk dan tidak lapar kurang melakukan gerakan untuk melarikan
diri dari kurungan. Neuron-neuron yang digunakannya untuk berjalan mengelilingi kandang tanpa
tujuan, akan kurang siap untuk keluar dari kandang atau sangat memperhatikan supaya berada di luar
kandang (Thorndike, 1914a, hlm. 133). 3) Aktivitas parsial atau prepotensi elemen-elemen (partial
activity or prepotency of elements). Ciri-ciri tertentu dari suatu situasi mungkin sangat kuat dalam
menentukan suatu respons dibandingkan ciri-ciri lainnya. Seekor binatang mampu memperhatikan
elemen-elemen yang sangat penting dan mengabaikan elemen-elemen yang kurang penting. 4)
Asimilasi. Karena asimilasi dari elemen-elemen yang sama antara dua stimulus, seekor binatang akan
merespons terhadap suatu stimulus yang baru dalam cara yang telah ia respons sebelumnya terhadap
suatu stimulus yang sama. Dalam kata-kata Thorndike, "Terhadap beberapa situasi yang tidak
memiliki respons asli, yang khusus atau yang dipelajari dari situasi-situasi itu maka respons yang
diadakan akan berupa respons yang sifatnya asli atau diperoleh dihubungkan dengan situasi yang
sama dengan situasi-situasi itu (Thorndike, 1914a, hlm. 135). 5) Pengalihan asosiatif (associative
shifting). Istilah ini mengacu pada perpindahan suatu respons yang dibangkitkan oleh suatu stimulus
terhadap suatu stimulus yang sama sekali berbeda. Permainan-permainan binatang yang biasa dalam
merespons sinyal-sinyal verbal adalah ilustrasi-ilustrasi yang baik sekali.
Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness), yaitu keberhasilan belajar seseorang sangat bergantung dari
ada atau tidaknya kesiapan.
b. Hukum Akibat (Law of Effect) yang implikasinya adalah apabila diharapkan agar seseorang akan
mengulangi respon yang sama, maka diupayakan untuk menyenangkan dirinya, misalnya dengan
hadiah atau pujian.
c. Hukum Latihan (Law of Exercise), yaitu bahwa hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat
apabila terus menerus dilatih dan diulang. Sebaliknya hubungan akan akan semakin lemah jika tidak
pernah diulang. Maka makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasailah pelajaran itu.
Teori belajar Thorndike juga disebut sebagai aliran “connectionism”.16
John Broadus Watson (1878-1958): Behaviorisme
Thorndike dan Pavlov memberikan sumbangan yang penting bagi psikologi behavioral, tetapi J.B.
Watson adalah orang yang memperjuangkan gerakan behaviorisme yang populer. Teori belajar S-R
(stimulus-respons) ini disebut juga koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut
Watson, namun dalam perkembangan koneksionisme juga dikenal sebagai psikologi behavioristik.
padangan behaviorisme Watson dapat diemukakan sebagai berikut: Teori perubahan tingkah laku
(belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan.
