PENDAHULUAN
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik
sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang.
Siswa aktif dalam mencari, mengembangkan dan mengkonstruksi secara
aktif pengetahuan yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan salah satu
tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
yaitu
mengembangkan
aktivitas
kreatif
yang
dan
BAB II
PEMBAHASAN
pembelajaran
secara
lebih
sistematis
dan
ilmiah
upaya
untuk
belajar
behavioristik
lahir
sebagai
keterbatasan
persepektif
strukturalis
dan
psikologi
pematangan
(atau
pendewasaan)
semata.
Menurut
yang
akan
memberikan
beragam
teori
belajar
dipengaruhi oleh
pengalaman
kepada
extinction
(penghilangan),
spontan).
Penguatan
5
dan
spontaneous recovery
berperan
penting
dalam
semakin
diperkuat
melalui
serangkaian
proses
coba-coba,
sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Teori ini dikenal
dengan nama Instrumental Conitioning, karana respon tertentu akan
dipilih sebagai instrumen dalam memperoleh reward atau hasil yang
memuaskan. Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar yaitu law
of effect (dalil sebab akibat) menyatakan bahwa situasi atau hasil
menyenangkan diperoleh dari suatu respons akan memperkuat hubunga
antar stimulus dan respon atau prilaku yang dimunculkan, law pf exercise
(dalil
latihan
atau
menyempurnakan
menyatakan
pembiasaan)
respons
dan
kondisi-kondisi
menyatakan
law
yang
of
bahwalatihan
rediness
dianggap
(dalil
akan
kesiapan)
mendukungdan
tidak
3. Behaviorism Watson
Walaupun J.B. Waston (1878-1958) bukanlah ahli pertama yang
melakukan kajian terhadap prilaku manusia dalam proses belajar, namun
Watson lah yang melakukan penyimpulan atas teori Classical Conditioning
dari pavlov dan teori Connectionisme dari Thorndike. Menurut Watson,
stimulus dan respons yang menjadikonsep dasar dalam teori prilaku pada
umumnya,
haruslah
berbentuk
tingkah
6
laku
yang
dapat
diamati
menguraikan
teori
pengkondisian,
B.
F.
Skinner
Adapun
percobaan
Skinner
untuk
mendemonstrasikan
Seekor tikus yang lapar diletakan dalam sebuah kotak yang disebut
kotak Skinner. Di dalam kotak Skinner tersebut tidak terdapat apa-apa
kecuali sebuah jeruji yang menonjol di mana terdapat piring makanan di
bawahnya. Sebuah lampu kecil di atas jeruji dapat dinyalakan menurut
kehendak perlaku eksperimen.
Tikus yang dibiarkan sendiri dalam kotak, berjalan kesana kemari
menjelajahi keadaan sekitar. Kadang-kadang tikus melihat jeruji tersebut
dan menekannya. Lalu penekanan tikus pertama terhadap jeruji
merupakan peringkat dasar dasar penekanan jeruji. Setelah menentukan
peringkat dasar, pelaku eksperimen menggerakkan bubuk makanan yang
diletakkan di luar kotak Skinner. Setiap kali tikus menekan jeruji, butir-butir
halus makanan terluncut jatuh ke piring makanan. Tikus memakannya dan
segera menekan jeruji lagi. Makanan menguatkan (reinforce) penekann
jeruji dan laju penekanan meningkat secara drastic. Bila tempat makanan
tidak dihubungkan dengan jeruji sehingga penekanan jeruji tidak lagi
mengeluarkn makanan, laju penekanan jeruji akan berkurang. Berarti
respon operan mengalami pemadaman (extinction) tanpa adanya
penguatan.
Pelaku
eksperimen
dapat
menetapkan
diskriminasi
dengan
menyediakan makanan jika jeruji ditekan dan lampu menyala, tetapi tidak
ada makanan bila lampu mati. Penguatan selektif ini mengkondisikan tikus
untuk menekan jeruji hanya pada saat lampu menyala. Dalam hal ini,
lampu berfungsi sebagai stimulus diskriminatif (discriminative stimulus)
yang mengendalikan respon.
Dengan
demikian,
pengkondisian
operan
meningkatkan
jasmani
di
sekolah
pemberian
semangat
dan
pujian
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh guru,
pemberian semangat dan pujian, siswa akan lebih terangsang untuk
melakukan aktivitas pendidikan jasmani dengan sungguh-sungguh dan
9
Clark
Leonard
Hull
yang
penting
dalam
meningkatkan
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentukbentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
11
b. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar
BAB III
PENUTUP
12
A. KESIMPULAN
centered
learning),
bersifat
meanistik,
dan
hanya
B. SARAN
Saran yang dapat sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam
proses pembelajaran di sekolah-sekolah tidak cenderung menggunakan
teori belajar behaviorisme karena teori ini hanya berpusat pada guru dan
siswa
tidak
diberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan
daya
DAFTAR PUSTAKA
14