Sebagian besar tingkah laku manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak mempermasalahkan
norma-norma pada manusia (apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional. rasional,
ataupun irasional tidak dipermasalahkan oleh behaviorisme). Di sini hanya dibicarakan mengenai
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksinya dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut
harus dapat diamati dari luar. Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar terjadi sebagai interaksi
langsung antara stimulus yang datang dari luar dan respons yang ditampilkan oleh individu.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa tema utama pandangan Watson: 1)
Psikologi mempelajari stimulus dan respons. Stimulus adalah semua yang ada dalam lingkungan,
termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respons adalah reaksi organisme terhadap stimulus,
mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respons ada
yang kelihatan dan tersembunyi, dipelajari dan tidak dipelajari. 2) Tidak menerima adanya unsur
herediter sebagai faktor yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku manusia adalah hasil belajar
sehingga faktor lingkungan sangat penting. Dengan demikian, pandangan Watson bersifat
deterministik karena tingkah laku individu ditentukan oleh faktor eksternal dan tidak berdasarkan
kehendak bebas. 3) Dalam kerangka jiwa-tubuh, pandangan Watson sederhana. Bagi Watson, jiwa
mungkin saja ada tetapi bukan sesuatu yang dapat dipelajari atau dijelaskan melalui pendekatan
ilmiah. Ini bukan berarti bahwa Watson sama sekali menolak jiwa, melainkan dia hanya mau
mengatakan bahwa tubuh adalah objek studi ilmiah. Penolakan Watson terhadap kesadaran (jiwa) ini
adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang teguh oleh para tokoh aliran ini walaupun dalam
derajat yang berbeda-beda. (Pada titik ini sejarah Psikologi mencatat pertama kalinya sejak zaman
filsafar Yunani, terjadi penolakan total terhadap konsep jiwa. Tidak heran pandangan ini pada
mulanya mendapat banyak reaksi yang kenas namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru
menjadi populer). 4) Sejalan dengan pandangan behaviorisme yang terfokus pada ilmu pengetahuan
yang objektif maka Psikologi harus meng gunakan metode empiris. Dalam hal ini, metode Psikologi
adalah observasi, pengondisian, pengujian (testing), dan lapona laporan verbal. 5) Secara bertahap
Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang tidak dipelajari,
hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh kebiasaan (habit), dan pada akhirnya ditolak sama
sekali, kecuali refleks sederhana seperti bersin, merangkak, dan lain-lain. 6) Sebaliknya, menurut
Watson (dan juga para tokoh behavioris lainnya), konsep belajar (learning) adalah sesuatu yang
sangat penting. Kebiasaan-kebiasaan (habits) yang merupakan dasar tingkah laku adalah hasil belajar
yang ditentukan oleh dua hukum utama, yaitu recency (kebaruan) dan frequency (keseringan). Watson
mendukung pengondisian responden dari Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Dengan
demikian, kebiasaan-kebiasaan adalah proses pengondisian yang kompleks. Dia menerapkannya pada
percobaan fobia (subjek percobaan: Little Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson
mengandung banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak pandangan Thorndike adalah
salah. 7) Pandangannya tentang memori (ingatan) menempatkan dirinya pada pertentangan dengan
William James. Dalam pandangan Watson, semua yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh
seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, faktor yang menentukan untuk sesuatu
dijadikan kebiasaan (habit) adalah kebutuhan. 8) Proses berpikir, erat hubungannya dengan berbicara.
Berpikir adalah subvocal talking. Artinya, proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara,
dan dapat disamakan dengan proses berbicara yang tidak terlihat"-masih dapat diidentifikasi melalui
gerakan halus seperti gerak bibir atau gerakan-gerakan lainnya. 9) Sumbangan utama Watson adalah
pendapatnya yang tegas. yaitu bahwa tingkah laku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi Psikologi adalah ilmu yang bertujuan memprediksi tingkah laku. Pandangan ini dipegang terus
olch banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan menolak jiwa dan kesadaran, Watson
juga membangkitkan kembali semangat objektivitas dalam Psikologi yang membuka jalan bagi
penelitian-penelitian empiris pada eksperimen yang terkontrol.
perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting, jadi menurut
pandangan Jhon Watson adalah perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal. Sumbangan utama
Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang
mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini
dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis.

Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai
produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak bermaksud
mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik,
emosional, rasional, ataupun irasional. Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan
sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan
oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar.  Di sini
hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan
pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat
pengaruh lingkungan sekitarnya, dan lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.
Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive),
rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama adalah dorongan,
suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Unsur
yang kedua adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja
berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Unsur yang ketiga adalah Respons, respons
itu ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan
seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang
diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari
yang diharapkan oleh pemberi rangsangan. Unsur yang keempat adalah penguatan (reinforcement).
Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons
telah benar, maka diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan
respons seperti tadi lagi.
Pengertian
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.
Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang
cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa
manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam
bawah sadar yang tidak tampak).
Makna behavior, adalah tingkah laku yang dilakukan baik oleh organisme, sistem, atau entitas buatan
dalam hubungannya dengan diri sendiri atau lingkungan mereka yang meliputi sistem lain atau
organisme sekitar.8 Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat
menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut aliran behavioristik,
belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera
dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh
karena itu teori ini juga dinamakan teori StimulusRespons. Behaviorisme merupakan aliran psikologi
yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Belajar
menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.
Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan.11
Teori belajar tingkah laku atau behavioristik didirikan dan dianut oleh beberapa ilmuwan. Diantaranya
adalah Ivan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skinner.
Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya
manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk,
lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya
pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah
mereka, tentang semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat,tujuan,
bahkan termasuk berpikir dan emosi secara subjektif.
Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme, maka psikologi ini telah
menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia menjadi sangat sederhana dan mudah dikaji. Mengapa?
Karena semua perilaku menurut behaviorisme, termasuk tindak balas (respons) yang ditimbulkan oleh
adanya rangsangan (stimulus). Jadi, jika gerak balas telah diamati dan diketahui, maka rangsangan
dapat diprediksikan. Begitu juga jika rangsangan telah diamati dan diketahui, maka gerak balas pun
dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap perilaku itu dapat diprediksikan dan dikendalikan.
Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi
semua perilaku dipelajari menurut hubungan stimulus – respons. Behavioristik di pengaruhi oleh
stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku
itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

Struktur Kepribadian Behavioristik


Skinner adalah tokoh yang tidak tertarik dengan struktural dari kepribadian. Menurutnya, mungkin
dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap
dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah
lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik dengan aspek yang diubah-ubah dari kepribadian alih-alih
aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang dipandang Skinner relative tetap adalah tingkah
laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tipe tingkah laku: (Alwisol;2005:402)
Tingkah laku responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab
stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam
komponen ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan
menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji.
Tingkah laku operan (operant behavior); respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus
spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru
dengan respon baru.
Struktur, Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov
Struktur Kepribadian menurut pandangan Pavlov terbagi atas dua bagian yaitu : (Alwisol, 2004: 402)
1. Tingkah laku responden (Responden Behavior)
Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berdasarkan respon yang
diberikan, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan.
2. Tingkah laku operan (operant behavior)
Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa
terjadinya respon itu. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakai
untuk menanggapi suatu stimulus.

Pandangan tentang Kepribadian


Menurut pandangan behavioristik, individu bertindak karena kekuatan lingkungan yang menyebabkan
ia melakukan hal tersebut. → Perilaku bersifat responsif terhadap variabel penguatan dalam
lingkungan dan lebih tergantung pada situasi. → Behavioris menyadari bahwa individu memiliki
pikiran dan perasaan, akan tetapi pikiran dan perasaan tersebut sebagai perilaku yang juga disebabkan
oleh lingkungannya. Kepribadian menurut pandangan ini merupakan pola deskriptif pengalaman
psikologis yang pada kenyataannya diakibatkan oleh lingkungan. • Oleh karena itu, bagi para
behavioris pemahaman terhadap hubungan pembelajaran bisa jadi menggantikan semua teori
kepribadian.
Kepribadian sehat behavioristik :
·         Manusia adalah makhluk perespon; lingkungan mengontrol perilaku.
·         Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
·         Mementingkan faktor lingkungan
·         Menekankan pada faktor bagian
·         Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
·         Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu

Prinsip
Terdapat 3 Prinsip dalam aliran behaviorisme:
(1) Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah
lingkungan external yang hadir di kehidupan. Perilaku muncul sebagai respons dari kondisi yang
mengelilingi manusiadan hewan.
(2) Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya
perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang
baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan
belajar dari semua itu.
(3) Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
Prinsip dasar behaviorisme:
1.      Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau
mental yang abstrak
2.      Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk
sciene, harus dihindari.
3.      Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang
sah dari ilmu psikologi yang benar.
4.      Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan
behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal
juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5.      Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik
dalam perkembangan ilmu psikologi.
Pandangan Islam
Dalam Islam, teori belajar behavioristik bukanlah hal baru. Mengenai pentingnya unsur lingkungan
dalam pembelajaran, sudah tersirat dalam hadits Nabi Muhammad SAW: » ْ ِ ْ ‫ ال َّداد َ ِ ِير‬، ِ ‫ن ُ َك م َم ْد ع َ َ يـ‬
َ ْ ‫ و ه َ ُ ِ ريح ِد‬، ُ َ ‫ و ِس ْم ِ ِب ال َاح ِل ص َ ث َ ِ َ كم ء ْ ِ ِ يس َّ السو ل َ َ ْ الج ِ ِح و ِ ِ يس َّ الصـال ل َ ُ ْ الج َل ث َ م ُ ِيـر ك‬، ‫الح ك َ ْ ِك‬
‫ َأو ِيه َ َ ْشتر َّمــا ت ِ ْ ِك إ ِس ْم ِ ِب ال ً ص ا َاح ُ ِ ريح ْه ن ِ ُ م ِد ْ َ تج َ َك َأو ب ْ ْ ثـ َ ـو َ َك َأو َن د َ ِ ُرق ب ْ ِ ُ يح َّداد َ ْ الح ً َة ِيث ب‬، ِ ‫تج‬
‫ َ » خ‬Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan
peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya kepadamu atau
engkau membeli kepadanya atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya, tapi
si peniup api tukang besi mungkin akan membuat badanmu atau pakaianmu terbakar atau mungkin
engkau akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.23 Dari hadits tersebut kita bisa menangkap
makna tersirat bahwa lingkungan sangat berpengaruh pada seseorang. Bahwa seorang individu bisa
dikondisikan, bisa dibentuk oleh lingkungan sekitarnya. Maka lingkungan yang baik akan membentuk
kepribadian yang baik, pun juga sebaliknya. Dengan begitu, menunjukkan bahwa teori belajar
behavioristik sudah ada dalam ajaran Islam. Dalam al-Qur’an, juga terdapat ayat yang menunjukkan
pentingnya lingkungan dan pengkondisian. ‫الصـــالة َ َك ب ْل ْ َأه ر ُ ْم أ َ و‬ َ َّ ِ ‫ ا َ ْه َيــــ ل َ ْ ع ِبـــر َ ْط َاص ِ و‬Dan
perintahkanlah kepada keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya….(Thaha: 132)24 Dalam ayat tersebut, perintah untuk sabar dalam menyuruh
keluarga untuk sholat merupakan isyarat dari teori belajar behavioristik yang mengutamakan
pengkondisian atau latihan-latihan. Sebab menyuruh untuk sholat tidak dapat dilakukan hanya sekali
dua kali, atau sehari dua hari, tetapi membutuhkan proses dan latihan panjang. Disinilah pentingnya
pengkondisian seperti yang dijargonkan teori belajar behavioristik. Namun, dalam ajaran Islam pula
terdapat hal lain yang seolah berseberangan dengan teori belajar ini. Ada faktor lain yang tidak kalah
penting dari lingkungan, pengkondisian, dan berbagai pembiasaan atau latihan. Yaitu faktor bawaan,
keturunan atau hereditas. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam hadits: َ‫ال ْت َ ق َشة ِ َائ ْ ع َن ْ ع لَي ِ ُوا إ ِح‬ َ
‫ْك َأن َ َ و َاء ُ ْ وا اَأل ْكـــــــف ِح ْك ان َ ْ و ِ ُكم َف ُط ن ِ ُوا ل َّر يــــــــ َ َ َ تخ لَّم َ َس ِ و ه ْ َي ل َ ُ ع لَّى هَّللا َ ِ ص ُ ُول هَّللا َس َ َال ر ْ ق ِهم‬
“Pilihlah untuk nuthfah (bibit) kalian, nikahilah para wanita yang sepadan dan nikahilah laki-laki
yang sepadan (HR. Ibn Majah)”25
Dari paparan tersebut, dapat dipahami bahwa karakteristik kepribadian menurut Islam berjalan seiring
dengan karakteristik kepribadian yang dijelaskan oleh teori behavioristik sebelumnya, yang
memandang bahwa Pada dasarnya manusia terlahir dalam kondisi netral tidak baik dan juga buruk,
kepribadian orang menjadi baik atau buruk, sangat ditentukan bagaimana individu berinteraksi dengan
lingkungannya, yaitu proses belajarnya. Karena tingkah laku manusia yang membentuk kepribadian
itu diperoleh dari belajar, maka perkembangan pribadi yang sehat adalah pribadi yang bisa belajar
dengan tepat, atau dengan kata lain pribadi yang memiliki kemampuan belajar yang benar dari
interaksi lingkungannya, baik ketika mendapatkan reinforcement, mendapatkan punisment,
menggeneralisasikan serta mendiskriminasi respons.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa prinsip belajar menurut teori behavioristik ini,
dapat dikatakan relevan dengan perspektif Islam tentang prinsip-prinsip belajar. 3. Faktor-faktor
Belajar a. Faktor-faktor Belajar Dalam teori behavioristik disebutkan bahwa faktor-faktor belajar
terdiri dari faktor Internal dan eksternal sebagai berikut: 1) Keluarga 2) Sekolah 3) Lingkungan sosial
masyarakat Dari paparan tersebut maka dapat diketahu bahwa faktor belajar dalam Islam relevan
dengan dengan faktor-faktor belajar yang sebelumnya telah disebutkan diatas, dan dijelaskan pada bab
sebelumnya, Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1) Keluarga Firman Allah Swt. (QS. At-Tahrim : 6)
Firman Allah Swt. (QS. Luqman : 13) 2) Lingkungan Sosial Firman Allah Swt. (QS. Asy-Syams : 7-
10) Firman Allah Swt (QS.At-Taubah : 19) 3) Biaya, Firman Allah (QS.Al-Mujaddalah : 12-13).28 4)
Petunjuk guru, (HR.Tirmidzi) 4. Teori Belajar Dalam pembahasan bab sebelumnya teori behavioristik
telah menjelasan tentang teori-teori belajarnya melalui 3 tokoh yakni menurut Ivan Paplov, Albert
Bandura, dan Edward lee Thorndike. Sebagai berikut: 1) Menurut Ivan Paplov, perilaku dapat
terbentuk melalui respon yang terkondisi (classical conditioning), Dari eksperimen ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan berulang-ulang dengan
pengkondisisan tertentu. Karena itu teori Ivan Paplov dikenal dengan responded conditioning atau
teori classical conditioning. 2) Menurut Albert Bandura, perilaku dapat terjadi dengan mencontoh
perilaku dilingkungannya. Baik mencontoh secara langsung maupun tidak langsung (modeling) dan
(vicarious), Bandura mengemukakan teori social learning setelah melakukan perilaku agresif terhadap
perilaku agresif dikalangan kanak-kanak, menurutnya anak-anak berperilaku agresif setelah
mencontoh perilaku modelnya.30 3) Menurut Edward Lee Thorndike, perilaku dapat dibentuk melalui
adanya proses mencoba-coba (trial and error), Berdasarkan dari eksperimen yang dilakukan
Thorndike ini, ia menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Oleh
sebab itu teori koneksionisme disebut dengan S-R Bond Theory, S-R Psychology of learning. Selain
itu teori ini juga dikenal dengan sebutan Trial and Error Lerning. Dari penjelasan tersebut dapat
difahami bahwa teori belajar behavioristik berjalan seiring dengan cara belajar yang sebelumnya telah
dijelaskan dalam Islam melalui ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun terdapat beberapa perbedaan objek
yang digunakan, adapun cara belajar tersebut yakni sebagai berikut: 1) Tqlid (imitasi atau peniruan),
Firman Allah Swt: (QS.AlMaidah:31).31 (QS.Al-Ahzab: 21).32 (QS. Al-Maidah : 13). 2) Tajribah
Wa Khata (Trial dan Error), (HR. Ibnu Mjah). 3) Ta’wid (pembiasaan), Firman Allah Swt.
(QS.Ibrahim:1).

Anda mungkin juga menyukai